Di sebuah sudut terpencil kampung sebelah, terdapat sebuah rumah tua yang berdiri kokoh dengan bangunan yang tampak membusuk. Rumor yang beredar di antara penduduk setempat menyebutkan bahwa rumah itu telah berdiri sejak zaman kolonial, menjadi saksi bisu dari sejarah kelam yang pernah terjadi.
Pintu kayu tua yang tergores dan berkarat menyambut siapapun yang berani melangkah ke dalam. Ruangan itu dipenuhi dengan bau lembab dan atmosfer yang terasa kental dengan keheningan yang menakutkan. Dinding-dindingnya penuh dengan bayangan-bayangan yang tampak seakan-akan menyimpan cerita yang mengerikan.
Penduduk setempat selalu menghindari rumah itu pada malam hari, ketika angin berbisik dengan suara aneh dan gemuruh langit seolah-olah menambahkan kesan misterius pada tempat itu. Mereka mengatakan bahwa suara langkah kaki terdengar di koridor tanpa sosok yang terlihat, dan kadang-kadang terdengar suara desisan aneh yang membuat bulu kuduk merinding.
Cerita-cerita menakutkan berkeliaran di antara penduduk kampung. Beberapa mengatakan bahwa rumah itu dihuni oleh roh-roh gelap yang kesepian dan haus akan perhatian manusia. Yang lain berani bersumpah bahwa ada sebuah terowongan rahasia di bawah lantai kayu tua yang membawa ke dunia bawah tanah yang gelap dan menakutkan.
Pada suatu malam, seorang pemuda berani bernama Ali memutuskan untuk memeriksa kebenaran di balik semua cerita yang beredar. Dengan berani, ia melangkah masuk ke dalam rumah itu dengan hanya membawa obor tua sebagai sumber cahaya.
Ali merasa denyutan jantungnya semakin cepat ketika ia mendengar suara gemuruh dari lantai atas. Ia mengucapkan doa dalam hati dan melangkah dengan hati-hati menuju tangga kayu yang penuh dengan debu dan sarang laba-laba.
Sesaat setelah mencapai lantai atas, obor Ali menyala dengan cahaya yang memenuhi ruangan itu. Di hadapannya, ia melihat sejumlah pintu kayu tua yang tertutup rapat. Dengan hati-hati, ia memilih pintu tengah yang tampak lebih lapuk dibandingkan yang lainnya.
Ketika pintu itu terbuka, Ali merasa napasnya terhenti sejenak. Di dalam ruangan itu, ia melihat bayangan gelap yang tampak mengambang di udara, seolah-olah menunggu kedatangannya. Terdengar suara bisikan lembut yang menggema di telinganya, memanggil namanya.
Dengan langkah ragu, Ali melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Di sudut, ia melihat sebuah kotak kayu tua yang tertutup rapat dengan rantai besi. Ali merasa ada kekuatan magis yang mengelilingi kotak itu, memancarkan aura yang menakutkan.
Dengan gemetar, Ali membuka kotak itu. Di dalamnya, terdapat sebuah buku tua yang terlihat kuno dan terawat dengan baik. Halaman-halamannya penuh dengan tulisan aneh dan simbol-simbol yang tak dikenal. Ali merasa seakan-akan ia telah menemukan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.
Saat ia memegang buku itu, tiba-tiba ruangan menjadi gelap gulita. Suara langkah kaki terdengar semakin dekat, dan bayangan-bayangan gelap mengelilinginya. Ali merasa terjebak di dalam alam semesta gelap yang tak dikenal.
Namun, dengan keberanian yang masih tersisa, Ali mengucapkan doa dalam hatinya. Cahaya tiba-tiba muncul, menyinari seluruh ruangan, dan bayangan-bayangan itu menghilang seperti asap yang tersapu oleh angin.
Dengan hati-hati, Ali meninggalkan rumah tua itu, membawa buku kuno itu sebagai bukti petualangannya. Dia tahu bahwa cerita tentang rumah tua di kampung sebelah tidaklah hanya sekadar cerita. Ada kekuatan misterius yang tersembunyi di dalamnya, menunggu untuk diungkapkan.
Sejak saat itu, Ali tidak pernah melupakan pengalaman mengerikan di dalam rumah tua itu. Dia tahu bahwa kebenaran terkadang lebih menakutkan daripada semua cerita horor yang pernah didengarnya. Dan sejak saat itu, bayangan-bayangan di dinding rumah tua itu selalu menghantui pikirannya, mengingatkannya akan dunia gelap yang tersembunyi di balik kisah-kisah menakutkan.
Di sebuah desa terpencil yang dikelilingi oleh hutan belantara terletak sebuah rumah tua yang dikenal dengan sebutan "Rumah Angker". Konon, di dalam rumah itu tinggal seorang nenek tua yang selalu terlihat mengemban daun kering setiap malam.
Warga desa percaya bahwa nenek itu adalah makhluk gaib yang tinggal di antara alam baka dan dunia ini. Mereka memperingatkan anak-anak mereka untuk tidak berani mendekat ke rumah itu, terutama pada malam hari.
Satu malam, sekelompok anak muda yang penuh keberanian dan rasa penasaran memutuskan untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di dalam rumah itu. Mereka memilih malam yang gelap dan angker, saat bulan tersembunyi di balik awan.
Saat mereka mencapai Rumah Angker, mereka melihat bayangan tinggi menjulang dari balik jendela. Cahaya samar dari lilin menyala di dalam rumah memberikan penampilan yang lebih menyeramkan. Namun, rasa ingin tahu mereka memaksa mereka untuk terus maju.
Mereka mengetuk pintu dengan hati-hati, dan pintu itu terbuka dengan sendirinya. Mereka tercengang melihat seorang nenek tua berpakaian robek dengan rambut putih kusut yang menyambut mereka dengan senyum tipis.
"Selamat datang, anak-anak. Kalian adalah orang pertama yang berani datang ke sini dalam bertahun-tahun," kata nenek dengan suara lembut.
Anak-anak itu saling bertatapan, mencoba untuk mengumpulkan keberanian mereka. Salah satu dari mereka akhirnya berbicara, "Kami ingin tahu mengapa Anda selalu membawa daun kering setiap malam."
Nenek itu tersenyum dan mengangguk. "Cerita itu panjang, tetapi kalian adalah tamu yang langka. Mari, duduklah."
Mereka duduk di sekeliling meja kayu tua. Nenek itu mulai bercerita tentang masa lalunya yang kelam. Dulu, ia adalah seorang penyihir yang hidup damai di hutan. Namun, kebahagiaannya hancur ketika desa di sekitarnya menuduhnya sebagai penyebab semua kesialan yang mereka alami.
Mereka membakar rumahnya dan mengusirnya keluar dari hutan. Sejak saat itu, ia terpaksa hidup di Rumah Angker, tempat di mana ia merasa aman dari penghakiman manusia.
"Setiap malam, saya pergi ke hutan dan mengumpulkan daun kering. Mereka adalah satu-satunya teman setia saya sekarang. Mereka tidak menghakimi saya atau memandang saya sebagai monster," tutur nenek itu dengan mata berkaca-kaca.
Anak-anak itu terdiam. Mereka tidak pernah membayangkan bahwa di balik penampakan menakutkan ini ada kisah yang menyentuh hati. Mereka mulai memahami betapa kesepian dan terlukanya hati nenek itu.
Seiring cerita berlanjut, mereka mendengar suara langkah kaki berat di luar rumah. Pintu tiba-tiba terbuka, dan angin dingin masuk, memadamkan lilin-lilin yang menyala. Bayangan yang menakutkan berdiri di ambang pintu.
Mereka melihat sekelompok penduduk desa bersenjatakan obor dan alat-alat tajam. Mereka terlihat marah dan siap untuk menyerang. Nenek itu berdiri dengan tenang, daun keringnya masih di genggamannya.
"Kalian tidak diperbolehkan di sini! Kami ingin kehidupan kami kembali!" teriak salah satu dari mereka.
Anak-anak itu merasa terjebak di antara dua dunia yang saling bermusuhan. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Namun, nenek itu menatap mereka dengan tegas dan berkata, "Kalian harus pergi sekarang. Saya tidak ingin kalian terlibat dalam pertarungan ini."
Mereka tahu mereka harus mengikuti kata-kata nenek. Mereka melompati jendela dan berlari melewati hutan yang gelap menuju desa.
Beberapa hari kemudian, berita menyebar tentang peristiwa itu. Penduduk desa memutuskan untuk meninggalkan nenek itu sendirian, menyadari bahwa mereka telah salah menilai dirinya. Nenek itu akhirnya mendapatkan damai dan kehidupannya kembali.
Anak-anak itu selalu membawa kisah nenek itu dalam hati mereka sebagai pengingat bahwa keberanian tidak selalu berarti menghadapi bahaya, tetapi juga dapat berarti memahami dan menghormati cerita yang lebih besar dari kehidupan kita sendiri. Daun kering yang pernah dianggap menyeramkan oleh warga desa sekarang dihargai sebagai simbol persahabatan dan pengertian.
Di dalam gedung tua sekolah menengah yang terbengkalai, terdapat sebuah kamar mandi yang tersembunyi di ujung koridor paling gelap. Tidak ada yang pernah menggunakan kamar mandi itu karena kabarnya ada roh jahat yang menempati tempat itu. Murid-murid sekolah mempercayai cerita-cerita yang beredar, dan menghindari menginjakkan kaki di sana. Tapi ada seorang siswa baru, Joko, yang tidak percaya pada hal-hal supranatural. Dia adalah tipe anak yang selalu mencari petualangan dan selalu siap untuk menguji keberanian. Tidak ada yang bisa membujuknya untuk tidak menginvestigasi kamar mandi angker itu.
Suatu hari, ketika seluruh siswa sedang berada di ruang kelas mereka, Joko memutuskan inilah saat yang tepat untuk mengungguli mitos kamar mandi itu. Dengan penuh semangat dan cemas sekaligus, ia memasuki pintu kamar mandi yang selalu tertutup rapat. Seketika itu juga, lampu yang pucat yang tergantung di langit-langit plafon bergetar dengan kuat dan padam dengan sendirinya. Gelap gulita menyelimuti kamar mandi itu, tapi Joko tidak gentar. Dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah senter kecil untuk menerangi jalan di depannya.
Ketika senter dinyalakan, Joko tercengang melihat keadaan di dalam kamar mandi yang kumuh dan artifisial. Semakin dalam ia berjalan, semakin aneh hal-hal yang ditemuinya. Bau amis yang menusuk hidungnya tidak seperti bau asap rokok atau bau keringat. Ini adalah bau darah yang menusuk ke dalam hidungnya. Joko mengabaikannya dan melanjutkan perjalanan.
Di ujung koridor kamar mandi, ia menemukan sebuah pintu tak terlihat yang terbuka lebar. Tanpa ragu, Joko melintasinya dan menemukan bilik khusus yang bersebelahan dengan bilik toilet. Ada bau amis yang semakin kuat, dan Joko tahu itu berasal dari bilik itu. Dengan penuh perasaan penasaran dan sedikit ketakutan, Joko membuka pintu bilik itu.
Namun, apa yang ditemukannya benar-benar mengerikan. Ruangan itu penuh dengan dinding berlapis-lapis berisi teks yang tergores menggunakan darah. Seperti tulisan yang dibuat oleh kuku-kuku kecil yang meronta. Joko merasa bulu kuduknya merinding ketika ia membaca kalimat-kalimat yang ditulis dengan darah itu, "Sekolah ini telah kita ambil alih. Selamat datang di tempat kita, Joko."
Joko merasakan rasa takut yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dia berbalik dan bergegas keluar dari kamar mandi itu, dengan senter kecilnya yang bergoyang dan menyoroti ke langit-langit koridor yang teduh. Namun, ketika Joko mencoba membuka pintu yang tadinya ia lewati, pintu itu telah menghilang. Semua pintu dan jendela menghilang, mengubah koridor menjadi lorong tak berujung yang gelap.
Joko berlari tanpa arah, tetapi langit-langit koridor itu terus berubah dan memutar. Dia tersesat di dalam sekolah yang menipu dan jahat. Suara bayangan merintih bergema di antara lorong-lorong itu, dan Joko merasa keberaniannya mulai memudar.
Setelah berputar-putar di dalam koridor misterius itu, Joko melihat cahaya samar di kejauhan. Dia berlari lebih cepat dan akhirnya menemukan sebuah pintu keluar yang menuntunnya ke luar sekolah. Dia melihat sekolah itu dari jauh, begitu menakutkan dan angker, dan bertekad untuk tidak pernah kembali lagi.
Sejak kejadian itu, Joko tidak pernah lagi meremehkan cerita-cerita angker dan mitos yang ada. Dia belajar bahwa kekuatan supranatural benar-benar ada dan dapat merenggut nyawa siapa pun yang mengabaikannya. Joko berjanji untuk tidak pernah lagi mencoba menguji batas keberanian dengan menginvestigasi tempat kengerian seperti itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!