"Jadi bagaimana??"
indra menghela nafas mendengar pertanyaan yang terlontar untuk yang kesekian kalinya dari sang kekasih.
"Yu, kamu tau kan aku sangat ingin menggapai cita citaku?" jawab indra lirih.
Suara isak itu jelas terdengar di telinga indra. ia mengenggam erat ponsel yang masih setia menempel di telinganya. hatinya terasa di remas remas mendengar isak pilu sang kekasih.
"Apa sepenting itu cita cita kamu ndra? Apa aku nggak penting buat kamu ndra? Mana janji kamu, dulu kamu janji kamu bakal nikahin aku" Ucap yua dengan di iringi isak tangis nya.
indra memejamkan kedua matanya mendengar ucapan kekasihnya. Sungguh ia pun tidak tahu harus bagaimana. Ia sangat mencintai gadis nya, tapi ia juga sangat ingin mengejar impianya.
"Maaf yu, maaf." Katanya lirih.
"Kamu tega ndra."
Tuttttttt
Sambungan telfon terputus.
Indra terdiam dengan tatapan nanar.
Sungguh ia tidak bermaksud mengingkari janjinya, ia juga tidak bermaksud untuk menghindari orang tua kekasih nya.
Ia hanya ingin menggapai mimpinya terlebih dulu sebelum mempersunting gadis pujaan nya.
Kembali indra menghela nafas.
Pria berambut hitam legam itu menengadahkan kepalanya. menatap langit biru bersih siang itu. Rasa panas yang terasa menyengat di wajah tampan nya tidak ia hiraukan. Rasa bingung, sedih, marah menjadi satu di dalam hatinya.
___________________________
Sementara itu seorang gadis terus terisak di tempat tidur nya. Kedua tanganya tidak henti memukuli guling yang berada di pangkuanya.
Kecewa, bahkan sangat itu yang saat ini ia rasakan.
"Yua !!"
Mendengar namanya di panggil dengan sigap gadis tersebut menyeka air matanya. Ia membenarkan penampilanya yang sedikit berantakan itu sebelum akhirnya pintu kamar nya terbuka.
"Mamah."
Yua mencoba sebisa mungkin menampilkan senyum manis nya padang sang mamah yang mulai melangkah menghampirinya.
"Bagaimana?"
Pertanyaan sang mamah membuat yua menghela nafas sedih. Namun ia tidak ingin mamahnya tau jawaban indra beberapa menit tadi lewat telfon.
"eemmm nanti dia juga datang kok mah" Jawab yua tersenyum manis.
"Bagus lah. mamah selalu berharap yang terbaik untuk kamu sayang."
Yua tersenyum miris saat mamah nya membelai lembut kepalanya. Sesaat ia tertunduk kemudian kembali menatap mamahnya dengan lekukan senyum di bibir nya, tidak ingin sang mamah tau apa yang sedang di rasakanya saat ini.
"cepat lah turun. papah sudah menunggu di bawah. kita makan siang sama sama."
Ucap mamah nya seraya tersenyum.
Yua mengangguk kemudian melangkah mengikuti wanita yang sudah melahir kanya itu pelan.
__________________________________
Tok tok tok
Suara ketukan pintu berhasil mengalihkan perhatian yudha dari berkas yang sedang di bacanya. Pria tampan itu menghela nafas sebelum membuka mulut nya.
"Masuk!" Tegas nya.
Ketika pintu coklat itu terbuka munculah sosok tampan sahabatnya dengan wajah lesu serta penampilan lusuh nya.
Hal tersebut membuat Yudha mengeryit bingung.
Yudha masih diam.
Ia terus menatap sosok sahabat nya yang berjalan gontai menuju sofa di seberang meja kerjanya.
setelah sahabatnya duduk di sofa tersebut Yudha mulai bangkit dari duduk nya meninggalkan berkas nya kemudian menghampiri sang sahabat.
"lo kenapa?"
Indra menghela nafas mendengar pertanyaan yudha. Pria itu membenarkan duduknya kemudian menatap yudha lesu.
"Gue bingung yudh, gue nggak tau harus gimana?"
Yudha terus menatap indra, menunggu pria itu melanjutkan ucapanya.
"Yua yudh, orang tuanya minta gue untuk ngelamar dia besok. gue nggak tau harus gimana." Lirih indra.
Yudha mengangkat sebelah alisnya bingung.
Yang yudha tau indra sangat mencintai yua, bahkan pria itu sering berkhayal tentang kehidupanya kelak dengan gadis itu.
"Gue emang cinta sama yua, banget malah. Tapi kalau untuk menikahinya gue rasa gue belum siap. Gue masih belum menggapai impian gue yudh. Lo tau itu kan?"
Yudha mengangguk mengerti dengan apa yang di ucapkan sahabat nya.
"tapi ndra menurut gue apa yang di lakukan orang tua yua nggak salah." Timpal yudha
"maksud lo??" Tanya bingung indra.
" ya kan lo sama cewek lo itu udah lama banget menjalin hubungan. Dan selama ini lo nggak pernah sekalipun datang nemuin orang tua nya. Wajar kan kalo mereka minta lo datang. Itu pun kalo lo serius cinta sama yua." Jawab yudha tenang.
"Gue tau itu yudh. Tapi dengan keadaan gue begini gue nikahin dia, terus nanti gue mau kasih makan apa? kerjaan, gue nggak ada, cita cita gue hanya sedikit lagi yudh tercapai. Gue nggak mau apa yang gue impikan selama ini sia sia." kata indra.
Yudha menghela nafas
Ia bangkit kemudian kembali melangkah menuju meja kerjanya meninggalkan indra yang masih duduk di tempat nya.
Egois itulah sifat yang mendarah daging seorang indra hermawan.
"yudh"
Panggil indra bangkit dari duduk nya.
indra melangkah menghampiri yudha yang mulai kembali membaca berkas nya. Ia menarik kursi di depan meja kerja yudha kemudian menempatkan dirinya di sana.
"gue bisa minta tolongkan? gue nggak tau harus minta tolong sama siapa. Cuma lo yang gue bisa percaya yudh."
Yudha menatap indra yang juga sedang menatapnya.
"Apa maksud lo?"
"yudh gue minta tolong sama lo. Lo kan udah cukup bahkan sangat mapan. Gue minta lo dateng temuin orang tua yua. Gue yakin yudh orang tua yua akan dengan baik nerima lo" ujar indra.
" lo gila ndra? lo pikir dengan cara begini lo bakal bikin cewek lo bahagia? dan lagi gue nggak tau siapa yua. Dan gue juga nggak mau bantui lo" Tegas yudha jengkel.
"gue mohon yudh. Cuma lo yang bisa gue percaya. Lo tenang aja, lo nggak harus cinta sama yua. Lo nikahin dia cuma untuk status di depan orang tua yua, karna gue nggak mau kehilangan dia yudh."
" Sorry ndra, gue nggak bisa." tegas yudha sekali lagi.
Indra menghela nafas.
Ia menatap yudha yang sedang fokus dengan berkas nya. Tidak seperti biasanya yudha seperti sekarang. Semenjak mereka menjalin persahabatan yudha lah yang selalu mengerti dirinya, selalu membantunya bahkan tidak segan mengeluarkan rupiah sebesar apapun demi membantunya.
Indra kembali menghela nafas, menyenderkan punggungnya menatap yudha.
"yudh gue cuma bisa berharap sama lo." kembali indra berucap.
Yudha tidak menyaut bahkan tidak mengalihkan perhatianya dari berkas di tanganya.
_________________________________
Yudha menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang tinggi di depanya.
Tatapan elangnya menyapu keseluruh pekarangan rumah sederhana di depanya hingga ia menemukan sosok mungil dengan perut buncit yang sedang menyiram tanaman di sekitar nya.
Sebuah senyuman terukir di bibir nya.
Namun bukan senyum manis yang terukir melainkan senyum miris.
Disana tidak jauh darinya berdiri sosok yang sangat ia cintai dari dulu dan mungkin sampai sekarang.
Ingatanya kembali memutar saat dimana hatinya hancur berkeping keping.
"kamu tau nggak yudh? ternyata dia juga suka sama aku. Bahkan dia nglamar aku, dan kabar yang paling baik nya adalah kita akan menikah dalam waktu dekat."
Ucapan itu kembali terngiang di telinga yudha.
Ucapan serta senyum itu meluluh lantahkan hati nya saat itu. Betapa tidak, semenjak perkenalanya dengan gadis itu yudha sudah jatuh cinta padanya.
Namun sesuatu yang tidak di inginkanya terjadi. Gadis itu mencintai orang lain, yang artinya Cinta yudha bertepuk sebelah tangan.
Yudha menghela nafas
Tanpa terasa air matanya menetes.
Sakit bahkan sangat sakit. Hatinya hancur tak tersisa.
Yudha mengusap air mata yang begitu lancang menganak sungai di pipinya.
Kembali ia menghela nafas kemudian menghidupkan kembali mesin mobilnya dan barlalu meninggalkan kediaman tersebut tanpa di sadari oleh sosok yang diam diam yudha perhatikan.
Yudha melangkah memasuki gedung kantor nya. Seulas senyum selalu pria itu ukir di bibir nya ketika hampir setiap karyawan menyapanya ramah.
Ia berhenti sejenak kemudian menatap seisi kantor nya. Semua karyawan nya sudah mulai berlalu lalang dengan aktivitas kerjanya. Senyuman kecil kembali terukir di bibir nya melihat beberapa karyawan yang mulai serius dengan laptop nya.
Setelah terdiam beberapa saat Yudha kembali melangkahkan kakinya menuju lift.
________________
krek
Belum sempat yudha mendudukan dirinya di kursi pintu ruanganya kembali terbuka. Rasanya baru beberapa detik ia menutup nya tadi.
"hy yudh."
Yudha menghela nafas kasar.
Indra kembali mendatanginya pagi ini.
Sebelum nya ia memang sudah bisa menebak.
Indra tidak akan menyerah untuk terus membujuk nya agar ia mau mrmbantunya.
"Ada apa?" Tanya yudha malas.
Yudha mulai mendudukan dirinya di kursi, meraih beberapa map yang sudah menumpuk di mejanya.
"lo sibuk hari ini?" Tanya balik indra santai.
"seperti yang lo liat." Jawab yudha mulai membaca kertas di dalam salah satu map di mejanya.
Indra hanya menganggukan kepalanya mendengar jawaban yudha. Sesaat ia terdiam.
Menatap yudha yang seperti sedang mengabaikan keberadaan nya.
Tapi indra tau yudha hanya sedang menghindarinya agar indra berhenti membujuk nya.
"Yudh gue yakin lo nggak bakal tega liat gue susah. Lo sahabat terbaik gue. dan ini alamat rumah yua."
Indra berlalu setelah mengucapkan beberapa kalimat yang membuat yudha berhenti membaca berkas nya.
Menghela nafas yudha menatap selembar kertas bertuliskan sebuah alamat.
"Lo memang egois ndra." Batin yudha.
_____________________
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat yua terlonjak kaget. Gadis cantik itu menatap was was pintu kamar nya.
Sungguh rasanya ia ingin berteriak
ia tidak siap bahkan tidak ingin menerima kenyataan pahit yang akan membuat hatinya hancur selamanya.
Tanpa terasa air mata menetes dari pelupuk matanya.
Ia kembali mencoba menghubungi kekasih nya, namun tetap tidak dapat tersambung.
"ya tuhan indra. kamu dimana??" Lirih yua dengan suara bergetar.
Tok tok tok
Kembali pintu kamar nya di ketuk.
sejenak yua menatap pintu kamar nya ragu. Gadis itu tau apa yang akan terjadi setelah ini dengan nasib nya, nasib hati juga cinta nya.
"sayang, buka pintu nya."
Itu suara mamah nya.
Indra tidak akan datang hari ini dan itu artinya ia harus menerima perjodohan yang sudah di atur oleh kedua orang tuanya.
Yua menghela nafas pasrah.
Mungkin ini jalan hidup nya. mungkin indra memang bukan jodoh nya.
"Sebentar mah." Saut yua dengan rasa sesak di dadanya.
___________________________
"Jadi kamu pacar yua??"
Yudha mengangguk dengan senyuman ramah nya saat mahendra bertanya kepadanya.
Suara laki laki paruh baya itu terdengar sangat tegas, penuh wibawa.
Tatapan pria baya itu sangat tajam dan mengintimidasi pantas saja indra begitu ciut ketika yua memintanya untuk menemui orang tuanya, pikir yudha.
"Apa kamu benar benar serius dengan anak saya?" Kembali mahendra bertanya.
"Iya om." Jawab yudha mantap.
Mahendra menatap yudha serius, memperhatikan penampilan rapi pria tampan yang mengaku sebagai kekasih putri tunggalnya.
"Kamu kerja di mana?" Tanya mahendra untuk yang kesekian kalinya.
"Kebetulan saya punya usaha sendiri om."
Yua menghentikan langkahnya ketika sampai di ujung tangga. Ia mengeryit melihat seorang yang duduk memunggungi nya. Dari penampilanya susah dapat di pastikan itu bukanlah indra. Pria itu terkesan sangat rapi dari segi manapun menurut yua. Sangat berbanding terbalik dengan kekasih nya.
"Mamah nggak nyangka loh yu, ternyata pacar kamu tidak seperti yang papah dan mamah pikirkan."
Yua beralih menatap mamahnya yang tersenyum menatap pria yang sedang berbincang dengan papah nya.
"Maksud mamah?" Tanya yua bingung.
Mamah yua hanya tersenyum kemudian kembali menggandeng putrinya menuruni anak tangga menuju suami nya dan yudha yang masih asyik berbincang entah apa.
"Baik karna sekarang kamu sudah datang memenuhi permintaan saya. Dan kamu yua. kamu nggak salah pilih." senyum mahendra setelah yua duduk di samping yudha.
Yua yang masih belum mengerti arah pembicaraan papah nya hanya diam. Perlahan ia menolehkan kepalanya kesamping.
Dugaanya benar.
Pria itu bukan indra
"Kapan kalian menikah?"
"Secepat nya om."
Yua terkejut mendengar tanya jawab dua pria di hadapanya. Ia sungguh tidak tau apa maksud pertanyaan orang tuanya pada pria yang tidak di kenalnya itu.
"Apa maksud papah?"
Mahendra tersenyum mendengar pertanyaan putrinya.
"Papah dan mamah merestui kalian berdua."
Mahendra tidak menjawab.
Ia hanya melempar senyum penuh makna kepada yudha juga yua.
___________________________
Yua masih menunggu yudha yang terus terdiam. Sejenak ia melirik yudha yang terlihat tenang dengan kemudinya. Sebenarnya ia sangat marah pada pria yang saat ini sedang berada satu.mobil bersamanya. Yua juga tidak tau entah kemana yudha akan membawanya.
"Aku yudha."
Yua tidak merespon.
Ia masih tetap bungkam dengan kemarahan di hatinya. Pria di samping nya itu sungguh sangat lancang berani menipu kedua orang tuanya dengan mengaku sebagai pacar nya.
Yudha melirik yua yang tetap diam.
Ia menghela nafas kemudian membelokan mobilnya menuju area taman yang masih berada di sekitar komplek perumahan yua.
Yudha menghentikan mobilnya, mematikan mesin mobilnya kemudian keluar dari mobilnya di ikuti yua.
Kedua melangkah beriringan memasuki area taman yang cukup sepi.
langkah yudha berhenti ketika sampai di depan kursi panjang berwarna putih. Perlahan ia mendudukan dirinya. namun tidak dengan yua.
Gadis itu terus berdiri dengan kedua tangan bersedekap.
"Duduk, aku akan jelasin semuanya." Ujar yudha.
Yua menghela nafas jengkel.
Dengan sangat terpaksa gadis itu mendudukan dirinya di samping yudha.
"Aku datang menemui kedua orang tua kamu bukan tanpa alasan. Indra yang memintaku datang."
Ucapan yudha membuat yua menoleh padanya cepat.
"Apa maksud kamu? indra meminta kamu datang ke rumah?"
"Aku nggak tau harus memulai dari mana. intinya indra memintaku datang. Untuk lebih jelas nya kamu bisa tanya sendiri pada indra"
Yua mengepalkan tanganya marah.
Indra sungguh sangat keterlaluan, ia meminta temanya untuk menggantikan dirinya menemui kedua orang tua yua. Bahkan untuk menikahi yua.
"Antar aku kesana."
Yudha menatap punggung yua yang sudah melangkah meninggalkanya menuju dimana mobil nya berada. Yudha sangat bisa mengerti bagaimana perasaan yua. Itulah sebabnya ia menolak permintaan indra.
_______________________________
"Dasar pengecut"
Suara yua berhasil mengalihkan perhatian indra dari lukisanya. Ia bangkit dari duduknya kemudian berbalik dan mendapati yua yang sudah berdiri menatap nya dingin.
"Yua. Apa maksud kamu?"
Indra melangkah mendekati yua yang masih terus menatap nya. Tidak ada senyum manis di bibir gadis cantik itu.
Tidak ada pelukan manja seperti biasanya.
Plakk !!
Sebuah tamparan keras indra rasakan dari tangan halus yang selalu di genggam nya. Indra menatap yua tidak percaya.
Tatapan gadis itu begitu tajam dan penuh amarah.
Saat itulah yudha muncul di belakang gadis itu. Menatap indra santai.
"Yu aku bisa jelasin."
"Cukup! semuanya sudah jelas. Tidak ada yang perlu di jelasin. Harusnya dari awal aku tau kalau kamu memang tidak pernah serius" Kata yua dengan derai air mata.
Setelah berucap yua berlari meninggalkan indra yang terdiam. Pria itu menyentuh pipinya yang terasa panas akibat tamparan yua tadi.
"Yua tunggu !!"
Setelah tersadar dari diamnya indra segera berlari mengejar yua.
Yudha yang melihatnya hanya berdecak namun tetap melangkah mengikuti indra yang mengejar yua.
"Yu tunggu yu. Aku bisa jelasin"
Yua meronta saat indra berhasil menahan langkah nya dengan mencengkram lenganya kuat. Air mata gadis itu sudah tidak bisa lagi terbendung.
Rasa kecewa menjalar di hatinya membuat ia sulit untuk tidak meneteskan air mata.
"Lepasin aku! aku benci kamu indra! aku benci kamu !!"
Mendengar teriakan yua indra ikut meneteskan air mata. Sungguh ia tidak bermaksud menyakiti gadis yang sangat di cintainya itu.
"Yu, dengerin aku. Aku lakuin ini demi hubungan kita. Aku nggak mau kamu di jodohin sama papah kamu."
Yua menghempaskan kasar tangan indra yang mencengkram lenganya.
Ia mengusap kasar air matanya kemudian tersenyum sinis menatap indra.
"Pada akhirnya sama sajakan? aku menikah dengan orang lain?"
Perkataan yua kembali membuat indra terdiam. Perlahan indra meraih tubuh ramping yua kemudian memeluk nya erat.
"Seenggaknya yudha bukan orang lain yu. Kita akan tetap bersama. Aku janji setelah cita citaku tercapai nanti, aku akan nikahin kamu yu. Aku janji."
Yua diam.
Air matanya terus menetes deras hingga membasahi dada bidang indra. Perlahan ia melingkarkan kedua tanganya di pinggang indra membalas pelukan pria itu.
"Semuanya akan baik baik saja." Bisik indra seraya mengecup kening yua lama.
Yudha menatap keduanya dalam diam.
Ia menghela nafas kasar kemudian melangkah menuju mobilnya membiarkan yua dan indra menyelesaikan masalah nya.
Untuk yang kesekian kalinya yua mencoba gaun pengantin yang di sarankan oleh sang disainer namun setiap kali ia menunjukanya pada yudha, yudha selalu memintanya untuk mencari yang lebih bagus.
"Semoga dengan gaun yang ini pak yudha setuju nona."
Yua tidak menjawab.
Ia hanya pasrah ketika disainer itu membantunya mengenakan gaun putih yang menurutnya sangat berlebihan itu.
"Mbak, jika calon suami saya masih juga tidak suka dengan gaun ini bagaimana?" Tanya yua ragu menatap pantulan dirinya di cermin besar yang berada di sekeliling nya.
"Entahlah nona, selera pak yudha sangat susah di tebak. Tapi mungkin kali ini dia suka. anda terlihat sangat cantik nona."
Yua tersenyum mendengar penuturan wanita cantik di depanya. Mungkin wanita yang tidak ia tau namanya itu hampir seumuran dengan mamah nya.
Ketika yua akan melangkahkan kakinya keluar dari ruang ganti ponselnya berdering membuat nya urung keluar.
Gadis cantik itu tersenyum ketika nama indra terpampang di layar ponsel nya.
"Halo.."
"Yua, kamu sedang apa dan dimana sekarang? merindukanku atau tidak?"
Yua tertawa kecil mendengar beberapa pertanyaan yang langsung di lontarkan kekasih nya dari seberang telfon. Gemas rasanya.
"Ekhem. Ok, jadi kamu mau aku jawab pertanyaan kamu yang mana dulu?"
Tidak langsung menjawab yua justru balik bertanya kepada indra seraya tertawa meledek. Dan itu berhasil membuat indra menghela nafas kesal.
"Nona pak yudha menunggumu." Ucap wanita disainer tersebut mengingatkan yua.
Yua tersenyum dan mengangguk tanda mengerti sebelum wanita itu berlalu meninggalkanya sendiri di dalam ruangan.
"Aku sedang di butik bersama yudha. dan maaf indra aku sibuk sekarang. Aku tutup ya. Love you"
Yua kembali terdiam.
ia menatap nanar ponsel yang masih berada dalam genggamanya. Pandanganya kembali tertuju pada pantulan dirinya di cermin.
"Gaun yang cantik" pikir gadis itu.
Tanpa ia sadari air mata menetes membasahi pipinya.
Andai saja pria yang sedang menunggunya di luar adalah indra mungkin ia akan sangat bahagia sekarang.
Ia yakin indra akan selalu memujinya jika melihat penampilanya sekarang. Pria itu memang senang sekali memujinya.
Yua menghela nafas kemudian menyeka pelan air matanya. Ia tidak mau membuat yudha menunggu lama. Yua tersenyum pada pantulan dirinya memberi semangat pada dirinya sendiri sebelum akhirnya melangkah keluar menemui yudha.
"Bagaimana dengan yang ini yudh?"
Suara lembut yua berhasil mengalihkan perhatian yudha kepadanya.
pria tampan itu terpaku melihat penampilan gadis cantik yang akan menjadi istrinya itu. yudha tidak menjawab pertanyaan yua, pria itu terus menatap sosok cantik di depanya dengan kagum.
Yua yang mendapat tatapan seperti itu dari yudha merasa sedikit risih. sungguh ia sangat tidak nyaman dengan tatapan calon suaminya.
Terlebih gaun yang ia pakai menurutnya sedikit terbuka. Bagaimana tidak, Belahan dada gadis itu terlihat jelas.
"Yudha !"
Yudha terkesiap mendengar teriakan yua. di tatap nya kembali gadis itu.
ya tuhan
yudha benar benar merasa sangat bodoh sekarang. bagaimana bisa ia begitu terpesona melihat yua yang jelas jelas adalah kekasih sahabatnya.
lihatlah sekarang gadis itu menatapnya horor dengan kedua tangan yang terus menutupi bagian dadanya.
"oh maaf. baiklah yang itu bagus. kita pulang sekarang."
Yua melotot mendengar perkataan yudha.
setelah membuat nya takut sekaligus malu dengan sangat gampang pria itu bilang maaf. Dan lagi, dia berlalu begitu saja tanpa mendengarkan nya dulu.
dia pikir siapa dia.
Hening
tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir yua sejak keluar dari butik.
sesekali yudha melirik gadis itu yang terus membuang muka.
"ekhem. yua aku masih ada beberapa urusan di kantor. kamu mau aku antar pulang?" tanya yudha memecah keheningan.
"terserah kamu saja." jawab yua cuek.
yudha mengangguk
sepertinya gadis itu benar benar marah kepadanya.
"baiklah." pasrah yudha.
**
indra tersenyum miris menatap undangan pernikahan yang baru saja di berikan oleh kekasihnya. jarinya menyentuh lembut undangan tersebut.
disampul undangan itu tertulis nama yudha dan yua dengan huruf yang indah.
indra tau yudha bukan orang sembarangan.
sahabat nya sudah kaya sejak lahir bahkan mungkin sebelum di dalam kandungan ibunya.
Dan lagi sahabatnya juga orang yang gigih, pekerja keras. tidak hanya tampan dia juga ramah dan baik hati.
"Harusnya nama gue yang tertulis disini." lirih indra menyentuh nama yudha yang tertera pada undangan itu.
"andai gue mampu yu, gue nggak akan biarin lo nikah sama orang lain meskipun itu yudha." lanjut indra tersenyum miris.
"tapi gue yakin yu suatu saat kita akan bersama. yudha nggak akan mungkin ambil lo dari gue."
indra menghela nafas kemudian bangkit dari duduknya. ia mengambil kuas kemudian mulai memoles warna demi warna yang ia sukai.
Melukis sudah menjadi salah satuhobinya.
Sedang untuk cita cita nya indra sangat ingin menjadi pengusaha seperti sahabat nya yudha.
**
Tidak jauh berbeda dengan indra, yua pun merasakan hal yang sama.
tanggal pernikahanya tinggal menghitung hari.
undangan sudah di sebar.
bahkan persiapanya pun sudah hampir 100%.
Harus nya saat ini ia sangat bahagia karna sebentar lagi ia akan melepas masa lajang nya. meninggalkan kesendirian nya dan menyandang status sebagai seorang istri.
"Harus nya kamu ndra yang menjadi suami aku." lirih nya dengan suara bergetar.
yua menyeka air matanya yang menganak sungai di pipinya.
hatinya sungguh sesak
gadis itu tidak menyangka hari yang sangat membahagiakan itu tidak bisa ia tempuh bersama orang yang di cintainya.
siapapun pasti hanya ingin menikah sekali seumur hidup bersama orang tercinta. Tapi dirinya harus bersandiwara dengan orang yang justru adalah sahabat kekasih nya. yang lebih menyedihkan lagi kekasihnya lah yang membuat keadaanya serumit itu.
"yua."
yua buru buru menyeka air matanya ketika sang mamah masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.
"mamah." kata yua berusaha mengukir senyum nya.
"Kamu nangis?" Tanya mamah yua khawatir.
wanita cantik itu membelai lembut rambut panjang putrinya. senyum manis terus terukir di bibirnya.
yua hanya menggeleng menjawab pertanyaan mamahnya. dengan manja ia memeluk ibunya. mencium aroma menenangkan sang mamah.
"rasanya baru kemarin mamah lahirin kamu yu. tapi sekarang kamu sudah tumbuh dewasa bahkan kamu sudah akan menikah." ujar lembut sang mamah.
Yua semakin mengeratkan pelukanya. ia memejamkan matanya merasakan belaian lembut mamah nya.
"yu. kamu sudah akan bersuami. jadilah istri yang baik. layani suamimu dengan baik juga. karna saat kamu sudah menikah tanggung jawab mamah papah sudah tidak lagi ada. kamu sepenuhnya tanggung jawab suamimu."
"iya mamah." senyum yua tenang.
mamah yua melepaskan pelukanya.
ia menatap wajah cantik anaknya. tersenyum lembut kemudian mengecup lama kening putri semata wayang nya itu.
"berjanjilah sama kamu akan bahagia." lirih mamah yua.
yua tersenyum haru mendengarnya.
lagi lagi air matanya menetes.
kata demi kata yang di ucapkan mamah nya membuat dadanya semakin sesak.
bagaimana mungkin ia akan bahagia jika pria yang akan ia nikahi bukanlah pria yang ia cintai.
***
"Tersenyumlah istriku. aku jamin semua akan baik baik saja."
Yua menatap wajah tampan yudha yang juga menatapnya. perlahan ia mengukir senyum manis nya kemudian mengangguk pasti.
tidak ada pilihan sekarang.
karna percaya pada yudha bukanlah pilihan melainkan keharusan.
Pandangan yua beralih pada setiap tamu undangan yang hadir dalam acara resepsi pernikahanya saat ini.
pesta yang sangat meriah, elegan juga mewah.
Yua kembali melirik suaminya.
pria itu sungguh sangat tampan malam ini.
tidak hanya tampan ia juga sosok yang hebat. pengusaha muda yang terkenal cerdas, jenius dan juga ramah pada setiap orang.
Tidak heran seluruh tamu undanganpun bukan orang biasa. hampir semuanya adalah kolega bisnis suaminya.
indra tersenyum menatap kekasih nya yang kini bersanding dengan sahabat nya.
tidak tanggung tanggung ia juga menjadi saksi peresmian keduanya menjadi sepasang suami istri.
mati matian indra menahan sakit juga sesak di dadanya melihat yua mencium tangan yudha yang kini berstatus sebagai suami sah yua.
"Maafin aku yu. Aku janji ini tidak akan lama." lirih indra terus menatap yua.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!