Namaku Fin, orang orang biasa memanggilku Fin. Nama lengkapku adalah Finneas Tsumanov. Kehidupan berat dan sedih pernah kualami. Kehidupan senang dan bahagia pernah kujalani. Namun, kini perjalanan jauh yang mengiris hati telah sampai ujungnya. Masa lalu yang kelam masih teringat jelas dipikiranku. Lalu cahaya terang yang menyilaukan mata muncul dari ufuk timur. Tampak dari kejauhan bayangan sebuah kastil yang megah. Perjalanan jauh telah terbayarkan dengan penuh harapan kedepannya. Aku, baju lusuh, dan ransel kecil dipunggungku kini bisa sejenak melepaskan senyuman tipis. Kemudian aku menghela nafas sejenak dan berteriak “Ahhhh Inilah akhir dari semuanya”.
Crossword, 217
“Prok… Prok… Prok…” suara derap langkah diselasar lorong yang sepi. Seorang anak memakai seragam akademi kesehatan terlihat sedang marah dengan mimik muka yang beringas. Kemudian ia membuka pintu sebuah ruangan dengan kasar “Krieeet.. Bruak….” lalu menutupnya dengan keras hingga memecah kesunyian dalam lorong. Beberapa anak lainnya yang mendengar dari kejauhan juga terkaget olehnya.
Keadaan didalam ruangan terasa mencekam. Rupanya dia memasuki ruang kelasnya sendiri. Kemudian mendekati seorang anak dengan tatapan membunuh. Lalu dia memegang kerah baju anak itu dengan kasar sambil membentaknya.
“Hei kau dengarkan ini! Sekali lagi kau melakukannya tidak ada ampun bagimu” Kemudian dia melepaskan kerah anak tersebut dan kembali ke mejanya.
“Hei, Firm apa lagi yang kau perbuat kali ini” ujar seorang anak yang duduk disebelah kiri anak yang dimarahi tadi.
“Tidak ada, dia hanya sensitif saja” sahutnya dengan tenang.
“Kau ini selalu saja membuat masalah. Aku tahu kalau kau itu jenius tapi jangan usil dong!”
“Sudahlah, urusi saja urusanmu sendiri! Tugas dari Mr. Lawson belum kau kerjakan, kan!”
“Eh iya aku baru ingat! Anu… Firm boleh pinjam bukumu, kita kan teman” pinta anak tersebut sambal memohon mohon.
“Maaf, aku anak yang usil. Sana pinjam anak lain!” sergah Firm.
“Sebenarnya itu tadi bercanda untuk menambah bumbu darama dalam kisah ini”
“Terserah kau sajalah, ini mau tidak!” ujar Firm sambil mengulurkan bukunya kepada anak tersebut. Lalu dengan sigap dia menyahut buku itu dan berkata, “Ya iyalah”, lalu diiringi gelak tawa dari keduanya. Suasana menjadi sedikit lebih tenang dari sebelumnya karena semua siswa mengerjakan tugas yang belum selesai.
Beberapa menit kemudian datanglah seorang pria paruh baya yang membawa buku ditangannya dengan mengenakan baju jas rapi. Dia adalah Mr. Lawson yang merupakan guru pelajaran sejarah sihir medis. Semua siswa mengumpulkan tugas. Lalu merapikan tempat duduknya dan mendengarkan pelajaran Mr. Lawson.
“Zaman dahulu sihir dan medis adalah hal yang sama sekali bertentangan di dunia ini. Ilmu Sihir merupakan ilmu yang dapat merefleksi energi alam sehingga dapat diserap dan dilepaskan dengan cara tertentu. Lalu ilmu medis adalah ilmu untuk mempelajari zat zat yang dapat digunakan sebagai antibodi atau bahkan racun bagi makhluk hidup dengan penelitian, Prosedur, dan alat yang tepat. Namun, pada suatu hari ada seorang pemuda yang dapat menggabungkan kedua ilmu tersebut. Dia dijuluki Tabib sihir I karena kelebihannya itu dan pengabdiannya pada masyarakat yang terdampak wabah sihir akibat perang. Oleh sebab itu, ia banyak diincar kaum bangsawan dan pemerintah untuk melayani kepentingan pribadi dan politik mereka. Pada akhirnya ia memilih bersembunyi dan bahkan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya”
“Setelah itu, sahabatnya yang juga bisa menguasai tehnik itu mendirikan sebuah akademi sihir medis yang bernama “Magimed” benar, kan Mr. Lawson?” potong salah satu siswa perempuan berambut pirang dan dikuncir ke belakang.
“Ah ya benar itu, jadi kalian disini dididik menjadi penerus dari Tabib sihir dengan tugas mulia menyelamatkan manusia dari wabah sihir yang berbahaya” ujar Mr. Lawson dengan bangga.
Setelah satu jam pelajaran pun usai. Para siswa merapikan kursi dan bersiap kembali ke asrama. Akademi ini memiliki empat asrama yaitu, Asrama Sihir Putra untuk siswa laki laki tahun pertama, Asrama sihir Putri untuk siswa perempuan tahun pertama, Asrama Medis Putra untuk siswa laki laki tahun kedua dan ketiga, dan Asrama Medis Putri untuk siswa perempuan tahun kedua dan ketiga.
Saat ini Firm sedang asyik membereskan buku tiba tiba dia dikagetkan oleh temannya yang tadi.
“Hei bro, mau mampir ke ruang lab sebentar?” ajak anak itu.
“Ok! Ayo pergi jangan lupa ajak yang lain”, sahut Firm.
“Leo dan Sasha sudah pergi duluan tadi sedangkan Bilqis masih ada urusan di perkumpulan sihir alam”
“Baiklah, ayo berangkat”, Firm bergegas merapikan meja dan bukunya lalu menghampiri temannya. Lalu mereka berdua berjalan menyusuri lorong hingga tiba di ujung ada sekelompok siswa yang menghalangi jalan. Mereka adalah gerombolan teman siswa yang tidak terima karena keusilan Firm tadi. Salah satu dari mereka mendorong Firm hingga terjatuh. Kemudian Firm dibantu berdiri oleh temannya. Namun, tidak sampai situ salah satu dari mereka merapalkan mantra. Sehingga muncul cahaya dari tongkat sihirnya dan membentuk tali sihir pengikat pada sekujur tubuh Firm.
“Rasakan itu, mangkanya jadi orang gak usah belagak keren pakai pamer skill didpan semua orang dan mempermalukan anggota kita” gertak salah satu nak berwajah tegas dan tubuh yang tegap.
“Tapi aku kan hanya menunjukkan hasil latihanku”, bela Firm atas tuduhan mereka.
“Jangan banyak alasan, dasar bocah wabah”, hardik mereka kepada Firms yang seketika kaget mendengar kalimat itu.
“Kenapa kalian bisa tahu itu? Darimana kalian tahu itu?” tanya Firm yang penasaran.
“Hahaha Masa bodoh darimana kami dapat, tapi yang terpenting kau adalah bocah wabah yang membuat satu kampungmuu terjangkit dan meninggal. Hei teman teman mulai sekarnag kita harus menjauhi anak ini karena ia berbahaya”, lalu disambut tawa anggota perkumpulan yang lain.
“Sudah pergi kalian para wabah akademi, jangan ganggu dia”, teriak teman Firm.
“Hei, Mansa jangan ikut campur kau, oh iya aku beri tahu jangan dekat dekat dia jika kau tidak mau terjangkit”, ucap anak tegap itu dan diiringi tawa anggota lainnya. Kemudian mereka pergi dengan tingkah mengejek Firm dan Mansa.
“Mereka benar Mansa jangan dekat aku atau kau akan…”
“Tidak! Jangan dengarkan mereka meskipun itu nyata tapi aku percaya pasti ada sesuatu yang menyebabkan itu terjadi. Sekarang kau harus yakin kita bisa menjadi tabib sihir yang dapat menolong semua manusia dan memperbaiki kesalahan di masa lalu”, Mansa mengulurkan tangannya kepada Firm. Lalu Firm menerimanya dan merekapun melakukan tos persahabatan.
Kemudian mereka bersama berjalan menuju labolatorium. Setibanya disana mereka bertemu Leo dan Sasha yang sudah menunggu mereka sejak tadi.
“Dari mana saja kalian kok lama sekali, jangan bilang ada sekumpulan kerikil yang menghadang jalan” tanya Sasha dengan ketus. Anak perempuan yang anggun dan mempesona dengan rambut hitamnya yang digerai bak seorang putri.
“Sepertinya kau benar kali ini”, sahut Mansa sambal mengkerdipkan salah satu matanya kepada Firm.
“Ok kalau begitu sekarang kita lanjutkan proyek kita”, seru Anak laki-laki bertubuh kecil dengan rambut bergelombangnya. Dia adalah Leo siswa terlincah di tahun pertama. Kemudian mereka mulai menutup rapat pintu lab lalu memakai jas labolatorium dan mulai mengerjakan proyek mereka.
Maintown, 224
Cuiit… Cuitt… Cuiitt…
Suara burung di pagi hari yang sangat merdu sehingga menebar senyuman orang bangun di pagi hari. Keindahan Kota Maintown memang tidak diragukan lagi. Gunung yang menjulang tinggi yang diselimuti pepohonann yang hijau. Sungai sungai mengalir indah melukis senyuman di pinggiran kota. Selain itu, taman taman kota senantiasa mewarnai hidup penduduk kota ini.
Keindahan Maintown belum lengkap tanpa sebuah bangunan yang menjadi ikon kota, yakni Kastil Louis. Kastil ini didirikan sebagai penghormatan kepada pangeran Louis yang sangat berjasa dalam pengembangan kesehatan di Maintown. Beberapa orang menjuluki kastil ini sebagai kastil medis karena sejarahnya dan fungsinya sekarang. Setiap orang di kerajaan ini bisa mendapatkan penangaan kesehatan disana dengan percuma.
Hosh… Hosh… Hosh… (Nafas terengah-engah seorang pemuda yang tengah berlai menuju kasil)
“Permisi, maaf…. Permisi… Awas!Maaf permisi!”, teriak pemuda itu seraya beralri meliuk liuk diantara para pasien pengunjung kastil. Dia membawa banyak botol yang berisi cairan yang berbeda beda. Kemudian dia melewati lorong kastil dan menuju kesebuah ruangan di pojok lorong.
Tok tok tok (Bunyi ketukan pintu).
“Siapa” tanya orang dibalik pintu itu.
“Ini saya Tuan, membawa pesanan anda” sahut pemuda tersebut.
“Oh ternyata kau Fin, cepatlah masuk!” Lalu pemuda itu tanpa basi basi lagi segera membuka pintu dan masuk kedalam. Sesampainya di dalam dia langsung memberikan sekumpulan botol itu kepada seseorang yang terlihat cukup berumur dengan wajah yang tegas. Pria itu sedang membereskan beberapa alat kesehatan dan obat obatan yang ada di rak depan.
“Sekarang kau bantu aku membuat antibiotik. Ambil bahan bahannya disana?” kata pria tua itu.
“Baik, Tuan”, jawab Fin dengan penuh hormat. Dia menuju sebuah rak di sebelah kiri, lalu mengambil sebuah wadah berisi bahan bahan dan alat untuk membuat antibiotik. Setelah itu, dia memberikannya kepada pria tua yang sudah berda di meja kerjanya. Kemudian pria tua itu membukanya dan menempatkan beberapa jenis jamur seperti Jamur Penicillium notatum, dan Penicillium chrysogenum. Ia memilihnya karena ingin membuat antibiotik jenis penisilium sebagai obat melawan bakteri dalam paru-paru.
Lalu pria itu merapal mantra sihir agar proses terbentuknya obat antibiotik dapat dipercepat. “Dadio Tombo”, seketika berubah menjadi cairan obat yang sudah siap dikemas. Setelah itu, dia memanggil Fin untuk membawakannya botol obat yang kosong untuk diisi dengan antibiotik yang sudah jadi itu. Tidak berselang lama pintu terbuka dan masuklah seorang pria bertubuh tinggi mengunaan jas putih.
“Bagaimana Mr. Shoro sudah selesai pesananku tadi?” tanya pria itu.
“Sudah siap Mr. Bono, ini semua antibiotiknya”, sahut Mr Shoro sambal memberikan obat yang sudah selesai dibuatnya.
“Terima kasih, obat ini akan segera aku kirim menuju daerah utara yang sedang ramai kasus infeksi paru-paru”, jelas orang itu.
“Kukira itu bukan infeksi biasa, mungkin ada dalang dibalik semua itu”, papar Mr. Shoro dengan tatapan serius.
“Kupikir anda terlalu berlebian Mr. Shoro. Penyakit seperti itu bisa menjangkit siapa saja apalagi didaerah utara memang gencar membangun kawasan industri”, terang Mr. Bono berusaha meyakinkan. Kemudian dia meninggalkan ruangan tersebut.
Mr. Shoro menaruh punggungya ke kursi dan menghela nafas panjang. Dia terlihat kurang puas dengan jawaban Mr. Bono yang terkesan memaksa itu.
“Fiiin”, Teriak Mr. Shoro kepada Fin yang sedang membereskan rak depan. Fin segera menghampirinya dengan segera.
“Ya Tuan, ada apa?” jawab Fin sambil berlari kecil.
“Kemarilah, ada yang ingin aku bicarakan kepadamu”, pinta Mr. Shoro sambil memberi isyarat untuk duduk didepannya. Kemudian Fin duduk dengan penuh kehati hatian.
“Aku punya tugas untukmu, yaitu jagalah ruangan ini jangan sampai ada yang boleh masuk kecuali ada aku disini. Kemudian awasi setiap petugas disini. Jika ada yang mencurigakan laporkan padaku!” Tegas Mr. Shoro kepada Fin.
“Kenapa tuan, bukankah lebih baik memberikan tugas ini kepada orang yang lebih kompeten dari saya”, tukas Fin dengan lugas.
“Tidak bisa Fin, sekarang hanya kau yang kupercaya disini. Apalagi ada rumor tentang Si Shadow Heart yang mencuri toko obat dan bahan obat obatan lain. Aku curiga dia punya akses dengan orang dalam kastil. Bahkan menurutku dia merupakan dalang dari semua kasus yang terjadi belakangan ini”, terang Mr. Shoro.
“Baik tuan akan saya laksanakan”, jawab Fin. “Bagus, aku tahu kau bisa dipercaya”, setelah itu, Mr. Shoro pergi meninggalkan ruangan tersebut. Sementara itu, Fin melanjutkan merapikan semua rak yang ada diruangan tersebut.
Hari ini banyak sekali pengunjung. Kastil Louis setiap hari dipadati banyak pengunjung yang terdiri dari pasien, pedagang, dan tabib sihir. Kastil ini sekarang dipimpin oleh keluarga Moris yang mendapatkan mandat dari kerajaan karena terkenal dengan keluarga medisnya. Seluruh anggota keluarga Moris merupakan lulusan akademi medis elit di kerajaan, yaitu akademi Magimed. Kepala keluarga Moris sekaligus pemilihk kastil ini sekarang adalah Joe Moris yang merangkap sebagai Ahli kesehatan Kerajaan. Dia memiliki dua orang anak. Keduanya merupakan lulusan dari Akademi Magimed dan sekarang bekerja sebagi tabib sihir di kastil ini.
Seluruh penduduk Maintown selalu percaya dengan keluarga Moris. Mereka merasa puas dengan pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh keluarga tersebut. Namun, kenyataanya jauh dari kata adil dalam pelaksanaannya. Apalagi pengelolaan kastil yang sangat bagus dan tidak pernah menyiakan pengunjung yang datang. Semua pegawai dan pengawal, serta pembantu telah diseleksi dengan ketat agar dapat bekerja disana. Termasuk juga Fin yang terdaftar sebagai salah satu pelayan untuk membantu menyiapkan, membersihkan, dan menjalakan tugas yang telah diberikan kepadanya.
Keindahan Maintown tidak terlepas dari pengeloaan tata letak kota yang bagus dari penguasa kastil setempat. Selain itu, Kota ini terkenal amat makmur dan aman. Walaupun ada beberapa sisi gelap kota yang terlihat jelas, yakni adanya pengkastaan pada penduduk saat menderita penyakit kronis. Mereka yang kaya akan diberikan pelayanan terbaik hingga mereka sembuh. Adaupun bila meninggal akan diberi perlakuan khusus. Pada sisi yang lain Si miskin yang terjangkit penyakit kronis akan diberi jangka waktu perawatan. Pada saat itu jika tidak kunjung ada perkembangan atau peluang sembuh, maka akan dilakukan anestesi atau pengasingan agar tidak menjadi aib kota.
Semua masalah dan kesenjangan sosial itu ditutup rapi dan rapat sehingga seperti tidak terjadi sesuatu. Namun, itu semua tidak mengurangi keindahan Maintown sebagai Kota yang indah. Semua itu perlahan akan terungkap oleh sesosok misterius. Dia adalah Seorang misterius yang membobol banyak toko obat dan berbagai toko alat medis untuk dibawa ke pengasingan orang miskin yang terjangkit penyakit mematikan. Bahkan rumor yang beredar dikalangan penduduk dia juga pandai mengobati orang sakit. Oleh karena kebaikannya itu dan kemisteriusannya banyak yang menyebutnya “The Shadow”.
Crossword, tahun 217
Hari cerah menyelimuti Kota Crossword. Tinggal di Kota ini merupakan impian seluruh tabib dan pelajar di kerajaan. Selain itu, semua siswa yang ingin menjadi tabib sihir pasti memimpikan masuk ke akademi medis sihir yang paling terkenal, bersejarah, dan unggul, yaitu Akademi Magimed. Akademi ini dibangun lima puluh tahun yang lalu untuk mengenang Tabib sihir I. Pendirinya adalah Mr. Andrew Tjandra yang merupakan sahabat dekat dari Tabib sihir I.
Akademi ini berisikan siswa berprestasi yang dipilih melalui tes sihir dan ilmu sains. Selain itu, lulusan terbaik akademi bisa menjadi tabib sihir di Kastil Louis. Oleh sebab itu, banyak sekali persaingan yang terjadi bahkan beberapa diantaranya berujung dengan tragedi. Namun, meski begitu minat para pendaftar tidak pernah surut da semakin banyak setiap tahunnya.
Pagi ini para siswa tahun pertama akan mengikuti kelas sihir alam. Pada kelas ini setiap siswa akan dikembangkan potensi mereka melalui jenis sihir yang cocok dengan aliran sihir mereka.
“Selamat pagi semuanya, hari ini kita akan memulai pembelajaran dengan melihat sihir jenis apa yang cocok untuk masing masing anak”, ujar Mr. Vale yang menjadi guru untuk kelas ini. Dari kejauhan ada siswa yng mengangkat tangannya. Namun, Mr. Vale tidak mengiraukannya dan melanjutkan penjelasannya.
“Aku yakin kalian semua disini sudah paham dan bahkan sudah tahu sihir yang cocok untuk diri kalian, tapi disini kita akan mencoba menggali apakah ada potensi untuk menggunakan dual element”, segera anak itu menurunkan tangannya dan merasa pertanyannya sudah terjawab walau belum sempat bertanya.
“Apa ada yang bisa menyebutkan apa saja jenis sihir alam?” tanya Mr. Vale kepada semua siswa. Kemudian salah satu siswa mengangkat tangan. Dia adalah Firm. “Saya Mr. Vale”.
“Baiklah Firm silahkan!” Mr. Vale mempersilahkan Firm menjawab. Lalu Firm berdiri dan mejnawabnya dengan lancar.
“Jenis sihir alam ada dua macam, yakni sihir alam asli dan sihir alam alternatif. Sihir alam asli terdiri dari, elemen api, udara, air, tanah, listrik, dan cahaya. Sedangkan sihir alam alternatif terdiri dari elemen es, tumbuhan, roh, dan logam. Jika seorang bisa mempunyai satu sihir asli dan alternatif, maka ia disebut dual elemen. Sekian dan terima kasih”, dia duduk kembali dibarengi dengan tepukan apresiasi dari siswa lainnya.
“Baiklah terima kasih atas penjelasn yang sangat lengkap oleh Firm. Saya rasa semuanya sudah faham dengan sihir alam ini. Sekarang kalian akan dibagikan sebuah bola sihir untuk mengetes elemen sihir apa yang kalian punya. Lalu nanti satu persatu bisa memperlihatkannya di depan kelas, mengerti!” tegas Mr. Vale.
“Siap mengerti!” jawab para siswa kompak. Kemudian semua siswa mendapatkan bola sihirnya. Mereka harus menyalurkan mana mereka agar terlihat jelas warna elemen sihir mereka. Sementara itu, Mansa dan teman temannya saling bergantian untuk melihat sihir masing masing.
“Firm cobalah duluan”, ujar Mansa. “Oke!” dia menuju bola sihir dan mengalirkan mananya secara perlahan. Lalu bola itu bercahaya dan mengeluarkan tetesan air. “Wow Firm elemenmu air sangat cocok untuk sihir medis. “Sekarang giliranku!” ujar Sasha yang mendekat ke bola sihir. Dia melakukan hal yang sama halnya dengan Firm. Bola itu mulai bercahaya dan munculah kilatan listrik dari bola tersebut. Zzttt……zzttt… (bunyi aliran listrik).
“Yeah ini dia elemenku listrik, Eh kemana kalian semua?” Sasha melirik kesebelah ternyata semua temannya melihat ke arah bola sihir milik Bilqis. “Wah ini sangat nyata aku bisa melihat pengguna sihir logam sedekat ini”, ujar Mansa yang kagum.
“Hei kalian, hmmpp… kenapa aku diabaikan?”, protes Sasha yang agak kesal karena tidak diperhatikan.
“Hehe maaf Sasha, aku kaget ternyata pengguna elemen logam itu ada bukan hanya dongeng. Lagian ini momen langka. Aku tahu sendiri kan pengguna sihir logam sangatlah langka”, bela Mansa.
“Setidaknya lihat punyaku dulu dong, kan tadi bilangnya gantian”, sahut Sasha yang masih kesal dengan teman temannya. “Iya deh maafkan kami, eh ngomong-ngomong punyamu petir, kan? itu hebat!”, puji Mansa dengan mencoba memberikan muka yang meyakinkan.
“Dasar penjilat aku tidak mudah dipuji seperti itu”, jawab Sasha dengan ketus.
“Tapi Sasha menurutku petir adalah elemen yang keren. Karena biasanya pemilik elemen petir adlaah orang yang periang dan tanggap dalam semua masalah. Selain itu, sangat berguna dama proses operasi dalam medis sihir”, ujar Bilqis dengan senyuman yang tulus. “Eh Baiklah kalian kumaafkan semua”, ucap Sasha yang sudah kembali menjadi periang.
“Hadeh, giliran Bilqis yang bilang ia terima dasar woman!” gumam Mansa kepada Leo dan Firm yang menahan tawa sedari tadi melihat perdebatan diantara kedua anak itu. Akhirnya mereka meneruskannya dengan giliran Leo dan Mansa secara berturut - turut.
“Wah ternyata Leo adalah elemen tumbuhan keren sekali dan cocok dengan sihir medis”, puji Sasha kepada Leo. “Terima kasih, semua elemen hebat kok! Semua punya kekurangan dan kelebihan”, jelas Leo.
“Tapi menurutku yang sangat beruntung itu Mansa karena ia memiliki elemen yang sama dengan Tabib sihir pertama”, ujar Firm untuk menghibur Mansa yang tidak dipuji oleh Sasha.
“Yah makasih! Namun dampak dari elemen api juga besar. Aku harus lebih bijak dalam menggunakannya”, sahut Mansa dengan nada serius.
“Yah sekarang kita sudah tahu sihir masing masing mohon batuannya ya teman teman”, tukas Bilqis yang disetujui oleh semuanya.
Waktu tidak terasa berjalan begitu cepat. Kelas sihir alam pun akan segera usai. Mr. Vale mempersilahkan para siswa untuk mebali ke tempat duduk mereka masing masing.
“Baiklah, Saya cukup senang dengan kalian karena sangat kondusif untuk hari ini. Namun, sebelum menutup kelas saya akan bertanya sesuatu. Apakah ada diantara kalian yang sudah mengetahui bahwa dirinya bisa dual elemen”. Kelas terasa hening sejenak sedangkan para siswa saling berbisik satu dengan yang lainnya. Suasana menjadi tenang sejenak sebelum seorang anak berdiri sambil mengangkat tangan. “Saya Mr. Vale, Rehan Redwood”, anak itu berkata dengan jelas. Semua siswa kaget seperti tidak percaya ada satu diantara mereka yang dapat melakukan dual elemen.
“Rehan Redwood, baiklah silahkan duduk lagi. Nanti setelah kelas temui saya di ruangan guru”.
“Siap Mr. Vale”, jawabnya dengan lugas. Kemudian Mr. Vale menutup pembelajran dan meninggalkan kelas. Setelah itu, Rehan menghampiri Firm dan menendang mejanya Seketika Firm pun terkejut dan meliat ke arah Rehan yang memasang wajah mengejek.
Lalu ia mendekati Firm dan berbisik kepadanya. “Ingat itu baik baik bocah wabah elemen air”. Rehan yang telah puas memberi peringatan kepada Firm segera menjauh dan meninggalkan kelas. Mansa yang melihat itu berlari mengejarnya. Namun, ia ditahan oleh Firm agar tidak usah meladeni orang seperti itu. Akhirnya Mansa dan yang lainnya keluar kelas bersama dengan perasaan kesal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!