Sebuah rasa nyaman atau mungkin sekedar karena sudah terbiasa.Kanfa Putra Mahardika seorang siswa populer mencintai gadis yang merupakan sahabat kecilnya. Namun, sayangnya dia selalu di tolak dengan alasan tidak mau merusak persahabatan orang tua mereka.
"Cyra tunggu !!" teriak seorang laki-laki yang berlari sambil meneriaki seorang gadis yang dia kejarnya sedari tadi.
Si empunya nama pun mendengar jika namanya di sebut namun, dia terus melangkah tak peduli panggilan pria itu.
Tapi, seperti biasa dengan cepat pria itu bisa mengejarnya. Pemuda itu menarik lengan sang gadis berakibat gadis itu berhenti melangkah.
"Kanfa lo apa-apaan sih ! lo selalu saja bikin kacau hidup gue tahu nggak !!" bentak gadis bernama Cyra yang tak lain adalah anak Dewa dan juga Diana sahabat orang tua Kanfa.
" Gue nggak suka lihat lo sama Doni Ra.." ucap Kanfa dengan meraup wajah nya dengan kasar.
Gadis bernama Cyra itu pun melipat kedua tangannya di depan dan menatap tajam ke arah Kanfa.
" Gue nggak peduli !" ucap nya tegas.
"Kenapa sih lo selalu ngelarang gue buat dekat sama laki-lak,masa gue harus hidup jomblo terus sih,menyebalkan !" protes Cyra pada Kanfa.
" Gue nggak mau lo tersakiti Cyra. gue sayang sama lo. Cuma gue yang tulus sama lo !" ucap Kanfa dengan mengacak rambutnya serasa hidupnya sangat frustasi.
"Fa,juga sayang sama . Tapi, please beri gue sedikit privasi.Gue nggak nyaman kalau lo terus nempel ke gue terus.Gue juga butuh teman." ujar Cyra dengan wajah penuh permohonan.
"Lo keberatan dengan gue dekat sama lo? " tanya Kanfa dengan memandang wajah Cyra tajam.
"Kanfa,gue memang sayang sama lo tapi, gue nggak bisa terima perasaan suka lo sama gue.ltu aneh..." ucap Cyra membuat Kanfa terlihat kecewa.
Kanfa tak bisa berkata-kata apalagi.Untuk kesekian kalinya dia di tolak mentah-mentah oleh gadis cantik di depannya itu.
"Cyra ,Kanfa !!" panggil seseorang yang ternyata Khalif anak dari Vian dan Fara menghampiri keduanya.
Mendengar ucapan Cyra menatap dimana Khalif berjalan kearah mereka.
Dengan cepat Kanfa berjalan meninggalkan tempat itu tanpa sepatah katapun.
"Kanfa tunggu !!" teriak Khalif mengikuti Kanfa ke arah parkiran.
Kanfa dan Cyra juga Khalif memang satu SMA .Kanfa yang memang berotak cerdas saat kecil satu kelas dengan Cyra.
Walaupun memang selisih umur mereka hanya satu tahun namun, Kanfa yang dulu masih TK meminta langsung masuk ke SD dan mengikuti test dan ternyata Kanfa bisa lanjut.
Kanfa tak menghiraukan teriakan Khalif.Dia sampai parkiran langsung naik ke motor nya dan langsung membawa motornya meninggalkan SMA Mahardika High School menuju tempat dimana dia bisa menenangkan diri.
"Kebiasaan,sudah tahu di tolak tetep aja maksa ." gerutu Khalif saat Kanfa yang sudah jauh meninggalkan area sekolah.
Cyra mendekat ke arah Khalif dan melihat motor Kanfa sudah tak ada di tempat biasa dia memarkirkan motor kesayangannya itu.
"Dia kabur lagi?" tanya Cyra yang sudah di samping Khalif.
" Udah tau nanya.Lagian kenapa mesti di tolak sih..kalian kan sudah sama-sama tahu.Pastinya lebih mudah buat kalian bersama." ucap Khalif pada Cyra.
Cyra mengembuskan napas kasarnya mendengar penuturan Khalif. "Nggak semudah itu Lif,gue menganggap dia sebatas sahabat dan jangan lupa kita semua keturunan empat sekawan di takdirkan sebagai saudara."ucap Cyra
" Susah buat kita bisa sama-sama dalam satu hubungan seperti antara pria dan wanita.Gue nggak ada perasaan cinta sama sekali sama Kanfa ." ucap Cyra membuat Khalif menurunkan bahunya.
"Kalau Kanfa lihat lo punya pacar bahkan suami,baru dia bisa terima kenyataan kalau kalian bukan jodoh." ucap Khalif menyandarkan bok*ngnya di body motor nya.
Cyra menoleh pada Khalif dengan mendengus kesal.
"Gimana mau punya suami, kita masih sekolah. Lo tahu sendiri badan gue kayak punya alarm bahaya kalau setiap dekat sama cowok berujung menyedihkan" ucap Cyra sedih.
"Sudah ngomong sama om Dewa ?" tanya Khalif di jawab dengan gelengan kepala oleh Cyra.
"Lebih baik bicara sama om Dewa sama tante Diana. Biar punya solusi buat masalah lo ini." ucap Khalif memberikan saran pada Cyra .
"Akan gue pertimbangkan." jawab Cyra.
"Ya udah ,gue nyusul Kanfa dulu.Lo di jemput kan?" tanya Khalif dan Cyra mengacungkan jempol nya pada Khalif.
Melihat acungan jempol dari Cyra akhirnya Khalif pun menuju tempat di mana Kanfa berada.
... ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kanfa Putra Mahardika anak bungsu Abian Kemal Mahardika dan Kirani Adzkia.
Pewaris tahta menjadi penerus Black Diamond membuat Kanfa harus menjadi salah satu mafia kejam dalam menghadapi musuh dan orang-orang yang membuat kesalahan pada anggota keluarganya.
Kanfa memarkirkan motornya di markas Black Diamond.Semenjak Daddy dan bundanya memutuskan untuk menyerahkan perusahaan pada kedua anaknya yaitu Bia dan Kanfa,Abi hanya mengelola bisnis restaurant nya bersama Kiran sang istri.
Perusahaan besar Mahardika kini di pegang sementara oleh Harraz menantu plus suami Abia.
Kanfa pun sudah mulai terjun ke dunia kerja walaupun tak sepenuhnya.
"Boss !!" tegur salah satu anak Black Diamond saat melihat sosok boss nya masuk ke dalam markas.
Bukannya menjawab,Kanfa terus melangkah masuk ke dalam markas.
"Pasti lagi ribut sama bidadari Cyra."tebak salah satu anak buah Black Diamond.
"Sok tahu Lo !!" timpal yang lain.
"Kita lihat saja, kalau setiap bos berantem sama bidadari Cyra pastinya dia bakal bad mood seperti itu."
"Iya juga sih, padahal mereka serasi banget.."
Brum
Brum
Brum
Suara motor sport masuk ke area markas membuat atensi team jaga itu pun menoleh ke arah si empunya motor.
Khalif membuka helmnya dan turun dari motornya.
"Kanfa kesini?" tanya Khalif pada team jaga Black Diamond.
"Ada bos'e..lagi bad mood tuh.." ucap salah satu penjaga di sana.
"Kayak perawan aja ngambek mulu.." timpal Khalif membuat para anggota Black Diamond yang ada disana mengulum senyum mendengar ucapan Khalif.
Akhirnya Khalif pun ikut masuk ke dalam markas dan menuju dimana Kanfa biasanya menyendiri.
Khalif memang beda satu tahun dengan Kanfa otak cerdas nya juga dia sudah duduk di bangku SMA kelas 11 sementara Kanfa dan Cyra ada di kelas 12.
"Minum dulu, biar tenggorokannya enakan." ucap Khalif menyerahkan botol air mineral ke arah Kanfa.
Kanfa menatap Khalif sejenak dan meraih botol air mineral yang di sodorkannya.
"Ngapain lo kemari?" tanya Kanfa dengan ketus.
"Terserah gue lah, tempat ini kan milik kita bersama." jawab Khalif enteng.
CK.....
Kanfa berdecak mendengar ucapan Khalif. Orang tua mereka yang notabene nya adalah sahabat membuat anak-anak empat sekawan dekat satu sama lain sedari kecil.
"Sudahlah, mau sampai kapan lo ngemis cinta sama Cyra. Niat dia baik, dia sayang sama kita semua.Lo bisa pikir positif nya,gimana kalau seandainya lo sama dia nikah terus nggak cocok masa mau cerai,terus..pastinya nggak akan nyaman lagi pertemanan kita bahkan lebih parahnya efeknya ke hubungan orang tua kita semua." ucap Khalif panjang lebar.
Khalif tahu jika memang Kanfa selama ini tidak pernah mengenal sosok perempuan selain Cyra dan keluarga nya.Dia sangat tertutup dengan hal itu. Apalagi Daddy nya selalu mengatakan jangan pernah berpikir untuk merusak gadis manapun dan hanya Daddy nya saja yang harus lama di tinggalkan sang bunda dan bertemu lagi dengan kakaknya dan bundanya setelah berpisah 15th lamanya.
Jadi,dari sana lah Kanfa berfikir jika dia tidak akan membuka hati untuk wanita mana pun.
Bersambung
Haiii.... ketemu lagi sama cerita terbaru Puspa Arum nih,kalau kalian baca cerita ini kalau bingung bisa baca cerita Author yaitu "Menikah Muda" karena ini merupakan cerita Sequel dan akan membahas kehidupan anak bungsu dari Abian & Kiran.
Walaupun memang Kanfa tak pernah pacaran dan juga tak mau dekat dengan gadis manapun kecuali keluarga nya dan anggota empat sekawan. Namun, tidak di pungkiri bibit premium Abi melekat pada diri Kanfa.
Banyak gadis yang mengharapkan Kanfa dan banyak gadis yang begitu memujanya. Di pandang sebagai bad boy di sekolah yang suka tawuran dan juga selalu sukses membuat gadis meleleh dan heboh para siswi-siswi saat dia dan team basketnya berlaga di lapangan.
"Mau kemana?" tanya Khalif saat Kanfa beranjak dari tempat duduknya.
"Cari angin." jawab Kanfa sekenanya dan melangkah pergi.
"Cari angin, cari angin, lama lama kembung lo !!" seloroh Khalif seraya melihat kepergian sahabatnya itu.
Kanfa tetap saja melangkah menuju motornya meninggalkan Khalif yang terus menggerutu di dalam markas.
"Balik bos?" tanya salah satu anak buah Black Diamond.
"Hemmm.." jawab singkat Kanfa.
Kanfa melajukan motor sport nya meninggalkan markas Black Diamond.
Pikirannya terasa kalut saat ini.Apalagi mengingat kembali beberapa kali dia ditolak oleh Cyra membuat dirinya merasa frustasi.
Motor sport milik Kanfa pun semakin melaju membelah jalanan tanpa arah pasti. Tiba-tiba matanya menangkap banyak orang yang sedang berkerumun disisi jalan.
"Ada apa tuh. Apa jangan-jangan ada kecelakaan, bukan nya di tolongin ,malah sibuk pada pegang hp buat rekam." gumam Kanfa geram dengan tingkah orang-orang yang tidak punya simpati atau empati.
Kanfa pun memutuskan untuk mendekat ke arah kerumunan massa itu. Lalu dia menepikan motornya dan berjalan menerobos kerumunan. Terlihat seorang laki-laki paru baya yang menatap sayu ke arahnya seperti meminta tolong padanya.
"Astaghfirullahal'adzim.." ucap Kanfa lirih.
Kanfa pun berjongkok sambil memeriksa keadaan orang tersebut.
"To_long.." tiba-tiba laki-laki itu berucap seperti itu pada Kanfa dengan keadaan bersimbah dara*.
"Astaghfirullahal'adzim pak, kita ke Ruma Sakit .Sebentar pak..." ucap Kanfa sedikit menyenderkan tubuh si bapak ke pohon.
Kanfa melakukan panggilan dengan salah satu anak buah Black Diamond untuk mengambil motornya. Sementara itu, orang-orang yang berkerumun pun lama-lama bubar dengan sendirinya tanpa mau menolong atau sekedar membantu Kanfa. Seperti orang-orang itu sudah mati hati nurani mereka untuk sekedar menolong atau sekedar menelpon ambulans atau bantuan lain pun sepertinya tidak ada.
"Mas , berhenti mas !!" ucap Kanfa menyetop sebuah mobil pick up saat melintas.
"A_ada apa ya dek?" tanya si sopir pick up sedikit bingung karena terlihat ada orang kecelakaan.
"Pak tolong antar bapak itu ke Rumah Sakit yaa.." pinta Kanfa dengan menunjuk ke arah pria paruh baya yang sedang tak berdaya itu.
"Tapi..
"Demi nyawa orang pak, kalau perlu saya bayar sebagai sewa mobil bapak." potong Kanfa yang melihat ke arah si bapak dan jelas terlihat pria itu sedang menahan sakit yang luar biasa.
"Baik dek, tapi..adek ikut ya.Saya soalnya sudah selesai jam kerja saya harus cepat aplusan.Kalau saya telat bisa kena denda dek..." ucap si supir pick up.
"Iya.." jawab Kanfa singkat.
Di jaman seperti ini rasa kemanusiaan dan empati manusia semakin hari semakin menipis saja . Semua di ukur dengan namanya Cuan. Nggak ada cuan nggak jalan.
Tubuh pria paruh baya itu pun di naikkan ke atas pick up bagian belakang tak lupa Kanfa pun ikut di mobil tersebut.
"Bos, ada apa ini?" tanya salah satu anak buah Black Diamond yang biasa di panggil Jampang.
"Pang, tolong lo handle semuanya.Gue anter bapaknya ke RS Mahardika." ucap Kanfa.
"Oke bos.." ucap si Jampang dengan mengacungkan jempolnya.
"Kalau ada apa-apa hubungi gue bos!!" teriak Jampang sebelum mobil itu jalan.
Kanfa pun meminta supir pick up untuk segera ke arah RS Mahardika.
Tak butuh waktu lama mobil itu pun sampai di depan Rumah Sakit Mahardika.
"Suster, Dokter !!" teriak Kanfa yang masih terlihat dengan seragam putih abu-abu nya.
Mendengar teriakkan seseorang security yang bertugas di depan Lobby pun menoleh dan betapa kagetnya kedua security itu melihat Kanfa yang mereka kenal sebagai anak pemilik RS Mahardika membawa orang yang terlihat tidak baik-baik saja.
Dengan sigap security dan juga petugas memindahkan tubuh si bapak ke atas brankar dan menuju ke UGD.
"Pak terimakasih pertolongan nya. Ini ada sedikit rejeki untuk bapak." ucap Kanfa memeberikan beberapa lembar uang yang ada di dalam dompetnya untuk sopir pickup itu.
"Tapi dek saya...
"Terima saja pak, saya tahu bapak sudah over time buat bawa mobilnya pasti akan di mintai uang sewa lebih juga kan ?" tanya Kanfa yang sempat dengar tadi si supir menghubungi seseorang yang tak lain pihak yang pemilik mobil pickup itu.
Akhirnya si sopir itu pun menerima uang dari Kanfa. Karena bagaimana pun dia juga membutuhkannya."Terimakasih dek, semoga bapaknya cepat sembuh dan bisa berkumpul lagi dengan keluarga nya." ucap supir pickup.
"Amin ." ucap singkat Kanfa.
Setelah selesai urusannya dengan supir pickup itu, Kanfa dengan cepat menyusul korban kecelakaan yang dia bawa ke UGD.
Baru saja Kanfa tiba di depan pintu UGD seorang suster keluar dari ruangan itu.
"Yang bertanggung jawab atas pasien yang baru masuk ?"tanya si suster dengan mencari pihak yang bertanggung jawab atas pasien.
Disana bukan hanya Kanfa yang menunggu pasien di yang sedang di tangani di UGD.
"Suster,apa pasien korban tabrak lari yang barusan suster maksud?" tanya Kanfa.
Suster yang mengenal siapa sosok yang ada di depannya kontan membuat dirinya merasa kikuk di buatnya.
"I-Iya tuan muda." jawab si suster dengan senyum kikuknya.
"Saya menemukan ponselnya ada di tempat kejadian, coba suster hubungi nomer keluarga nya.Biasanya terdapat nomer kotak keluarga nya mungkin anak atau istrinya." ucap Kanfa.
"Baik tuan, saya akan memberikan kabar pada keluarga pasien."jawab si suster.
"Mengenai biaya semua akan saya tanggung."ucap Kanfa sebelum suster tersebut berlalu pergi.
"Baik tuan,"jawab suster itu lagi.
...****************...
Di sebuah toko roti yang terlihat ramai seorang gadis sedang sibuk melayani para costumer yang akan melakukan pembayaran.
"Shanum, hp kamu bunyi terus tuh.." ujar salah satu teman kerja nya.
"Bisa minta tolong gantiin aku dulu nggak,aku angkat telpon dulu takut penting." Shanum pada teman kerja nya.
"Nggak masalah.Buruan gih.." ujar temannya bernama Nuri.
Shanum pun langsung melangkah menuju loker miliknya. Benar saja ada beberapa panggilan dari nomer yang tak di kenal.Tapi, yang jelas itu bukan nomer telpon dari ponsel.
Saat dia akan meletakkan ponselnya kedalam tas nya tiba-tiba ponselnya berdering.
"Assalamualaikum.." ucap dari seberang sana.
"Wa'alaikumsalam,siapa ini ya?" tanya Shanum.
"Maaf ini dari Rumah Sakit Mahardika, apa benar anda mengenal orang bernama Sulaiman ?" tanya orang di sebrang sana.
Deg
Detak jantung Shanum tiba-tiba berdetak kencang saat nama ayahnya di sebut.
"Sulaiman,itu nama bapak saya. Ada apa yah, apa terjadi sesuatu pada bapak saya?" tanya Shanum dengan perasan khawatir.
"Maaf mba bisa cepat ke Rumah Sakit Mahardika karena bapak Sulaiman sedang dalam penanganan di Rumah Sakit Mahardika setelah terjadi kecelakaan tabrak lari."ucap dari sebrang sana.
Informasi barusan tentu saja membuat Shanum semakin terkejut mendengar berita sang ayah.
"Astaghfirullahal'adzim,ba_baik mba saya akan segera kesana.Tolong selamatkan bapak saya.." ucap Shanum dengan wajah panik dan juga sudah luruh air matanya yang sudah mengalir deras.
Shanum menutup panggilan dan juga langsung minta ijin untuk pergi menemui sang bapak. Tentu saja pemilik toko kue tempat dia bekerja pun akhirnya mengijinkannya.
Bersambung
Kanfa masih setia menunggu kedatangan pihak keluarga dari orang yang dia tolong namun, sampai pasien di bawa ke ruang ICU belum satu orang pun yang datang. Sedangkan kata suster yang menghubungi pihak keluarga korban mengatakan jika putrinya sudah dia kasih tahu.
"Suster, boleh saya lihat pasien sebentar?" tanya Kanfa yang mulai tak tenang.
"Tentu tuan muda. Kebetulan pak Sulaiman ingin bertemu dengan anda. Silahkan."ucap si suster membukakan pintu untuk masuk ke ruangan di mana pasien bernama Sulaiman terbaring dengan banyak alat yang menempel pada tubuh nya.
Kanfa melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut.Dengan perlahan dia pun masuk mendekat ke arah brankar.
"Assalamualaikum.." ucap Kanfa saat sesudah berdiri di samping ranjang pasien.
"Wa'_alaikum_salam," jawab Sulaiman dengan suara terbata dan lirih.
Terlihat Sulaiman menerbitkan senyuman nya pada Kanfa.
"Te_ri_ma_kasih sud_sudah meno_long sa_ya."ucap nya dengan tersendat dan juga nafas yang tidak teratur.
"Sebaiknya bapak jangan pikirkan tentang apapun saat ini, tugas bapak hanya bisa sembuh.Sudah kewajiban saya menolong bapak sebagai sesama manusia." ucap Kanfa meraih tangan pria paruh baya itu yang sempat menggantung.
"Anak_saya...
"Suster sudah menelpon anak bapak, kemungkinan sebentar lagi dia akan sampai."
"Dia_akan_ja_di seba_tang kara setelah sa_ya pergi." ucapnya dengan air mata yang mulai mengalir dari sudut matanya.
"Bapak jangan mengatakan apapun. Bapak harus kuat dan semua demi anak bapak." ucap Kanfa dengan memandang mata sang bapak dengan begitu dalam.
Ada rasa khawatir meliputi hati Sulaiman.Apalagi putrinya tak punya siapa-siapa lagi.
"Tolong_saya,to_long jaga dia." ucap nya dengan terbata-bata.
"Bapak akan sehat lagi.Selama bapak disini,bapak tak perlu khawatir anak bapak akan baik-baik saja." ucap Kanfa mulai merinding mendengar perkataan sang bapak.
"Umur saya,tak lama la_gi."ucapnya dengan memandang langit-langit.
Kanfa menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan dengan perlahan.
"Bapak harus semangat jangan begini, kasihan anak bapak nantinya." ucap Kanfa berusaha memberikan dukungan.
"To_long saya nak,saya sakit." ucap Sulaiman.
Ceklek..
Baru saja Kanfa ingin menjawab omongan Sulaiman namun tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Seorang perempuan muda dengan perawakan kecil dan juga terlihat wajah polos masuk ke ruangan itu . Dia melangkah mendekati brangkar dengan langkah lebar.
"Bapak..!" panggilnya dengan tampilan wajah sedih dan air mata yang terlihat menetes deras di mata dan pipi nya.
Gadis itu pun langsung memeluk tubuh lemah sang ayah yang sedang terbaring di atas brankar.
"Sha...
"Pak, kenapa bapak jadi seperti ini..hiks hiks apa yang terjadi pak..?" tanya Shanum dengan lemas dan limbung hampir jatuh jika dengan tidak cepat Kanfa menopang tubuh kecil gadis yang tak jauh di sampingnya.
Tubuh Shanum yang hampir jatuh di tahan oleh Kanfa dan Shanum pun akhirnya menoleh pada sosok orang yang menolongnya. Betapa terkejutnya dia melihat siapa yang ada di depannya itu dan dengan jarak yang begitu dekat.
Wajah tampan dengan struktur wajah opa-opa korea karena mewarisi fisik sang Daddy membuat Shanum terpaku sejenak.
"Sha_num..." panggil Sulaiman dari atas pembaringan.
Mendengar panggilan itu pun dengan cepat Kanfa melepaskan pegangannya pada tubuh kecil itu.
"Pak ,bilang sama Shanum, apa dia yang buat bapak seperti ini?" tanya Shanum dengan menunjuk ke arah Kanfa.
Kanfa yang mendengar tuduhan gadis yang tak pernah dia kenal pun langsung melotot mendengar tuduhan itu.
"Bu_bukan nak,di_dia yang me_nolong bapak." ucap Sulaiman mematahkan kecurigaan sang putri.
Shanum yang mendengar penuturan sang bapak pun langsung diam dan tanpa minta maaf juga Shanum langsung fokus dengan sang bapak.
Mendengar penuturan si gadis yang sempat curiga padanya membuat Kanfa berdecak kesal.
Melihat bahwa keluarga dari orang yang dia tolong sudah datang jadilah Kanfa akan pamit keluar namun, saat itu juga Kanfa di buat diam dengan respon si bapak.
"Se_bentar nak,ba_pak mau minta tolong sama kamu untuk terakhir kali_nya." ucap Sulaiman dengan pandangan memohon.
Kanfa pun mengangguk pelan dan kembali berdiri di samping brankar Sulaiman.
"Bapak mau minta tolong apa, bilang sama Shanum saja." ucap Shanum langsung mendapatkan respon senyuman oleh si bapak.
"Bicaralah pak, apa yang bapak butuhkan?" tanya Kanfa tanpa merespon ucapan Shanum.
"Tolong_meni_kahlah de_ngan anak saya." ucap Sulaiman membuat dua orang yang ada di dalam ruangan yang sama itu terkejut.
Deg..
"Pak......
"Sa_ya mohon nak, kamu_laki-laki yang baik. Allah mengi_rimkan kamu seba_gai penyelamat sa_ya.Tapi, saya ti_dak bisa berlama-lama untuk melakukan kewajiban saya se_bagai seorang ayah. Ba_pak mohon nak.Shanum dia hanya punya ba_pak.Tapi,kalau bapak per_gi tidak ada la_gi yang menja_ga nya."ucap Sulaiman dengan terbata-bata.
Shanum dan juga Kanfa saling pandang dan terlihat Shanum menggelengkan kepalanya perlahan Kanfa diam tak menjawab apapun .
"Bapak, bapak kenapa berkata begitu..bapak tega mau tinggalin Shanum sendiri? Shanum mohon pak, bertahanlah. Bapak harus sehat lagi."ucap Shanum dengan air mata yang terlihat membasahi kedua pipinya.
Sementara Sulaiman memandang sendu ke arah Kanfa. Hatinya semakin was-was.Apalagi tak ada jawaban yang keluar dari mulut pria muda itu.
Hati Kanfa kini bimbang, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Bapak, bapak sebaiknya istirahat.Semua akan baik-baik saja.Kanfa janji,akan memberikan pengobatan yang terbaik untuk bapak. Jadi sekarang bapak jangan berpikir yang tidak-tidak."ucap Kanfa mencoba untuk melapangkan hati Sulaiman.
"Sore,maaf tuan muda, kami akan melakukan pemeriksaan pada pak Sulaiman." ucap dokter yang menangani Sulaiman pada Kanfa.
"Lakukan yang terbaik buat bapak ini, kalau ada yang perlu di lakukan secara medis bisa langsung diskusikan pada kami."ucap Kanfa.
"Baik tuan muda." ucap si dokter.
"Kita keluar dulu,biar bapak kamu di periksa dulu." ucap Kanfa pada Shanum tanpa menatap ke arah nya.
Shanum memandang ke arah ayahnya. Sulaiman mengangguk dengan wajah yang terlihat pucat sekali.
"Pak, Shanum di luar dulu yaa ..bapak semangat." ucap Shanum pamit untuk keluar dari ruangan ICU.
"Iya nak, jangan sedih." ucap Sulaiman membelai surai panjang sang putri.
Kanfa dan Shanum pun keluar dari ruang ICU.
"Duduklah,gue mau hubungi seseorang dulu." ucap Kanfa pada Shanum.
Shanum hanya mengangguk mengiyakan perkataan Kanfa dan duduk di depan ruang ICU dengan hati yang terasa gundah.
Sementara Kanfa sedikit menjauh dari tempat di mana Shanum duduk.Dia menghubungi seseorang yang dia anggap tahu dia harus memutuskan apa.
"Assalamualaikum bang," ucap Kanfa saat panggilan nya di angkat.
"Wa'alaikumsalam Fa,ada apa..kamu ada masalah?"
"Bisa datang ke Rumah Sakit bang, Afa butuh pendapat Abang."
"Rumah Sakit, kamu kenapa? Jangan buat khawatir Fa..
"Bang please , nggak ada banyak waktu . Sekarang Abang ke Mahardika Hospital,Afa tunggu di depan ruang ICU.Udah ya bang ... Assalamualaikum..."
"Wa'alaikumsalam.." jawab orang yang ada di sebrang sana.
Kanfa barusan menghubungi seseorang dan itu adalah Harraz Al-Ghifari kakak iparnya.
Kanfa terlihat bingung saat ini.Apa yang harus dia lakukan saat ini.Dia melihat sekilas gadis yang duduk di kursi tunggu dengan menundukkan kepalanya.
"Nama kamu siapa?" tanya Kanda dengan nada datar.
Gadis itu mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Kanfa sekilas dan mengalihkan pandangannya.
"Sha_Shanum.." jawab Shanum dengan menundukkan kepalanya kembali.
"Kamu memang nggak punya saudara?"
Shanum menggelengkan kepalanya.Melihat jawaban Shanum Kanfa menghela nafas panjang.
Kanfa seperti berpikir keras saat ini.Terngiang ucapan Sulaiman yang bilang jika dirinya sakit.Apa sebenarnya Sulaiman juga mengidap suatu penyakit.Selain karena kecelakaan itu, apakah dia juga mengidap penyakit dan memperparah kondisinya.
Bersambung
Jangan lupa Like juga kasih dukungan buat lapak aku yaa.. Subscribe jangan lupa,biar kalian tahu dan mendapatkan notifikasi kalau author up cerita baru atau up date.
Follow IG Author @puzpa_arum ,FB @Puspa Arum Tik Tok @Puspa Arum
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!