NovelToon NovelToon

Possessive Step Brother

Ketua Osis Galak

Suara bantingan kaca menggema di dalam rumah. Piring, panci, dan semua makanan yang ada di atas meja, kini sudah berserakan di lantai. Hana mendapati Ibunya sudah duduk bersimpuh menghadapi amarah dari sang ayah.

"Dapat uang dari mana kamu bisa menyekolahkan Hana disana, hah?" bentak seorang lelaki bernama Pak Abdi (Ayah Hana) pada istrinya bernama Bu Sandra (Ibu Hana).

"Itu uang tabungan aku mas," jawab Bu Sandra.

"Bohong, pasti uang dari laki-laki lain kan! Ayo ngaku!" cecar Pak Abdi.

"Jangan asal menuduh mas, aku gak suka," jawab Bu sandra, dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gimana gak mau nuduh, kamu kan pernah kencan sama cowok lain!" bentak Pak Abdi.

"Itupun kamu sendiri yang nyuruh aku untuk menemani mantan bos kamu!" ucap Bu Sandra membela diri.

"Halah berisik! Mending uang itu buat kebutuhan yang lain, dia bisa sekolah di tempat yang lebih murah!" ucap Pak Abdi perhitungan.

"Ini untuk masa depan anak kita, supaya kehidupannya lebih layak!" tutur Bu Sandra.

"Mana uangnya sini! Buang-buang uang aja!" dengan kasar Pak Abdi menarik tangan Bu Sandra, berusaha merebut uang 2 juta yang ada di genggaman wanita itu.

"Jangan mas, uang ini untuk biaya administrasi sekolah Hana" jawab Bu Sandra berusaha mencengkram kuat uang di tangannya.

"Berani ngelawan kamu ya!" ucap Pak Abdi kehilangan kesabaran.

Tangan Pak Abdi terangkat bersiap menampar istrinya. Melihat Ibunya akan di pukul, Hana maju untuk melindungi Ibunya dari amukan sang Ayah.

"Plakk!!" Alhasil Hana Lah yang terkena imbasnya. Gadis itu memegang pipinya yang terasa sakit dan panas karena tamparan yang lumayan keras.

"Anak sama Ibu sama-sama nyusahin!" bentak Pak Abdi seraya merebut uang dari tangan Bu Sandra. Saling tarik-menarik pun tidak terelakan.

Tanpa belas kasihan, pria itu mendorong istrinya hingga jatuh tersungkur ke lantai.

"Mas jangan, Mas," pinta Bu Sandra tersedu-sedu.

"Nah gini dong, duit kok di buang-buang," senyum Pak Abdi mengembang setelah berhasil mengambil uang itu.

Tak cukup sampai disitu. Merasa belum puas, pria paruh baya itu juga memukulkan lembaran kertas itu ke kepala istrinya.

"Lain kali nabung yang lebih banyak," ucap Pak Abdi lalu berbalik meninggalkan anak dan istrinya.

"Masss!!!" teriak Bu Sandra melihat suaminya membawa pergi uang sekolah Hana.

"Bu udah bu, nggak apa-apa nanti kita bisa cari lagi uangnya," ucap Hana sambil memeluk Ibunya kasihan.

"Maafin Ibu ya, Nak," jawab Ibunya sendu, sambil memegang pipi Hana yang bengkak dan lebam.

"Hana gak apa-apa kok Bu," ucap Hana menenangkan Ibunya.

Hati ibu mana yang tidak teriris melihat anaknya sendiri di pukul di depan matanya. Rasa bersalahnya karena tidak bisa memberikan kehidupan yang bahagia kepada anak gadis semata wayangnya itu.

"Sana gih berangkat sekolah, nanti kamu terlambat," perintah Bu Sandra.

"Tapi Ibu gimana?" jawab Hana ragu.

"Ibu baik-baik saja, pergilah," ucap Bu Sandra meyakinkan putrinya.

Dengan berat hati Hana salim dan pamit meninggalkan ibunya yang bersedih sendirian di rumah.

***

Pov Hana.

Hari ini adalah hari pertamaku resmi menjadi siswi di SMU pelita jaya. Sekolah elit dan mahal. Beruntungnya aku mendapatkan beasiswa berprestasi, di bebaskan dari SPP bulanan. Dan kini aku harus menjalani masa orientasi.

Sialnya aku malah datang terlambat. Dengan nafas ngos-ngosan tanganku merapikan rambutku yang acak-acakan. Segera aku berlari bergabung mengikuti barisan siswa baru.

"Jagoan dari mana ini," sambut para senior.

"Habis berantem, Neng?" ucap salah satunya, lalu menarik daguku, dan menatap memar yang ada di pipiku.

"Bukan kak, tadi saya jatuh," jawabku mengelak.

Lalu senior itu menepis wajahku kasar dan mendorongku. Aku hanya bisa diam menerima perlakuan kasar dari mereka.

Tiba-tiba seorang pria maju dari balik kerumunan, aura dinginnya tampak bersinar, ketampanannya mencuri perhatian semua orang, lalu pria itu mengulurkan tangannya padaku.

"Wangi sekali.." batinku menghirup aromanya yang semerbak di udara.

Pria yang hanya berjarak 1 meter dariku ini memakai parfum yang sangat tajam harumnya, pastinya parfum mahal. Apalah dayaku yang hanya memakai molto sachet.

"Saya David Gerald, ketua osis di sini," ucap pria itu.

Namun saat aku akan menjabat balik, tiba-tiba pria itu menarik kembali tangannya dan mengibaskannya ke baju seragamnya. Seolah-olah aku saat ini adalah kuman yang harus dihindari.

"Bisa-bisanya orang tidak disiplin seperti kamu bisa masuk ke sekolah bergengsi seperti ini!" ucap David ketus.

"Lihat pakaian kamu, dandanan kamu, kaya gembel!" Imbuhnya.

"Maaf, Kak," jawabku tertunduk.

"Ini peringatan pertama dan terakhir buat kamu! Ingat itu!" bentak David.

"Baik, Kak," jawabku singkat.

Sakit hatinya tidak seberapa, tapi malunya luar biasa. Di tonton oleh semua orang yang ada di lapangan. Membuatku merasa ingin menghilang dari sini.

"Apa yang harus aku lakukan," batinku memejamkan mata menunggu keajaiban.

Sebuah rangkulan hangat melingkar di pundakku. Pria itu tinggi, membuatku harus mendongakkan kepala ke atas untuk menatapnya.

Rambut blondenya bercahaya di bawah terik matahari, bola mata birunya menegaskan bahwa dia campuran lokal dan import.

"Come on, David. Kita tidak perlu sekeras itu pada junior," ucap senior blasteran itu tersenyum ke arahku.

Ketua osis itu memutar bola matanya malas.

"Lain kali, kau harus lebih rapi, kau mengerti?" ucapnya menatapku.

Di antara banyaknya senior hanya pria itu yang ramah padaku, dan aku hanya membalasnya dengan anggukan kecil.

(Pov Hana selesai)

***

Kegiatan ospek selesai bersamaan dengan jam istirahat seluruh murid. Membuat kantin sekolah ramai dan padat.

Hana yang sedari tadi berusaha tegar, kini ia meluapkan semua beban pikirannya. Bekal makanan yang ia bawa dari rumah menjadi basah karena air matanya yang terus mengalir, mengingat betapa hancurnya kondisi keluarganya saat ini.

Lamunan Hana buyar saat dirinya di kagetkan dengan sebuah tangan kokoh seseorang yang menyodorkan sapu tangan dan es batu kepadanya.

"Are you oke?" tanya orang itu.

Saat Hana menoleh ternyata pria itu adalah senior bule yang menyelamatkannya tadi pagi.

"Saya baik-baik saja," jawab Hana menunduk mengusap air matanya.

Lelaki itu menyibak rambut panjang Hana yang menutupi wajahnya. Dengan lembut ia mengompres memar yang terpampang jelas di pipi gadis itu.

"Aku tidak tau apa yang terjadi padamu, tapi ini bisa sedikit meredakan nyeri di wajahmu," ucap pria asing itu.

Hana hanya diam dan menatapnya sendu.

"Aku Erick Swan, wakil ketua osis di sini," ucap Erick mengulurkan tangan.

"Hana," ucap Hana memperkenalkan diri.

Sementara itu David dan anggota osis yang lain sedang menuju kantin untuk makan siang sembari menyusun kegiatan untuk besok.

"Vid, kalau di ingat-ingat cantik juga junior yang tadi," ucap Nick, teman David.

"Cewe kampungan kaya gitu lu bilang cantik? Picek asli," jawab David ketus.

"Hati-hati kalau ngomong, ntar lu naksir," celetuk Nick.

"Ck, najis," jawab David berdecak.

Saat David dan teman-temannya akan duduk, mereka melihat Hana dan Erick sedang berjabat tangan.

David melihat Hana sekilas dengan tatapan bombastis side eye. Mata gadis itu sembab, wajahnya tampak kusut dan lesu.

Sadar David sedang meliriknya, Hana segera menundukkan kepala. Ia malu di lihat orang lain dalam keadaan seperti ini, bersamaan dengan itu David juga membuang muka malas ke arah lain.

...~Bersambung~...

...Tolong tinggalkan Like dan Commentnya 🤗...

Kerja Part Time

"Itu teman-temanku sudah datang, aku pergi dulu," pamit Erick.

"Tunggu," ucap Hana tertahan.

"Terima kasih banyak, sudah menolongku hari ini," imbuhnya berterima kasih.

"Jangan sungkan, datangi aku kapan saja jika kau perlu," jawab Erick tersenyum ke arah Hana.

Pemandangan di depannya membuat David merasa mual dan ingin muntah.

"Bucin kok ke junior, junior kere lagi," ucap David menghina.

"Kenapa, lo cemburu," celetuk Nicholas seraya tersenyum jahil.

"Dih, amit-amit, bukan selera gue". jawab David acuh.

"Ntar nyesel kemakan omongan sendiri," senyum Nick mengembang melihat ekspresi kesal David.

"Bisa diem gak! Gak jelas banget lu dari tadi," bentak David kesal.

"Lah, baperan," jawan Nicholas meledek.

"Lagi PMS kali dia, hahaha," imbuh Louis, sekertaris osis.

***

"Assalamualaikum, Bu, Hana pulang," ucap Hana membuka pintu.

"Walaikum salam, Nak," jawab Bu Sandra.

Hana bergegas mencium pipi Ibunya yang sedang sibuk menjahit, Ibunya sore ini kelihatan sumringah, tidak seperti biasanya.

"Ibu kelihatan bersemangat banget," ucap Hana heran.

"Iya, Han. Ibu dapat Orderan dari Wijaya Group," jawab Bu Sandra antusias.

"Alhamdulillah, banyak ya, Bu?" tanya Hana.

"Cukuplah untuk membayar uang sekolah kamu, Han," jawab Bu sandra mengelus wajah putrinya.

"Yasudah, Hana bantuin ya bu'," ucap Hana seraya mengambil tumpukan kain yang sudah berpola itu.

Jam kini sudah pukul 22:30. Bu Sandra menatap putrinya yang ketiduran karena kelelahan membantunya. Wanita itu mengusap kepala Hana di atas meja mesin jahit.

"Ibu berharap kehidupan kita akan berubah jauh lebih baik, ibu ingin memberikan kehidupan yang layak untukmu, dan bisa memberikan kamu apa yang selama ini ibu tidak bisa berikan," gumam Bu Sandra sambil mencium kening putrinya.

***

Hari ini hari Hana sengaja datang lebih awal agar tidak terlambat lagi. Mobil-mobil mewah berjejer di parkiran. Sepanjang jalan, Hana melihat hanya dirinya sendiri yang berjalan kaki, dan memakai seragam berbeda.

"Brummm!! Brummm!! Brummm!!" rentetan suara mobil Sport menderu dari arah gerbang.

Hana menoleh ke belakang tepat di sumber suara.

Terlihat ramai para gadis-gadis bersorak mengerumuni ke empat mobil sport yang baru tiba itu.

Keluarlah David, Erick, Nicholas, dan Louis dari mobil masing-masing. Para fans mereka langsung menyerbu dengan meminta foto dan tanda tangan.

Hana acuh tidak perduli, dan memilih melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

David melihat Hana yang menyelonong pergi begitu saja tanpa memperdulikan keberadaan mereka.

"Dasar gadis naif," batin David sinis.

Baru saja memasukan tasnya ke dalam loker, ia mendengar namanya di sebut dari speaker sekolah.

"Siswi atas nama Hana Gabriella harap datang ke kantor tata usaha," suara speaker pengunguman.

Firasat Hana langsung tidak enak. Ia tahu pasti ada hubungannya dengan uang administrasi yang belum di bayar. Segera ia pergi mendatangi kantor tata usaha.

"Saya tunggu sampai akhir bulan ini, kalau belum di bayar juga, saya terpaksa harus mencoret nama kamu," ucap Bu Ningsih.

"Baik bu, saya akan berusaha secepatnya melunasinya," jawab Hana tertunduk.

***

Selama 5 hari di sekolah, dengan cepat Hana bisa beradaptasi dan memiliki beberapa teman, tapi hanya ada 2 teman terdekatnya, yaitu Sarah dan Viola.

"Han! Hana!" panggil Sarah.

"Hah, kenapa?" jawab Hana terkejut.

"Lu di panggil-panggil dari tadi nggak nyaut," ucap Sarah kesal.

"Mikirin apa sih Han, sampe ngelamun gitu," tanya Viola.

"Nggak, nggak kenapa-kenapa kok," jawab Hana tersenyum tipis.

"Jujur aja, siapa tahu kami bisa bantu," ucap Viola.

"Ehm.. jadi gini, kalian ada nggak kenalan gitu yang butuh karyawan," terang Hana.

"Buat siapa? Buat lo?" tanya Sarah.

"Iya, gue butuh banget kerja part time," jawab Hana.

"Emang lu butuh berapa? Tinggal sebut aja, pasti kami bantu," ucap Viola menawarkan bantuan.

"Enggak, gue gak mau ngerepotin," jawab Hana sungkan.

"Yaelah, kaya ama siapa aja lu," jawab Viola.

"Makasih banget nih sebelumnya, tapi beneran aku cuma pengen kerja," tolak Hana dengan halus.

"Ehm.. ada sih lowongan, tapi di cafe tongkrongan om gue," ucap Sarah.

"Iya, apa aja gue mau, hari ini mulai kerja juga bisa kok," jawab Hana penuh harap.

"Yaudah nanti gue share lock ya, ntar siang lu tinggal dateng aja, nanti gue yang bicara sama om gue," jelas Sarah.

"Makasih ya, kalian baik banget," ucap Hana terharu dengan mata berkaca-kaca.

"Apaan sih, Han, ntar gue ikut mewek nih," jawab Sarah ikut terharu.

"Uu.. cup cup cup," imbuh Viola memeluk kedua temannya itu.

Hana sangat beruntung memiliki dua sahabat yang sangat mensuportnya. Walaupun mereka beda kasta, beda segalanya tapi mereka dengan iklas berteman dengan Hana tanpa memandang status dan materi.

***

"Kayaknya bener deh, kafenya yang ini," gumam Hana berbicara sendiri.

Hana membuka android buntutnya, memastikan bahwa cafe ini sama dengan alamat yang sudah di kirim Sarah.

Pelan-pelan ia menarik nafas panjang, dirinya juga tidak lupa berhenti di depan jendela luar untuk sekedar mengaca, merapikan rambut dan pakaiannya.

"Ayo Hana, Semangat!" batinnya.

Sejujurnya ia sedikit gugup, awalnya Hana berfikir hanya sebuah cafe kecil di pinggiran jalan, ternyata cafe milik omnya sarah lumayan besar, gedungnya juga bertingkat. Seperti cafe berkelas pada umunya.

Dengan bermodalkan nekad akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk masuk.

"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?" ucap pelayan cafe.

"Saya mau bertemu dengan pemilik cafe," jawab Hana gugup.

"Sudah ada janji dengan beliau?" tanya pelayan itu lagi.

"Sudah tadi lewat telfon," jawab Hana.

"Baik, kalau begitu langsung masuk saja ke ruangannya, mari saya antar," ajaknya.

Setelah berbincang sebentar dengan pemilik cafe, Hana pun menyetujui dan menyanggupi semua peraturan bekerja di cafe ini.

"Kamu saya terima menjadi karyawan disini karena rekomendasi dari keponakan saya, ucap pemilik cafe.

"Kalau kerja kamu bagus saya akan menaikkan gaji kamu dan menjadikan kamu karyawan tetap," imbuhnya.

"Terima kasih sudah bersedia memberikan saya kesempatan," jawab Hana menunduk berusaha berbicara sesopan dan seformal mungkin.

"Sama-sama. Kamu sudah bisa mulai bekerja hari ini," ucap pemilik cafe.

"Baik, Pak," jawab Hana.

***

4 jam sudah terlewati, semaksimal mungkin ia bekerja dengan baik dan benar. Sejauh ini semuanya masih baik-baik saja sampai tibalah David dan kawan-kawan.

"Vid, pesen gih, laper banget gue," ucap Nicholas.

"Yaelah, sabar kali," jawab David terus mengutak-atik hpnya, menunggu balasan seseorang.

"Lu nunggu apa sih?" tanya Louis.

"Bentar, Winda mau kesini," tunda David.

"Winda.. ketua child leaders maksud lo? Primadona sekolah kita?" tanya Louis memastikan.

"Iya," jawab David singkat.

"Astaga David-david, kalau lo mau ngedate ngapain ngajakin kita," gerutu Nicholas.

"Gue lagi PDKT, kalau cuma berdua takut canggung," ujar David.

"Ganteng doang, nyali kagak ada," imbuh Louis.

"Shutt!! Dia datang," bisik David.

Seorang gadis berambut pendek, perawakan tinggi dan langsing itu tersenyum ke arah David.

"Sory, gue telat ya?" tanya Winda.

"Nggak kok, santai aja," jawab David selow.

"Tumben cuma bertiga, Erick mana?" tanya Winda melirik sekitar.

"Dia ikut bokapnya ke paris, bulan depan baru balik," jawab Louis.

Winda hanya mengangguk-angguk kecil.

"Yaudah, gua langsung pesen aja kali ya?" tanya David bingung.

"Buset pake tanya," jawab Nicholas kesal.

David mengangkat tangannya, dalam hitungan detik seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan pria itu.

...~Bersambung~...

...Tolong tinggalkan Like dan Comment 🤗...

Sehari Langsung Dipecat

Selamat sore, mau pesan ap.. pa," ucap Hana tercekat saat menyadari bahwa pelanggan saat itu adalah David, seniornya yang sombong itu.

David menatap Hana dengan tajam.

"Sialan, cewe kampung ini lagi," batin David.

"Seperti biasa ya!" teriak Nicholas. Dia tidak peduli siapa yang menjadi waiters itu, yang dia tau mereka semua lapar.

"Menunya apa ya?" tanya Hana bingung.

"Kami pelanggan VIP di sini, masa menu favorit kami Lo nggak tahu!" bentak David kesal.

"Maaf, saya karyawan baru, jadi tidak tahu menu apa yang biasa kalian pesan," jawab Hana dengan sopan, berusaha untuk tetap profesional menghadapi David.

David meraup wajahnya dengan kasar.

Suasana hatinya langsung berantakan saat itu juga. Dia tidak suka menunggu apalagi harus mengulang-ulang menu yang sering ia sebutkan.

"Udahlah Vid, gak usah diperjanjang, namanya juga karyawan baru," ucap Louis membujuk David.

Winda melihat sifat David yang tempramen membuatnya sedikit terkejut.

"Emosian banget, untung ganteng, kaya raya," batin Winda menatap David.

"Steak 4, frapuchino 4, dessertnya rolled bread tiramisu 4, dan champage," jelas Louis.

Hana segera mencatat pesanan mereka.

"Vid oi, tanyain tuh gebetan lo mau pesen apa, diem aja lu," ucap Nicholash.

Mood David terlanjur berantakan, hingga membuatnya tidak fokus lagi pada Winda.

"Sorry Win, lo mau apa?" tanya David.

"Ehm.. chicken wings aja, sama moctail," jawab Winda.

Hana kembali membacakan pesanan mereka yang sudah ia tulis.

"Bentar, gua ganti, minumannya cappucino latte," ucap David cepat.

"Baik, pesanan akan segera datang" jawab Hana lberlalu pergi menyiapkan pesanan.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya semua pesanan merekapun di antarkan. Dengan hati-hati Hana meletakan satu persatu menu.

Baru saja Hana berbalik dan menghela nafas panjang, David memanggilnya.

"Woi, sini dulu!" panggil David.

"Ya ampun, apa lagi sih ini," batin Hana kesal.

"Iya, ada yang bisa di bantu?" tanya Hana berusaha sabar.

"Gue tadi pesennya vanilla latte, kenapa jadi cappuchino!" bentak David.

"Tapi tadi anda pesan cappuchino latte, Tuan," jawab Hana sedikit melotot.

"Makanya fokus! Gue tadi mintanya vanilla latte," ucap David.

"Ganti-ganti" imbuhnya.

"Baik," jawab Hana singkat.

Hana dengan cemas balik ke dapur sambil membawa secangkir cappuchino. Ini yang sangat ia takutkan, membuat kesalahan.

"Tapi kayaknya tadi dia pesen ini deh," batin Hana.

"Vid, lu sendiri yang pesan cappucino tadi bego!" ucap Louis.

"Gue gak suka cappucino," jawab David acuh.

Louis dan Nicholas menggelengkan kepala, mereka tahu itu hanyalah akal-kalan David. Karena saat ini dia sedang berniat mengerjai gadis itu.

Dalam hitungan menit Hana kembali dengan membawa secangkir Vanilla latte, dengan hati-hati ia meletakkan pesanan David.

Saking cemasnya, ia tidak berkedip dan menahan bernafas menunggu respon David.

David menatap tajam Hana sambil menyeruput minumannya. Lalu ia menyemburkan kopi itu.

"Lu kalo kerja yang bener dong," sarkas David.

"Ini pahit banget, niat kerja gak sih!" Imbuhnya.

"Tidak mungkin, tadi saya sendiri yang membuatnya," jawab Hana spontan.

Hana kaget mendengar ucapan David, sontak ia langsung menyeruput gelas milik David untuk memastikan bahwa minuman itu tidak pahit.

"Manis kok, pahit dari mana," ucap Hana kehilangan kesabaran.

"Kurang ajar ya lo, nyeruput minuman pelanggan!" bentak David emosi.

Menejer yang mendengar keributan dari tadi segera menghampiri Hana.

"Ada apa ini?" tanya menejer.

"Ini nih karyawan gak becus! Pesanan salah minuman gue pahit lagi," jawab David memojokkan Hana.

"Hana, mereka adalah pelanggan VIP disini, kenapa kamu ceroboh sekali," tegur Menejer.

"Maaf telah membuat kegaduhan," ucap menejer menunduk lalu menyeret Hana ke dalam ruangan kantor.

"Vid, lu keterlaluan gak sih?" tanya Louis.

"Biarin, salah sendiri bikin gua bete" jawab David tersenyum puas.

Hana keluar dari ruangan dengan wajah yang lesu, matanya berkaca-kaca. Harapan kecil yang ada di depannya saat ini telah sirna.

Dari jauh Hana menatap benci David, dengan tidak sabar berjalan menghampiri pria menyebalkan itu.

"Puas? Sudah bikin saya di pecat di hari pertama kerja!" Ucap hana menggebrak meja David.

"Makanya kerja yang becus!" jawab David acuh.

"Saya udah becus, tapi anda yang cari perkara dari tadi!" bentak Hana.

"Pergi sana, nyampah doang lo disini," usir David.

Hana hanya bisa ternganga menghadapi orang tidak berperasaan seperti David. Pria itu sama sekali tidak menunjukan rasa bersalah.

"Setidaknya minta maaf kek," ucap Hana sebal.

"Ngapain gue minta maaf sama orang miskin," jawab David angkuh.

"Satpam! Usir cewe ini bikin ribut aja," teriak David.

"Mari saya antar," ajak satpam menggandeng tangan Hana.

"Gak usah, saya bisa sendiri," jawab Hana.

Sepanjang jalan Hana hanya bisa menangis, ia tidak tahu lagi bagaimana caranya mengumpulkan uang untuk membayar biaya sekolahnya.

Gadis itu menatap uang 50 ribu yang ada di genggamannya. Menejer cafe masih berbaik hati memberikannya upah sebelum memecatnya.

"Huh.." suara lengguhan nafas frustasinya.

Sebelum pulang ia masih singgah berbelanja di mini market untuk membeli bahan makan malam.

***

"Ngapain sih pah, nyuruh David kesini," protes David.

"Iya, supaya kamu tes jas kamu," jawab Ayahnya.

"Kenapa gak beli aja sih, ribet banget ke penjahit segala," timpal David.

"Jangan salah, kualitas jahitannya mantul" ucap Ayahnya.

"Papa aja kesini karena rekomendasi karyawan papa," imbuhnya.

"Yaudah cepetan, gak enak sama teman-teman David tinggal," jawab David sebal.

"Permisi," panggil Ayah David mengetuk pintu.

"Eh Pak Jonathan, silahkan masuk," jawab Bu sandra.

"Gimana Bu, pesanan saya?" tanya Pak Jonathan, Ayah David.

"Tinggal 5 jas yang belum selesai Pak, soalnya yang ngerjain hanya berdua. Saya dan putri saya," jawab Bu Sandra.

"Oh yasudah, kalau begitu bisa saya coba tes jas saya sama anak saya dulu," ucap Pak Jonathan.

"Bisa pak, sebentar ya," jawab Bu Sandra.

"Tumben, biasanya mbak-mbak yang datang," Bu Sandra heran.

"Oh itu sekertaris saya, mumpung ada waktu luang, saya sempatkan mampir kesini," jawab Pak Jonathan.

Tiba-tiba pintu terbuka, seorang gadis masuk sambil melepas sepatu.

"Assalamualaikum," ucap Hana murung.

"Walaikum salam, lah kok sudah pulang Han?" tanya Bu sandra.

"Hana dipecat, Bu" jawab Hana.

"Ini anak Ibu?" tanya Pak Jonathan.

"Iya ini anak gadis saya satu-satunya," jawab Bu Sandra menepuk pundak Hana.

POV Hana.

Aku terkejut saat membalikkan badan, ada seorang bapak-bapak sedang bersama David di dalam rumahku.

"Sedang apa dia disini," batinku.

Nafasku naik turun menatap sinis David, mengingat kejadian di kafe sejam yang lalu. Sebaliknya dia menatapku dengan datar, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Dia masih sekolah ya?" tanya pria itu.

"Iya, baru masuk di pelita jaya," jawab Ibuku.

"Sama, anak saya juga sekolah disana," jawab pria itu 

"Oh, jadi dia Bapaknya makhluk menyebalkan itu," batinku menerka.

"Kamu pasti kenal kan sama anak saya ini, dia ketua osis disana," tanya Ayah David.

"Tidak pak, saya tidak kenal," jawabku menggeleng.

David menatapku, bola matanya melotot seperti mau keluar, aku hanya melirik malas padanya.

"Iyakah? Berarti anak saya kurang terkenal ya?" tanya Pak Jonathan.

"Mungkin begitu," jawabku menyeringai puas.

"Rasain, siapa suruh rese banget jadi orang," batinku menggerutu.

(POV hana selesai)

...~Bersambung~...

...Tolong tinggalkan Like dan Comment 🤗...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!