Seorang perempuan cantik sedang berlarian dipinggir trotoar sambil memegang erat map coklat didepan tubuhnya, dia adalah Laura Anna Alexandria. Sambil terus memacu langkahnya didalam hatinya tak henti-henti berharap agar perjuangannya kali ini akan membuahkan hasil. Meskipun langkah kakinya sedikit letih karena berlarian menuju kesebuah kantor perusahaan dimana tempat ia akan melamar kerja, Laura tidak pernah sedikitpun akan menyerah. Sampai akhirnya Laura tiba didepan lobby diperusahaan itu.
Sesampainya disana ia segera melangkahkan kaki kebagian recceptionist.
"Maaf mba, saya mau nanya ruang interview ada disebelah mana ya?" Tanyanya kepada sang recceptionist.
"Oh iya, mba naik aja kelantai 5 nanti disana ada ruangan bertuliskan ruang HRD, silahkan mba menemui pak Arya." Balas sang recceptionist.
"Baik mba, kalau begitu terimakasih." Balas Laura sembari menampilkan senyum khasnya.
Langkah kaki nya membawa dirinya menuju kelantai lima, ia segera masuk kedalam sebuah lift yang ada didalam gedung itu dan menekan tombol ke arah lantai lima. Setelah beberapa menit lift itu membawa dia sampai kepada lantai tujuannya, ia segera keluar dan mencari dimana letak ruang HRD yang dimaksud oleh karyawan kantor tadi. Pandangannya berkeliaran kesana kemari, ia telusuri dari sudut kesudut, sampai akhirnya pandangannya terfokus kepada sebuah ruangan yang ada disudut ruangan. Ia segera melangkahkan kakinya menuju kesana, jantungnya berdebar-debar seiring langkah kakinya yang semakin mendekat ke arah pintu yang bertuliskan ruang HRD itu. Perlahan ia ketuk ruangan tersebut.
Tokk.. tokk.. tokk...
Setelah beberapa ketukan terdengar sebuah suara dari dalam ruangan.
"Masuk!!" Ucap sebuah suara dari dalam dengan lantang.
Dengan tetap menjaga kestabilan mental, Laura membuka pelan knop pintu tersebut, kemudian berucap. "Maaf pak sebelumnya saya kemari untuk memenuhi panggilan interview, atas berkas lamaran saya beberapa hari yang lalu."
"Baik, silahkan duduk." Balasnya sembari mempersilahkan Laura untuk duduk dibangku yang ada diseberang meja HRD tersebut.
Beberapa pertanyaan diberikan oleh ketua HRD tersebut, Laura menjawabnya dengan penuh hati-hati.
Setelah beberapa menit, setelah menjawab beberapa pertanyaan sekilas bidang pekerjaan yang diajukan oleh Laura. Kini tinggallah keputusan HRD tersebut untuk menjawab.
"Baik, semua data kamu sudah kami terima, dan jawaban-jawaban kamu perihal pertanyaan yang sudah kami berikan tadi juga sudah kami terima. Kami akan mempertimbangkan semuanya dengan matang. Untuk keputusan selanjutnya, kami akan memberikan hasilnya 1x24 jam setelah ini, kami akan memberikan pesan melalui email, jadi pastikan kamu untuk rutin memeriksa pesan di email."
"Baik pak, terimakasih atas kesempatan yang sudah diberikan."
"Kami akan segera mengirimkan hasilnya, sekarang kamu bisa menunggu hasilnya dirumah."
Kemudian Laura menganggukkan kepalanya pertanda ia sudah mengerti apa saja yang diucapkan oleh kepala HRD tersebut.
"Kalau begitu saya permisi." Ucapnya sembari menegakkan tubuhnya dan berjalan kearah pintu keluar.
"Apapun hasilnya itu, yang penting aku sudah mencobanya. Eh, btw kepala bagian HRD nya masih muda, ganteng lagi." Ucapnya dalam hati, diiringi dengan senyum tipisnya.
***
Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore tapi Laura belum juga mendapatkan email apapun dari perusahaan tempatnya melamar tadi. Ia sudah membuka tutup laptopnya sedari tadi berharap ada sebuah email yang masuk, namun sampai saat ini ia belum juga mendapatkannya. Alhasil sampai sekarang ia hanya bergulingan diatas kasur, sembari sesekali untuk memejamkan matanya, tetapi ingatannya terus memikirkan akan hasil dari interviewnya tadi.
Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam akhirnya ia merasa pasrah dengan hasil tersebut. Kemudian ia memutuskan untuk segera bebersih diri dan mengistirahatkan badannya.
Namun saat langkahnya akan segera masuk kedalam pintu kamar mandi, dering handphone berbunyi. Sejenak ia berfikir siapakah gerangan yang menelponnya malam-malam seperti ini, ia sempat ingin mengabaikannya, tapi disisi lain ia berfikir jika ada seseorang yang menghubunginya akan sebuah hal penting.
Akhirnya ia berbalik badan dan mengambil handphonennya yang tergeletak dinakas, kemudian menekan tombol hijaunya.
"Hallo.." sapanya.
"Dengan saudari Laura?" Tanya sebuah suara dari seberang telepon tersebut.
"Ia saya sendiri"
"Kami dari perusahaan LEXIS Corporation akan memberitahukan bahwasanya anda diterima bekerja dengan kami, sesuai dengan bagian yang sudah kami tentukan. Untuk itu anda diminta besok pagi untuk datang ke perusahaan, kami akan menjadwalkan tandatangan kontrak kerja dan pengenalan bagian pekerjaan anda."
"Jadi saya diterima kerja mba.. emm.. Bu?" Tanyanya dengan gugup, sambil menggigit jari karena kebingungannya memanggil suara perempuan tersebut.
"Iya, silahkan anda datang dengan pakaian yang rapih sesuai prosedur kantor. Atau mungkin ada yang akan ditanya kan lagi."
"Emm... Saya rasa cukup."
Setelah mengakhiri percakapan tersebut, Laura merasa sangat bahagia. Karena impiannya untuk bekerja sebentar lagi akan terwujud.
***
Pagi harinya, Laura akan bersiap-siap untuk pergi kekantor, ia sudah mengenakan pakaian rapih lengkap dengan sepatu dan tas yang ia kenakan dilengan kirinya. Terlihat dari arah ruang depan, datang seorang perempuan paruh baya berkerudung menghampiri Laura yang tengah berjalan menuju ruang depan rumah.
"Loh, lau apa kamu sudah diterima bekerja nak?" Tanyanya saat melihat anak perempuan satu-satunya mengenakan pakaian rapih.
"Iya Bu, Laura hari ini sudah mulai bekerja, Laura diterima dibagian keuangan. Maafin Laura ya Bu, Laura belum sempat bilang ke ibu kalau Laura hari ini sudah mulai bekerja." Ucapnya merasa bersalah. Sebenarnya ia sudah ingin mengatakan ini semenjak semalam, tetapi karena tugas ibunya yang semalaman dirumah sakit membuatnya harus mengurungkan niatnya.
"Apa kamu sudah sarapan?" Tanya perempuan yang masih mengenakan jas khas dokter tersebut sambil menengok kearah dapur.
"Emm.. sudah Bu."
Ucapnya berbohong, sebenarnya Laura belum sarapan pagi ini, ia tidak sempat memikirkan itu, bukan karena ia telat bangun melainkan ia sedang gugup memikirkan hal apa saja yang akan ia lakukan ketika pertama bekerja. Karena memang ini adalah pengalaman pertamanya bekerja, setelah ia menyelesaikan studynya dibidang managemen keuangan. Ia memiliki passion yang sangat berbeda dengan ibunya, ibunya sendiri berprofesi sebagai dokter spesialis paru-paru disebuah rumah sakit swasta dikota metropolitan ini. Iya, laura berbeda dengan ibunya karena ia sebenarnya takut dengan hal-hal yang berbau rumah sakit, seperti darah, jarum suntik, atau bahkan butiran-butiran obat.
"Maafkan ibu ya nak, ibu jadi tidak bisa menyiapkan sarapan untukmu. Besok-besok ibu akan pulang lebih awal." Ucapnya sembari mengelus lengan baju Laura.
"Tidak apa Bu, aku bisa menyiapkannya sendiri. Lagi pula tugas ibu kan memang banyak, dan tidak bisa ditinggalkan begitu saja, banyak orang yang sangat membutuhkan ibu. Oh ya Bu, sepertinya aku harus berangkat sekarang." Balasnya sembari melihat kearah jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya.
"Aku pamit dulu ya Bu." Lanjutnya sambil mengulurkan tangannya untuk mencium telapak tangan ibunya.
"Kamu yang hati-hati ya, semoga pekerjaan hari ini lancar."
"Iya Bu, ibu juga harus makan setelah itu istirahat."
Kemudian perempuan yang biasa disapa dokter Isma itu menganggukan kepalanya. Laura segera melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya untuk segera mencari taksi agar mengantarkannya ke kantor tujuannya.
Sesampainya di kantor ia diarahkan oleh manager personalia untuk diantarkan keruangan bekerjanya. Tidak tanggung-tanggung jabatannya kini adalah sebagai manager keuangan. Bukan tanpa pertimbangan, pekerjaan ini memang diharuskan untuk yang sudah berpengalaman bukan fresh graduate seperti Laura ini, tapi setelah ditimbang-timbang oleh bagian HRD akhirnya Arya memutuskan untuk memilih Laura selain karena sikapnya yang sopan santun, ia juga lulusan terbaik dikampusnya.
"Selamat bekerja Laura, kalau masih ada hal yang belum mengerti sebaiknya kamu tanyakan saja kepada pak Arya." Ucap Bella dari bagian personalia tersebut dan kemudian diangguki oleh Laura. Sebelum Bella pergi dari ruangan tersebut Bella sudah menjelaskan semua hal yang harus dikerjakan oleh Laura hari ini.
Laura mulai mengerjakan semua pekerjaan yang dijelaskan oleh Bella tadi dengan penuh hati-hati. Sampai akhirnya ada sebuah ketukan pintu membuyarkan fokusnya dari layar monitor komputer.
Tokk.. tokk.. tokk..
"Masuk." Jawabnya.
Setelah mendapatkan jawaban dari sang penghuni ruangan, seseorang muncul dari balik pintu. Parasnya memang sangat menawan dengan postur tubuhnya yang tinggi serta pembawaannya yang maskulin kira-kira umurnya sekitar 27 tahun. Laura sempat memperhatikan penampilan pak Arya dari atas sampai bawah, setelah sepersekian detik ia tersadarkan kemudian kembali memfokuskan pandangannya.
"Maaf Laura sudah mengganggu pekerjaanmu sebentar, saya kemari akan memberikan berkas-berkas ini untukmu, pihak atasan memintamu untuk merekap semua data pengeluaran bulanan. Karena karyawan yang sebelumnya sudah resign sebelum data itu dibuat maka atasan memintamu untuk mengerjakannya." Jelasnya panjang lebar sembari menyerahkan beberapa tumpukan berkas kearah meja kerja Laura. Laura yang melihatnya sudah dibuat pusing sendiri, bagaimana tidak ini adalah hari pertamanya bekerja sedangkan tugas pertamanya belum selesai sudah ditambah lagi tugas yang baru.
"Apa semua ini harus selesai hari ini pak?" Tanya Laura.
"Tidak juga, tetapi Tuan Arthur memintanya untuk segera mengerjakan secepatnya sebelum pergantian bulan. Oh ya, jika sudah selesai kamu bisa langsung mengantarkannya ke ruangan beliau." Jawab Arya.
Laura yang mendengarnya hanya menganggukkan kepalanya, dalam hatinya berkata "siapa lagi itu tuan Arthur? Apa dia bos atasan, atau dia pemilik perusahaan atau dia ayahnya pak Arya?" Ia hanya bingung mengira-ngira siapa sosok yang disebutkan oleh Arya.
"Kalau begitu apakah ada yang akan ditanyakan lagi?"
Beberapa detik Laura hanya terdiam kemudian memberikan suaranya. "Apakah saya bisa meminta berkas laporan yang bulan kemarin untuk saya pelajari lebih?" Tanyanya dengan nada yang sesopan mungkin.
"Emm.. baik, nanti saya akan meminta Bella untuk mengantarkannya." Jawabnya kemudian memperhatikan sejenak penampilan Laura, jelas Dimata semua lelaki Laura terlihat sangat cantik, dia memiliki paras yang anggun dengan hidung yang mancung serta senyum yang manis dari bibirnya yang sedikit tipis dibagian atasnya. Tingginya memang tidak terlalu, tetapi bodynya cukup ideal dengan dadanya yang sintal dan bokong yang cukup membuat mata lelaki fokus menatap kearahnya.
Laura sejenak terfikir apa yang sedang dilakukan lelaki didepannya ini, sehingga membuatnya sedikit salah tingkah setelah ditatapnya seperti ini.
"Em, kalau begitu saya tunggu kedatangan Bella diruangan saya pak." Ucapnya membuyarkan fokus Arya, seketika Arya tersadar dari lamunannya, dia nampak sedikit kikuk lalu menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju arah pintu keluar.
Kemudian Laura melanjutkan pekerjaannya, ia masih akan mengerjakan pekerjaan pertamanya sebelum berfikir untuk mengerjakan tugas yang diberikan Arya.
Setelah hampir setengah jam suara ketukan pintu kembali terdengar, kemudian Laura mempersilahkannya masuk. Sesuai apa yang ia duga Bella datang dengan membawa berkas-berkas yang ia minta tadi kepada Arya.
"Hai Laura, ini aku membawakan data-data yang kamu minta tadi."
"Em, iya terimakasih bu bela."
Bella nampak sedikit mengernyitkan dahinya setelah mendengar panggilan Laura tersebut.
"Hei kau jangan memanggilku Bu, panggil saja aku Bella. Aku belum mempunyai anak apalagi menikah, sepertinya umur kita tidak jauh beda."
"Aku rasa menyebut nama saja itu terdengar kurang sopan."
"Ah tidak apa, aku biasa dipanggil Bella."
"Em.. iya kalau begitu terimakasih Bella. Oh iya satu lagi ada yang ingin aku tanyakan."
"Apa itu, tanyakan saja selagi aku mampu menjawab."
"Kalau boleh aku tahu siapa nama pimpinan perusahaan ini."
"Oh dia itu Tuan Arthur, dia CEO diperusahaan ini. Nanti kamu pasti akan tahu orangnya karena pekerjaan kamu ini akan memungkin untuk sering bertemu dengannya." Jelasnya yang membuat Laura sedikit mendapat jawaban dari rasa penasarannya tadi.
"Oh iya,.."
"Apa ada lagi yang ingin ditanyakan?"
"Aku rasa cukup."
"Baik kalau begitu aku tinggal. Oh ya, satu lagi tolong kamu lakukan yang terbaik ya, lakukan pekerjaanmu dengan baik supaya tuan Arthur puas dengan usahamu."
Laura membalasnya dengan anggukan kepala. Bella menghilang dari balik pintu tersebut dan Laura melanjutkan pekerjaannya.
Jam istirahat pun tiba, Laura segera menutup pekerjaannya dilayar monitor dan menutup berkas yang ia kerjakan saat ini, diambilnya telepon genggam dan dimasukan kedalam sakunya. Ia segera berjalan keluar ruangan untuk mencari tempat makan, ia sempat bingung kemanakah langkah kakinya harus berjalan, gedung ini terlalu luas ia tidak tahu dimana letak kantin dikantor ini. Saat ia akan berjalan menuju lift ada seseorang yang tidak sengaja menabraknya dari arah belakang, dia adalah Sofia dari bagian pemasaran.
"Eh, sorry.. sorry.. aku tidak sengaja." Ucapnya sambil mengusap lengan tangan Laura yang ia tabrak tadi.
"Eh iya aku tidak papa." Kemudian keduanya segera masuk kedalam lift. Saat jam istirahat seperti ini banyak orang untuk hilir kesana kemari mencari tempat untuk melepaskan rasa laparnya, seperti yang ada didalam lift sekarang ini ada beberapa orang yang akan pergi kekantin ada restoran dekat kantor ini seperti Laura yang masih terlihat bingung.
"Hei kau akan mencari makan dimana?" Sofia membuka percakapannya dengan Laura. Laura sendiri bingung mau menjawab apa, sejenak ia terdiam kemudian menjawabnya. "Aku tidak tahu dimana ada makanan yang enak disekitar sini."
Sofia mulai memahami kalimat yang diucapkan Laura.
"Hei apa kau karyawan baru bagian keuangan yang baru saja direkrut? Aku sepertinya asing dengan wajahmu."
Laura menjawabnya dengan anggukan.
"Oh kalau begitu kenalkan aku Sofia, dari bagian pemasaran." Ucapnya sembari mengulurkan tangannya.
Kemudian Laura membalas uluran tangan tersebut. "Aku Laura."
Setelah mendengar nama yang disebutkan Laura keduanya nampak saling melempar senyum.
"Kalau kau mau kau boleh ikut aku, aku biasa makan diresto diseberang kantor sana."
"Kalau begitu aku ikut kamu saja." Ucapnya sambil menampikan senyum manisnya.
Setelah sampai pada lantai dasar, keduanya keluar dari dalam lift tersebut. Kedua bercakap-cakap sebentar sebelum masuk kedalam mobil Sofia.
Mobil tersebut melaju dengan kecepatan rendah setelah beberapa menit kemudian sampai didepan restoran tersebut.
"Disini menu makanannya banyak, semua makanannya enak-enak. Kamu pasti suka." Ucap Sofia kemudian keduanya keluar dari dalam mobil tersebut, dan masuk kedalam restoran untuk mencari tempat duduk ternyaman. Mereka memilih bangku yang berada disudut ruangan, karena letaknya yang sedikit jauh dari pelanggan lainnya membuat mereka merasa nyaman untuk saling mengobrol lebih lanjut.
Kemudian seorang waiters datang membawakan buku menu makanan, keduanya memilih makanannya masing-masing.
"Oh ya Laura kalau boleh tau sebelumnya kamu bekerja dimana?" Tanya Sofia untuk membuka percakapan diantara mereka.
"Sebenarnya ini aku pengalaman pertama bekerja si."
"Oh ya, aku sempet kaget si kamu diterima dibagian ini."
"Aku juga tidak menyangka bisa bakal diterima."
"Sebenarnya kualifikasinya tidak harus yang experience, mungkin karena kamu masih fresh graduate jadi mereka bisa mastiin kalo motivasi kamu bekerja masih tinggi."
"Iya mungkin, tapi aku masih sambil belajar-belajar si."
"Aku juga dulu begitu kok, waktu masih pertama kali bekerja awalnya masih bingung. Tapi yang terpenting kalau ada yang menurut kita membingungkan sebaiknya tanyakan saja kepada yang lebih paham." Tukasnya yang kemudian Laura hanya menganggukan kepalanya.
"Kalau kamu nanti bisa ditanyakan saja kepada pak Arya, dia orangnya baik, enak kok kalau ada hal yang kita tidak mengerti dia pasti bakalan menjelaskan dengan telaten."
"Em.. sepertinya dia masih muda."
"Iya umurnya masih 27 tidak terlalu jauh lah sama kita."
"Kalau Bella orangnya gimana sih?" Tanya Laura dengan rasa penasaran yang ia sembunyikan dengan sedemikian rupa.
"Bella bagian personalia ya, kalau dia orangnya juga baik kok. Cuma aku tidak terlalu begitu akrab dengannya."
"Aku pikir dia orang yang humble, cerdas, dan memiliki relasi bekerja yang tinggi."
"Iya dia memang seperti itu."
Mereka berdua masih melanjutkan percakapannya sebelum akhirnya makanan yang dipesan oleh mereka berdua datang. Kemudian mereka menikmati hidangan kesukaannya masing-masing.
Setelah beberapa saat waktu istirahat akan segera berakhir mereka berdua kembali kekantor untuk melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.
"Oh iya kalau kau mau nanti kita bisa pulang bareng." Ucap Sofia disela-sela perjalanan mereka untuk masuk keruang kerja masing-masing.
"Memangnya kita satu arah?"
"Tidak apa, sekalian aku pengen tahu dimana rumahmu. Bagaimana?"
"Boleh saja."
Setelah akhirnya Sofia sampai terlebih dahulu didepan pintu ruangan bekerjanya.
"Eh aku sudah sampai, selamat bekerja Laura. Sampai bertemu nanti sore." Serunya mengakhiri berjumpaan mereka siang ini.
"Kau juga selamat bekerja, dan juga terimakasih atas tumpangannya tadi." Balasnya sambil melambaikan tangan didepan pintu kerja Sofia, saat ia akan membalikan badan tiba-tiba Laura terkejut karena didepannya ada sosok yang akan masuk kedalam ruangan Sofia.
Lelaki itu hanya memandang Laura sekilas tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, ekspresi wajahnya pun datar, sepertinya dia adalah sosok yang dingin dan cuek. Jika dilihat dari wajah dan postur tubuhnya dia sangat tampan, wajahnya terlihat memiliki perpaduan atau bisa dikatakan blasteran. Hidungnya yang mancung serta warna bola matanya yang berbeda dari orang Asia pada umumnya, posturnya yang tinggi tegap dan berisi membuat Laura sejenak berfikir seperti apa bentuk otot perut dari balik kemeja putih yang berbalut jas hitam tersebut.
Namun seketika itu lamunannya buyar ketika sosok tersebut menerobos masuk tanpa mengucapkan permisi. Kemudian tanpa berfikir panjang lagi Laura segera melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan bekerjanya.
Ia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi, ia kembali berkutat dengan beberapa berkas serta layar monitor yang ada didepannya.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, saatnya seluruh para karyawan meninggalkan pekerjaannya. Saat Laura membereskan meja kerjanya dan mengambil handphone untuk dimasukan kedalam tasnya, Sofia masuk kedalam ruangannya.
"Hei, ayo kita pulang." Ajaknya.
"Ayuk.." balasnya.
Kemudian mereka berdua berjalan beriringan keluar dari gedung kantor tersebut. Keduanya sudah sampai diarea parkir tempat mobil, Sofia menunjukan letak mobilnya dan segera menyalakan remote mobil untuk membuka kunci pintunya. Keduanya segera masuk kedalam mobil, Sofia duduk dibangku kemudi sementara Laura duduk disebelahnya, lalu tak lupa mereka menggunakan seatbelt yang tersedia untuk tetap menjaga keamanan dan peraturan lalu lintas.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini, apakah semuanya lancar?" Tanya Sofia sambil tetap fokus menyupir.
"Cukup melelahkan si." Jawabnya singkat sambil menyunggingkan senyum.
"Lelah itu hal yang biasa lau, tapi lebih mending kita lelah dengan pekerjaan kita dan bos kita merasa puas lalu bonus yang diberikan kepada kita juga sepadan."
"Emm.. oh iya, kalau bos kita itu bagaimana sih orangnya. Apa dia orangnya galak? Atau gimana? Aku pernah bertemu soalnya."
"Dia orang nya jarang bicara lau, cuek, dingin, tapi dia cukup tegas kalau mengetahui ada satu kesalahan Dimata dia, dia ga bakal segan-segan untuk membentak dan memarahinya."
"Oh iya apa kau tadi berpapasan dengan seorang pria, saat akan keluar dari ruang kerja ku tadi?" Lanjutnya.
"Iya aku melihatnya." Jawab Laura.
"Dia itu bos kamu lau."
'Oh jadi lelaki itu adalah Tuan Arthur, bos perusahaan LEXIS yang dimaksud' batin Laura dalam hati. 'pantas saja orangnya terlihat dingin dan cuek' lanjutnya membatin.
"Apa yang kamu pikirkan lau?" Tanya Sofia membuyarkan umpatannya.
"Ah aku tidak memikirkan apapun, aku hanya sejenak mengingat wajahnya." Jawabnya yang lagi-lagi memberikan senyuman.
"Kau jangan senyum-senyum seperti itu lau, bos mu itu memang ganteng."
"Aku bahkan lupa seperti apa wajahnya." Ucapnya berbohong, padahal sedari tadi ia sedang membayangkan ketampanan sang bos.
"Oh ya.."
Laura menganggukan kepalanya, kemudian mereka melanjutkan percakapannya disela perjalanan pulang mereka. Laura juga memberi tahu dimana jalan menuju arah rumahnya.
***
Keesokan harinya, Laura sudah berada dikantor tempatnya bekerja saat sedang berjalan memasuki lobby kantor ia berpapasan dengan Arya.
"Hai Laura selamat pagi." Sapanya sambil mensejajarkan langkah kakinya dengan Laura.
"Pagi juga pak Arya." Sapanya balik untuk tetap memperlihatkan keramahannya.
"Kau tadi berangkat kemari naik apa?"
"Kebetulan tadi saya satu arah dengan tempat kerja ibu saya, jadi kami berdua berangkat dengan taksi."
"Jadi ibu kamu bekerja dimana lau?"
"Ibu Ku bekerja dirumah sakit."
"Rumah sakit?" Tanyanya lagi meyakinkan.
"Iya,"
"Kalau boleh tahu ibu kamu bekerja sebagai apa dirumah sakit?"
"Ibu saya bertugas menyembuhkan pasien yang sakit paru-paru." Jawabnya untuk tetap memberikan kesan sederhananya tanpa memberi tahu identitasnya secara langsung.
"Wow, ibumu adalah seorang dokter paru-paru!" Ucap Arya untuk meyakinkan.
Laura tidak menjawab apapun ia hanya menganggukan kepalanya.
Kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanannya menuju keruang kerja masing-masing.
***
Setelah beberapa hari bekerja Laura mulai mengenal lingkungan barunya, dan mulai bisa beradaptasi dengan teman-teman barunya.
Saat Laura memasuki area kantornya, Arya datang dari arah parkiran menghampiri Laura yang akan masuk menuju pintu utama gedung tersebut.
"Lau, tunggu sebentar."
"Eh pak Arya, ada apa ya?"
"Lau, Tuan Arthur meminta kamu untuk segera mengantarkan hasil laporan bulanan yang dimintanya beberapa waktu lalu."
"Oh iya pak nanti akan saya berikan."
"Apa kamu sudah selesai mengerjakannya?"
"Sudah pak."
"Bagus kalau begitu, sebenarnya sudah dari kemarin beliau menyampaikannya kepada saya, tetapi saya lupa untuk mengatakannya kepadamu."
"Tidak apa pak, nanti saya akan segera menemui Tuan Arthur."
Setelah berbincang-bincang mengenai pekerjaan keduanya melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya masing-masing.
Waktu menunjukan pukul 11.00 wib siang. Laura hendak menuju keruangan CEO melakukan pekerjaan yang diminta oleh Arya tadi pagi.
Perlahan Laura mengetuk pintu ruangan tersebut.
"Masuk."
Setelah mendengar jawaban dari sang penghuni ruangan ia segera membuka knop pintu dan masuk untuk menghadap bosnya. Ia melangkahkan kakinya ke tempat duduk yang ada diseberang meja sang bos.
"Permisi Tuan Arthur saya kemari akan mengantarkan hasil laporan bulanan yang anda minta." Jelasnya sembari menyerahkan beberapa tumpuk berkas kehadapan sang bos.
"Apa kamu yang bernama Laura Anna karyawan baru dari divisi keuangan?" Tanyanya dengan nada tegasnya dan wajahnya yang tetap datar.
Laura sedikit bergidik mendengarnya, bahkan untuk berhadapan dengannya seperti ini ia merasa sedikit gugup.
"Iya Tuan saya yang bernama Laura Anna." Jawabnya.
"Kalau begitu silahkan kamu boleh keluar dari ruangan saya." Ucapnya bermaksud untuk mengusir Laura dari ruangannya.
"Baik Tuan." Ucapnya kemudian bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan bosnya.
Setelah melihat Laura benar-benar pergi dari ruangannya Arthur mulai memeriksa pekerjaan Laura dengan membuka dan membolak balikan berkas tersebut. Sampai pada lembaran terakhir dia melihat ada sedikit yang mengganjal difikirannya, dia terus memandangi dan memerhatikan nominal yang tersebut sampai kemudian dia memanggil sang sekretaris untuk datang keruangannya.
"Hallo Clarissa, tolong datang keruangan saya sekarang." Ucapnya setelah tersambung dengan sekretarisnya Clarissa melalui sambungan telepon.
"Baik Tuan."
Setelah beberapa menit Clarissa datang dan segera menghadap Tuannya.
"Tolong kau periksa lagi berkas ini, aku melihat ada kejanggalan pada bagian transaksi dengan Marko. Tolong kau periksa dan beri tahu kepadaku hasilnya." Perintahnya dengan tegas. Clarissa yang diberikan tugas pun mengikuti arahan bosnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!