NovelToon NovelToon

Broken Marriage

Karma?

Satu Bulan Lalu ...

"Aku suka pria kaya, aku materialistis.. Tentu saja. Karena aku bukan gadis sembarangan, aku putri dari keluarga kaya. Dan jika kamu di buang keluargamu bagaimana aku bisa memanfaatkan uangmu lagi, cinta? Omong kosong, aku bahkan masih sekolah menengah aku masih ingin menikmati hidup. Jadi kita putus saja! Aku akan mencari pria yang kaya yang tidak akan di buang keluarganya."

...

Satu Bulan Kemudian..

Alana berjalan gontai memasuki rumah mewah yang selama 18 tahun menjadi tempat tinggalnya. Gadis berseragam putih abu itu terkejut melihat seluruh isi rumahnya yang hancur berantakan "Ada apa ini?" gumamnya.

Alana merasakan kekhawatiran yang tak biasa dalam dirinya. Dengan segera Alana berlari ke arah tangga untuk menuju ke lantai dua dimana kamar orang tuanya berada.

"Ma?"

"Mama.." Alana menggedor pintu kamar Ibunya. Namun wanita paruh baya itu tak juga membuka pintu.

Alana menekan handle pintu yang ternyata tak terkunci, lalu membawa tubuhnya masuk.

Alana memekik saat menemukan pemandangan mengerikan di depannya, Ibunya menggantung dirinya di plafon kamarnya.

"Mamaaaaa!"

...

Pemakaman Ibu Alana telah selesai, kini tersisa Alana, Ayah dan adik laki- lakinya Daniel Nathania.

Ayahnya Abraham Nathania masih terpekur dan menangis di tanah basah istrinya, Kanza. mengapa ini terjadi pada keluarganya.

Mengapa masalah datang bertubi- tubi pada keluarganya?

Satu bulan lalu perusahaan mereka dinyatakan bangkrut dan keluarga mereka resmi menjadi miskin. Semua aset di sita mulai dari mobil perusahaan, bahkan perhiasan, hanya rumah besar mereka yang tersisa, di karena kan rumah itu di beli atas nama Alana. Istrinya yang tak bisa menerima keadaan mulai depresi, dia menjadi mudah marah dan menghancurkan apa saja yang ada di sekitarnya.

Hidup mereka yang semula mewah berubah menjadi mengenaskan. Abraham sudah berusaha untuk mencari pekerjaan, Namun tak ada satupun perusahaan yang menerimanya. Hingga pria paruh baya itu mencoba pekerjaan kasar demi memenuhi kebutuhan keluarganya yang nyatanya tetap tidak terpenuhi.

Rumah mereka yang semula memiliki lima pelayan, dua tukang kebun, dan tiga penjaga itu menjadi sepi dan tersisa keluarga inti saja.

Abraham sudah mengatakan untuk menjual rumah besar mereka karena rumah itu terlalu besar untuk mereka yang sekarang tak memiliki apapun. Namun Ibunya tak terima dan berkata "Jika aku harus mati, maka aku akan mati di rumah ini, aku tidak mau mati di rumah sempit dan kecil."

Maka dari itu Abraham pun pasrah demi istrinya, meski biaya hidup mereka di rumah besar itu tak bisa dia penuhi. Namun, nyatanya sang istri menyerah hanya dalam satu bulan dan memilih mengakhiri hidupnya di rumah besar mereka.

Alana memeluk bocah berusia sepuluh tahun yang menangis karena di tinggal Ibunya, sungguh hati Alan terasa berdenyut nyeri, apa yang terjadi pada keluarganya.. Apa ini yang di sebut karma?

"Papa akan menjual rumah ini, dan membeli rumah sederhana untuk tempat tinggal kita, sisa uangnya bisa kita gunakan untuk modal usaha Papa." Alana mengangguk setuju, sedangkan Daniel yang masih berusia sepuluh tahun itu memilih terus diam, hati bocah itu masih bersedih karena di tinggal sang Ibu.

Tak menunggu lama rumah itu terjual dan mereka membeli rumah sederhana yang ada di perkampungan padat penduduk. Hidup di ibu kota memang serba mahal, bahkan untuk rumah di dalam gang sempit saja, mereka menghabiskan uang hampir 90 juta.

"Papa akan menginvestasikan sisa uang kita untuk kita bertahan hidup." lagi, Alana mengangguk setuju. Dia yang belum mengerti tentang bisnis memilih menyerahkan semuanya di tangan Ayahnya.

.

.

Hidup mereka mulai berjalan normal, mereka bertahan hidup dengan hasil uang yang di investasikan ayahnya, beberapa bulan berlalu mereka mulai terbiasa dengan hidup sederhana.

Alana bersyukur meski dia tak bisa menikmati kemewahan lagi, setidaknya mereka tidak kekurangan, andai Ibunya dulu setuju untuk menjual rumah mereka mungkin dia masih ada, berkumpul bersama dalam kesederhanaan. Namun Ibunya memilih menyerah.

Hidup tenang Alana dan keluarganya tak berlangsung lama saat Ayahnya dengan panik membawa berita yang mengejutkan "Papa tertipu, ternyata perusahaan yang papa investasikan adalah perusahaan bodong."

Alana tertegun, "Lalu apa yang terjadi?"

"Uang kita di bawa kabur dan kita tak memiliki apapun sekarang." Alana jatuh terduduk di lantai dengan ketakutan yang luar biasa, bagaimana ini bisa terjadi. Lalu harus bagaimana mereka bertahan hidup sekarang.

..

Beberapa bulan berlalu setalah tertipu Ayah Alana mulai murka pada hidupnya, pada Tuhan dan pada nasibnya, bukannya pergi bekerja dia malah pergi untuk berjudi dan mabuk membuat Alana geram.

Ayahnya bahkan bisa tak pulang berhari- hari lalu pulang dengan wajah babak belur setelah kalah berjudi.

"Berhentilah Pa.. Papa menyiksa diri sendiri, dan aku tak mau Papa menjadi begini." Alana menangis sambil mengompres pipi bengkak ayahnya.

"Sial, harusnya Papa bisa menang andai si Baron tidak curang."

"Pa!" Alana membentak Ayahnya.

Abraham mendengus "Jika tidak berjudi bagaimana kalian akan makan." Alana menangis.

"Aku akan mencari pekerjaan.."

"Kau masih sekolah Alana." Abraham menatap tajam putrinya.

Ya, alana masih di bangku sekolah menengah atas, dan beberapa bulan lagi akan menempuh ujian akhir. Namun, untuk apa dia sekolah jika Ayah dan adiknya mati kelaparan, atau bahkan Ayahnya mati karena kalah berjudi.

Tidak. Alana akan berjuang untuk hidup mereka, "Biar Daniel yang sekolah."

"Alana, bagaimana kamu berpikir begitu, masa depanmu masih panjang."

"Aku perempuan, kelak akan menikah jadi Papa jangan khawatir dengan pendidikanku."

"Dari mana pemikiran kolot itu!, bagaimana dengan cita- citamu?" Abraham meremas rambutnya frustasi bagaimana bisa dia tak berdaya bahkan Alana harus mengubur mimpinya.

"Meski aku lulus sekolah menengah atas aku tetap tak bisa kuliah. Biaya kuliah sangat mahal, jadi tidak ada gunanya sekolah atau tidak." Abraham memilih pergi dari rumah meninggalkan Alana yang termenung sedih.

"Andai kamu masih ada, mau kah kau menghiburku.. " Alana bergumam, entah untuk siapa kata- kata itu "Bolehkah aku menyesal karena menyakitimu.."

...

Dua tahun kemudian..

Alana benar- benar berhenti sekolah dan hingga kini Alana bekerja sebagai kasir di toko kelontong di siang hari, dan di malam hari Alana akan menjahit pakaian pesanan orang lain.

Berkat keterampilannya Alana selalu membuat para pelanggannya puas, bagaimana tidak, Alana yang bercita- cita menjadi seorang designer tentu tahu dasar- dasar fashion dan mode baru yang sedang booming, dan dengan itu Alana selalu berkreasi dan membuat gaun- gaun yang membuat pelanggannya puas.

Alana tidak menyerah sepenuhnya, Alana harap dengan begini dia terus mengembangkan bakatnya dengan terus menciptakan karya baru, meski tidak menjadi designer ternama setidaknya Alana masih menyentuh kain .

Hidup terus berlanjut, saat ini Daniel telah lulus sekolah dasar dan akan masuk sekolah menengah pertama.

Alana antusias dia bisa menyekolahkan Daniel hingga ke jenjang yang tinggi, dia sudah menabung dua tahun ini dan berharap itu cukup untuk pendidikan adiknya, setidaknya selama sekolah menengah pertama.

Alana bahkan rela mengesampingkan keinginannya demi tabungan pendidikan adiknya terpenuhi.

Ayah Alana masih sering berjudi dan mabuk, Alana mulai tak perduli dan menyerah setelah beberapa kali memperingati ayahnya untuk berhenti.

Alana bahkan mulai tak peduli meski Ayahnya tak pulang berbulan- bulan.

Selama itu tak menggangu hidup Alana dan Daniel, Alana akan diam.

Namun Alana salah, karena Alana mulai terseret dalam lingkaran hitam yang di mulai oleh ayahnya.

...

Parasit

"Menikahlah dengan cucu tuan Adiyaksa!" Sudah dua bulan ayahnya tidak pulang, dan saat pulang Ayahnya memintanya menikah, apa Papanya tidak waras karena terlalu banyak minum.

"Apa maksud Papa, aku belum ingin menikah usia ku masih 20 tahun dan aku juga masih harus menyekolahkan Daniel."

"Dengarkan Papa Alana, jika kau menjadi cucu menantu tuan Adiyaksa kau akan hidup nyaman dan bergelimang harta, kau bahkan bisa menyekolahkan adikmu tanpa bekerja, cukup diam di rumah dan nikmati harimu menjadi Nyonya Adiyaksa.

Alana menggeleng dia tetap tidak mau, Alana masih merasa dia terlalu muda untuk menikah Alana bahkan tidak siap menjadi seorang Istri "Aku tidak mau."

Abraham terlihat panik lalu kembali membujuk Alana "Lana apa kau tidak mau kembali hidup mewah, lihat rumah ini, lihat pakaian adikmu." Abraham menunjuk Daniel yang duduk di kursi belajar dengan pakaian lusuh, warna pakaiannya sudah memudar, karena terlalu sering di pakai dan di cuci. Namun, bocah itu tak pernah mengeluh. "Kau tidak kasihan padanya?"

Alana menggeleng, perasannya tidak nyaman seolah akan ada kejadian buruk yang menimpanya.

"Apa yang Papa lakukan sebenarnya, kenapa memaksaku untuk menikah, Papa membuat onar apa lagi sekarang?"

Abraham menunduk "Lana, Papa kalah berjudi dan Baron meminta Papa melunasi hutang- hutang Papa selama ini." Alana memejamkan matanya kesal dengan kelakuan Ayahnya yang suka berjudi.

"Hutang ya harus di bayar, apa hubungannya dengan pernikahanku."

"Tapi Papa tidak punya uang sebanyak itu Lana." Abraham menunduk dia sebenarnya merasa malu dengan apa yang dia lakukan, tapi Abraham sudah jatuh terjerumus begitu dalam. Tidak ada jalan untuk kembali.

"Memangnya berapa hutang Papa, sampai aku harus menikah dengan cucu keluarga kaya?"

Abraham mendongak lalu berkata dengan bergetar "900 juta." Alana membelalakan matanya dengan tubuh yang tiba- tiba lunglai, bukan hanya Alana yang terkejut Daniel yang duduk di kursi belajarnya hampir terjatuh jika dia tak berpegangan pada meja belajarnya.

"Papa sudah gila.." Alana meremas rambutnya frustasi dan menangis, bekerja sampai kapanpun Alana tidak akan bisa mengumpulkan uang 900 juta. Gaji alana di toko kelontong hanya cukup untuk kebutuhan sehari- hari, lalu hasil dari menjahit akan Alana tabung untuk sekolah Daniel, bahkan uang di dalam tabungannya Alana yakin belum mencapai 10 juta dalam dua tahun ini.

"Mengapa Papa melakukan ini padaku, tidak bisakah Papa diam jika tidak bisa bekerja, aku sudah bilang berhenti sejak dulu. Lalu kenapa sekarang harus aku yang berkorban."

"Apakah Papa sadar selalu membuatku menderita!" teriak Alana frustasi.

Abraham menunduk malu pada putrinya yang terpaksa harus dewasa dan bekerja demi kehidupan mereka, sedangkan dia malah menambah masalah, jika saja bunga pinjaman dari Baron tidak tinggi, hutangnya tidak mungkin sebanyak ini.

Satu bulan terakhir Abraham di kejar anak buah Baron agar segera melunasi hutangnya, namun hingga kehilangan nyawa Abraham tetap tidak akan bisa melunasi hutangnya, karena dia tak punya uang sepeser pun, Satu bulan Abraham hidup dalam pelarian karena anak buah Baron terus mengejarnya. Hingga dia bertemu dengan Adiyaksa sahabat ayahnya alias kakek Alana, saat itulah Abraham menemukan pencerahan.

Adiyaksa yang sedang mencarikan jodoh untuk cucunya bersedia membantu asalkan Alana mau menikahi cucunya. Dan inilah satu- satunya cara agar Abraham bisa melunasi hutangnya.

"Papa tega sekali padaku." Alana menangis menutup wajahnya, dia bahkan meraung menangisi nasibnya yang malang.

...

Alana mengusap air matanya yang kembali menetes, saat ini Abraham mengajaknya bertemu Tuan Adiyaksa untuk mengatakan jika Alana setuju untuk menikah, Ya ... Mau bagaimana lagi setelah anak buah Baron menemukan Ayahnya di rumah mereka, Ayahnya hampir meregang nyawa akibat di pukuli anak buah Baron, jadi dengan keberaniannya Alana memilih menyetujui pernikahan ini.

Alana tidak tahu keluarga Adiyaksa itu seperti apa, dan Alana harap mereka mau menerima Alana yang hanya gadis miskin tak berpendidikan.

Abraham membawa Alana ke sebuah restoran mewah, Alana tahu tempat ini karena dulu saat mereka kaya Ayahnya sering mengajak mereka makan di restoran tersebut, mereka akan memesan menu favorit masing- masing lalu makan dengan ceria. Mengingat kehidupannya dulu Alana menunduk semakin dalam serasa ada ribuan pisau tak kasat mata menusuk jantungnya, menyakitkan. Alana mendongak memejamkan mata menahan agar air matanya tak kembali mengalir, bisakah kesakitannya berakhir sampai di sini?

Saat tiba di sebuah ruangan yang privat Alana melihat pria tua namun masih segar tersenyum ke arahnya, pria itu berdiri untuk menyambutnya "Aku tidak menyangka kau benar- benar cantik. Bayu akan sangat menyukaimu."

Alana merinding saat mendengar nama seorang pria yang akan menjadi suaminya, Ayahnya sudah mengatakan nama pria itu, Bayu Adiyaksa. Pria yang menurut ayahnya sangat tampan hingga Alana tidak akan menyesal menikah dengan pria itu.

Alana tidak peduli, setampan apapun pria itu Alana menikah dengan terpaksa. Namun meski begitu Alana akan berbakti pada suaminya kelak.

Alana memiliki mimpi menikah dengan pria yang dia cintai, namun saat pria impiannya pergi bagaimana mimpinya bisa tercapai, lagi pula jika pun pria itu masih ada sudikah dia menjadikan Alana istrinya, Alana si gadis miskin yang tak lulus sekolah menengah atas.

Dan yang terpenting Alana sudah menggoreskan luka dihati pria itu.

Alana berusaha tersenyum ramah meski nyatanya bibirnya hanya terasa kaku "Hallo Tuan Adiyaksa, saya Alana, Alana Nathania." Tuan Adiyaksa mengangguk puas, lalu mempersilahkan Alana duduk.

"Tunggu Bayu datang, baru kita akan lanjutkan perbincangan, sebelum itu mari nikmati hidangannya."

..

Seorang pria menggeliat dan menyibak selimut yang menutupi tubuh telan jangnya, pria itu bergerak malas ke arah kamar mandi.

Hari ini dia memiliki janji dengan kakeknya untuk bertemu seorang gadis yang dipilihkan sang kakek untuk menjadi istrinya.

Bayu Adiyaksa, pria tampan itu mendengus di depan cermin kamar mandi, jika saja kakeknya tak mengancamnya dengan warisan keluarga Adiyaksa, dia tidak akan mau menikahi gadis yang bukan kekasihnya, tapi kakeknya itu tidak menyukai Marisa kekasihnya hingga dia mengatakan akan mencarikan cucu menantu untuk dirinya sendiri.

Dan Jika Bayu tidak setuju, dia harus bersiap untuk angkat kaki dari kediaman keluarga Adiyaksa, dan tentu saja tanpa fasilitas apapun.

Bayu menyerah terlebih orang tuanya juga tak terima jika harta keluarga mereka jatuh ke tangan yayasan dan panti asuhan, jadi mereka membujuknya agar menerima perjodohan ini.

"Kau sudah bangun." Bayu melihat wajah cantik itu di cermin, memeluknya dari belakang menempelkan tubuh mereka yang sama- sama polos.

"Hmm.. Aku kedinginan tak ada kau.."

Bayu terkekeh lalu berbalik dan mengecup bibir kekasihnya, pujaan hatinya, bahkan seluruh hidupnya. Bayu tidak akan rela kehilangan Marisa, apapun yang terjadi dia akan mempertahankan hubungan mereka. Beruntung Marisa mengerti keadaannya.

"Kau akan segera pergi menemui gadis itu." Marisa mengerucutkan bibirnya membuat Bayu gemas, dan kembali mengecup bibir manis kekasihnya.

"Ini hanya formalitas.." Bayu sudah menjelaskan segalanya pada Marisa dan demi kebahagiaan mereka bersama kelak Marisa mengizinkan Bayu menikahi gadis miskin itu.

"Bagaimana jika nanti kau jatuh cinta padanya." bibir merah muda itu kembali merajuk

"Tidak akan." Bayu memeluk Marisa merapatkan tubuh mereka.

Marisa terkekeh saat merasakan tubuh Bayu menegang, lalu terlintas pemikiran buruk yang membuat mood Marisa jatuh seketika "Bagaimana jika nanti setelah menikah, kau ketagihan dengan tubuhnya lalu melupakan aku."

Bayu mencubit pipi Marisa gemas "Aku hanya akan melakukannya denganmu. Siapa peduli dengan gadis miskin menjijikan itu, aku tidak sudi menyentuhnya. Dia bahkan hanya datang menjual dirinya demi hutang ayahnya dilunasi."

"Bukankah dia hanya seorang parasit tidak berguna, menjijikan."

Marisa tersenyum lalu mengeratkan pelukannya "Aku percaya padamu." Bayu mengecup pucuk kepala Marisa.

"Haruskan kita melakukannya sebelum kau pergi?" Marisa tersenyum menggoda, tangannya sudah menelusup dan meremas tubuh Bayu yang menegang sempurna, hingga Bayu memejamkan matanya menikmati jari lentik itu membelainya.

"Owh, kau memang laur biasa sayang."

Baju Pengantin

Alana menundukkan wajahnya saat seorang pria memasuki ruang privat yang di pesan tuan Adiyaksa, meski begitu Alana merasakan dia tengah di tatap dengan intens oleh pria itu.

Alana yakin pria itu adalah cucu Tuan Adiyaksa yang bernama Bayu.

"Nah Alana ini adalah cucuku Bayu, Bayu bagaimana sudah ku bilang bukan jika Alana sangat cantik."

Alana mendongak dan melihat pria bernama Bayu itu tersenyum "Tentu, kakek dia sangat cantik." jantung Alana berdebar kencang, pria di depan Alana memang tampan, senyum pria itu terlihat penuh misteri, tatapan wajahnya juga tak bisa Alana tebak, apakah dia pria yang baik?, tapi meski begitu apa Alana bisa memilih?

Tuan Adiyaksa terkekeh "Itu bagus, kalian bisa mulai pendekatan mulai sekang, pernikahan akan di lakukan satu minggu lagi."

Alana tertegun, tak menyangka jika pernikahan akan dilakukan secepat itu.

Begitupun Bayu yang langsung menyuarakan pendapatnya "Apa tidak sebaiknya kami saling mengenal dahulu kakek? Ini terlalu cepat."

"Aku sudah bilang manfaatkan satu minggu ini, kau juga boleh cuti dan pergi kemana pun bersama Alana."

"Bukankah akan lebih bagus jika saling mengenal setelah menikah.." Bayu diam, dia tak mungkin membantah lebih jauh karena tak ingin sang kakek menjadi marah.

"Baik, kakek." Bayu tersenyum dan Alana bisa melihat ketulusan dari pria itu kepada Kakeknya.

....

Hari ini Bayu berjanji akan mengajak Alana pergi jalan- jalan untuk saling mengenal satu sama lain sekaligus melakukan fitting baju pengantin yang harus terlaksana satu minggu lagi.

Pria itu sudah ada di depan gang dimana rumah Alana berada.

Alana yang baru saja keluar dari rumahnya langsung bergegas saat Bayu berkata jika dia sudah menunggu dirinya di tepi jalan.

"Aku segera kesana." Alana mematikan teleponnya dan berjalan dengan cepat.

Bayu mengerutkan keningnya saat melihat Alana keluar dari gang kumuh itu dengan pakaian yang lusuh, rok di bawah lutut dengan kaos lengan pendek membuat Alana mirip gadis kampung yang udik, Bayu bahkan tak percaya jika dulu Alana adalah orang kaya, bagaimana bisa penampilannya tidak modis.

Bayu berdecak karena pemikirannya sendiri, benar itu dulu, Alana dan keluarganya kaya itu dulu, dan sekarang mereka hanya orang miskin yang akan menjadi parasit di keluarganya.

Bayu akui Alana memang cantik, meski gadis itu tidak berdandan, tapi kulitnya yang putih bersih membuat Alana cantik secara alami, meski begitu untuk jatuh cinta pada Alana, itu tidak mungkin. Sebab di hatinya hanya ada Marisa, kekasihnya.

Andai kakeknya tak memberi ancaman padanya, dia tidak akan mau menerima perjodohan ini.

"Maaf karena menunggu lama." Bayu melihat Alana menunduk mensejajarkan dirinya dengan jendela mobilnya.

"Tidak apa, masuklah!" Bayu mengedikkan kepalanya, dan Alana mengangguk untuk segera masuk ke dalam mobil.

Setelah memastikan Alana masuk Bayu segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Kita akan kemana?" Alana mencoba mencairkan suasana yang terasa canggung, mereka baru mengenal kemarin dan kini di paksa untuk berkencan, bolehkan ini di sebut kencan?

"Kita akan makan siang terlebih dulu, baru pergi ke butik untuk fitting baju pengantin, Mamaku juga sudah ada di sana." Alana mengangguk.

Bayu menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran seafood, lalu keluar dari dalam mobil.

Alana yang hendak keluar pun tertegun saat Bayu membukakan pintu untuknya, Alana tersenyum, untuk sesaat Bayu terdiam melihat senyum Alana, lalu kepala pria itu menggeleng pelan dan berjalan masuk ke dalam restoran.

"Apa makanan kesukaanmu?" Bayu melihat buku menu di tangannya dan memilih makanan untuknya.

"Aku bukan pemilih, aku suka semua jenis makanan." Bayu mengangguk lalu memesankan makanan untuk Alana.

Alana melihat makanan di depannya tersaji memenuhi meja, "Apa makanan ini akan habis?" tanyanya pada Bayu, akan sayang jika makanannya tidak habis dan terbuang. Alana yang sudah mengalami kelaparan dan tak memiliki uang untuk makan, menjadi lebih menghargai makanan, melihat makanan di depannya yang berlimpah membuat Alana menghela nafas berat, apalagi saat ini Adik dan Papanya hanya dia sediakan tahu dan tempe goreng tanpa lauk apapun di rumahnya.

"Tidak masalah, makanlah dulu." Bayu memanggil pelayan "Tolong bungkuskan semua menu yang ada di atas meja."

"Baik Mas."

"Ini banyak untuk apa masih membungkus?" Alana ingin menanyakan itu, tapi, mungkin saja Bayu membeli ini untuk keluarganya dirumah, jadi dia putuskan hanya diam.

"Sekarang makanlah." Alana mengangguk lalu mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

Alana memejamkan matanya menikmati makanan yang sudah lama tidak ia rasakan, untuk membeli udang Alana tidak memiliki uang sebanyak itu, apalagi udang yang besar seperti yang tersaji di depannya, Jadi tanpa sadar Alana makan sedikit cepat dan membuat saus belepotan di mulutnya.

Alana tertegun saat Bayu mengulurkan tangannya dan mengusap bibir Alana yang terkena saus "Makanlah pelan- pelan! Tidak ada yang akan merebut makananmu." Alana menyunggingkan senyumnya saat mendapat perlakuan manis dari Bayu, wajahnya merah karena malu dia seperti orang udik yang tak pernah makan enak.

"Maaf membuatmu malu." Alana melihat sekelilingnya, beruntung tidak ada yang memperhatikannya.

Bayu terkekeh "Berapa usiamu?" tanyanya pada Alana, seolah mengabaikan ucapan Alana baru saja.

"Aku.. 20 tahun.."

"Jika begitu aku lebih tua darimu lima tahun, panggil aku Mas!" Bayu tersenyum terlihat tampan, dan membuat Alana berdebar.

Alana mengangguk dengan wajah merah "Baik, Mas."

..

Alana tak mengira jika pesanan makanan yang Bayu belikan justru untuk Alana bawa pulang, Alana cukup kagum dengan Bayu yang juga memikirkan adik dan papanya di rumah. "Aku belikan ini untuk adik dan papamu," ucap Bayu tersenyum

"Terimakasih.."

"Kita akan menjadi keluarga, keluargamu adalah keluargaku, jadi jangan sungkan."

 Alana tersenyum mengangguk.

Bayu kembali melajukan mobilnya menuju butik gaun pengantin seperti yang sudah di rencanakan.

Disana sudah ada Niken Ibu dari Bayu, dan untuk kesopanan Alana menyapa dan mencium tangan calon Ibu mertuanya itu dan melihat Niken tersenyum ramah membuat Alana lega, ternyata dia di sambut baik oleh keluarga Bayu.

"Segera pilih gaun yang kau suka." Kata Niken sambil mengelus lembut rambut Alana.

"Baik tante." Alana pun memasuki ruang ganti untuk mencoba gaun yang sudah Niken pilihkan lebih dulu.

Alana kembali tersenyum saat melihat beberapa gaun pengantin yang cantik di depannya, gaun berdasar putih dengan bawahan mengembang dengan kilauan dari mutiara menarik perhatian Alana.

Alana terus tersenyum mengagumi keindahan gaun pengantin yang dia sentuh "Bolehkah aku mencoba ini?" tanyanya pada pelayan toko yang menunggunya untuk siap membantu.

"Tentu, mari saya bantu." Setelah beberapa saat Alana berhasil mengenakan gaun tersebut, gaun itu nampak begitu cantik melekat di tubuh Alana, hingga tatapan kagum di berikan pelayan toko.

"Anda cantik sekali dengan gaun ini Nona," katanya, dan membuat Alana tersenyum lebar. "Pengantin pria akan sangat mengagumimu, bahkan mungkin dia akan jatuh cinta untuk kedua kalinya."

"Benarkah?" Alana tersenyum merona, mengingat dia dan Bayu menikah karena perjodohan, jika benar Bayu akan jatuh cinta bukankah itu bagus, Alana tahu Bayu belum memiliki perasaan padanya meski begitu pria itu nampak baik dan juga perhatian, bagi Alana itu sudah cukup.

Alana menyadari dalam pernikahan ini Alana sudah menjadi parasit di keluarga Adiyaksa, dengan sadar Alana bahkan mengakui jika dia menikah karena uang yang akan melunasi hutang papanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!