NovelToon NovelToon

Ku Balas Perselingkuhan Suamiku

Kedatangan Benalu

Seperti pagi-pagi sebelumnya. Jessica bangun lebih awal dari Daniel, suaminya. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, wanita itu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Karena dia payah dalam urusan dapur, Jessica pun memutuskan untuk memesan dari luar. Dan Daniel sudah terbiasa . Sementara Daniel masih tidur pulas di ranjang empuk mereka.

Setelah pesanannya tiba dan menata diatas meja. Selanjutnya hanya tingga memanggil Daniel untuk sarapan bersama.

Baru juga dia hendak kembali ke kamarnya. Sosok Daniel yang sudah rapi terlihat menuruni tangga, membuat sudut bibir Jessica tertarik seketika.

"Pagi," suara renyah Jessica dan senyum hangat, sehangat mentari pagi ini menyambut kedatangan pria itu dimeja makan.

Satu kecupan Daniel daratkan di kening Jessica."Pagi juga, Sayang. Aromanya sangat lezat, aku jadi lapar dan tidak sabar untuk segera menghabiskan semua makanan-makanan itu." Ucap Daniel dan membuat Jessica terkekeh.

"Kalau kau habiskan semua lalu bagaimana denganku? Sudah, jangan bicara lagi. Sebaiknya kita sarapan sekarang, bukankah kau ada rapat pagi ini?" kata Jessica dan dibalas anggukan oleh Daniel.

"Ya. Rasanya aku sangat malas pergi ke kantor. Aku ingin bermalas-malasan seharian di rumah dan menghabiskan lebih banyak waktu denganmu. Tapi jika aku tinggalkan, maka semua pekerjaan akan terbengkalai." Tutur Daniel sedikit frustasi.

Jessica meraih tangan suaminya dan menggenggamnya. "Tidak apa-apa. Aku bisa mengerti dan memahami kesibukanmu. Meskipun aku tidak bisa tidak bisa membohongi diriku sendiri, jika aku sangat kesepian saat kau kerja, itulah kenapa terkadang aku mencari kesibukan diluar dengan berbelanja bulanan atau hanya sekedar bertemu dengan teman-temanku." ujar Jessica panjang lebar.

Daniel menatap Jessica penuh sesal. "Maaf sayang, aku bekerja mati-matian untuk dirimu juga. Aku ingin supaya kau mendapatkan kehidupan yang lebih layak, makanya aku rela lembur dan pulang larut malam. Tapi kau tenang saja, aku akan memikirkan cara untuk mengatasi kesepianmu itu. Sebaiknya sekarang kita sarapan, aku sudah lapar." Tukas Daniel dan dibalas anggukan oleh Jessica. selanjutnya mereka sarapan dengan tenang.

xxx

Daniel berkerja sebagai manager umum disalah satu perusahaan yang masuk sebagai 5 perusahaan terbaik di Korea Selatan, Xia Corp.

Posisinya yang menjanjikan membuat Daniel cukup terkenal dikalangan wanita. Dia banyak dikagumi dan diidolakan di kantor tempatnya bekerja. Bahkan tak sedikit yang menaruh hati padanya, tapi sayangnya hati Daniel hanya untuk satu wanita saja, yakni Jessica.

Selain posisi yang menjanjikan, Daniel juga memiliki wajah yang sangat tampan dan tubuh yang sedikit atletis. Jadi tidak salah jika dia begitu diidolakan banyak wanita.

"Manager, ini ada beberapa dokumen yang harus diperiksa terlebih dulu sebelum diserahkan kepada CEO." Seorang wanita menghampiri Daniel di ruangannya lalu menyerahkan beberapa dokumen padanya.

Daniel mengangguk. "Baiklah, letakkan saja dimeja. Akan aku periksa setelah ini, kau boleh keluar."

"Em, Manager, apa Anda sudah ada janji dengan seseorang? Bagaimana kalau malam ini kita makan malam bersama?" usul wanita itu.

Daniel mengangkat kepalanya dan menggeleng."Maaf, tapi aku tidak bisa. Aku sudah janji pada istriku untuk makan malam di rumah bersamanya." Jawab Daniel datar.

Wanita itu mengangguk. "Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu." Dia membungkuk sebelum melenggang pergi meninggalkan ruangan Daniel. Daniel menghela napas dan menggelengkan kepala. Memiliki wajah tampan ternyata sangat merepotkan. Ya, begitulah yang dia pikirkan.

xxx

Saat kehidupan sudah di tentukan oleh takdir. Tak ada satupun manusia yang dapat mengelak dari runtutan takdir itu sendiri. Seperti layaknya hari ini. Waktu terus berlalu, dimulai dari ketika sang matahari menampakan wajahnya diujung timur. Hingga menggantung di tengah garis horizontal langit.

Sampai akhirnya senja tiba…..

Bias keindahan kuning ke emasan tampak di ufuk cakrawala. Senja sangat indah membuat setiap tatap mata terbius oleh parasnya, namun keindahannya tak abadi, perlahan-lahan akan hilang di telan waktu.

Ya… saat sang mentari kembali ke pangkuan semesta. Melepaskan segala esensi cakrawala dalam jiwa. Hingga kegelapan abadi datang menyelimuti.

Ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Wanita cantik itu bangkit dari kursinya dan berjalan kearah pintu. Pupil matanya sedikit membulat melihat siapa yang datang bertamu, membuat wajah cantiknya seketika menjadi masam

"Ibu Mertua, Adik ipar. Kenapa kalian mau datang tidak memberitahuku terlebih dulu?" ucap wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah Jessica.

"Ini adalah rumah Kakakku, jadi untuk apa kami harus memberitahumu. Lagipula Kakakku sendiri yang meminta kami datang kemari, masalah buatmu?" ucap adik ipar Jessica dengan ketus.

"Sebaiknya segera siapkan makan malam untuk kami, aku dan adik iparmu sudah lapar." Perintah ibu mertua Jessica padanya.

Wanita itu menutup mata dan menghela napas. "Ini adalah rumahku, kenapa aku harus melayani kalian? Jangan hanya karena kalian adalah ibu mertua dan adik ipar ku, maka kalian berdua bisa seenaknya menyusahkan ku!! Kalau kalian lapar, silahkan memasak dan menyiapkan sendiri. Aku ke kamar dulu. Oya, satu lagi. Kamar tamu belum aku bereskan, jadi bereskan sendiri. Kalian bisa memindahkan barang-barang yang ada di sana ke gudang belakang. Oke, selamat bekerja." Jessica melambaikan tangannya dan pergi begitu saja.

Sejak awal menikah dengan Daniel. Hubungan Jessica dan ibu mertua serta adik iparnya memang kurang harmonis. Sejak awal mereka tidak pernah menganggap Jessica sebagai bagian dari keluarga Lee, jadi kenapa dia harus berkorban untuk keluarga yang tidak pernah menganggapnya?

Yuri, nama adik perempuan Daniel. Yuri menatap Jessica dengan marah, rasanya dia ingin sekali menampar kakak iparnya tersebut karena berani membantah perintah ibunya. Lalu pandangan Yuri bergulir pada sang ibu.

"Ma, ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus memberikan pelajaran pada wanita itu. Dia sudah sangat keterlaluan, Kak Daniel harus tahu kelakuan istrinya itu!!" ujar Yuri dengan emosi.

"Masalah ini serahkan saja pada Mama, biar Mama yang mengatasinya. Sebaiknya kita bereskan kamar tamu lalu pesan makanan dari luar, Mama sangat lapar."

Yuri mendengus sebal. "Bukan cuma Mama saja yang lapar, tapi aku juga. Sebaiknya pesan yang banyak dan biar wanita sialan itu yang membayar semua makanan yang dipesan."

"Itu juga yang Mama pikirkan. Dia pikir dia itu siapa, bisa seenaknya pada kita. Sudah, kita beres-beres dulu." Ucap Anita dan dibalas anggukan oleh Yuri.

Sementara itu. Daniel yang baru saja tiba di rumah kebingungan karena tidak melihat batang hidung ibu dan adiknya, harusnya mereka sudah sampai di rumah sejak tadi. Lalu dia menghampiri Jessica di kamar mereka untuk menanyakan keberadaan ibu dan adiknya.

"Daniel, kau sudah pulang?" seru Jessica melihat kedatangan sang suami.

"Mama dan Yuri datang kemari, apa mereka belum sampai?" tanya Daniel pada sang istri.

"Sudah," Jessica menjawab singkat.

"Lalu dimana mereka berdua?" tanya Daniel lagi.

"Sedang membereskan kamar tamu. Aku meminta mereka untuk membereskan kamar tamu dan memindahkan barang-barang di sana ke gudang belakang."Jawab Jessica dengan santainya.

Pupil mata Daniel membulat sempurna. "APA?! KAU MENYURUH MEREKA MEMBERESKAN KAMAR TAMU?!"

xxx

Bersambung

Jangan Keterlaluan

Pupil mata Daniel membulat sempurna. "APA?! KAU MENYURUH MEREKA MEMBERESKAN KAMAR TAMU?!" kaget Daniel.

Jessica mengangguk. "Iya, memangnya kenapa? Lagipula mereka bukan tamu disini, selain itu tidak ada pembantu di rumah ini. Kalau bukan mereka sendiri yang melakukannya, lalu siapa?" tanya Jessica.

Daniel menggelengkan kepalanya dan menatap Jessica dengan kecewa. "Kau benar-benar keterlaluan, Jess. Mama, sudah tidak muda lagi dan kau malah memintanya untuk membereskan kamar tamu? Kau sangat keterlaluan!!" dengan emosi, Daniel meninggalkan kamarnya dan Jessica yang mematung ditempat.

BRAKKK...

Bantingan pada pintu membuat Jessica terkesiap. Siapa lagi yang melakukannya jika bukan Daniel. Wanita itu menghela napas. Jika sudah berhubungan dengan ibunya, pasti Daniel sangat sensitif, lagipula bukan salah Jessica jika dia bersikap kejam pada mereka berdua. Toh, mereka juga yang memulainya.

Mengabaikan hal tersebut. Jessica segera memesan makanan dari luar untuk makan malam, dia terlalu malas untuk memasak. Dan karena hatinya sudah terlalu dongkol, maka Jessica hanya memesan untuk dirinya sendiri, tidak ada jatah untuk mereka bertiga. Masa bodoh dengan ibu mertua, adik ipar dan suaminya. Dan salah Daniel juga kenapa harus berdiri di pihak mereka berdua.

"Mereka pikir mereka itu siapa. Mau numpang tinggal malah minta diperlakukan seperti ratu. Cih, bermimpi saja, aku tidak sudi,"

xxx

"Mama, Yuri..."

Daniel menghampiri mereka berdua yang tampak kelelahan. Melihat kedatangan sang putra tercinta, membuat Anita seperti mendapatkan oasis di tengah gurun pasir yang tandus. Tanpa berkata-kata, Yuri bangkit dari duduknya di lantai lalu berhambur ke pelukan sang kakak.

"Kakak," serunya dengan histeris. "Istrimu sangat keterlaluan. Masa dia meminta kami berdua membereskan kamar tamu sendiri, kami adalah keluargamu tapi kenapa dia memperlakukanku dan Mama dengan buruk." Ujar Yuri.

Anita berdiri lalu mendekati mereka berdua. "Daniel, sebaiknya kau lebih tegas pada Jessica, jika tidak dia akan semakin menginjak-injak kami berdua. Aku ini adalah ibu mertuanya, dan Yuri adik iparnya, seharusnya dia lebih sopan, bukannya malah kurang ajar!!" ujar Anita.

Daniel menghela napas. "Baiklah, nanti aku akan bicara dan bersikap lebih tegas padanya. Sebaiknya Mama dan Yuri istirahat saja, kalian bisa menempati kamar kami berdua. Aku dan Jessica akan tidur disini." Ucap Daniel.

Mata Yuri berbinar-binar. "Sungguh?" Daniel mengangguk. Dia langsung berhambur ke pelukan kakaknya. "Kakak, kau memang yang terbaik. Aku sangat menyayangimu. Ma, akhirnya kita bisa tidur dengan nyaman malam ini." Ujar Yuri sambil memandang ibunya dengan senyum yang sama.

Anita mengangguk. "Ya, Kakakmu adalah putra Mama yang berbakti, jadi mana mungkin dia membiarkan kita tidur ditempat seperti ini." Sahut Anita menimpali.

Yuri meninggalkan kamar tamu yang masih berantakan itu dan pergi ke kamar utama. Namun langkahnya terhenti ketika dia melihat kakak iparnya yang sedang makan malam sendirian dimeja makan dengan berbagai hidangan lezat ala restoran bintang lima

Dia menghampiri kakak iparnya tersebut dengan marah. "Bagus sekali ya, kau makan malam sendirian tanpa menunggu kami bertiga. Kau pikir aku, Mama dan Kakak tidak lapar!!" bentak Yuri emosi.

Jessica mengangkat wajahnya dan menatap adik iparnya itu dengan pandangan datar kurang bersahabat. "Lalu apa masalahnya denganku? Bukankah kau masih memiliki kakakmu yang luar biasa itu , yang bisa mengabulkan apapun yang kalian inginkan?"

"Kau~"

"Ada apa ini? Jessica, apa-apaan kau ini? Kenapa kau makan malam sendirian dan tidak ajak-ajak kami bertiga? Mama dan Yuri sudah pasti lapar, dan kenapa makanan yang kau pesan hanya cukup untuk satu orang?!" Daniel tiba-tiba datang dan memarahi Jessica

Wanita itu menghela napas untuk kesekian kalinya. Jessica menatap Daniel dengan tajam. "Inilah yang aku benci ketika mereka datang ke rumah ini. Kau selalu menjadikan mereka berdua sebagai prioritas utamamu tanpa memikirkan perasaanku!!"

"Daniel, sejak menikah dan berstatus sebagai suami, seharusnya kau sadar posisimu sejak hari itu. Kau memang putranya, tapi aku adalah istrimu. Yang seharusnya kau prioritaskan itu aku, bukan keluargamu!! Hidup kita awalnya baik-baik saja dan tenang, kau selalu memberikan kehangatan dan bersikap lembut padaku. Tapi saat mereka datang kau malah bersikap menyebalkan seperti ini!!" tutur Jessica panjang lebar.

Daniel membanting gelas yang ada di depan Jessica dan menatapnya dengan marah. "Aku capek bekerja dan kau malah mengajakku bertengkar. Jessica, dia adakah ibuku dan Yuri adikku, jadi tidak salah kalau mereka aku prioritaskan. Malam ini dan seterusnya, kamar utama akan mereka tempati, kita berdua pindah ke kamar tamu. Jadi cepat bereskan kamar itu karena aku lelah!" tukas Daniel.

Dengan marah Jessica menarik kain yang ada diatas meja dan membuat semua makanan-makanan yang ada diatasnya berantakan dan berserakan di lantai. Dia tidak rela jika makanan yang dia beli dengan uangnya malah disentuh mereka bertiga.

"Jangan bermimpi!" ucapnya dan pergi begitu saja.

Jessica tidak akan pernah mengalah. Apalagi rumah ini dibeli dengan uangnya, bahkan Daniel tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk rumah yang mereka tinggali saat ini. Jadi dia lebih berhak atas rumah tersebut beserta isinya, bukan mereka.

Yuri menggulirkan pandangannya pada Daniel. "Kak, lihat kelakuan istrimu. Dia benar-benar menyebalkan, kenapa dia tidak mau mengalah padaku dan Mama? Makanan-makanan itu, aku lapar."

Daniel menghela napas. "Aku akan bicara dengannya. Kalian pesan saja dari luar, biar aku yang membayar tagihannya." Ucap Daniel dan dibalas anggukan oleh Yuri. Kemudian dia pergi begitu saja meninggalkan adiknya dan menghampiri Jessica di kamar mereka.

Saat tiba di kamar. Jessica serang menghapus make up-nya di depan cermin, dan wanita itu hanya menatap datar pantulan Daniel dari cermin di depannya.

"Jika kau datang cuma untuk meminta ku mengalah. Maaf-maaf saja Daniel, aku tidak bisa. Selama ini aku sudah banyak mengalah pada mereka berdua, terutama adikmu. Setiap aku membeli barang baru, dia selalu merampasnya, padahal aku belum memakainya sama sekali."

"Dan sebagai suami, apa pernah kau membelaku di depan keluargamu sekali saja? Tidak kan, kau selalu berpihak pada mereka seolah-olah akulah yang paling bersalah. Aku tahu seorang anak memang harus berbakti pada orang tuanya, terutama ibu. Tapi juga harus lihat situasi saat ini. Kau bukan lagi seorang bujangan, tapi suami yang memiliki tanggungjawab. Sekali saja, tolong mengerti perasaanku." Ujar Jessica panjang lebar.

"Drama drama drama, kenapa sih hidupmu selalu penuh dengan drama. Kau benar-benar sangat keterlaluan!! Sebaiknya Keluarlah, biar Mama dan Yuri bisa istirahat." Pinta Daniel.

Dengan egoisnya dia tidak mau mendengarkan curahan hati Jessica dan malah memintanya untuk keluar dari kamar mereka. Dan beginilah dia jika ada Ibu dan adiknya.

Jessica menggepalkan tangannya dan menatap Daniel dengan tajam. Dengan emosi yang telah sampai ubun-ubun. Jessica mendorong Daniel hingga dia terdorong keluar dari kamar mereka.

"Keluarlah, kau saja yang tidur dengan ibu dan adikmu itu. Aku mau istirahat."

BRAKKK...

Pintu dibanting dan di kunci dari dalam. Daniel menghela napas. Dia tidak tahu dengan jalan pikiran Jessica, bisa-bisanya dia begitu kejam pada ibu dan adiknya yang jelas-jelas sangat baik padanya.

xxx

Bersambung

Harga Diri

Malam yang dingin telah berlalu, pagi yang hangat datang menjelang. Bulan telah kehabisan waktunya untuk menemani para manusia kelelahan, dan kembali ke peraduannya, digantikan oleh sang Surya yang hangat.

Di sebuah rumah yang tidak mewah, namun juga tidak sederhana. Seorang wanita baru saja bangun dari tidurnya. Jika hari-hari sebelumnya dia bangun lebih awal, namun tidak untuk pagi ini. Dia bangun lebih siang dari biasanya.

Setelah mandi dan berganti pakaian serta berias. Wanita cantik itu kemudian dia melenggang keluar meninggalkan kamarnya. Di meja makan sudah ada sepasang ibu dan anak yang sedang menyantap sarapannya. Kedatangannya disadari oleh mereka berdua, bukannya

"Hei, Kakak Ipar. Aku dan Mama memesan makanan dari Restoran, dan sekarang kurirnya sedang menunggu diluar. Sana, temui dia dan bayar makanan kami. Oya, jumlahnya 500 ribu won. Jadi sana, cepat bayar." Dengan seenaknya Yuri meminta Jessica untuk membayar makanan yang ia pesan bersama ibunya.

Jessica menatap adik iparnya itu dengan sini."Kalian yang memesan dan menghabiskan makanannya, lalu kenapa harus aku yang bayar? Aku tidak Sudi!! Jadi bayar saja sendiri." Ucapnya dan pergi begitu saja.

"YAKK!! DASAR MENANTU KURANG AJAR!! KAU PIKIR DANIEL AKAN DIAM SAJA MELIHATMU MEMPERLAKUKAN KAMI SEPERTI INI?! AKU ADALAH IBU KANDUNGNYA, DAN YURI ADIK KESAYANGANNYA, DAN KAU MASIH TIDAK MAU PATUH PADA KAMI BERDUA APA KAU CARI MATI?!" teriak Anita dengan emosi.

Jessica berbalik badan dan menatap ibu mertuanya itu dengan pandangan datar. "Lalu kenapa kalau kau adalah ibu kandungnya, dan dia adik kesayangannya? Itu sama sekali tidak ada hubungannya denganku. Kalian saja tidak bisa menghargai ku, Lalu kenapa aku harus peduli pada kalian berdua?" ujar Jessica sambil menatap ibu dan adik iparnya bergantian.

"Bukan kami, tapi kau yang harusnya menghargai ku sebagai Ibu mertuamu."

"Baiklah, memangnya berapa harga mu? Biar aku bisa menghargainya." Tukas Jessica.

"KAKAK IPAR, KAU JANGAN KETERLALUAN!!"

PLAKK...

Jessica menahan tangan Yuri yang hendak menamparnya, lalu menghempaskan tangan itu dengan kasar hingga wanita itu sedikit terhuyung kebelakang. Yuri hendak menamparnya lagi, tapi kali ini justru dia yang ditampar oleh Jessica.

Anita yang tidak terima berniat untuk menampar menantunya tersebut, tapi sialnya dia malah malah tersandung kaki Yuri dan jatuh tersungkur dengan kening membentur ujung meja, akibatnya Anita terluka dan berdarah. Yuri pun langsung histeris melihat hal tersebut.

"KAKAK IPAR, KENAPA KAU DIAM SAJA? CEPAT BANTU AKU, KITA HARUS SEGERA MEMBAWA MAMA KE RUMAH SAKIT!!" teriak Yuri.

"Untuk apa sampai ke rumah sakit? Toh, hanya luka kecil saja. Sudahlah, kau urus sendiri saja, aku ada urusan. Satu lagi, cepat bayar makanan-makanan itu, kasian kurirnya jika menunggu terlalu lama. Satu lagi , kalau memang tidak memiliki uang untuk membayar, jangan sok-sokan memesan makanan dari Restoran bintang lima. Aku pergi dulu, bye-bye." Jessica melambaikan tangannya dan pergi begitu saja.

"JESSICA, AWAS KAU!!"

xxx

"Nona besar..."

Kedatangannya yang tiba-tiba mengejutkan semua orang yang bekerja di mansion mewah tersebut. Serang wanita cantik baru saja menginjakkan kakinya di bangunan bertingkat tersebut.

"Apa kabar Bibi Kim, lama tidak bertemu. Oya, dimana Kakek? Apa dia ada di rumah?" tanya orang yang dipanggil Nona Besar tersebut.

Bibi Kim menggeleng. "Tuan Besar sedang pergi ke luar negeri, Nona. Kemungkinan beliau baru kembali dua hari lagi. Ada undangan dari China, jadi beliau langsung terbang ke sana." Jelas Bibi Kim.

Nona Besar itu menghela napas. "Padahal aku datang karena ada perlu dengannya. Ya, sudah kalau begitu. Aku pulang saja."

"Nona Besar, tunggu!!" seru Bibi Kim menghentikan langkah Nona Besar itu. "Nona, sudah tidak lama pulang. Apa tidak sebaiknya menginap saja? Bibi sangat merindukan Nona, berbulan-bulan pergi dan baru pulang hari ini. Nona, saat Nona tidak ada rumah ini terasa sepi dan sunyi. Tuan Besar selalu merasa kesepian, hampir setiap malam Bibi selalu melihat beliau memandangi foto Nona dalam waktu yang lama. Ada kerinduan dimatanya ketika memandang foto itu," ujar Bibi Kim panjang lebar.

Nona Besar itu terdiam. Dia merasa sudah sangat keterlaluan pada Kakeknya, padahal dia adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Bukannya menemaninya dimasa tua, dia malah membuatnya kesepian.

"Nanti saja saat Kakek kembali, aku akan menginap disini." Ucap Nona besar itu.

Bibi Kim mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Bibi, tidak akan memasak. Nona Besar, hati-hati dijalan." pinta Bibi Kim mengingatkan.

Nona Besar itu mengangguk. "Pasti Bibi, kalau begitu aku pergi dulu." Ucapnya dan pergi begitu saja.

xxx

Ponsel milik Daniel terus bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Daniel tahu siapa yang menghubunginya. Tapi dia tidak bisa menerima panggilan itu karena sedang rapat dan terpaksa mengabaikannya. Hari ini Daniel yang memimpin jalannya rapat karena CEO sedang berada di luar negeri.

Dan setelah rapat selesai. Daniel kembali keruang kerjanya dan menghubungi balik orang yang tadi menghubunginya.

"Ada apa, Ma? Aku tadi sedang rapat." Tanya Daniel pada orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah ibunya.

"Daniel, kau harus memberi pelajaran pada istrimu yang tidak tahu sopan santun itu. Semakin hari kelakuannya semakin keterlaluan saja. Mama dan Yuri memesan makanan dari luar, tapi dia menolak untuk membayar. Tidak hanya itu saja, dia bahkan bertanya berapa harga diri Mama, dia ingin membayarnya. Daniel, Mama benar-benar sedih sekali. Padahal Mama tidak pernah berbuat jahat padanya, tetapi istrimu selalu memusuhi Mama dan Yuri." ujar Anita diseberang sana.

Tangan Daniel terkepal kuat mendengar apa yang ibunya katakan. "Mama, tenang saja. Aku akan memberinya pelajaran setelah pulang nanti. Aku matikan dulu telfonnya, aku masih banyak pekerjaan." Kemudian Daniel memutuskan sambungan telfonnya begitu saja.

Daniel menghela napas. Dia tidak tahu lagi dengan sikap Jessica. Sepertinya dirinya harus lebih tegas lagi pada istrinya itu.

xxx

Jessica pulang dengan membawa banyak sekali belanjaan di kedua tangannya. Entah berapa banyak uang yang sudah dia keluarkan untuk barang-barang tersebut yang tidak sedikit jumlahnya.

Anita dan Yuri menghampirinya. "Darimana saja kau? Kenapa kau berbelanja sebanyak itu?" tanya Anita menyelidik.

"Darimana kau mendapatkan uang sebanyak itu? Jangan bilang jika kau sudah menghabiskan uang kakakku untuk membeli semua barang-barang itu?" tebak Yuri sambil menunjuk barang-barang ditangan Jessica.

"Penting ya aku memberitahu kalian? Lagian aku belanja dengan uang Daniel atau bukan itu tidak ada hubungannya dengan kalian berdua. Lagipula jika bukan aku yang menghabiskan uangnya, memangnya siapa lagi?! Minggir, jangan halangi jalan!!" Jessica menyenggol ibu mertua dan adik iparnya lalu pergi begitu sama baja.

"JESSICA, KAU JANGAN KETERLALUAN!!"

xxx

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!