Anggita
Denis
Ratna
Gita Lestari (SMA)
Daniel (SMA)
Layla (sahabat Gita SMA)
Ibu Hanah (ibunya Denis dan Ratna)
Nenek nya Anggita
Pak Bagas (manager restoran tempat Gita bekerja)
Daniel dewasa
Ellisa
Sellina
Mario (ayah Bagas)
Note: sekian perkenalan dari semua tokoh yang ada didalam novel saya, saya harap kalian bisa suka dengan cerita dinovel pertama ini. Mau tau perjalanan Gita menjelajahi dunia mimpi? Ayooo baca sekarang❤️.
Salam hangat.
-Senjani Jingga.
Aku adalah seorang pemimpi, karena mimpiku mampu menjadi hal yang sangat nyata. Aku selalu mengikuti alur mimpiku yang membuatku terkadang lupa akan hal yang ada di dunia nyata.
Namaku Anggita sering juga di panggil Gita, aku sudah menjadi seorang ibu, anakku berusia 12 tahun yang mungkin sudah mengerti kelebihan ibunya ini. semuanya telah menjadi kenangan manis dan pahit dalam hidupku. Jika bisa, aku tak akan membiarkan anakku juga memiliki kelebihan seperti aku.
Masih ada kejanggalan yang belum bisa aku percaya hingga sekarang. Jujur aku takkan pernah melupakan hal manis ketika mengingat masa lalu, senyumannya masih terngiang dipikiranku hingga saat ini.
...----------------...
15 tahun yang lalu..
17 oktober 2008
Hidupku seolah hancur saat tau ayah dan ibuku hilang saat hendak menemuiku di kota besar ini, kenapa aku membiarkan mereka menaiki pesawat itu.
Aku menangis meraung-raung didalam kamar kos ku setelah menerima telepon dari polisi. Ayah dan ibuku belum ditemukan. Kejadian ter heboh sepanjang masa karena pesawat itu menampung ribuan penumpang dan hilang entah dimana.
pintu kosku di ketuk berkali-kali oleh seseorang karena mungkin tangisanku mengganggu mereka. Aku mengabaikannya karena merasa sudah tidak berdaya lagi. Mataku sudah membengkak karena tangisanku yang tak kunjung mereda.
Ceklek... Terdengar suara pintu yang di buka seseorang, aku langsung mengambil sapu lidi yang biasa ku letakkan samping tempat tidurku, untuk berjaga kalau saja ada orang berniat jahat.
"Gita" panggil seseorang.
suara tersebut tidak asing bagiku, aku bernafas lega karena yang datang bukan orang jahat. Aku langsung berlari menghampiri ibu Hanah, ibu kos baik hati yang sudah ku anggap sebagai ibu kandungku sendiri.
"sabar ya nak, ibu sudah dengar semuanya kok" Ibu Hanah ikut menangis dikala aku menangis dipelukannya.
"sudah jangan menangis, tidur ya ibu temani kamu, ini sudah tengah malam" ujar ibu Hanah sambil menyelimutiku dan mengelus-elus rambutku supaya aku tertidur.
Saat aku sudah mulai tertidur Ibu Hanah mematikan lampu kamarku dan pergi keluar.
......................
Dunia mimpi
Tahun 1999
Aku sangat terkejut padahal aku baru saja terlelap beberapa menit, baru membuka mataku sudah nampak sinar mentari
"sebentar, ini bukan kamarku, aku dimana" ucapku yang sangat panik karena tidak tau dimana aku berada saat ini.
Aku begitu lebih terkejut saat melihat diriku dipantulan cermin.
Wajah dan tubuhku seperti anak dibawah umur. "Aku siapa, tapi aku Anggita benar aku ini Anggita" ucapku berkali-kali tapi masih saja merasa bingung.
Aku berjalan keluar kamar, sudah ada sarapan di meja makan. Nasi goreng rumahan yang hampir tidak pernah aku lihat sangat lama. Aku langsung mendudukkan bokongku di meja makan dan langsung menyantapnya.
"Gimana enak kan masakanku" ujar gadis yang sedang melepas celemek yang Ia kenakan.
"Ini masakanmu, enak banget" ucapku sambil mengunyah nasi goreng tersebut.
Aku langsung berhenti mengunyah. Memikirkan suatu hal, dia siapa dan kenapa aku makan nasi goreng ini. Aku langsung berdiri sambil menunjuk kearah gadis tersebut. " Kamu siapa"
"Heh Gita, ini udah siang cepet mandi pake tanya segala aku siapa, amnesia mendadak ya kamu" ujar gadis itu sambil melempar handuk kearahku.
Aku semakin terkejut karena dia mengenalku. Sebenarnya apa yang terjadi kepada diriku, kenapa aku menjadi ada disini.
"Aku sudah siap, Gita cepetan nanti kita telat loh" ujar gadis itu seraya memakai sepatunya.
Aku bercermin melihat wajahku yang tampak lebih muda, aku tersenyum betapa cantiknya gadis ini lebih cantik dari diriku saat SMA dulu.
"iya layla aku sudah siap" aku terkejut tanpa disadari memanggil nama gadis tersebut.
mungkin semua skenario sudah disiapkan disini, aku harus menyesuaikan diri. " kamu ada ponsel la" tanyaku kepada Layla yang tampak bersiap menaiki sepedanya.
"ada nih, buat apa tumben tanyain ponsel" sambil merogoh saku rok nya mengambil ponsel.
"hah, gimana cara pakenya ini" gumaku dalam hati, karena baru melihat ponsel jadul yang dimiliki Layla.
"Gak jadi la, nih ponselmu"
"aneh deh kamu hari ini Git" ujar Layla sambil mengerutkan alisnya.
...----------------...
Dunia nyata
Tahun 2008
Tok...tok..tok Gita bangun nak
Aku terperanjat, sangat terkejut seperti sedang berada di tempat yang sama namun jiwa yang berbeda. Aku terbangun menepuk pipiku berkali-kali. Aku yakin sekali kejadian tadi bukanlah mimpi.
"iya bu, Gita sudah bangun" teriakku kepada ibu Hanah yang sedari tadi mengetuk pintu kamar kosku.
Aku melihat jam sudah hampir pukul 09.00 pagi yang artinya aku sudah hampir terlambat bekerja. Aku segera mencuci wajahku tanpa sempat untuk mandi karena pasti akan semakin terlambat.
" Gita kamu baru berangkat kerja" tanya Denis yang kebetulan sedang hendak masuk kedalam mobilnya yang terparkir didepan rumah Ibu Hanah yang tak jauh dari kos ku.
"iya nih mas" aku sedikit gugup bila disapa Denis, bagaimana tidak pesonanya selalu membuat wanita luluh, dan aroma parfum nya tidak pernah ku lupa. Pria beraroma woody, sangat menarik bukan.
"ayo berangkat bareng aku" ajak Denis
"gak usah mas, aku naik ojek aja" aku menolak karena sungkan kepada Denis, tapi aku juga sedikit bimbang jika ku menolak pasti akan lebih terlambat.
"ayo mas kita berangkat" ujar Ratna yang terlihat sangat terburu-buru.
"Heh ngapain kamu disini , oh kamu berniat berangkat sama mas denis ya, enak banget jalan kaki aja sana" ujar Ratna yang terlihat tidak suka dengan kehadiranku.
Aku tidak menjawabnya langsung pergi meninggalkan mereka berdua, tentu saja sangat kesal dengan Ratna yang begitu sangat membenciku. Ingin sekali rasanya membalasnya tapi aku tak mampu.
"Jangan begitu Ratna, Mas yang nawarin berangkat bareng kok" ucap Denis.
Ia faham betul dengan sikap adiknya itu, Ratna bukan bermaksut jahat kepada Gita namun, Gita adalah perempuan pertama yang menghuni kosan ibunya, wajar jika Ratna merasa cemburu dan marah kakak laki-lakinya dekat dengan wanita yang tidak jelas asal usulnya menurut Ratna.
"Mas, jangan asal deket sama cewek. Aku gak setuju kalau Mas sama cewek itu" protes Ratna.
Denis hanya tersenyum tak menjawab apapun.
Sesampainya di restoran tempatku bekerja, aku langsung di sambut dengan tatapan sinis para seniorku. "Gita kamu dipanggil bapak Bagas" ujar Mita salah satu dari seniorku yang cukup baik denganku.
"iya kak" balasku kepada Mita yang terlihat sedang sibuk kesana kemari mengantar pesanan pelanggan.
Pikirku sudah kacau, pasti aku bakalan dipecat kali ini karena memang sering terlambat. Aku berjalan menuju ruangan Bapak Bagas dia adalah manager dari restoran tempatku bekerja saat ini.
Tok..tok..
Aku sambil merapikan bajuku yang tampak sedikit berantakan. Sambil menunggu Pak Bagas membuka pintu. Tapi tak ada jawaban, aku menarik nafas mencoba menenangkan diri dan mengetuk pintunya kembali.
"Masuk" ujar sang pemilik ruangan.
Aku membuka pintu ruangan tersebut, disana terlihat Pak Bagas yang tampak sibuk mengetik di komputernya. Aku terdiam tak berkata apa-apa. Firasatku buruk sekarang.
Menepuk meja dengan keras "Gita, saya kan sudah kasih kamu peringatan kenapa kamu malah makin menjadi-jadi sih" Protes Pak Bagas sambil menatapku dengan amarah.
Aku hanya menundukkan wajahku, rasanya sangat takut sekali didalam ruangan bak sarang macan ini. "maaf pak, tadi malam saya baru dapat kabar duka jadi paginya saya bangun kesiangan" ujarku menjelaskan kepada Pak Bagas, mungkin saja dengan alasanku ini beliau akan memaklumi.
" Karena kamu termasuk baik dalam melayani pelanggan, jadi saya percaya kamu tidak akan mengulanginya lagi. Sekali lagi kamu terlambat saya gak akan kasih kamu kesempatan"
"Makasih Pak" aku sangat lega dengan jawaban Pak Bagas. Aku segera berjalan keluar dari ruangan Pak Bagas.
"Tapi ada satu syarat" balasnya sambil berjalan kearah ku dan menghalangi pintu keluar.
Tubuh kami sangat dekat, seketika aku langsung mendorong tubuh Pak Bagas. " pak jangan begitu" ujarku sambil memegang knock pintu agar bisa langsung pergi meninggalkannya.
"Okay, kalau kamu menolak saya akan langsung memecat kamu Gita" ujarnya sambil mendudukan bokongnya di kursi.
Aku menarik nafas, melepaskan genggaman tanganku di knock pintu itu. Badanku mulai gemetar ketakutan karena terjebak disini dan pasti akan sulit untuk keluar. " apa mau Bapak" tanyaku kepada Pak Bagas yang sedang menyalakan rokoknya.
"Kamu jadi asistenku, gampang kerjaan kamu cuma melayani aku dan mengikuti semua kegiatanku" sambil tersenyum Bagas mengatakannya. Aku malah semakin merinding melihat senyumannya yang menurutku siap untuk menerkam mangsanya.
aku menggelengkan kepala "tidak Pak, maaf tidak bisa, kerjaan saya kan pelayan restoran bukan melayani Bapak"
"sudah-sudah, kamu pikirkan nanti saja. Saya tunggu jawaban kamu besok, cepat keluar sana" ujarnya sambil menujuk kearah pintu keluar.
Jantungku tiada hentinya berdetak dengan cepat karena saking takutnya dengan manager mesum itu. Ingin rasanya berhenti dari pekerjaan ini tapi aku masih bingung harus bekerja dimana lagi.
......................
Sore hari tiba, sepulang kerja aku memilih berjalan kaki untuk mengirit ongkos transportasi. Aku harus giat menabung untuk bisa pergi ke luar kota mendatangi ayah dan ibuku, walau mereka belum ditemukan aku masih yakin jika mereka akan selamat.
Mungkin hanya aku yang percaya keajaiban. hari mulai gelap terasa sangat lelah hari ini, tiba-tiba ada seseorang yang menghentikan mobilnya di dekatku.
"Gita, ayo naik" ujar Denis sambil melambaikan tangannya.
"gak usah mas, aku jalan kaki aja sebentar lagi juga udah mau sampai"
Denis terlihat membuka pintu mobilnya dan berjalan dibelakangku. "kok mobilnya ditinggal" tanyaku kepada Denis yang tampak mengekor dibelakangku.
"aku mau nemenin kamu aja, kalau aja ada yang niat jahat sama kamu. pamali cewek jalan sendirian sore-sore seperti ini" ujarnya sambil mengejar langkahku untuk berjalan bersamaan disampingku.
"Gak usah gitu lah mas. Aku gak papa kok jalan sendirian. Itu udah keliatan kosan aku" sambil menunjuk kearah kosan.
"iya udah. Hati-hati aku liatin kamu dari sini sampai di kosan" ujarnya sambil menghentikan langkahnya.
Akupun juga berhenti berjalan. aku tersenyum kearah Denis. menurutku perhatian kecilnya itu yang mampu membuat seseorang pasti merasa disayang.
Sesampainya di kosan aku langsung merebahkan diriku dikasur ternyamanku. Hari ini pikiranku sangat kacau memikirkan pekerjaan, uang dan ayah ibu yang masih belum jelas informasinya.
Aku bingung harus mencari kemana mereka berdua. Sempat berfikir untuk ikut serta dalam pencarian tapi masalah biaya untuk datang kesana pun aku tidak bisa.
...----------------...
Dunia mimpi
Tahun 1999
air mataku menetes, yang membuatku terbangun dari tidurku. aku sangat terkejut saat mendapati tubuhku berada didalam ruang kelas, aku tertidur saat pelajaran dimulai. "Apalagi ini kenapa aku ada disini lagi sih" gumamku dalam hati.
Aku melihat sampul buku berwarna merah muda yang terletak di mejaku. Tertulis nama yang berbeda dengan namaku "Gita Lestari" , aku tersenyum melihat nama itu. Ku buka buku pelajaran tersebut aku sangat terkejut melihat tanggal yang tertera dibuku tersebut "12 september 1999" . seketika aku menoleh kekanan dan kekiri melihat murid-murid yang menurutku memang penampilannya sangat jadul.
jam istirahat tiba.. "Gita kok kamu diem aja sih" ujar salah satu siswi yang tak bisa aku pikirkan namanya.
"ngurusin hidup orang aja sih kamu, terserah Gita lah" balas Layla sambil menarik tanganku mengajakku keluar kelas.
saat hendak keluar kelas aku tidak sengaja menyenggol salah satu lelaki di depan pintu kelas.
"maaf gak sengaja" ucapku kepada lelaki tersebut, tapi Ia hanya terdiam dan mengacuhkanku.
aku masih menatapnya sampai Ia masuk kedalam kelas, "la sebentar, itu dia siapa" sambil menunjuk kearah kelas lelaki tersebut.
"yang mana Git, gak ada siapa-siapa" sambil menengok kearah kelas tersebut.
"udah masuk kelas la"
" orang udah masuk gimana mau tau siapa orangnya" Layla pergi meninggalkanku.
Aku yang masih penasaran mencoba masuk kedalam kelas tersebut. Didalam kelas yang lumayan sepi dia duduk sendiri sambil membaca buku, sepertinya buku novel. "Gita kamu mau masuk? " ucap salah satu murid kelas tersebut.
Aku mengguk pelan, Akupun digandeng masuk kelas oleh gadis tersebut.
"aku tau Git, kamu kesini mau liatin Daniel kan" ucapnya sambil berbisik ditelingaku.
aku menaikkan alisku menatapnya bingung, kenapa Ia berkata seperti itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!