Malam yang tak pernah terbayangkan terjadi dalam hidup Felysia. Pengalaman pertama dengan orang yang sama sekali tidak dia kenal dan tidak boleh melihatnya bahkan memberikan identitasnya secara gamblang.
Richard, pemimpin panti asuhan memerintahkannya untuk pergi setelah laki-laki yang Felysia layani tertidur pulas tanpa membuka mata. Felysia ingat sebelum dia masuk hotel, pemimpin panti asuhan menyuruhnya untuk meminum segelas air yang warnanya sedikit keruh dan menutup matanya dengan kain.
Felysia yakin didalam air yang dia minum sudah tercampur dengan obat, karena setelah dia minum dia merasa sesuatu yang aneh dalam tubuhnya. Tubuhnya merasa bergetar dan panas seakan-akan hendak hilang kendali.
Saat dia merasakan tubuhnya tidak karuan, pemimpin panti asuhan masuk membawa seseorang. Felysia tidak tahu tepatnya orang itu yang pasti pemimpin panti asuhan berkata,"layani tamu kehormatan ini dengan baik, kalau tidak kau akan tahu sendiri akibatnya!"
Begitu pemimpin panti asuhan menjatuhkan orang tersebut ke kasur dia memutar badan hendak pergi, namun sebelum dia pergi, dia kembali berkata pada Felysia,"aku memang tidak ada disini, tapi ada kamera tersembunyi yang telah aku siapkan untuk mengawasi mu! jadi, jangan berpikiran untuk kabur ataupun tidak berbuat macam-macam pada laki-laki ini! ingat itu!"
Felysia terdiam tidak menjawab. Dia hanya bisa membayangkan sosok pemimpin panti asuhan yang pergi menutup pintu dengan keras. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan bagaimana cara untuk melayani laki-laki itu. Kabur pun tidak bisa karena dia sempat mendengar pemimpin panti asuhan mengunci kamar hotel itu dan bilang akan menjemputnya subuh nanti.
Ditengah-tengah kebingungan itu dia mendengar suara seseorang mengerang. Tampaknya laki-laki itu telah sadarkan diri. Dia mengusap-usap keningnya yang sedikit pening dan mengucek matanya yang sedikit kabur karena pengaruh obat. Saat dia membuka mata, dia terkejut dengan penampilan sosok wanita cantik dengan pakaian super mini di depannya. tubuh cantik, gemulai dan putih mulus terlihat sangat menggiurkan dengan balutan kain transparan.
Lucas, nama pemuda itu. Selama ini Lucas tidak pernah merasa tergoda dengan wanita manapun dalam bentuk apapun dan dalam modelan apapun. Sesemok atau segemoy apapun tetap dia tidak pernah terangsang, tapi kali ini berbeda. Begitu dia melihat sosok wanita didepannya itu, jantungnya berdegup sangat kencang, seketika hawa panas datang menyergap tubuhnya. Lucas yang merasa kegerahan membuka dasi dan kancing kemejanya satu persatu.
"Siapa, Kamu?"tanya Lucas sambil mendekati wanita yang tengah duduk di ranjang yang sudah bertaburan bunga mawar.
Felysia terdiam mendengar suara berat namun terdengar seksi di telinganya. Dia tidak berani menjawab karena Richard bilang dia harus diam dan tidak memberitahukan identitasnya.
"Melihat Kamu hanya diam tidak menjawab, Aku anggap Kamu adalah wanita yang memang dipersiapkan untukku malam ini. Tidak aku sangka setibanya dari luar negri aku akan di sambut dengan wanita cantik seperti ini,"lanjut Lucas
Lucas mendekatkan bibirnya ke bibir merah Felysia. Felysia merasakan hembusan nafas dari pemuda itu. Felysia yang masih bisa mengendalikan nafsunya menutup bibirnya dan bertanya walau sedikit gemetar,"apakah Anda sering bermain dengan wanita usai bekerja?apa bagi Anda wanita hanyalah pelampiasan di kala stress karena pekerjaan?"
Pemuda itu tersenyum, dia mengamati wajah wanita yang matanya tertutup itu dengan detail.
"Apa aku boleh membuka penutup mata ini?"
"Aku harap Anda tidak melakukan itu,"
"Kalau aku membuka penutup mata ini, aku akan menjawab pertanyaan mu tadi,"
Felysia terdiam, berpikir sejenak dan berkata,"terserah Anda,"
Lucas membuka penutup mata itu dengan cara mendekatkan wajahnya ke telinga Felysia. Dia mengecup telinga Felysia, dengan cepat Felysia mendorong dada Lucas.
"Apa yang Anda lakukan?"
"Maaf, aku hanya tidak bisa menahan gejolak dalam tubuh ini. Aku rasa ada seseorang yang memberikan obat seperti perangsang sebelum aku masuk ke kamar ini,"
Felysia diam tidak menyangkal. Dia percaya dengan kata-kata Lucas karena itu pasti bagian dari rencana Pak Richard. Dia pun juga diberikan obat perangsang sebelum masuk ke kamar hotel itu.
Bola mata Lucas kekanan dan kekiri mengamati semua gerak-gerik Felysia,"Kamu percaya? Kamu benar-benar percaya dengan mudahnya pada seorang laki-laki yang tidak Kamu kenal?"Nada suara Lucas sedikit meninggi,"apa kalian bersekongkol?"Lucas mengernyitkan keningnya dan memandang rendah Felysia
Felysia bingung mau menjawab apa. Tubuhnya memanas dan hawa nafsu sedikit demi sedikit menguasai akal sehatnya. Sebelum itu terjadi dia berusaha meluruskan kesalahpahaman pemuda itu.
"Maaf kondisiku pun juga seperti Anda. Apa yang Anda rasakan saat ini sama dengan apa yang Aku rasakan sekarang. Entah Anda percaya atau tidak denganku,"
Lucas yang tadinya berdiri kembali duduk di ranjang mendekati tubuh Felysia.
"Katakan padaku apa rencana kalian?"
"Aku pun tidak diberitahu apa yang direncanakannya,"
"Apa Kamu akan pasrah dengan keadaan begitu saja?"
"Ada yang harus aku lindungi, jadi aku tidak bisa menolak perintahnya,"
Mendengar jawaban Felysia membuat Lucas sedikit terkejut,"baiklah kalau itu kemauan mu!"
Lucas kemudian merengkuh tubuh Felysia dan menghujaninya dengan ciuman panas. Felysia yang sudah dikendalikan oleh hawa nafsu karena obat perangsang itu mulai mengikuti permainan panas yang diberikan Lucas.
Mereka pun menikmati malam yang panas itu berkali-kali, sampai mereka tidak tahu telah melakukan itu berapa kali. Mereka tertidur dengan lelap. Felysia sama sekali tidak membuka matanya meski penutup matanya telah di buka Lucas.
Malam berganti pagi, suara ayam berkokok terdengar bersahut-sahutan dari satu rumah ke rumah yang lain. Hotel tempat mereka menginap dekat dengan daerah perkampungan jadi tidak heran kalau suara kokokkan ayam bisa menyapa pagi mereka.
Felysia bangun dengan sekujur badan pegal semua. Dia membuka matanya dan melihat sesosok laki-laki tengah tertidur lelap disampingnya. Laki-laki itu tidur membelakanginya jadi dia hanya melihat sosok punggungnya yang kokoh dan tubuh yang sangat ideal.
Dia melihat tubuhnya yang penuh dengan bekas gigitan dan tak berbusana. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kamar hotel itu. Dia mengambil ponsel yang tergeletak di nakas samping ranjang dan melihat pukul berapa saat itu. Namun, sayangnya ponselnya mati. Saat ini dia tidak tahu sekarang jam berapa.
Beberapa menit kemudian dia mendengar suara Adzan subuh. Dia sangat terkejut dan hendak beranjak dari kasur namun dia merasakan perih di bagian vaginanya, saat dia melihat di kasur terdapat bercak darah. Matanya mulai berkaca-kaca dan meneteskan air mata. Dia tersadar bahwa keperawanannya telah terenggut kemarin malam oleh pria itu.
Usai dia memenangkan diri, Felysia pun bergegas memunguti pakaiannya dan pergi meninggalkan kamar itu tanpa meninggalkan jejak apapun
Lucas membuka matanya yang terasa berat karena masih terpengaruh minuman yang dia minum semalam. Dia memegangi kepalanya dan mencoba untuk mengambil posisi duduk. Saat dia merasa tidak berpakaian, seketika dia buka selimut dan melihat dadanya yang penuh dengan bekas goresan kuku dan bibir.
Lucas kemudian melihat ke samping kasurnya yang sudah kosong. Dia memegangi kepala sekali lagi dan hendak membuka selimut untuk beranjak dari kasur. Awalnya dia tidak terlalu memperhatikan kasur yang sudah berantakan, tapi begitu dia menarik selimut, betapa terkejutnya dia melihat bercak darah di kasur tersebut.
"Berarti wanita semalam masih perawan,"gumamnya
"Selamat pagi, apakah Tuan sudah bangun?"tanya seseorang dibalik pintu usai mengetuk pintu beberapa kali
"Iya, ada apa?"
"Maaf Tuan, saya di minta Tuan Besar untuk menjemput Tuan Muda dari Bandara, tapi karena kemarin saya ada urusan mendesak saya meminta teman saya untuk mengantar Anda ke Hotel ini,"
"Apakah temanmu seorang wanita?"
"Bukan Tuan, temanku seumuran denganku,"
Lucas sedikit berpikir dan bergegas menutupi bercak darah yang ada di kasur itu dengan selimut. Lucas mengambil celana dan baju yang masih tergeletak di lantai. Dia mengenakan pakaiannya itu dengan gerak cepat.
"Masuklah," perintah Lucas usai memastikan bahwa pakaian yang di kenakan itu sudah rapi.
Pintu terbuka dengan perlahan, muncul sesosok paruh baya masuk ke kamar VVIP tersebut.
"Saya Edward, sekretaris Anda selama tinggal di daerah ini. Apakah ada sesuatu yang Anda butuhkan saat ini?*
"Hemt, apakah Kamu yang memberikan pelayanan wanita malam untukku di Hotel ini?"
Pria itu terkejut, melihat itu Lucas tahu kalau pria itu tidak tahu apa-apa.
"Lupakan! maaf, pikiran ku sedang kacau saat ini, jadi bicara sedikit melantur,"
"Tidak apa-apa Tuan, mungkin saat ini Anda masih mengalami gejala habis turun dari pesawat,"
"Mungkin,"jawab Lucas lirih
"Maaf, Tuan, Anda berkata apa? maaf saya benar-benar kurang mendengar apa yang Anda kan tadi?
Lucas menghela napas dan berkata,"tolong bacakan jadwalku hari ini,"
Lucas mengalihkan topik dan masih memikirkan tentang wanita yang tidue bersamanya semalam.
"Semua jadwal sudah selesai saya bacakan, tidak lupa saya juga kirim jadwal Anda melalui email,"
Lucas mengangguk, tangannya mengarah ke tablet yang dia taruh diatas nakas.
Edward yang paham langsung mengambil tablet itu dan memberikannya pada Lucas.
Lucas menscroll-scrol layar kotak bercahaya itu dengan wajah serius,"terimakasih, aku sudah membaca garis besarnya jadwalku hari ini. Aku akan mempersiapkan diri. Kita akan bertemu 15 menit lagi di lobi Hotel."
"Baik, Tuan,"
Edward kemudian membungkukkan badan lalu pergi meninggalkan Lucas sendiri.
Lucas menghela nafas panjang. Dia bergegas menuju kamar mandi dan melihat kembali jejak yang ditinggalkan wanita itu di tubuhnya. Tubuhnya memanas merambat ke wajahnya mengenang adegan panas yang dia lakukan bersama wanita. Itu kali pertama dia melakukan hubungan orang dewasa.
"Selama ini aku tidak pernah tertarik dengan yang namanya wanita, apa ini karena minuman yang aku minum usai turun dari pesawat?"gumamnya
Dia teringat saat turun dari pesawat, pria paruh baya datang menjemputnya dengan membawa spanduk bernamakan dia. Pekerjaan yang harus dia lakukan selama seminggu membuat tubuhnya kelelahan dan ingin segera merasakan kasur. Tanpa memastikan siapa yang menjemput dia ikut dan menerima air minum yang ditawarkan.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!