NovelToon NovelToon

Bekerja Atau Bercinta

TUNANGANKU SELINGKUH

Allegra hanya bisa menangis sambil menutupi wajahnya saat menerima kiriman foto perselingkuhan Bisma dengan atasannya.

"Udah berkali-kali aku bilang sama kamu, Alle. Bisma itu ada main serong sama Bu Ninis, manajer hotel," ujar Chika, sahabat Allegra yang kebetulan juga bekerja bersama dengan tunangan Allegra di Hotel Berniss.

"Kamu tahu sendiri kan, Chika! Bisma itu setia banget sama aku. Sepuluh tahun kita pacaran dan Bisma gak pernah sedikitpun lirik-lirik ke cewek lain."

"Aku sama Bisma juga gak pernah putus sama sekali karena dia selalu dukung kerjaan aku," ratap Allegra yang wajahnya sudah terlihat begitu sembab karen terlalu lama menangis.

Chika sendiri yang sudah bersahabat lama dengan Allegra juga turut merasakan sakit yang Allegra rasakan. Bagaimana tidak? Mereka berdua terkenal couple goal yang paling setia karena udah berpacaran selama sepuluh tahun lebih dari zaman SMA.

Yang lebih menyakitkan lagi, Allegra dan juga Bisma sudah sepakat untuk menentukan tanggal pernikahan mereka bulan depan. Berbagai persiapan juga sudah matang sekitar 75%, tinggal membagi kartu undangan dan juga fitting baju pengantin.

Namun, di saat keduanya hampir menikah, Bisma yang bekerja sebagai asisten manajer justru tertangkap basah tengah bercinta dengan manajer hotel yang bernama Bu Ninis.

Dan kini tidak ada lagi yang bisa Chika lakukan selain mendekap erat sahabatnya sambil menenangkannya. "Sabar, ya, Alle. Aku juga ngerasain gimana sakitnya hati kamu. Lebih baik sekarang kamu istirahat dan tenangin hati kamu."

"Ini udah malem dan kamu juga pasti capek banget, kan? Besok, kamu coba temui Bisma dan ngomong baik-baik sama dia."

Allegra yang sudah mandi sebelum diberitahu tentang perselingkuhan tunangannya pun hanya bisa mengangguk pasrah. Ia pun melepaskan pelukannya dengan Chika dan menyembunyikan tbuhnya di dalam selimut.

"Udah, jangan nangis lagi! Aku gak mau kalo kamu nantinya malah sakit," ucap Chika sambil mengusap punggung Allegra.

"Makasih banyak, ya, Chika!" Allegra kembali menangis dan membuat Chika mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamarnya.

Allegra dan Chika yang bersahabat sejak lama memang tinggal di kos yang sama di kamar yang berbeda sejak mereka duduk di bangku kuliah sampai saat ini mereka bekerja.

"Jangan pergi, Chika! Kamu di sini aja sama aku," pinta Allegra. Chika pun menuruti permintaan Allegra dan tidak lama kemudian keduanya sama-sama terlelap.

🥲🥲🥲

Keesokan harinya,

Allegra yang sebelumnya sudah membuat janji untuk lari pagi bersama dengan Bisma, kini sudah siap dengan outfitnya. Matanya juga sudah tidak terlihat begitu sembab karena sejak subuh Allegra mengompresnya dengan es batu.

"Udah siap buat ketemu sama Bisma?" tanya Chika yang langsung dijawab Allegra dengan anggukan kepalanya.

"Harus siap, dong!" jawab Allegra dengan penuh semangat.

"Bibirnya juga harus udah siap kena bogem mentah aku karena udah berani cium-ciuman sama manajernya." Allegra mengepalkan tangannya yang sudah siap memberi pelajaran kepada Bisma.

"Kalo perlu hajar aja sampai kapok, Alle. Cowok yang kayak gitu, gak usah dikasih hati. Untung aja kalian berdua belum nikah," balas Chika memberi semangat kepada sahabatnya.

"Siap, pokoknya! Ya udah kalo gituh aku pergi dulu, ya!"

Allegra melangkah dengan mantap keluar dari kamarnya. Baginya, menangis semalam penuh sudah cukup untuknya meratapi perselingkuhan yang sudah dilakukan oleh Bisma.

Dengan mengendarai motornya, dalam waktu sepuluh menit Allegra sudah sampai di taman kota, tempat yang sudah mereka sepakati untuk berdua. Setelah memarkirkan motornya, Allegra langsung menatap sosok Bisma yang berdiri di dekat pohon dan tampak sedang menunggu kedatangannya.

"Hai, sayang!" teriak Bisma menyapa Allegra sambil melambaikan tangannya.

Tidak ada sambutan dari Allegra sedikitpun dan ia justru tampak sagat acuh dengan sapaan Bisma.

"Hei, kok cemberut gini, sih?" tanya Bisma sambil mengusap pipi Allegra. "Kerjaan satu minggu kemarin bikin kamu capek banget, ya, sayang?"

Usapan tangan Bisma yang dulunya terasa begitu hangat dan mesra, kini justru terasa sangat hambar. Allegra pun langsung menepis kasar tangan Bisma dan berjalan mendahului kekasihnya.

"Aku capeknya sama kamu!" tukas Allegra dengan nada ketus.

Mendengar hal tersebut, Bisma langsung mengejar langkah Allegra dan berhenti tepat di depannya. "Maksudnya apa, Sayang?" tanya Bisma.

"Maksudnya apa?" Allegra mengulangi pertanyaan Bisma. Kemudian ia membuka ponselnya dan menunjukkan foto perselingkuhan Bisma dengan Bu Ninis.

"Harusnya aku yang tanya ini maksudnya apa?"

"Kamu bisa jelasin foto ini?"

"Bisa-bisanya kamu cium-ciuman sama atasan kamu sendiri di tempat umum! Aku sampe gak habis pikir, deh, sama kamu. Apalagi yang kalian berdua lakukan kalo lagi di dalam ruangan?" tanya Allegra dengan nada oktaf yang sangat tinggi sampai mereka berdua kini menjadi tontonan gratis di taman.

Melihat foto perselingkuhannya ada di ponsel Allegra membuat Bisma mengusap wajahnya kasar sambil menarik tangan Allegra dan meminta maaf.

"Aku minta maaf, Sayang. Ini sama sekali gak seperti dugaanmu. Semuanya hanya salah paham dan aku bisa jelasin satu persatu, tapi bukan di sini!" balas Bisma sambil menggandeng tangan Allegra dan membawanya pergi dari kerumunan orang di sana.

Allegra yang membutuhkan penjelasan Bisma pun akhirnya menuruti ajakan tunangannya dan mereka berdua berhenti di sebuah bangku panjang di bawah pohon yang rindang.

"Kamu kenal aku, kan, Sayang?" tanya Bisma sambil menggenggam tangan Allegra dengan erat.

"Aku gak akan pernah duain kamu sama siapapun selama sepuluh tahun kita menjalin hubungan. Di mata aku, cuma kamu satu-satunya wanita yang nantinya bakal aku nikahi dan menjadi ibu dari anak-anak aku."

"Aku gak butuh omong kosong! Aku cuma butuh penjelasan dengan foto ini!" jelas Allegra.

Akhirnya Bisma menjelaskan pada Allegra jika ia hanya sedang menenangkan Bu Ninis yang baru mengalami masalah rumah tangga dengan suaminya. Bisma pun menceritakan jika saat ini Bu Ninis sedang menjadi bulan-bulanan mertuanya karena tidak kunjung hamil setelah tiga tahun pernikahannya.

Cerita Bisma kali ini membuat tangan Allegra mengepal dengan erat dan kemudian

Bugh! Sekali hantaman keras mendarat tepat di ujung bibir Bisma sampai mengeluarkan darah segar.

"Aku sama sekali tidak bisa membenarkan jika caramu menenangkan manajermu adalah dengan cara berciuman!"

Bugh! Allegra kembali mendaratkan pukulannya di tempat yang sama.

"Bahkan, kau tahu sendiri bahwa selama ini kita tidak pernah berciuman di bibir sama sekali. Mana janjimu yang akan menjadikan aku sebagai ciuman pertamamu, Mas?" hardik Allegra dengan mata berkaca-kaca.

"Aku benar-benar kecewa dan aku takut jika ternyata kalian juga sudah melakukan hal yang lebih dari pada itu di dalam kamar!"

Ucapan Allegra kali ini sama sekali tidak ditampik oleh Bisma karena mereka memang sudah melakukan hal tersebut lebih dari satu kali atas pemintaan Bu Ninis agar ia cepat hamil karena ternyata suaminya mandul.

"Allegra! Aku benar-benar minta maaf dan aku berjanji akan memperbaiki hubungan kita. Ingat Alle, satu bulan lagi kita akan menikah!" ucap Bisma yang tampak kalang kabut.

"Tidak akan ada pernikahan di antara kita, Mas!" tegas Allegra.

"Dan aku akan mengembalikan hantaran saat pertunangan kita secepatnya. Bahkan jika harus mengantinya dua kali lipat pun aku juga sanggup!"

Allegra pun langsung melangkah pergi meninggalkan Bisma sendiri. Tanpa mereka berdua sadari, ada beberapa pasang mata yang melihat pertengkaran mereka berdua dan hanya bisa menatap dengan iba.

WELCOME TO BALI

Meski sudah meluapkan amarahnya dengan Bisma, tetap saja Allegra masih belum terima jika Bisma berselingkuh di belakangnya.

Sepulang dari taman kota, Allegra kembali menangisi kemalangannya yang ditinggal selingkuh oleh Bisma. Chika yang melihat sahabatnya terpuruk pun jadi tidak tega dan menyarankan Allegra untuk mengambil cuti dari kantor untuk menenangkan dirinya.

"Dari pada terus-terusan nangisin cowok hidung belang, mendingan kamu ambil cuti deh buat nenangin diri kamu, Alle," usul Chika membuat Allegra yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas bantal langsung bangun dan duduk tegap.

"Ambil cuti?" tanya Allegra yang langsung dijawab Chika dengan anggukan kepalanya.

"Liburan maksud kamu?" Lagi-lagi Chika menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan Allegra.

Selama bekerja di perusahaan Wijaya Grup, Allegra memang tidak pernah mengambil cutinya yang diberikan dalam setiap tahunnya. Padahal Allegra sudah bergabung selama 6 tahun lamanya di perusahaan tersebut.

"Ide bagus, tuh, Chika! Enaknya liburan kemana yaa?" tanya Allegra yang langsung setuju dengan usul dari sahabatnyya itu.

"Ke Bali, dong! Siapa tahu nanti kamu ketemu bule tampan yang bisa ngobatin sakit hati kamu. Lumayan, loh kalo kamu bisa dapet bule tampan yang baik hati dan kaya raya," timpal Chika dengan sangat antusias.

Ucapan Chika barusan membuat Allegra melemparkan bantal kesayangannya ke arah sahabatnya, "Enak aja kalo ngomong. Emangnya segampang itu cari pengganti!"

Allegra beranjak dari tempat tidurnya menuju ke meja kerja dan menyalakan laptopnya. Tanpa berpikir lama, ia langsung membuat surat cuti untuk satu minggu ke depan dan mengirimkannya ke email perusahaan.

Setelah itu, ia langsung mencari tiket penerbangan menuju ke Bali. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Allegra mendapatkan tiket perjalan ke Bali besok pagi.

Artinya malam ini ia harus segera berkemas untuk menyiapkan barang-barang yang ia perlukan selama liburan di Bali. Tentunya tidak mengikut sertakan barang-barang pemberian dari Bisma.

"Barang-barang pemberian Bisma mau aku masukin ke dalam kotak aja, Chika. Nantinya mau aku balikin ke dia!" ucap Allegra sambil memilah barang pemberian Bisma.

"Setuju banget! Bahkan cincin tunangan juga harus secepatnya dilepas, Alle! Kalo kamu masih pake cincin di jari kamu, mana ada cowok yang mau deketin kamu," balas Chika.

Allegra menatap ke arah jari manisnya dan menghela nafasnya panjang. Lagi-lagi ia harus menitikkan air matanya sambil melepaskan cincin yang selama satu tahun ini melingkar di jari manisnya.

Kemudian ia menyimpannya di tempat cincin yang masih tersimpan rapi di dalam laci.

"Semangat, Alle! Kamu pasti bisa membuka lembaran baru tanpa Bisma!" ujar Chika menyemangati.

Allegra pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Harus semangat, dong. Thanks, Chika! Kamu memang sahabat terbaik aku."

"Kamu juga sahabat terbaik aku, Alle!"

Keduanya pun berpelukan dan setelah itu Chika kembali ke kamarnya. Sedangkan Allegra memutuskan untuk langsung tidur agar besok tidak bangun kesiangan dan ketinggalan pesawat.

🧚🧚🧚

Bangun lebih awal dan bersiap menuju ke Bandara membuat Allegra benar-benar terlihat seperti melupakan masalahnya.

Selama penerbangan berlangsung, Allegra menikmatinya dengan mendengarkan musik. Ia sudah bertekad penuh untuk menghapus kenangan indahnya bersama Bisma. Sepuluh tahun menjalin hubungan, kini harus kandas begitu saja hanya karena ulah Bisma yang diam-diam berkencan dengan manajernya sendiri

Setelah menempuh penerbangan selama dua jam, kini Allegra sudah sampai di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Senyum Allegra tercetak jelas saat kakinya mulai menapak di tanah Bali.

Kaca mata hitam dengan rambut yang dibiarkan terurai dengan indah dan juga tas selempang membuat Allegra tampak begitu menawan bagi siapapun yang melihatnya. Bahkan pesonanya kali ini mampu membuat beberapa wisatawan asing yang juga turun dari pesawat mencuri pandang ke arahnya.

'Benar juga kata Chika. Ketika aku sudah melepas cincin tunangan dengan Mas Bisma, ternyata banyak laki-laki yang melirik ke arahku,' gumam Allegra dalam hati.

'Ck, tapi apa iya, aku bisa move on secepat ini?' tanya Allegra pada dirinya sendiri. 'Ah, sudahlah! Yang terpenting saat ini aku bisa happy!'

Setelah mendapatkan kopernya yang dititipkan di bagasi pesawat, Allegra langsung mencari taksi yang akan mengantarkannya menuju penginapan. Sayangnya, langkahnya harus terhenti saat ia mendengar ada seseorang yang memanggil namanya secara lengkap.

"Allegra Chelsea!" panggil orang yang ada di belakang Allegra yang suaranya begitu khas dan sangat ia kenal.

Allegra menelan ludahnya kasar sambil menebak-nebak siapa gerangan yang kini memanggil namanya.

'Kenapa suaranya mirip banget sama anak Pak Bos, ya?' gumam Allegra dalam hati. 'Eh, gak mungkin dong Pak Vincent ada di Bali. Bukannya dia lagi ada bisnis di Karimun Jawa, ya?' batin Allegra sambil berbalik untuk melihat siapa yang memanggil namanya barusan.

"Loh, pak Vincent kok bisa ada di sini? Bukannya bapak masih ada kerjaan di Karimun Jawa, ya?" tanya Allegra yang sangat terkejut saat mengetahui anak pimpinan perusahaan sudah berdiri di belakang Allegra bersama dengan asistennya.

"Oh, jadi ini alasan cuti kamu yang sebenarnya. Mana yang katanya nenek kamu meninggal dunia sampe kamu mengajukan cuti selama satu minggu?" tanya Vincent yang sudah memasang wajah garangnya di depan Allegra.

"Bukannya nenek kamu itu rumahnya di Surabaya, ya? Kok kamu bisa mendarat di Bali?" tanya Vincent lagi dan Allegra mati kutu dibuatnya.

Di dalam surat cuti yang Allegra tulis, ia mengajukan cuti dengan alasan neneknya yang ada di Surabaya meninggal dunia. Padahal kenyataannya, Allegra sama sekali tidak memiliki nenek karena sudah meninggal semuanya.

"Oh, itu, Pak. Emm, kebetulan penerbangan yang tersisa semalam adalah menuju ke Bali, bukan ke Surabaya. Jadi nanti dari sini saya langsung naik bis melewati jembatan Suramadu biar cepat sampai di rumah nenek saya," kilah Allegra memberi alasan.

"Gak usah bohong, Allegra! Bahkan saya juga sudah tahu kalau kamu sebenernya udah gak punya nenek!" balas Vincent membuat Allegra tertunduk lesu.

'Mati aku kali ini. Bisa-bisanya sih mau liburan malah ketemu anak Pak Bos di sini,' rutuk Allegra dalam hati.

"Kamu tahu kan? Saat ini perusahaan sedang sibuk untuk launching produk baru. Dan ini semua tugas kamu sebagai Manajer Pemasaran untuk menyiapkan iklan produk. Ini kenapa kamu malah pergi liburan? Dasar gak tau diri!" omel Vincent.

Jika kemarin Allegra menjadi bahan tontonan di Taman Kota karena melabrak tunangannya, Bisma. Kali ini lebih memalukan lagi. Allegra diomeli habis-habisan di Bandara.

"Tapi kan, Pak. Selama enam tahun bekerja di perusahaan milik bapak, saya belum pernah ambil cuti loh," balas Allegra memelankan suaranya agar tidak terdengar oleh beberapa orang yang berlalu lalang dan memperhatikan mereka.

"Saya tidak peduli Allegra! Yang jelas, kamu sekarang ikut saya karena nanti jam sepuluh akan ada meeting kerja sama mengenai produk baru kita!" titah Vincent sambil melangkahkan kakinya melewati Allegra begitu saja.

"Tapi, Pak ..." belum selesai Allegra menyampaikan protesnya, Vincent menghentikan langkahnya dan langsung memotong ucapan Allegra.

"Jangan karena sedang putus cinta dengan tunangan kamu, kamu bisa seenaknya mengajukan cuti secara mendadak seperti ini! Apalagi perusahaan masih sangat sibuk."

Ucapan Vincent barusan membuat Allegra sangat terkejut mendengarnya, 'Hah! Darimana Pak Vincent tahu kalo aku baru putus cinta?' gumam Allegra dalam hati.

"Cepetan ikut atau saya potong gaji kamu bulan ini!" ancam Vincent kemudian membuat Allegra mau tidak mau pun mendorong kopernya mengikuti langkah Vincent dan juga asistennya.

CUTI YANG GAGAL

Akhirnya harapan Allegra untuk menikmati cuti pertama kalinya harus pupus karena ketahuan berbohong dan naasnya lagi dengan anak pimpinan perusahaan. Ia sama sekali tidak bisa mengelak dari Vincent dengan alasan tidak siap untuk dipecat.

Baginya, pengajuan cutinya selama satu minggu ini lebih baik hangus daripada nantinya justru gajinya yang hangus. Jangankan menenangkan diri, yang ada Allegra justru akan semakin disibukkan oleh persiapan launching produk baru perusahaannya.

“Pak Davin, kok Pak Bos bisa ada di sini, sih?” tanya Allegra saat memasukkan kopernya ke dalam bagasi mobil.

Davin hanya mengedikkan bahunya sambil memasukkan koper milik Vincent dan juga miliknya.

“Jangan-jangan kalian sengaja buat ngebuntutin aku?” tuduh Allegra yang masih belum beranjak dari Davin, asisten pribadi Vincent.

“Ya Ampun, Pak! Ini tuh liburan saya yang pertama kalinya selama enam tahun memeras keringat di Perusahaan Wijaya Group. Masa’ bapak tega sih ngebiarin saya gak menikmati masa liburan,” gerutu Allegra dengan mimik wajah yang tampak sangat kusut.

“Alleee!” panggil Vincent dengan suara baritonnya. “Cepat masuk ke dalam mobil dan kita mulai membahas materi untuk meeting!”

Perintah Vincent barusan membuat Allegra hanya bisa menghela nafasnya panjang dan menuruti perintah anak dari pimpinan perusahaan. Allegra masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Vincent untuk membahas materi yang akan dibicarakan. Sedangkan Davin duduk di samping sopir dan mobil pun mulai berjalan mengantarkan mereka menuju ke Swiss Belhotel yang letaknya dekat dengan bandara.

Perjalanan yang ditempuh sekitar 15 menit membuat Allegra langsung menguasai materi yang akan dibahas saat rapat nanti. Allegra yang memang sudah lihai mengenai pembuatan iklan produk dan teknik pemasaran memang sangat diandalkan oleh perusahaan.

Hal ini yang membuat tabungan di rekening Allegra sangat banyak karena tips khusus perusahaan atas meledaknya pemasaran produk yang diurus oleh Allegra. Meskipun begitu, Allegra bukanlah tipe wanita yang suka menghambur-hamburkan uangnya. Sebab, impiannya adalah menikah dengan design ala negeri dongeng.

“Saya sangat menyukai ide brilian dari kamu, Allegra. Jika launching produk baru kali ini bisa meledak di pasaran, maka seperti biasa, perusahaan akan memberikan tips khusus untukmu!” puji Vincent dengan nada yang datar seraya menjanjikan bonus untuk Allegra.

“Terima kasih, banyak, Pak!” balas Allegra sambil menundukkan kepalanya.

Sesampainya di hotel yang dituju, Allegra menuju ke bagian resepsionis untuk mengambil kartu kamar sudah dipesan oleh Davin sebelumnya. Kali ini Allegra dipesankan di kamar yang sama tipenya dengan kamar milik Vincent. Sedangkan Davin justru memesan kamar yang standar dan letaknya cukup jauh dari kamar Vincent.

“Pak Davin!” panggil Allegra mendekat ke arah Davin sambil memegang kartu kamar miliknya. “Apa maksudnya ini?” tanya Allegra dengan berbisik. “Kenapa kamar saya justru berdekatan sama kamar Pak Vincent?”

“Biar kita lebih mudah untuk membahas pekerjaan!” jawab Vincent yang sudah berdiri di belakang Allegra.

“Hah? Emangnya berapa lama kita di sini, Pak?”

“Satu minggu saya rasa sudah cukup untuk menayangkan iklan produk ini!” jawab Vincent membuat Allegra menghela nafasnya panjang.

‘Bener-bener gila! Persiapan Launching cuma satu minggu dan tidak banyak melibatkan banyak staff dari kantor perusahaan? Ini mah sama aja dengan ngebunuh aku secara cepat, bukan perlahan-lahan lagi!’ batin Allegra menggerutu kesal.

‘Mana belum cari model iklannya, tempat pengambilan shooting, belum lagi cari tim shoot dan editing iklannya. Aaarggghhh! Kenapa apes banget sih aku ini?’ teriak Allegra dalam hati.

Ting! Pintu lift terbuka dan Davin keluar dari lift untuk menuju ke kamarnya.

“Loh, kok Pak Davin gak anterin Pak Vincent ke kamar, sih?” protes Allegra saat mendapati dirinya kini hanya berdua saja di dalam lift dengan anak pimpinan perusahaan tempat ia bekerja.

“Memangnya kamu pikir saya bayi yang harus diantar kemanapun saya pergi?” celetuk Vincent.

“Ups!” Allegra langsung menutup mulutnya rapat-rapat. “Maaf, Pak!”

‘Saya pikir kan bapak gak bisa dorong koper sendiri,’ lanjut Allegra dalam hati.

Diam-diam Allegra mencuri pandang ke arah Vincent yang tengah membalas pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Namun, saat Vincent menatap ke arah Allegra, ia cepat-cepat memalingkan pandangannya ke sudut lift.

“Awas jatuh cinta loh kalo diem-diem perhatiin saya!” celetuk Vincent sambil kembali menatap ke ponselnya.

“Gak mungkin lah, Pak!” balas Allegra. “Lagi pula saya juga udah punya tunangan, kok!” dalihnya untuk menyelamatkan diri yang kepergok mencuri pandang ke Vincent.

“Oh, ya? Tunangan yang baru kamu putusin di taman kota kemaren gara-gara selingkuh sama manajernya?”

Deg!

Allegra menelan ludahnya kasar mendengar ucapan Vincent barusan.

“Hah?! Da-da-ri mana bapak tahu? Emang bapak kemarin juga ada di taman kota, ya? Atau bapak punya rekaman CCTV di sana? Wah, atau jangan-jangan masalah yang kemarin di Taman Kota itu udah sempat viral, ya?” serbu Allegra dengan berbagai pertanyaan.

Sayangnya, ia sama sekali tidak mendapatkan jawaban sama sekali dari Vincent karena pintu lift sudah terbuka. Vincent pun langsung melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang ia pesan dan melewati Allegra begitu saja.

“Tunggu, Pak Vincent!” Allegra langsung berlari mengejar langkah Vincent.

“Tolong dong, Pak! Kasih tau saya dari mana bapak tahu kalo kemarin saya baru aja berantem sama tunangan saya di Taman Kota,” pinta Allegra.

Vincent pun menghentikan langkahnya dan memandang ke arah Allegra. “Kamu yakin mau tahu?” tanya Vincent dan Allegra cepat-cepat menganggukkan kepalanya.

“Saya lihat sendiri saat lari pagi!”

Blush! Jawaban Vincent membuat wajah Allegra memerah sempurna bak kepiting rebus. Betapa malunya ia saat mengetahui jika pertengkarannya kemarin tertangkap basah oleh atasannya sendiri.

“Bahkan saya juga sempat merekamnya secara penuh,” lanjut Vincent yang kemudian ia langsung membuka pintu kamarnya dan menutupnya rapat-rapat.

“Hah! Pak Vincent!” teriak Allegra sambil menggedor pintu kamar atasannya. “Aduh, Pak! Jangan disimpen dong videonya! Dihapus aja, Pak!” pinta Allegra sambil berteriak.

Ia lupa jika saat ini tengah berada di Kawasan kamar hotel dengan tipe kelas elit. Tentunya teriakan Allegra membuat yang kericuhan yang memalukan sampai pintu kamar yang ada di depan Vincent terbuka.

“Be quiet, please!” pinta seorang pria bule yang tampak mengenakan kaos oblong dan celana pendeknya. Ia tampak sangat terganggu dengan teriakan Allegra.

“I’m so sorry!” Allegra menangkupkan kedua tangannya sambil sedikit menundukkan kepalanya.

“Okey!” balas pria bule tadi sambil menutup pintu kamarnya kembali.

Dengan langkah gontai, Allegra pun menuju ke kamarnya. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Peribahasa ini sangat tepat untuk disematkan pada Allegra saat ini. Berbagai masalah terus datang bertubi-tubi selepas mengetahui perselingkuhan Bisma.

Sedangkan di sisi lain, Vincent tengah tersenyum penuh kemenangan sambil menonton kembali video pertengkaran Allegra dengan Bisma.

“Lari pagi kemarin benar-benar sangat menguntungkan! Akhirnya, aku bisa melihat wanita pujaanku putus dengan tunangannya!”

“Allegra Chelsea, kali ini aku tidak akan lagi tersiksa karena harus terpesona dengan tunangan orang lain,” gumam Vincent pelan.

🧚🧚🧚

Wah, ternyata Vincent udah lama terpesona sama Allegra. Kok bisa, ya? Kira-kira dari kapan, sih?

Nah, yang penasaran Jangan lupa untuk klik like dan kasih komentar di bawah, ya. jangan lupa giftnya juga.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!