Hilary tengah mengenakan pakaian, tiba – tiba Jarrod mendekapnya dari belakang mencium bahunya dengan mesra.
“Selamat pagi, honey” sapanya sambil menatap pantulan wajah Hilary di cermin yang tepat berada di depannya.
“Kemana saja kamu tidak pulang tadi malam, apakah kamu menginap ke rumah selingkuhanmu? Wanita jal@ng mana lagi yang kamu tiduri tadi malam?” tanya Hilary dengan wajah dingin.
“Kenapa kamu memberondongku pertanyaan tak mengenakkan seperti itu di pagi yang indah ini. Please honey jangan buat moodku rusak di pagi hari. Aku hanya ingin mencumbumu pagi ini, menikmati pagi kita dengan relax dan fun” jawab Jarrod sembari meremas dada Hilary lalu menciumi leher Hilary.
Hilary tak heran suaminya Jarrod Gracewell bergonta – ganti wanita meski mereka telah menikah. Sejak awal hubungan mereka hanyalah sebuah bisnis semata. Keluarga Hilary menggadaikannya kepada konglomerat Inggris yakni keluarga Gracewell demi menutup kebangkrutan bisnis ayah tirinya.
Jarrod menyukai Hilary sejak pertama mereka di jodohkan, namun hanya sebatas menyukainya secara fisik. Pernikahan yang menginjak tiga tahun itu, hanyalah sebuah hubungan skinship saja.
“Lepaskan aku Jarrod, aku ingin bersiap ke boutique dan meeting dengan tim” Hilary melepaskan dekapan Jarrod.
Alih – alih Jarrod mengalah dia malah menarik tangan Hilary dan menghampaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, melucuti pakaiannya lalu menindihnya.
“Aku tak akan mengizinkanmu keluar dari kamar ini sebelum aku dapat menyentuhmu” kata Jarrod sembari melepaskan pakaiannya.
“Hentikan…Jarrod, memangnya tadi malam kamu tidak puas dengan wanita di luar sana. Kenapa kamu harus melakukan ini denganku sepagi ini, aku memiliki urusan lebih penting daripada ini” keluh Hilary mencoba beranjak bangun.
Tapi Jarrod tengah menciumi sekujur tubuhnya, membuka kedua paha Hillary lalu membenamkan wajahnya di bawah sana.
“Jarrod hentikan!” kata Hilary dengan nada tinggi, dimana tubuhnya mulai tak terkendali menerima sentuhan Jarrod.
Setelah dirasa puas mengesap di bawah sana, akhinya Jarrod memasukkan senjata miliknya yang tengah menegang dan keras itu ke lubang vital milik Hilary. Jarrod bermain sangat cepat dan menggebu, melihat respons Hilary yang terus mende$ah membuat Jarrod semakin menikmati ritme cepat yang dilakukannya.
“Hilary teruslah seperti itu, kamu membuatku merasa di atas awan. Aku sudah mencapai puncak, ah sial ini sangat nikmat” kata Jarrod yang berada di atas tubuh Hilary.
Keluarnya lahar panas dari Jarrod yang masuk ke dalam lubang vital milik Hilary, membuat Jarrod menyudahinya. Memberikan kecupan ke kening istrinya yang sedang menata nafasnya.
“Aku mencintaimu honey” kata Jarrod sambil tersenyum lalu dia beranjak bangun dan meninggalkan Hilary di atas tempat tidur tanpa busana.
Setelah kejadian pagi tadi yang membuat Hilary jadi bad mood dalam meeting bersama timnya. Sebuah meeting untuk merencanakan berbagai design dan produksi untuk ajang London Fashion Week yang akan di adakan 3 bulan lagi.
Assistantnya Willy Turner seorang pria tampan campuran Inggris India menatap Hilary dengan khawatir. Dia sadar bahwa atasannya itu tengah bad mood hingga meeting berjalan alot dan mengambang tanpa putusan.
Willy menghampiri Hilary di ruangannya setelah meeting selesai.
“Are you okay?” tanya Willy.
“No, hari ini aku merasa buruk. Jarrod pulang tadi pagi dan memaksaku melayaninya seperti biasa. Dia membuatku kesal” aku Hilary duduk sambil menyobek kertas sketsa yang ada di meja tepat di depannya.
“Hmmm… mau coffee hangat untuk menenangkanmu?” tanya Willy.
“Tidak, terimakasih” jawab Hilary mencoba meredakan emosinya.
“Kamu tahu London Fashion Week kali ini penting bagi kita, untuk meningkatkan branding image boutique kita yang mulai meredup. Pangsa pasar industry fashion sangat beragam dan kita butuh gebrakan desain baru untuk keluar dari zona krisis” kata Willy.
“Aku tahu, aku harus mencari ide yang brilliant untuk menaklukkan pasar dunia. Beberapa store kita seperti di milan mulai turun omsetnya, itu membuatku frustasi. Apalagi banyak scandal yang dibuat oleh Jarrod dengan para model yang bekerjasama dengan kita. Aku benar – benar muak dengannya” ungkap Hilary makin kesal.
“Aku yakin kamu dapat mengatasi badai yang tengah menerjang kita, aku mengenalmu bertahun – tahun kamu sangat gigih dalam bisnis ini. Ini adalah nyawamu bukan? Asalkan kamu dapat menenangkan diri maka inspirasi yang brilliant itu akan muncul. Cobalah untuk berlibur beberapa hari atau beberapa minggu untuk dapat menstabilkan pikiranmu” Willy pun memberikan saran.
“Sepertinya aku memang butuh berlibur, aku akan menjauhkan diriku dari Jarrod. Dia membuatku frustasi akan sikapnya yang seenaknya terhadapku. Terlebih keluarganya terus mendesakku untuk segera memiliki keturunan. Padahal Jarrod saja membenci anak – anak, bahkan dia memaksaku menelan pil KB. Pernikahan ini benar – benar melelahkan bagiku, dan aku harus bertahan untuk keluargaku” curhat Hilary dengan wajah frustasi.
“Aku tahu ini berat bagimu, sabarlah pasti ada masanya semua akan berakhir. Aku tahu kamu sudah banyak mengalah menghadapi tabiat buruk suamimu. Terlebih ayah mertuamu yang sangat mengerikan itu, oh tidak aku jadi ikut frustasi bila mengingatnya datang kesini dengan kesombongannya itu. HUFT…” Willy menimpali.
Keduanya saling menatap dan hanya bisa menghela nafas panjang.
“HUFT….”.
Akhirnya Hillary memutuskan mengemasi pakaiannya dan memutuskan untuk pergi ke luar negeri. Namun Jarrod yang mendapati tiket pesawat di atas meja rias dekat tempat tidur, marah dan merobeknya.
“Jangan pergi terlalu jauh tanpaku, aku benci kamu berkeliaran sendiri. Memangnya ada acara apa hingga mengharuskanmu pergi” kata Jarrod dengan kedua tangan di pinggang.
“Aku hanya pergi berlibur untuk beberapa minggu, aku butuh mencari inspirasi untuk ikut London Fashion Week yang akan digelar tiga bulan lagi” aku Hillary sambil membereskan pakaiannya ke dalam koper.
“Tidak perlu ke luar negeri kalau untuk mencari inspirasi, pergilah ke salah satu hotel milik keluargaku atau resort atau villa tapi masih di negara Inggris. Jadi aku bisa mengunjungimu saat aku butuh” kata Jarrod.
“Ku mohon hentikan sikap kekanak – kanakanmu itu, kamu terlalu egois mengekangku untuk tidak pergi ke luar negeri hanya karena kebutuhan $exualmu saja” protes Hilary.
“Come on honey, aku memiliki saham 65% dari boutiquemu dan perusahaan keluargamu ada di dalam kendaliku. Aku memilki power untuk memerintahmu, kamu adalah istriku dan milikku. Jangan berdebat atau kamu tidak bisa pergi kemana pun” Jarrod pun tetap kekeh dengan kemauannya.
Hilary menatap suaminya dengan kesal, dia menghentikan mengemasi baju lalu duduk di pinggir tempat tidur.
“Selalu… kamu mengancamku dan mencoba mengendalikanku karena merasa menguasai bisnis keluargaku. Itulah yang ku benci darimu dari dulu hingga sekarang, tidakkah cukup aku membebaskan bergonta – ganti wanita yang kamu sukai untuk dapat kamu kencani. Pernahkah kamu berpikir kamu sangat egois di pernikahan kita?” keluh Hilary yang ingin di mengerti dan di pahami oleh suaminya.
“Meski aku egois tapi aku mencintaimu, kamu hanya perlu menerimaku apa adanya. Jangan berdebat, pilihlah lokasi yang kamu mau tapi masih di Inggris. Jangan coba pergi bersama pria campuran India itu, aku membencinya” perintah Jarrod dengan wajah marah.
“Kamu cemburu dengan Willy, ayolah…Jarrod dia itu gay. Sudah berapa kali ku bilang kepadamu, mengenai ini” Hilary tak habis pikir dengan pikiran suaminya itu.
“Aku berhak cemburu karena aku suamimu, dia gay atau tidak tetap saja aku tidak suka dia dekat denganmu. Jangan terus memancing amarahku honey, pokoknya ikuti saja apa mauku titik!” kata Jarrod kesal lalu pergi meninggalkan Hilary di dalam kamar.
“BRAAAKKKKK!!!” dia membanting pintu kamar lalu keluar.
Jarrod pergi dengan mobilnya, sedangkan Hilary yang merasa frustasi dengan sikap suaminya hanya bisa menghela nafas. Dia pun memilih tempat tujuan yang di sarankan Jarrod, karena dia tak mau terus bertengkar dan membuat moodnya makin buruk.
Dia melihat sebuah villa milik keluarga Gracewell sebuah villa yang indah di distrik Country Durham, lokasinya juga tak jauh dari London hanya memakan waktu kurang lebih 5 jam perjalanan.
Villa indah dan megah bergaya modern yang merupakan salah satu asset property dari keluarga Gracewell menjadi tujuan Hilary.
Tak heran asset property yang di miliki keluarga Gracewell banyak karena dia merupakan konglomerat Inggris dan bangsawan yang memiki peran dalam pemerintahan Inggris.
"Tidak buruk untuk menenangkan diriku di sana" gumamnya sembari menatap photo villa itu di internet melalui ponselnya.
XXXXXXXXXXXXX
Paginya setelah semua pakaian dan barang – barang yang Hillary butuhkan selesai terpacking, dimasukkanlah ke dalam bagasi mobil. Lalu dia yang mengenakan over size t- shirt berwarna putih dengan bahan yang sangat tipis dan short pant denim, siap melaju dengan mobilnya. Tak lupa kaca mata hitam dia kenakan, rambut panjangnya yang berwarna blonde tergerai indah.
Saat dia baru saja mau menyalakan mesin mobilnya, suara ketokan pintu mobil terdengar.
“TOK TOK TOK…”.
Jarrod mengetuk kaca mobilnya dengan wajah kusut. Hilary membuka kaca mobilnya lalu menatap suaminya yang tak pulang lagi tadi malam.
“Apa maumu?” tanya Hilary kesal.
“Buka pintunya, aku mau ikut” ujar Jarrod.
“Kenapa kamu harus ikut, kan tadi malam aku sudah mengirimimu pesan lokasi yang akan aku tuju” kata Hilary yang makin kesal dengan sikap Jarrod.
“Memangnya aku tidak boleh ikut, jangan banyak bicara buka pintunya aku mau masuk” kata Jarrod memaksa.
Hilary dengan setengah hati harus menerima sikap kekanak – kanakan suaminya itu, setelah dia membuka pintu mobil Jarrod duduk di sampingnya.
Jarrod merebahkan tubuhnya dengan jok di rendahkan, lalu menyetel lagu kesukaannya yakni album Adele dengan kencang.
“Kenapa kamu tidak tidur saja di rumah, kenapa harus ikut kalau hanya untuk tidur di mobil” kata Hilary yang menatap suaminya yang sudah memejamkan mata.
“Diam jangan ganggu aku, kamu menghalangi suara musiknya. Menyetir saja” ketus Jarrod yang memejamkan mata mencoba tidur.
“Huft… setidaknya kenakan sabuk pengamanmu, kita akan berkendara kurang lebih 5 jam” gerutu Hilary lalu membantu memasangkan sabuk pengaman ke tubuh suaminya yang terbaring.
“Honey…berikan ciuman untukku, aku membutuhkannya untuk membuatku terlelap” minta Jarrod manja dengan membuka matanya.
“Tubuhmu bau alcohol, sangat bau…aku tidak mau” tolak Hilary.
“Ayolah…aku tidak memintamu bercinta di mobil, hanya sebatas ciuman saja” kata Jarrod memaksa.
Lalu dia menarik tangan Hilary yang memalingkan wajahnya, dan mencium bibir istrinya dalam dekapannya.
“Aku suka bibirmu, menenangkan” aku Jarrod lalu melepaskan tubuh Hilary dan beranjak tidur.
Hilary makin kesal dengan ulah suaminya yang seenaknya sendiri, namun tak ada pilihan lain untuk menurutinya. Hilary lalu melajukan mobilnya dan mulai berkendara, sepanjang perjalanan Jarrod tidur dengan nyenyak.
Wajar saja dia tidur dengan nyenyak tadi malam untuk melepaskan penatnya atas pertengkaran dengan Hilary, dia hanya minum – minum dengan beberapa wanita di club malam. Tapi kepalanya terus memikirkan Hilary yang membuatnya marah.
Saat tahu Hilary akan ke villa di Country Durham, Jarrod menjadi cemas dan khawatir dia menyadari bahwa disana ada sepupu yang dia benci yakni Carlson Davis. Anak dari bibinya yang telah menikah dengan pria dari keluarga biasa dan menanggalkan kebangsawanannya. Carlson menjadi anak dari penduduk biasa di Inggris, kini dia tinggal di kawasan hutan Durham, dimana dia bekerja di sebuah organisasi konservasi hutan Inggris.
Dia tak mau masa lalu kembali terulang, dimana mantan pacarnya telah direbut oleh sepupunya. Seakan menjadi momok dan trauma yang besar bagi kehidupan Jarrod.
Setibanya di villa setelah menempuh perjalanan sekitar 4 jam 45 menit, Hilary mematikan mesin mobilnya lalu membangunkan suaminya.
“Bangunlah kita sudah sampai” kata Hilary.
“Benarkah, rasanya aku masih mengantuk” jawab Jarrod.
“Kamu bisa tidur di dalam villa, bukankah di dalam sana ada kamar. Atau kamu menikmati tidur di dalam mobil” kata Hilary sambil mengguncang – guncangkan tubuh suaminya.
“Aku senang hati tidur di dalam mobil sembari mendengar de$ahanmu, apa perlu kita melakukannya sekarang” goda Jarrod.
“Ku mohon hentikan candaanmu, aku sudah sangat lelah menyetir dari London hingga kesini. Ayo keluarlah, bantu aku menurunkan barang – barangku” kata Hilary bergegas keluar dari mobil.
Saat dia membuka bagasi mobilnya, dia di kejutkan oleh seorang pria tua penjaga villa yang memegang pundaknya.
“OMG! Siapa anda?” tanya Hilary memalingkan wajahnya kepada pria tua yang ada di belakangnya.
“Saya Berth nyonya, saya pengurus villa ini” katanya memperkenalkan diri.
“Owh senang bertemu denganmu, namaku Hilary Gracewell aku datang dengan suamiku” kata Hilary.
Jarrod lalu turun dari mobil dan malah langsung masuk ke dalam villa tanpa melihat istrinya tengah tegur sapa dengan pengurus villa.
“Itu tuan Jarrod bukan, dia kini tumbuh dewasa” kata Berth sembari menatap punggung Jarrod yang berjalan masuk ke dalam villa.
“Oh iya, maaf dia terlalu lelah tadi dia tidur di mobil dan ku suruh untuk langsung masuk ke dalam villa agar lekas beristirahat” kata Hilary yang tak enak suaminya tak menyapa Berth.
“Villa ini sudah bersih, kalian bisa beristirahat di kamar utama biarkan saya dan Gerald cucu saya menurunkan barang anda dan memasukkannya ke dalam villa” kata Berth.
“Baiklah kalau begitu, terimakasih atas bantuannya” kata Hilary lalu bergegas masuk mencari suaminya.
Sembari mencari suaminya, dia menatap setiap sudut villa bergaya modern dan mewah itu. Bangunan dua lantai itu sangat bersih dan banyak texture kayu dan batu dalam design interiornya.
“Jarrod…kamu dimana!” teriak Hilary mencari suaminya.
“Aku di lantai dua, datanglah kemari!” sahut Jarrod yang tengah merebahkan tubuhnya di ranjang di dalam kamar utama.
Saat Hilary naik ke lantai dua, ada sekelebatan bayangan hitam lewat di ujung tangga.
“Jarrod apa itu kamu?” tanya Hilary memastikan.
Tapi Jarrod tak menjawabnya, karena dia menyambung tidurnya di kamar utama.
Hilary berjalan sembari celingak – celinguk mencari Jarrod, sebuah pintu di ruangan ujung terbuka sedikit. Hilary pikir mungkin suaminya ada disana, saat dia mencoba memegang gagang pintu itu Berth memanggilnya dari belakang.
Ruangan itu padahal tak jauh dari tempat Berth berdiri, hanya selisih satu pintu dari sana.
“Nyonya, kamar utama tidak disana tapi disini” kata Berth yang membawa koper dan barang – barangnya bersama seorang anak muda.
Seketika Hilary menoleh ke sumber suara dan menghampiri Berth.
“Ku kira Jarrod ada di sana jadi aku kesana” kata Hilary.
“Tuan sedang terbaring disini nyonya” kata Berth sambil memasuki kamar dimana Jarrod terbaring.
“Tadi aku tidak melihatnya padahal aku melewati kamar ini” gumam Hilary.
“Anda belum pernah kesini ya nyonya, saya baru pertama kali melihat anda” kata anak muda itu merupakan cucu dari Berth bernama Gerald.
“Iya benar, aku baru pertama kesini” aku Hilary.
Setelah semua barang masuk ke dalam kamar, keduanya pamit pergi. Hanya tinggal Jarrod dan Hilary di dalam kamar.
Hilary kemudian membuka kopernya dan mencari pakaian, dia kemudian bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan diri.
Setelah selesai mandi, Hilary melihat pintu kamarnya masih terbuka dan menghampiri daun pintu untuk menutupnya rapat. Tapi saat di dekati ada sebuah bayangan lewat di luar pintu kamarnya. Hilary yang melihatnya berpikir mungkin itu Berth.
“Berth apakah itu kamu?” tanya Hilary memastikan.
Namun tak ada jawaban dari luar. Saat pintu di buka dia tak mendapati siapapun di luar kamarnya, akhirnya dia memutuskan masuk dan menutup pintu kamarnya dengan rapat.
Hilary melepaskan handuk yang ada di kepalanya, alih – alih mengeringkan rambutnya dia berbaring di samping suaminya karena lelah padahal itu senja hari terlalu dini untuk tidur.
XXXXXXXXXXX
Di tengah hutan, nampak bulan purnama yang terang menerangi kegelapan hutan nan sunyi. Hanya terdengar suara tiupan angin dan binatang hutan.
“SREEEKKKK….SREEKKKKKK….SREEKKKKK” suara tubuh Hilary yang di seret oleh seseorang berpakaian serba hitam menghadap ke depan.
Hilary yang mendapati dirinya di seret oleh sosok orang yang tak dikenal seketika berteriak histeris.
“Apa yang kamu lakukan kepadaku, lepaskan kedua kaki!” teriak Hilary.
Orang yang berpakaian hitam tak nampak wajahnya itu, masih menyeret tubuh Hilary tanpa berkata apapun.
“Tolong…!!! Tolong!!!” teriak Hilary.
Melihat orang yang menyeretnya tak merespon teriakannya, Hilary mencoba melepaskan diri dengan memegang semak – semak atau ilalang yang di laluinya.
Tapi kekuatan orang menyeretnya lebih kuat, kedua kaki Hilary yang terikat di pegangnya kuat dan di tarik menuju sebuah danau.
Pantulan sinar bulan nampak di tengah danau, kesunyian seakan mengikat suara Hilary yang tak bisa di dengar oleh siapapun. Hutan yang hampa itu hanya menjadi saksi bisu baginya.
“Apa yang akan kamu lakukan, lepaskan aku!!!” teriak Hilary.
Orang itu yang tak nampak wajahnya mengikat kaki Hilary dengan sebuah jangkar besar yang sangat berat. Di dorongnya jangkar itu lalu menenggelamkan Hilary.
Hilary tenggelam di dalam danau, dia tidak bisa melepaskan kakinya yang terikat oleh jangkar. Nafasnya mulai habis namun tiba – tiba saat dia berada di dasar ada sosok seorang wanita berambut merah mengulurkan tangannya kepada Hilary.
Matanya sangat sedih, dia mengenakan dress hitam dan wajahnya cantik.
“Tolong bantu aku” katanya lirih kepada Hilary.
Lalu matanya berubah menjadi merah darah, dan nampak darah keluar dari mulut. Hilary merasa takut tapi dia tak bisa melakukan apapun hingga air danau berubah menjadi merah.
DAMN!
Hilary terbangun dari tidurnya dengan wajah pucat pasif, nafasnya terengah – engah. Dia menatap sekitar, lalu melihat kedua kakinya memastikan bahwa kakinya tak terikat oleh jangkar.
Hilary tak menemukan suaminya di kamar, “Jarrod…Jarrod!” panggil Hilary dengan kencang.
Tak ada suara yang menjawab, sontak menambah kepanikan dirinya. Lalu Hilary keluar kamar, ruangan di ujung seakan ada yang membuka pintu dari dalam.
“CEKLEK”.
Pintu yang terbuka sedikit itu membuat Hilary penasaran, namun tak nampak cahaya dari dalam sana.
“Jarrod apakah kamu disana?” tanya Hilary memastikan sembari berjalan pelan – pelan menuju ruangan itu.
Masih tak ada suara, Hilary memastikan apakah benar suaminya ada di sana.
Saat dia mencoba meraih gagang pintunya, ada dua buah tangan yang memegang pinggangnya.
“HUHHHHHH…” ditiuplah wajah Hilary dari samping kanan oleh Jarrod yang berdiri di belakang.
“AAAAAAAA!!!!” teriak Hilary terkejut membuat langsung menarik tangan Hilary dan mendekapnya.
“Honey…ini aku, apakah kamu baik – baik saja?” tanya Jarrod memastikan kondisi istrinya.
“HOSH…HOSH…”
Dengan nafas terengah – engah Hilary memeluk erat suaminya.
“Darimana saja kamu, aku memanggilmu sedari tadi. Kamu membuatku takut” keluh Hilary.
Jarrod melepaskan dekapannya, lalu memegang wajah istrinya dengan kedua tangannya.
“Tenanglah honey, aku disini. Aku dengar kamu meneriakkan namaku tadi aku berada di lantai bawah untuk memasak” kata Jarrod.
“Aku kira kamu berada di ruangan ini, makanya aku kesini” kata Hilary sembari menoleh ke arah daun pintu yang ada di belakangnya.
Dia bingung mendapati daun pintu itu tertutup rapat.
“Tunggu…tadi pintu ini terbuka, aku yakin itu” kata Hilary mengamati pintu yang ada di depannya.
Lalu dia mencoba membukanya namun terkunci, di cobanya berkali – kali tapi benar – benar terkunci.
“Apa ini, tadi pintunya terbuka sedikit. Aku sangat yakin apa yang aku lihat” aku Hilary bingung.
“Sejak awal kita kesini ruangan itu memang terkunci, sudahlah jangan pikirkan mengenai pintu. Lebih baik kita makan malam di bawah saja sekarang” kata Jarrod menenangkan istrinya yang nampak panik.
Sebuah music classic mengalun dari piringan hitam yang di putar oleh Jarrod, di sajikannya makanan yang di masaknya ke atas meja makan. Di keluarkannya sebuah botol wine dan dua gelas, sebuah lilin yang cantik dinyalakannya. Seakan mengalihkan pikiran – pikiran Hilary dari mimpi buruk dan mengenai kasus pintu yang tadi memenuhi isi kepalanya.
“Ada apa denganmu, kenapa seromantis ini. Are you ok?” tanya Hilary heran melihat tingkah suaminya.
“Tentu, ini sebagai refleksi atas hubungan pernikahan kita yang akhir – akhir ini memburuk” aku Jarrod yang duduk di seberang Hilary.
“Terakhir kali kamu memperlakukan aku seperti ini, saat kencan terakhir kita sebelum hari pernikahan. Lalu keesokannya aku mendapatimu tidur di ranjang apartement personal assistantmu, menarik hidupku penuh dengan kejutan” sindir Hilary lalu meneguk wine yang ada di depannya.
“Aku sudah berkencan dengannya sebelum perjodohan denganmu, wajar kalau harus ada perpisahan sebelum hari pernikahan kita. Sudahlah itu hanyalah masa lalu” ucap Jarrod menyepelekan.
“Lantas setelah pernikahan, aku pun terus mendapatkan scandalmu dari model yang aku sewa untuk boutiqueku. Bisakah kamu mencari mangsa lain di luar sana yang tak mengganggu brandku” tambah Hilary lalu memakan makanannya dengan wajah kesal.
“Ok maaf kan aku, tapi mereka yang menggodaku terlebih dulu. Kamu tahu banyak wanita di luar sana yang menginginkanku dengan banyak motif seperti popularitas, materi dan lainnya. Bahkan kamu pun menikah denganku karena salah satu motif itu, bukan” Jarrod menimpali dengan senyuman mengejek.
“Kalau bukan karena keluargaku, aku tak mungkin menikah denganmu. Tapi aku tak bisa berbuat apapun untuk menolaknya” aku Hilary lalu meletakkan peralatan makannya.
Dia berjalan meninggalkan meja makan, dan duduk di sofa tak jauh dari meja makan. Menatap jendela ke arah luar, hutan yang gelap. Lalu dia mengingat kembali mimpinya yang barusan dia alami.
“TAP…TAP…TAP…” langkah Jarrod menghampiri istrinya yang sedang ngambek karenanya.
Di rangkulnya bahu istrinya, lalu diciuminya pipi dan leher istrinya. Di sandarkan kepalanya di pangkuan istrinya, bersikap manja.
“Hilary…kenapa kamu tak berdamai dengan masa lalu, ayolah pernikahan kita sudah 3 tahun” kata Jarrod mencoba berdamai dengan Hilary.
“Jarrod apakah kamu pernah bermimpi tenggelam ke dalam danau?” tanya Hilary yang masih terpaku dengan mimpinya tanpa memperdulikan omongan Jarrod.
“Apa…kenapa kamu membahas mimpi, kamu ingin ke danau? Disini ada danau, di belakang villa ini dan danaunya cukup bagus. Bagaimana kalau besok pagi kita berenang” jawab Jarrod.
Hilary menatap wajah suaminya yang ada di pangkuannya.
“Kamu bilang disini ada danau?” tanya Hilary merasa sebuah kebetulan yang janggal.
“Ya… ada, besok kita akan kesana. Pakailah bikini, sudah lama aku tak melihatmu mengenakan bikini pantai. Kamu terlihat sangat menggoda saat mengenakannya” kata Jarrod bercanda sembari memasukkan tangannya ke tengah dada istrinya yang menggunakan sleeping dress dengan belahan dada rendah.
“Hentikan Jarrod” kata Hilary mengeluarkan tangan Jarrod dari dalam pakaiannya.
XXXXXXXX
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!