NovelToon NovelToon

Kehormatan Yang Ternoda

Prolog

...🌸🌸🌸...

...~Happy Reading~...

Prolog.

Seorang wanita berdiri membeku di balik etalase kue di dalam toko nya, saat melihat sesosok pria bertubuh tinggi kekar berdiri di ambang pintu toko.

Sesosok pria yang pernah menorehkan luka cukup dalam hingga menumbuhkan rasa trauma terhadap makhluk Adam di sekitarnya.

Sepuluh tahun telah berlalu dari masa-masa kelam itu. Namun, tak serta merta menghapus semua kenangan pilu yang wanita itu alami karena perbuatan laki-laki yang kini berdiri di hadapan nya.

Dan kini, manusia bejat itu berdiri tepat di depan matanya dan terlihat baik-baik saja. Seolah masa kelam yang dia ciptakan bukan apa-apa atau mungkin dia lupa jika kenakalannya di masa remaja telah menghancurkan masa depan seorang gadis.

"Sayang, sudah diambil cake-nya? kok lama?" seru seorang wanita yang muncul dari balik tubuh kekar pria itu. Membangunkan lamunan si pemilik toko dan juga si pria yang masih berdiri di ambang pintu.

"Dasar cowok menyebalkan. Selalu saja begitu," gerutu wanita tadi saat melihat suaminya hanya diam di depan pintu toko .

Wanita yang baru saja muncul dari balik tubuh si pria pun langsung menghampiri wanita yang berdiri di balik etalase untuk menanyakan kue yang sudah dia pesan lewat aplikasi di ponselnya.

"Selamat siang, Mbak. Saya mau mengambil kue pesanan saya," ucapnya pada wanita berhijab yang berdiri di balik etalase.

"Kalau boleh tahu atas nama siapa ya? Kebetulan hari ini ada 10 pesanan yang akan diambil," jawab wanita berhijab itu. Mencoba bersikap profesional dan mengabaikan si pria yang sejak awal masuk ke dalam toko, terus saja memperhatikannya.

"Atas nama Sarah Amalia Mbak," jawab di pelanggan yang baru saja menanyakan pesanan nya.

"Baik. Tunggu Sebentar ya saya cek dulu."

Si wanita berhijab pun mulai mengetik sebuah nama di layar laptop, untuk memastikan pesanan yang di maksud si pelanggan.

"Oh, iya. Pesanannya sudah siap. Tunggu sebentar, ya. Saya akan hubungi orang belakang agar membawakan kuenya," jawab wanita berhijab itu sambil menghubungi seseorang dengan menggunakan ponselnya.

Setelah menunggu beberapa saat, seseorang pun datang dari balik pintu. Lalu, menghampiri si pemilik toko dengan cake ditangan nya.

Seorang gadis kecil yang begitu cantik hingga membuat seseorang dibuat terpana, sampai tidak berkedip sedikit pun.

Set

Deg

"Bunda, ini kuenya. Tadi Mbak Gita-nya lagi di kamar mandi jadi aku yang bawakan kuenya," ucap seorang gadis kecil yang baru saja keluar dari arah dalam.

Seketika, jantung si pria yang masih ada di sana berdetak dengan begitu cepat saat melihat wajah cantik gadis belia dengan balutan hijab bernuansa nude yang baru saja keluar dari arah dalam.

"I_iya, sayang. Terima kasih, Nak. Sana masuk. Kerjakan tugas sekolahnya," jawab sang Bunda yang terlihat begitu gugup saat si pria terus saja menatap putrinya.

"Iya, Bun."

Tanpa membantah, gadis kecil itu pun kembali masuk ke tanpa menyadari jika ada seseorang yang tengah memperhatikannya dengan saksama.

"Anaknya, ya, Mbak?" tanya Sarah saat gadis kecil itu telah kembali masuk ke arah dalam toko.

"Iya, Mbak," jawab si pemilik toko sembari membungkus kue ke dalam sebuah paper bag.

"Cantik ya? Sudah berapa tahun?" tanya Sarah lagi sambil menunggu pesanannya.

"Alhamdulillah sekarang sudah 9 tahun," jawab si pemilik toko singkat.

Jantung si pria kembali dibuat berdetak kencang saat kata 9 tahun terucap dari mulut wanita pemilik toko.

"Ini, Mbak, cake-nya. Selamat menikmati dan terima kasih sudah memesan di toko kami," lanjut si wanita pemilik dan berharap jika pasangan suami istri itu segera pergi dari tokonya.

"Iya, Mbak. Terima kasih. Saya sudah cocok banget sama kue dan cake dari toko ini. Bulan depan saya akan mengadakan syukuran pernikahan kami yang ke-3 tahun. Bisakah saya pesan kue-kuenya di sini?"

"Insya Allah bisa, Mbak. Mbak bisa hubungi admin kami untuk reservasi.

"Baiklah kalau begitu. Akan saya hubungi lagi nanti. Kalau begitu kami pamit ya. Terima kasih cake-nya,"

"Iya Mbak, sama-sama." jawab si pemilik toko mencoba tersenyum ramah pada pelanggan nya itu, meski perasaan nya tidak karuan.

"Ayo sayang. Kita pulang. Kita sudah ditunggu oleh Mama dan Papa," lanjut Sara sambil menarik pria yang tidak lain adalah suaminya untuk keluar dari dalam toko itu.

Seketika, rasa lega pun dirasakan si wanita pemilik toko saat pasangan suami istri itu keluar dari tokonya. Ada rasa takut yang dirasakan olehnya saat pria tadi terus saja menatap ke arah putrinya.

"Tidak. Dia tidak boleh tahu. Aliya adalah putriku. Hanya putriku." gumamnya saat mengingat putrinya, Aliya.

"Mbak? Mbak Aulia kenapa?" tanya seorang wanita lain yang baru saja keluar dari arah dalam toko.

"Astaghfirullah al adzim! Gita. Kamu bikin kaget saja," gerutu Aulia sembari mengusap dadanya karena kaget.

"Loh, kok jadi salahin saya? Mbak yang melamun. Oh iya. Itu Aliya sudah selesai mengerjakan PR. Katanya Mbak janji buat ajak dia jalan-jalan. Sana pergi. Urusan toko biar Gita yang tangani."

"Oh iya. Ya sudah. Mbak titip toko ya, nanti tutup pukul 3 sore aja jadi kamu tidak pulang ke sorean,"

"Baik. Siap, Mbak."

Aulia pun segera pergi ke arah dalam toko, untuk menemui putrinya. Hari ini Aulia sudah berjanji akan membawa putrinya itu jalan jalan karena sudah mendapatkan nilai terbaik.

Ibu dan anak itu pun menghabiskan waktu cukup lama di sebuah pusat perbelanjaan ternama di kota itu. Menjelang sore, barulah mereka kembali ke rumah sederhana yang berhasil dibeli Aulia dari hasil berjualan kue di toko yang dia kelola saat ini.

"Selamat tidur, putri Bunda yang cantik. Mimpi indah, ya," ucap Aulia saat menemani putrinya yang akan segera tidur.

"Iya, Bunda. Bunda juga, ya. Selamat beristirahat dan mimpi yang indah," jawab gadis kecil berusia 9 tahun itu.

"Iya Nak. Tidurlah. Bunda akan ke kamar setelah kamu tidur."

"Baiklah. Terima kasih Bunda untuk hari ini. Aliya senang banget bisa jalan-jalan bareng Bunda."

"Iya, Nak. Sama-sama. Tidurlah."

Aulia masih menatap wajah Aliya yang perlahan, mata itu pun mulai tertutup dan tidak lama, mulai terdengar suara dengkuran halus yang menandakan jika putrinya itu telah tertidur.

Aulia menatap lekat wajah cantik putrinya yang tidak bisa dipungkiri wajah itu begitu mirip dengan ayah biologisnya. Sayang, sang ayah tidak mau mengakui kehadiran putri cantiknya itu.

"Maafkan Bunda, Nak. Semoga kelak kamu mendapatkan bahagiamu meski kamu tidak pernah tahu siapa ayahmu," gumam nya sembari mengingat kembali kejadian kelam di masa lalu.

Tahun 2013 part.1

...🌸🌸🌸...

...~Happy Reading~...

Tahun 2013 part.1

*

Gemuruh suara hujan yang membasahi bumi, mengiringi langkah seorang gadis yang baru saja pulang dari sekolah nya dengan keadaan yang sangat berantakan.

Dengan langkah yang terseok seok, sang gadis mencoba bertahan agar tubuhnya tidak tumbang sebelum tiba di panti, tempatnya tinggal saat ini.

Aulia Dara, seorang anak yatim piatu yang tumbuh besar di sebuah panti asuhan yang didirikan oleh seorang wanita baik hati bernama Bunda Ane.

Gadis yang biasa di panggil Dara itu kini tengah menangis pilu dibawah guyuran hujan lebat malam ini. Dara tidak bisa berhenti menangis setelah mengalami kejadian yang sangat buruk di dalam hidupnya.

Dimana Dara harus kehilangan kehormatan nya di tangan teman sekolahnya sendiri. Alfatih Brahmaseto, sebuah nama yang tidak akan pernah Dara lupakan seumur hidupnya.

Pemuda yang merupakan anak dari salah satu orang terkaya di kotanya itu, adalah pria bajingan yang merampas kehormatan Dara secara paksa.

Dan setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam dengan berjalan kaki, akhirnya Dara pun tiba di panti tempatnya tinggal selama ini.

Ceklek

"Dara? Kamu dari mana saja Nak? Kenapa jam segini baru pulang?"

Seketika, suara sapaan dari seorang wanita paruh baya yang selama ini membesarkan Dara menghentikan langkah gadis itu.

"Bu_Bunda," ucap Dara langsung berlari ke arah Bunda Ane lalu memeluk erat tubuh wanita tua itu, lalu kembali menangis tersedu.

"Kamu kenapa Nak? Kenapa kamu terlihat berantakan sekali. Apa yang terjadi? Cerita sama Bunda Nak," ucap Bunda Ane pada anak asuh nya itu.

Dara bungkam, dia tidak tahu apa yang harus dia katakan pada Bunda Ane. Ancaman demi ancaman yang dilayangkan oleh Fatih saat menggagahi tubuh nya kembali terngiang ngiang ditelinga nya.

Dara pun akhirnya memilih untuk diam dan memendam semuanya sendirian. Dara tidak mau jika sampai hal ini terbongkar, maka panti tempatnya tinggal selama ini akan terancam digusur oleh kekuasaan yang dimiliki keluarga Brahmaseto.

Brahmaseto adalah salah satu keluarga konglomerat yang ada di kota itu. Dan tidak ada yang berani melawan keluarga itu karena keluarga itu memiliki kekuasaan dan uang yang bisa berbuat apa saja demi mendapatkan keinginan mereka.

Karena itulah, Dara pun akhirnya memilih diam dan memendam semua seorang diri agar keluarganya yang ada di panti tetap aman.

"Sudah, lebih baik kamu mandi dan ganti pakaianmu yang basah. Bunda akan siapkan makan untukmu," lanjut Bunda Ane saat melihat Dara hanya diam saja.

"Tidak usah Bunda, aku masih kenyang. Aku mau langsung istirahat saja," jawab Dara di sela isak tangisnya.

"Baiklah kalau begitu, istirahatlah."

Dara pun akhirnya meninggalkan Bunda Ane untuk masuk ke dalam kamarnya. Setiba nya di dalam kamar, Dara merosot kan tubuhnya ke lantai.

Dara kembali menangis di dalam kamarnya, sungguh Dara tidak tahu harus bagaimana menghadapi hari esok setelah kejadian mengerikan yang terjadi beberapa jam yang lalu di sebuah gudang yang ada di belakang gedung sekolah nya.

"Bagaimana ini, aku sudah kotor. Aku hina," gumamnya sambil menggosok gosok tubuhnya yang masih tertutup baju seragam yang telah kotor itu.

Dara tidak habis pikir, kenapa Fatih tega melakukan itu padanya. Padahal, selama ini Dara tidak pernah mencari masalah apapun dengan pemuda kaya raya itu.

"Kamu benar benar bajingan Fatih, kamu brengsek," gumam nya lagi saat ingatan bagaimana pemuda itu menggagahinya kembali hadir dalam ingatan.

Ingatan Dara pun kembali ke waktu dimana dia baru saja keluar dari gedung sekolah nya setelah menyelesaikan jam pelajaran tambahan yang biasa diadakan jika akan dilaksanakan ujian sekolah.

Hari sudah hampir gelap saat Dara melewati sebuah gedung bekas gudang yang sudah tidak terpakai lagi. Dan disaat itu juga, ada tiga orang pemuda yang menyeretnya masuk ke dalam gudang itu.

Sreetttt

"Ayo ikut," kata salah satu pemuda yang ada di antara ketiga pemuda yang menghadangnya.

"Si_siapa kalian? Da_dan mau apa?" Tanya Dara dengan suara terbata karena merasa begitu takut.

Bahkan tanpa sadar, Dara terus memundurkan langkah nya saat ketiga pemuda itu menghadang dan meminta nya untuk ikut.

"Banyak bacot loe, ikut." Ucap seorang pemuda yang bertubuh tinggi yang langsung menarik Dara lalu membawanya ke dalam gedung bekas itu.

"Hey, lepas. Kalian ini siapa? Apa mau kalian?" Tanya Dara lagi sembari berusaha memberontak saat diseret masuk kedalam gudang itu.

Dara benar benar ketakutan saat ketiga pemuda bermasker itu membawanya masuk ke dalam gudang yang sepi dan juga kotor.

Tubuh Dara dihempaskan begitu saja ke atas sofa bekas yang ada di sana. Ketiga pemuda itu tertawa lepas saat melihat Dara tersungkur di atas sofa itu, tapi Dara tidak diam saja.

Dara kembali bangkit lalu berlari ke belakang sofa demi melindungi dirinya. Dara benar benar ketakutan, dan siapa mereka. Kenapa mereka membawanya ke dalam sana? Batin Dara bermonolog.

"Sekarang giliran gue, kalian lebih baik berjaga di depan. Setelah gue selesai, kalian baru boleh mencoba nya," titah pemuda yang bertubuh lebih tinggi kepada kedua rekannya.

"Siap bos," jawab keduanya sembari pergi meninggalkan Dara dan juga pemuda itu.

Setelah kedua rekan nya pergi, si pemuda itu pun melangkah mendekati Dara. Dara yang merasa jika sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Berusaha untuk lari dari tempat itu, sayang pemuda itu langsung menarik kerudung yang dipakai oleh Dara hingga gadis itu pun kembali terjengkang kebelakang.

"Mau kemana loe, hah? Jangan buru buru manis, mari kita bersenang senang dulu sebelum loe pulang, Ok?" Ucap nya mencekal tangan Dara lalu mengungkung tubuh Dara.

"Lepas brengsek. Siapa kamu? Kenapa melakukan ini padaku? Apa salahku padamu?" Teriak Dara mencoba memberontak saat tangan si pemuda mencoba membuka kemeja seragam nya.

"Lepas, aku mohon jangan lakukan itu," lanjut Dara merasa frustasi karena si pemuda terus saja mencoba membuka kemeja yang dikenakan oleh Dara dengan paksa.

"Melepaskan loe? Tentu saja, tapi sabar ya. Kita lanjutkan permainan ini setelah itu loe boleh pulang," jawab nya yang kini sudah mulai mencumbu tubuh Dara yang sudah terbuka di bagian depan baju nya.

Dara yang terus memberontak pun akhirnya berhasil meraih topi dan masker yang dipakai oleh pemuda itu hingga memperlihatkan wajah si pemuda bajingan itu.

"Fa_Fatih? Ke_kenapa kamu lakukan ini padaku?" Ucap Dara terbata saking shock nya saat mendapati jika teman sekelasnya lah pria yang saat ini tengah mencumbu tubuhnya.

"Kenapa? Terkejut? Kenapa terkejut? Bukankah ini adalah hal yang biasa loe lakukan bersama om om langganan loe itu. Nggak usah sok suci deh, dasar murahan,"

Tahun 2013 part.2

...🌸🌸🌸...

...~Happy Reading~...

.

Tahun 2013 part.2

*

"Kenapa? Terkejut? Kenapa terkejut? Bukankah ini adalah hal yang biasa loe lakukan bersama om om langganan loe itu. Nggak usah sok suci deh, dasar murahan," cibir Fatih yang kembali melanjutkan cumbuan nya di tubuh Dara.

"Please Fatih, jangan lakukan itu. Aku mohon," ucap Dara di sisa tenaga yang dia miliki.

"Cih, jangan munafik deh loe. Seharusnya loe itu bersyukur karena sekian banyaknya laki laki hidung belang yang pake tubuh loe, cuma gue yang masih perjaka. Nikmatin aja, selain masih perjaka, loe juga bisa menikmati ini dengan gratis," jawab Fatih yang kian menyentuh tubuh Dara makin dalam.

Dara sendiri kini telah kehilangan seluruh tenaganya. Selain karena kalah tenaga dari Fatih, fitnahan yang dilontarkan oleh Fatih pun membuat seluruh tenaga Dara hilang dari raga nya.

Hingga akhirnya, Dara pun hanya bisa pasrah saat Fatih terus saja menyentuh dan mencumbu seluruh tubuhnya.

"Aww, sakit Fatih. Hentikan, sakit sekali." Rintih Dara saat benda tumpul milik Fatih berusaha menerobos masuk kedalam inti tubuhnya yang masih tersegel.

Deg

Sejenak Fatih tersentak kaget saat melihat Dara merintih kesakitan karena dia yang berusaha memasukkan senjata tumpul miliknya kedalam gua surgawi milik Dara.

"Tidak, tidak mungkin. Loe itu wanita murahan dan loe ga mungkin masih perawan," jawab Fatih membantah akal sehatnya sendiri.

Fatih pun kian bersemangat memasukan kembali senjatanya hingga akhirnya, Fatih bisa merasakan sesuatu yang sepertinya sebuah sobekan di iringi dengan cairan hangat membasahi inti tubuhnya.

"Sreekkk, awww, sa_sakit," rintih Dara lagi di sisa tenaga yang dia punya.

Hingga akhirnya, pandangan Dara pun mulai buram dan detik kemudian semuanya tampak menggelap. Dara pun akhirnya jatuh pingsan saat Fatih berhasil menjebol segel miliknya.

Hingga Dara tidak bisa merasakan lagi rasa sakit pada inti tubuhnya karena hujaman dari benda tumpul milik Fatih. Dara bahkan tidak tahu, berapa kali pemuda itu menumpahkan lahar panas nya di dalam rahimnya.

Yang pasti, saat Dara tersadar Fatih tengah memakai pakaian nya kembali dengan tenaga yang sudah terkuras karena pergulatan panas yang di lakukan nya pada tubuh Dara.

"Itu uang buat loe. Ingat, tutup mulut loe kalau sampai hal ini bocor. Seluruh keluarga loe yang ada di panti akan hancur dan mereka semua akan jadi gembel di jalanan." Ucap Fatih sembari melempar satu gepok uang ratusan ke arah Dara.

Dara sendiri hanya menatap ke arah langit langit gudang dengan tatapan kosong nya. Dan setelah Fatih pergi meninggalkan tempat itu. Barulah Dara pun mulai beranjak dari sana dan berjalan tertatih tatih menuju ke panti asuhan dimana dirinya tinggal selama ini.

Hancur sudah dunia Dara setelah Fatih merampas apa yang paling berharga di dalam hidupnya saat ini. Entah harus bagaimana Dara menghadapi dunia kedepannya dengan kondisi yang seperti ini.

Yang Pasti, Dara berharap jika apa yang terjadi hari ini tidak meninggalkan jejak di dalam rahimnya. Jika itu terjadi, Dara benar benar kehilangan seluruh harapan untuk dirinya untuk tetap hidup.

*

*

"Eh, anak cupu itu kemana? Kok dia tidak pernah kelihatan lagi?" Tanya Brian pada Fatih.

Setelah kejadian malam itu, Dara memang tidak lagi terlihat di sekolahan elit itu. Satu minggu berlalu tapi Dara belum juga terlihat masuk sekolah.

Dan jujur, hal itu cukup menarik perhatian seorang Alfatih Brahmaseto. Pria yang sudah berhasil merampas paksa kehormatan si gadis lugu itu.

"Iya, sudah satu minggu dia nggak masuk. Sebenarnya, apa sih yang terjadi malam itu Al? Kok loe tiba tiba aja ngajak kita pergi padahal kita berdua belum dapat jatah sentuh tubuh cewek murah itu," sahut Dewa yang merasa ada yang aneh pada teman nya itu.

"Diam deh loe, berisik tahu gak," jawab Fatih langsung pergi begitu saja dengan wajah yang begitu kesal.

"Kenapa tuh anak?" Tanya Dewa lagi saat melihat tingkah Fatih yang aneh akhir akhir ini.

"Kesambet kali." Jawab Brian tidak peduli.

Sementara itu, Fatih sendiri kembali ke kelasnya. Jujur, ketidak hadiran Dara disekolah cukup mengganggu pikiran nya. Sebagai manusia normal, bohong jika Fatih tidak merasa bersalah.

Bahkan bayang bayang bagaimana Dara menangis dibawah kungkungan nya terus saja menghantui dirinya di setiap malam malam yang dia lalui.

Namun, ego nya yang tinggi membuat Fatih lupa bagaimana cara meminta maaf dan bertanggung jawab untuk perbuatan yang telah dia lakukan pada Dara.

Hingga Fatih pun mengabaikan kesakitan yang dirasakan oleh Dara saat ini. Fatih selalu berpikir, uang bisa menyelesaikan segalanya. Dan Fatih sudah memberikan uang itu pada Dara sebagai kompensasi, dan masalah pun selesai. Pikirnya.

*

*

Merasa hari harinya terus dilanda rasa gelisah dan terus merasa bersalah pada Dara. Fatih pun akhirnya memutuskan untuk kembali mendatangi gudang dimana kejadian satu minggu yang lalu itu terjadi.

Dan, betapa terkejutnya Fatih saat tiba di sana. Fatih melihat uang ratusan ribu berserakan di sekitar sofa dimana dirinya merenggut kehormatan milik Dara.

"Kenapa dia tidak mengambil uang itu? Apa selama ini aku salah menilainya?" Gumam Fatih saat melihat uang yang satu minggu yang lalu dia lemparkan ke tubuh Dara, masih berserakan di sana.

Dengan perasaan yang sulit diartikan. Fatih pun akhirnya memunguti kembali uang uang itu dan membawanya keluar gedung dalam genggaman.

Setelah keluar dari dalam gudang itu, Fatih pun mencari orang orang sekitar yang biasa mencari rongsokan di sekitar gedung tak terpakai lagi itu.

"Permisi Pak, Bu. Ini, ada sedikit rezeki diterima ya," ucap Fatih memberikan uang yang tadi dia pungut, kepada beberapa orang yang tengah mengais rezeki dari tumpukan sampah yang ada di sana.

"Wah Den, tidak salah ini. Banyak sekali?" Tanya seorang pria paruh baya yang kebagian lebih dari lima lembar uang berwarna merah itu.

"Nggak apa apa, itu rezeki Bapak hari ini." Jawab Fatih lalu pergi begitu saja meninggalkan para pemulung sampah itu.

Sementara di panti asuhan. Dara masih saja mengurung dirinya di dalam kamar. Satu minggu berlalu dari peristiwa itu, tapi tak kunjung membuat Dara berani keluar dari dalam kamarnya.

Rasa hina dan kotor terus saja membayangi langkah mantan gadis itu hingga dia tak berani lagi meninggalkan panti meski itu untuk ke sekolahan nya sendiri.

Dara bahkan mengabaikan jadwal pelajaran nya. Padahal sebentar lagi akan dilaksanakan ujian nasional untuk

Tok

Tok

"Dara, boleh Bunda masuk Nak?" seru Bunda Ane dari balik pintu kamar milik Dara.

Tidak ada jawaban dari Dara. Tapi, detik kemudian terdengar suara pintu yang di buka dari arah dalam. Dan bener saja, Dara membuka pintu kamar itu setelah satu minggu mengunci diri didalam nya.

"Dara, kamu baik baik saja Kan Nak?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!