[Novel ini hanya untuk hiburan aja, jika tidak suka skip dan tinggalkan saja, tidak perlu memberi rate buruk dan komen menjatuhkan]
...☘️☘️☘️ Happy reading ☘️☘️☘️...
...☺️☺️☺️...
...❤️❤️❤️❤️❤️...
Duuaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrr!
Duuaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrr!
Sebuah ledakan bom yang sangat besar dan menewaskan banyak prajurit.
Seorang wanita yang memegang senjata api terlempar sangat jauh karena ledakan besar itu.
"Aduh," keluh wanita itu kesakitan, ia memegang kepalanya yang berdarah.
"Sial! Ledakan itu sangat besar, entah mengapa aku merasa gerakan itu aku mengenalinya," lirih wanita itu berusaha duduk meskipun ia merasa teramat sakit.
"Ya, kau sangat mengenali ku Melisa," ucap seorang pria itu tersenyum.
"Kau …." Melisa terkejut karena pria itu adalah kekasihnya.
"Kenapa kau?" tanya Melisa terbelalak.
"Kenapa aku? Ha-ha-ha, kamu sangat bodoh Melisa, kau itu hanya kuat, tapi tidak punya otak, kau di jebak saja sama sekali tidak sadar," ucap pria itu tertawa.
Pria itu bernama Kino, ia adalah kekasih Melisa. Mereka adalah agen rahasia yang bersama satu kubu, sayangnya Melisa tidak tahu kalau ketua agennya itu ingin membunuhnya.
Pertempuran itu hanyalah sebagai kedok saja, ketua agen itu menyuruh Kino membunuh Melisa.
"Kenapa? Kenapa aku di jebak? Aku salah apa?" tanya Melisa mendengak kepala ke atas menatap Kino dengan mata berkaca-kaca.
"Siapa suruh kau keluarga Edult, Edult adalah musuh ketua agen. Selama ini ketua agen tidak tahu kau punya hubungan keluarga dengan keluarga Edult, melihat kau yang sangat gigih dan berprestasi, barulah ketua agen mengangkat kau menjadi bawahannya. Tapi setelah itu terungkap, ia menjadi marah. Membunuh mu adalah cara yang terbaik agar bisa membalaskan dendamnya. Selamat tinggal," ucap Kino menodongkan senjatanya ke arah Melisa.
Dor!
Sebuah peluru menghantam di dada kiri Melisa tepat di jantungnya. Dari jantungnya keluar banyak darah dan membuat kepala teramat pusing.
"Kino, kenapa kau lakukan ini? Bukannya kita saling mencintai, setidaknya bawa aku pergi jauh, kenapa kau malah membunuh ku?" tanya Melisa memegang dadanya yang terus menerus keluar darah.
"Tadinya begitu, tapi ketua agen memberiku uang yang sangat banyak yang belum tentu aku dapatkan kerja selama bertahun-tahun. Untuk diri mu tenang saja, aku sudah ada penggantinya. Sayang, ke sini," panggil Kino kepada seseorang.
Seorang wanita yang di kenali Melisa yang ia kenali datang sambil tersenyum.
Melihat itu Melisa semakin sakit.
"Dia adalah penggantimu yang mendamping ku, doakan kami bahagia ya," ucap Kino tersenyum.
Karena Melisa kehabisan darah, perlahan-lahan matanya tertutup. Tapi jauh dari lubuk hatinya yang paling jauh, ia bersumpah, akan membalaskan dendamnya di kehidupan lain.
"Ketua, misi selesai," ucap Kino melaporkan.
"Bagus, kamu datang ke sini, kita pesta-pesta untuk merayakannya," jawab ketuanya.
☘️☘️☘️
Perlahan-lahan matanya terbuka, ia memegang kepalanya yang pusing.
"Di mana aku?" tanyanya saat melihat ia di sebuah ruangan.
Ruangan itu sangat asing baginya, ia tidak pernah melihat ruangan yang serba pink itu. Dan juga tempat yang sangat jauh berbeda dari tempat tinggalnya dulu.
Ia memegang dadanya, tapi itu tidak terasa sakit sama sekali, tapi malah kepalanya yang sakit.
"Apa ini? Kenapa kepala ku yang pusing?" tanyanya tak mengerti. Seharusnya yang sakit itu dadanya yang di tembak oleh pria yang sangat ia cintai.
Ia menggeleng kepala sambil tersenyum kecut. "Aku tidak menyangka jika dia rela melakukan itu padaku. Tapi … aku di mana sekarang? Apa aku ada di surga?" tanyanya melihat sekeliling.
"Nona, nona sudah bangun?" tanya seorang wanita paruh baya yang memakai baju pelayan mendekatinya.
'Nona?' desirnya, ia tidak tahu siapa wanita itu panggil Nona.
"Nona Syukurlah jika Anda sudah bangun, saya sangat khawatir jika Nona kenapa-kenapa, Nona Yessy benar-benar jahat banget karena sudah membuat Nona terjatuh lalu seolah-olah dia yang terluka," dengus wanita paruh baya itu kesal.
'Yessy? Siapa Yessy?' batinnya.
"Memangnya apa yang terjadi?" tanyanya kebingungan.
"Nona tidak ingat?" tanya wanita itu mengangkat alisnya.
Ia melongo melihat wanita paruh baya itu heran.
"Iya, Nona Grameisya tadi terjatuh dari tangga, semua itu gara-gara Nona Yessy meletakkan minyak goreng di tangga kamar Nona. Akhirnya Nona terpeleset dan jatuh dari tangga, dan Nona pun pingsan," jelas wanita itu.
"Siapa Grameisya?" tanyanya menekuk aslinya.
"Nona, jangan-jangan Nona lupa ingatan? Hu-hu-hu, Nona, karena kejadian itu Nona jadi lupa ingatan," ucap wanita itu memeluk Grameisya sambil menangis.
"Tunggu dulu, tolong jelaskan apa yang terjadi dulu, aku benar-benar tidak mengerti untuk saat ini," pintanya.
"Nona itu adalah Nona Grameisya, Ibu Nona sudahlah lama meninggal. Ayah Nona juga sibuk dengan perusahaan, di rumah ini tinggal 5 keluarga, sekali pun keluarga ini kaya tapi tidak pernah akur. Nona yang terlemah selalu di bully oleh 5 sepupu Nona lainnya, apa Nona melupakan semuanya?" tanya wanita paruh baya itu menyeka air matanya.
"Biarkan aku pelan-pelan mengingatnya," jawabnya sambil berpikir.
'Aku tadi di tembak oleh Kino, lalu aku mati, sekarang aku malah berada di kamar asing ini, kenapa seperti ini? Apa aku di beri kesempatan hidup lagi?' batinnya sambil berpikir keras.
"Bibi, ini tahun berapa?" tanya Grameisya.
"Tahun 2023," jawab wanita paruh baya itu.
"Apa!" Grameisya terkejut.
Ya, di tahun yang sama, itu berarti Kino dan ketua agennya masih hidup.
'Lihat saja kalian! Aku akan mencari kalian dan membalaskan dendam ini, karena aku di beri kesempatan hidup lagi maka aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku di jadikan budak lagi, aku akan hidup dengan diriku sendiri dan hanya percaya pada diri sendiri saja. Aku tidak akan pernah berbaik hati seperti kehidupan ku yang sebelumnya,' batin Grameisya mengengam erat tangannya.
'Untuk sementara aku numpang hidup di sini dulu sebagai Nona rumah ini, perlahan-lahan aku akan mencari tahu di mana Kino dan ketua agen berada, yang harus aku lakukan adalah pertama-tama mengahadapi orang-orang yang membully Nona rumah ini,' batin Grameisya.
Cklek!
Pintu terbuka.
"Oh, kamu sudah bangun rupanya? Bagus kalau begitu. Cepat bangun dan bersihkan kekacauan tadi!" perintah seorang wanita tampilan seorang Nyonya kaya.
Grameisya memandang ke arah bibinya itu meminta penjelasan, siapa wanita itu.
"Dia adalah Nyonya Mila, Mama dari Nona Yessy," jawab Bibi.
"Kenapa? Kau lupa ingatan?" tanya Nyonya Mila sambil tertawa kecil.
Grameisya bangun dan menatap wanita itu.
"Anakmu yang sudah membuat kekacauan, jadi suruh dia saja yang membersihkannya, Ibu dan anak sama-sama nggak waras dan nggak punya kerjaan," ucap Grameisya memutar bola matanya.
"Apa kamu bilang!" Mila terbelalak. Ia mendekati Grameisya dan ingin memukulinya.
"Jangan Nyonya, Nona masih sakit, aku meminta maaf untuknya, tolong jangan sakiti dia," pinta Bibi Ena menghalangi Mila untuk memukul Grameisya.
"Kalau kamu tidak mau dia di pukul cepat suruh dia bersihkan rumah ini," ucap Mila pergi meninggalkan kamar Grameisya.
"Nona, Nona di dalam saja, biar Bibi yang bersihkan," ucap Baik Ena.
"Di rumah ini ada berapa pembantu?" tanya Grameisya.
"Ada banyak Nona, sekitar 15 orang," jawab Bi Ena.
"Ya sudah, biarkan pembantu yang lain membersihkannya," ucap Grameisya duduk kembali ke atas ranjangnya.
Bi Ena menekuk alisnya merasa ada perubahan pada diri Nona yang ia layani itu.
Ya, setiap orang yang ada di rumah mereka punya pembantu pribadi. Hanya pembantu pribadi yang boleh masuk ke dalam kamar mereka dan menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan majikannya.
Di saat kakek dan ayahnya tidak di rumah, mereka semena-mena memperlakukan hal buruk kepada Grameisya.
Grameisya yang terlahir lemah dan kehilangan ibu sebagai sandarannya membuat ia menjadi lemah, karena itu ia sering mendapatkan perlakuan buruk dari Bibi dan sepupunya.
"Bibi, aku lapar, ambilkan makanan untuk," pinta Grameisya.
"Sebentar Nona," ucap Bibi Ena. Ia pun pergi keluar dari kamar Grameisya dan menuju ke dapur.
Grameisya berdiri dan ia mendekati sebuah kaca meja rias. Ia terkejut melihat wajahnya.
Ya, wajah yang tak lagi serupa itu, wajah yang sudah berubah 100% dari wajah aslinya.
"Aku pindah ke tubuh orang lain, bahkan tadi aku sempat berpikir jika aku hanya pindah tempat, tidak menyangka jika aku juga pindah tubuh," ucapnya memegang pipinya.
"Mau ke mana kamu?" tanya Mila melihat Bi Ena membawakan makanan di dalam napan.
"Ke kamar Nona Grameisya," jawab Bi Ena menunduk.
"Sejak kapan dia begitu manja, kalau mau makan suruh di ke dapur dan sekalian bersih dapur," ucap Mila.
"Iya, biasanya dia kalo mau makan bisa ke dapur sendiri, apa kakinya patah karena terjatuh tadi?" tanya Yessy.
Bi Ena diam saja, ia tidak mempedulikan ucapan mereka dan berjalan naik ke atas.
"Bi Ena! Kau tidak mendengarkan ucapan ku!" hardik Mila.
"Nyonya, Nona sedang sakit, mohon pengertiannya," ucap bi Ena berharap bekas kasihan.
"Diakan sudah bangun, kakinya juga tidak patah, dia baik-baik saja. Dia pikir dia siapa? Berlagak seorang Nona rumah ini, dia itu bukan siapa-siapa, hanya saja beruntung dia punya anak keluarga ini, ibunya bahkan orang miskin," ucap Mila.
"Meskipun begitu dia tetap Nona rumah ini karena ayahnya anak Tuan besar Dandi, Anda juga begitu Nyonya, jika bukan menikah dengan Tuan Paul, Anda juga bukan siapa-siapa rumah ini," ucap Bi Ena.
"Apa kamu bilang! Kamu itu minta di pecat rupanya! Pergi kau dari rumah ini! Kau di pecat! Dasar pembantu tidak tahu diri! Pergi kau dari sini!" teriak Mila menumpahkan makanan itu tubuh Bi Ena.
"Siapa yang berani memecatnya? Katakan padaku." Tiba-tiba saja Grameisya keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga.
"Aku adalah Nyonya rumah ini! Aku memecatnya! Kenapa? Kau tidak senang! Kau juga seharusnya pergi dari rumah ini! Nama baik keluarga ini menjadi buruk karena ada kamu!" teriak Mila membelalakkan matanya.
"Oh ya? Kau bahkan lebih tidak pantas berada di rumah ini, dasar nenek lampir! Sekali lagi kau berani memecat pelayan pribadiku kau akan merasakan akibatnya!" ancam Grameisya menatap tajam ke arah Mila dan mengintimidasinya.
Mila terdiam dan terbelalak, selama ini anak yang ada di depannya tidak pernah sekali pun membangkangnya dan ia selalu menurut atas perintahnya.
Hari ini entah mimpi apa Mila hingga ia di bentak bahkan sampai di ancam.
"Kau …."
"Apa! Kau lebih baik minta maaf pada Bibi kalau tidak mau merasakan hal yang sama!" ancam Grameisya.
"Kau! Apa-apaan ini! Beraninya kau memerintahkan untuk meminta maaf kepada pelayan rendahan ini!" ucap Mila terbelalak.
"Lakukan!" sergah Grameisya.
"Hey! Beraninya kau meneriaki ku! Kau dasar sedang berhadapan dengan siapa!" bentak Mila.
"Bibi, ambilkan makanan yang sama," pinta Grameisya.
Bi Ena pun pergi ke dapur tanpa bertanya apa pun.
"Di saat seperti ini kau masih punya selera untuk makan rupanya, kalau begitu kenapa kau nggak ke dapur saja sekalian bersihin dapur," ucap Yessy bercekak pinggang.
"Kenapa nggak kamu saja yang kerjakan, kenapa menyuruh ku?" tanya Grameisya juga bercekak pinggang.
"Ini Nona, makanannya," ucap Bi Ena memberikan makanan yang ada di dalam piring itu kepada Grameisya.
"Siram dia," perintah Grameisya.
"Ha?" Bi Ena melongo.
"Siram dia, jangan sampai aku mengulang untuk kedua kalinya," ulang Grameisya.
Bi Ena pun menyiram makanan itu ke tubuh Mila dan bajunya yang mahal itu kotor oleh makanan.
"Kamu … Kamu … beraninya kamu!" teriak Mila sampai ucapannya terbata-bata.
Ia mengangkat tangannya ingin menampar Grameisya, akan tetapi Grameisya menepis tangan Mila dan malah menamparnya balik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!