NovelToon NovelToon

Menikahi Sahabatku

Prolog

Sial!

Umpatan demi umpatan keluar dari mulut Alfa saat dirinya tengah memeluk Alma— sang sahabat yang tengah menangis.

Alma masih terisak meski sudah satu jam lamanya gadis itu menangis histeris.

Hanya Alfa tempatnya mengadu, dia tak tahu lagi harus bercerita pada siapa.

Dia malu, kalut dan kecewa.

Alma merasa bodoh karena mau saja terbujuk oleh rayuan Daren, lelaki tampan yang merupakan lelaki paling most wanted di sekolah mereka.

Wajah dingin dan datar Daren merupakan daya pikatnya. Jangan lupakan jika dia merupakan ketua genk The Dark yang banyak di gilai oleh siswi di sekolah mereka.

Bila di bandingkan dengan Alfa, sahabatnya itu juga tak kalah tampan. Bahkan lebih tampan— mungkin.

Alfa memiliki tatapan mata tajam dengan iris hitam pekat. Dia tidak seperti Daren yang terkenal karena kenakalannya. Alfa justru terkenal karena Good Boy, yang sering mengharumkan nama sekolah mereka.

Dan pesona bad boy seperti Daren lah yang justru membuat para siswi tergila-gila padanya, termasuk Alma.

"Aku hancur Fa, gimana sama masa depan aku. Hiks ... hiks," Alma kembali menangis mengingat kebodohannya sendiri.

Dia yang sudah berulang kali di nasihati sang sahabat dan teman-teman perempuannya seakan menulikan telinga dan berpikir jika dirinya pasti bisa menaklukkan lelaki yang di juluki iblis SMA Garuda itu.

Nyatanya saat ini, gadis itu di buang begitu saja.

"Gue bakal nikahin Lo!" ucap Alfa tiba-tiba

****************

Pagi hari.

"Pagi Alfa ...," sapa Alma ceria seperti biasa.

Alfa hanya tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepala gadis berpipi cabi di depannya.

"Alfa naik apa?" tanya Alma dengan suara manjanya.

"Motor," balas Alfa singkat.

"Yah, padahal kan Alma mau ikut Fa. Naik mobil ya," rengek Alma.

Gadis itu tahu kalau Alfa baru saja mendapatkan sebuah mobil baru dari ayahnya. Sebagai hadiah karena sahabatnya itu kembali meraih rangking 1 di sekolah mereka.

Mata Alfa memicing curiga. Dia tahu sang sahabat yang rumahnya berada di belakang gangnya itu pasti sudah tahu rahasianya.

Alma tersenyum lebar tak merasa bersalah. Dia bergoyang-goyang sambil memegang tali tasnya seperti anak TK.

"Ck, males Al, tau sendiri macetnya kaya apaan tau!" tolak Alfa.

"Ih Alfa mah, Momy sama papi enggak bisa anter. Ya Fa, please," rengeknya sambil mengedip-ngedipkan matanya berulang kali.

Sungguh menggemaskan pikir Alfa. Namun hanya perasaan gemas tak ada yang lain. Meski banyak yang mengatakan jika tak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan secara murni, tapi tidak bagi Alfa.

Berteman sejak kecil karena bertetangga, dia memang pernah memiliki ketertarikan pada Alma. Dulu, bahkan Alfa sudah lupa kapan tepatnya dan merasa mungkin bukan perasaan cinta, hanya tertarik karena sering di jodoh-jodohkan saja.

Alfa menghela napas panjang. Sebenarnya dia ada tugas hingga harus datang pagi-pagi. Motor adalah salah satu kendaraan paling efisien menurutnya.

Terlebih kota besar seperti Jakarta memanglah tempatnya macet.

Namun Alfa sadar dia tak mungkin mengendarai motornya jika harus membawa Alma. Karena seragam sekolah mereka yang memang mengharuskan rok sebatas lutut bisa membuatnya tersingkap jika harus naik motor.

Terlebih lagi Alma mengenakan rok di atas lutut lima cm.

Sudah berulang kali dia tegur tapi tak pernah di tanggapi sang sahabat.

Alma selalu berkata jika kebanyakan siswi di SMA Garuda mengenakan pakaian seperti dirinya, meski tidak semua. Catat.

Alfa kembali ke dalam rumah untuk mengambil kunci mobil miliknya.

"Loh kok balik lagi Fa?" tanya Tiara sang ibu heran.

"Si Alma mau ikut," jawab Alfa datar.

Tiara tersenyum meledek. "Cie, yang mau ajak calon menantu mamah naik mobil baru."

"Apaan sih mah, aku mau pake mobil mamah kok!" elak Alfa.

Sang ibu dan ibunya Alma selalu menjodohkan dirinya dan Alma karena mereka merasa jika keduanya adalah pasangan yang serasi.

Meski sudah berulang kali keduanya menolak dan menegaskan jika di antara keduanya tak pernah memiliki rasa tertarik layaknya laki-laki dan perempuan, mereka tetap saja meledek.

"Loh kok mobil mamah sih. Kenapa enggak mobil kamu aja Fa?"

"Aku males jadi pusat perhatian mah yang bener ajalah," gerutu Alfa.

Mobil yang di berikan orang tuanya tidak main-main. Mobil dengan logo kuda jingkrak berwarna merah itu resmi menjadi penghuni baru di garasi rumahnya.

Tiara tertawa melihat wajah tampan sang putra yang memberengut kesal.

"Udah ya mah, Alfa berangkat," ucapnya lantas berlalu pergi.

"Ati-ati ya jangan di apa-apain calon mantu mamah," goda Tiara memekik.

Alfa hanya mendengus saat memasuki mobilnya di garasi.

Senyum Alma memudar kala melihat sang sahabat keluar dengan mobil milik ibunya.

"Loh kok mobil tante Tiara sih Fa," gerutu Alma sambil mengentak-entakkan kakinya kesal.

"Lo mau ikut apa enggak!" jawab Alfa kesal dengan suara sedikit membentak.

Dengan terpaksa Alma menaiki mobil yang sudah sering dia tumpangi jika pergi bersama dengan Alfa.

"Katanya kamu punya mobil baru, kenapa enggak pakai itu aja sih Fa? Enggak boleh gitu Alma naik?" cecar Alma begitu dirinya masuk ke dalam mobil.

"Gue enggak suka jadi pusat perhatian. Kalau elu lupa."

Alma terkekeh dan mencubit gemas pipi Alfa. Alfa yang kesal menepis tangan Alma di pipinya.

"Ulu ... Ulu bagus dong Fa. Biar ciwi-ciwi SMA Garuda tuh klepek-klepek sama kamu. Yakin deh Alma kalau kamu pakai mobil kamu itu pasti banyak yang antre pengen jadi cewek kamu."

"Matre dong berarti mereka," jawab Alfa datar.

Alma mengangguk-angguk setuju. Dia tahu kalau sahabatnya ini selain tampan dan juga pintar memang banyak penggemarnya tanpa perlu menunjukkan seberapa kaya dirinya.

Bahkan bisa di bilang, penggemar Alfa dan Daren sama banyaknya. Namun penggemar Daren banyak yang terang-terangan, berbeda dengan penggemar Alfa yang memilih sembunyi-sembunyi menunjukkan ketertarikannya.

"Tapi ... Mau nanti Alfa punya pacar juga enggak boleh ngelupain Alma! Pokoknya Alma harus nomor satu ya," ucap Alma tiba-tiba.

Alfa melirik sekilas lantas menaikkan satu alisnya tak mengerti.

Alma melebarkan senyumnya, menampilkan sederet gigi putih bersihnya yang berjejer rapi.

"Aturan dari siapa itu?" gerutu Alfa.

"Aturan Alma lah! Meski Alma itu pengen Alfa punya pacar, tapi enggak tau kenapa Alma takut kalau Alfa ngeluapin Alma," lirih gadis itu sambil menunduk.

Tiba-tiba saja dada Alma merasa sesak. Gadis manja yang selalu mendapatkan perhatian dari Alfa itu tak mengerti dengan dirinya.

Dia meyakini diri jika tak pernah menyukai sahabatnya itu meski banyak yang bilang dirinya bodoh lebih memilih Daren dari pada Alfa.

"Kalau gitu gue enggak usah punya pacar," jawab Alfa tenang.

Alma tersenyum senang. Refleks dirinya memeluk lengan Alfa.

"Ih enggak gitu Alfa. Alfa boleh pacaran, tapi jangan lupain Alma ya. Kaya Alma gini, meski udah punya Daren, Alma tetap deket sama Alfa kan?" jelas Alma

Alfa menoleh dan menghela napas. Lagi-lagi dia hanya bisa pasrah dan menangguk.

"Udah gih turun. Noh di tungguin pangeran Lo," ucap Alfa dengan rahang mengeras.

Alma yang terkejut dengan ucapan sang sahabat lantas tersentak dan segera melepaskan pelukannya lalu menatap ke arah depan di mana Daren— sang kekasih tengah menatap ke arah mereka dengan sorot mata tajam.

"Daren?" lirih Alma.

Bab 1

Dengan gerakan tergesa, Alma turun dari mobil Alfa. Dia tak ingin membuat marah kekasihnya.

Hubungannya baru berjalan dua minggu. Meski Daren mengetahui seperti apa hubungan dirinya dan Alfa. Namun tak menampik tatapan cemburu itu selalu ada dan bodohnya Alma suka itu.

"Pagi sayangnya Alma," ucap gadis itu manja lalu bergelayut pada lengan sang kekasih.

"Kenapa enggak ngomong ke Gue kalau lu enggak di anter?" tanya Daren datar. Tatapan mata pemuda itu masih tertuju pada Alfa yang turun dengan tenang.

"Alma kan enggak mau jadi pacar yang ngerepotin sayang. Udah yuk ah, pagi-pagi jangan marah-marah. Nanti gantengnya ilang loh," bujuk Alma.

Daren mendengus lantas berlalu meninggalkan Alma begitu saja.

Alma yang tertinggal buru-buru mengejar sang kekasih dengan langkah pendeknya. Dia tak mau sang kekasih kesal dan salah paham padanya.

Dia merutuki kebodohannya, hanya karena ingin menaiki mobil baru Alfa yang sangat keren. Dia sampai lupa seperti apa pencemburunya Daren.

Alma seakan lupa akan syarat dari sang kekasih kalau Daren tak menyukai jika dirinya terlalu dekat dengan lelaki lain meski itu Alfa sekali pun.

Alfa yang melihat kepergian keduanya hanya menggeleng dan tersenyum geli.

Entah apa yang di pikirkan Alma, mengapa gadis itu begitu tergila-gila pada pria brengsek seperti Daren.

"Cih, mata si Alma burem apa gimana sih, demen amat tuh bocah sama si biang onar!" gerutu Lay, sahabat Alfa selain Alma tentunya.

"Kata lu namanya bucin kan? Kaya lu enggak aja Lay," ejek Alfa balik.

Lay mendecih, lelaki bermata sipit itu menggerutu sepanjang jalan menuju kelas mereka.

"Sebenarnya Lu ada perasan kagak sih sama si Alma Fa?" tanya Lay untuk ke sekian kalinya.

Alfa mendesah kesal, lagi-lagi sahabat dan teman-teman lelakinya tak lelah menanyakan hal itu padanya.

Alfa memasukkan tangannya ke saku celana dan menggendong tas pada sebelah bahunya.

Pandangan matanya lurus ke depan. Malas sekali dia menjawab pertanyaan sang sahabat yang di rasanya tak bermutu.

Sepanjang jalan banyak para gadis mencuri pandang padanya.

Alfa meski tidak terlihat sepopuler Daren, tapi pesonanya tetaplah mampu membius para gadis. Terlebih lagi jika dia tersenyum, maka banyak gadis yang meleleh dan berharap jadi Alma yang bisa dekat dengan dua most wanted sekolah mereka.

.

.

Di tempat lain, Alma tengah membujuk sang kekasih di dalam markasnya. Markas yang terletak di atap gedung sekolah memang tempat Daren dan anak-anak The Dark berkumpul.

Tak ada yang berani ke sana kecuali kekasih dan orang-orang yang memang mereka izinkan untuk datang.

Mereka bisa mengklaim tempat itu berkat kekuasaan orang tua Daren. Ya, ayah Daren adalah penyumbang terbesar di sekolah sana hingga dirinya bisa mendapatkan hak istimewa itu.

Dengan catatan tak boleh ada benda terlarang atau melakukan hal terlarang di sana, maka sekolah akan membiarkan saja meski masih tetap dalam pengawasan.

"Udah dong sayangnya Alma. Kok marah terus, apa enggak cape? Enggak laper? Alma laper tau," rengek gadis manja itu membuat kepala Daren berdenyut nyeri.

"Kenapa lagi dia?" tunjuk Regan dengan dagunya pada sang sahabat.

"Alfalah, siapa lagi," Gio yang menjawab pertanyaan Regan, tanpa melihat Regan.

Regan terkekeh lalu membuka kaleng sodanya. "Minum Al, aus pasti lu ngebujuk si setan dari tadi."

Alma menerima kaleng soda yang di sodor kan Regan dan hendak membukanya. Seperti biasa gadis itu selalu kesusahan jika berurusan dengan minuman kemasan.

Bukannya merasa tingkah Alma menggemaskan karena tengah bersusah payah membuka kaleng sodanya.

Daren justru menggeram kesal dan merebut paksa minuman itu dari tangan kekasihnya.

"Nyusahin banget sih!" gerutu Daren. Setelahnya pemuda itu memberikan kembali minuman Alma.

Meski merasakan getir dengan apa yang Daren ucapkan, Alma berusaha mengabaikan perasaan itu.

Dia kembali hendak membuntuti Daren sebelum tangannya di cekal oleh Anjar.

"Mending Lo balik ke kelas aja. Biarin dia tenang dulu," saran pemuda itu datar lalu melepaskan cekalannya.

"Tapi Njar ..." Alma menggigit bibir bawahnya cemas. Dia tak suka keadaan seperti ini.

Dia ingin Daren—nya seperti biasa. Alma yakin Daren akan luluh jika dirinya terus membujuk.

"Bener kata Anjar Al. Mending lu kasih waktu buat Daren," sambung Argo yang ikut bersuara meski matanya masih sibuk menatap ponsel di genggamannya.

Alma mendesah pasrah, dia tak jadi melanjutkan langkah kaki menuju ruangan lain tempat mereka beristirahat.

Alma kembali ke dalam kelas dan di sambut dengan cibiran teman-teman perempuannya.

"Dari mana sih! Lu ini semenjak pacaran sama si Daren jadi aneh tau enggak sih! Kerjaannya ilang-ilangan mulu!" gerutu Ratu.

"Ra," tegur Syeila. Gadis lemah lembut yang selalu menjadi penengah di antara keduanya.

"Gue heran tau enggak ma elu Al. Ada cowok baik sekelas Alfa malah pacaran sama orang begajulan kaya Daren!" cibir Ratu lagi.

"Namanya perasaan Ra. Gue nyaman ma Alfa karena kita temanan dari kecil," balas Alma sambil cekikikan.

"Cih, gue penasaran sumpah kalau nanti Alfa punya pacar gimana sama elu?"

"Ya enggak gimana-gimana Alfa pasti tetap memprioritaskan aku," jawab Alma bangga.

Ratu melotot horor, dia tak menyangka jika sahabatnya akan semenyebalkan ini.

Tak lama dia tersenyum sinis, ingin sekali dia meruntuhkan kesombongan sang sahabat. Bukannya dia benci pada Alma.

Ratu hanya merasa Alma terlalu menyepelekan semua orang. Dia tak ingin sang sahabat terlalu maruk seperti ini.

"Cih, lu enggak tau berita terbaru ya," cibir Ratu.

Alma yang masih menatap kosong keluar jendela lantas menoleh.

"Berita apa?"

Tubuh Syeila menegang. Dia menggeleng tipis dan hanya di lihat oleh Ratu.

Dia tak ingin sang sahabat memberitahukan berita yang belum jelas seperti ini.

Meski dia juga tak yakin apa nanti Alma akan kesal atau tidak tapi tetap dia tak ingin membuat perasaan Alma semakin buruk saat ini.

"Sahabat rasa pacar lo itu kan lagi deket sama cewek. Enggak tau kan lo!" cibir Ratu yang tak memedulikan tatapan memohon Syeila.

Ratu benar-benar penasaran bagaimana tanggapan Alma, meski mereka memang belum yakin kedekatan Alfa dengan Rheina seperti apa.

Pacaran atau hanya sekedar teman?

Namun yang Ratu tahu, Alfa tak pernah sedekat itu dengan siswi-siswi sekolah mereka.

Lelaki yang dia anggap bodoh itu selalu menuruti perkataan Alma yang tak ingin jika Alfa terlalu dekat dengan teman wanitanya.

Lalu saat dirinya mendengar dari Syeila yang merupakan kekasih dari Vino— sahabat Alfa, dirinya yakin gadis yang sekarang pasti spesial. Karena terlihat jelas jika Alfa tak menceritakan sosoknya pada Alma.

Mungkin ingin di sembunyikan, pikir Ratu.

Dia berharap lelaki itu sadar jika Alma terlalu serakah. Ingin mendapatkan Daren dan dirinya saat bersamaan.

Alma memicing, dia menatap curiga pada kedua sahabatnya. "Siapa?" tanyanya ketus.

"Rheina! Anak IPS 1," jawab Ratu datar.

Namun reaksi tak terduga dari Alma membuat Ratu kesal setengah mati.

"Hah enggak mungkin Alfa suka cewek kaya gitu. Biasalah dia pasti cuma penggemar Alfa. Dan ... Kalian tau sendirikan gimana Alfa. Dia pasti enggak enak tiba-tiba nolak. Biar nanti aku yang kasih tau dia," jawab Alma tenang.

Ratu mengepalkan tangannya mendengar kesombongan Alma lagi. Namun dia tak menyerah.

"Iya kah? Kenapa justru lo enggak tau kalau Alfa deket sama dia? Alfa enggak ceritakan? Oh come on Al. Apa sih yang enggak di ceritain sama si cowok dungu ke Lo? Kalau ini enggak, berarti dia enggak mau cewek satu ini berurusan sama elu," cibirnya.

Alma yang tadi sedang memejamkan matanya untuk mengurangi rasa jengkelnya membelalak sempurna mendengar ucapan Ratu.

Rahangnya mengeras karena tak suka dengan ucapan sang sahabat.

"Lagian kalian pada dapat berita dari siapa sih!" sentak Alma yang berusaha bersikap tenang, tapi sayang wajah kesalnya justru menjadi kesenangan sendiri bagi Ratu.

"Kenapa Lo? Cemburu? Sadar lo dah punya cowok! Jadi biarin Alfa juga punya cewek," cibir Ratu.

"Enggak. Aku cuma enggak mau kalau Alfa deket sama cewek murahan yang cuma mau harta dia aja," elak Alma tak masuk akal.

.

.

.

Next

Bab 2

Ratu memilih pergi, dia sudah muak dengan sikap semaunya sendiri Alma.

Jika di tanya apa Ratu menyayangi sahabatnya? Tentu jawabannya iya. Ia justru lebih mendukung Alma jika berpacaran dengan Alfa ketimbang dengan Daren.

Dia yakin Alfa jauh lebih baik dari pada Daren yang terkenal brengsek.

Bahkan dia mengibaratkan iblis dan malaikat untuk keduanya.

Sepeninggal Ratu, Syeila harus kembali menghela napas. Dialah orang yang selalu menjadi penengah antara dua sahabatnya yang sering sekali berseteru.

Syeila sangat tahu kalau Ratu menyayangi Alma. Namun Alma yang keras kepala sering sekali tak mau mendengar nasihat mereka.

"Kamu jangan gitu Al. Suatu saat bener kata Ratu, Alfa pasti akan menemukan pujaan hatinya. Kalau saat itu tiba, tetaplah jadi sahabatnya yang baik. Seperti Alfa tetap menghormati keputusan kamu yang memilih Daren," ucap Syeila menasihati.

"Memang kenapa dengan Daren? Dia lelaki baik. Kalian aja yang terlalu mendengarkan berita di luaran sana. Aku sangat tau Daren seperti apa La. Jadi jangan judges dia seperti itu," bela Alma.

Syeila menarik napas panjang. Alma memang sangat tak menyukai jika para sahabatnya mengatakan hal buruk tentang kekasihnya.

Jika yang mengatakan Ratu maka Alma akan diam saja tak peduli. Namun jika Syeila yang mengatakannya entah kenapa Alma sangat tak terima. Hati kecilnya kadang setuju dengan ucapan sahabat baiknya yang terlihat paling pendiam itu.

.

.

Di tempat berbeda, ada Alfa yang sedang berbincang sambil bersenda gurau dengan Rheina. Gadis manis dengan tatapan teduhnya sedikit banyak telah mengusik hatinya.

Jika di tanya apa Alfa mencintai Alma apa tidak, jawabannya sudah pasti tidak untuk saat ini.

Namun dulu ... Dulu sekali Alfa pernah mengutarakan perasaannya, tapi di tolak gadis itu secara mengenaskan.

"Aku enggak mau persahabatan kita rusak karena sebuah hubungan Fa."

"Berapa banyak pasangan yang putus dan akhirnya menjauh karena mereka udah enggak bisa bersama."

"Aku takut. Aku enggak mau kita akhirnya seperti dua orang asing hanya karena saling menyukai. Please, lupain perasaan kamu ke aku Fa. Anggap aku sebagai sahabat kamu aja."

"Kamu sahabatku Fa, sampai kapan pun kamu akan jadi sahabat terbaikku."

Kata-kata yang terus terngiang di otak seorang Alfarizqi sampai sekarang.

Dia tak mengelak apa yang di takutkan sang sahabat juga di takutinya. Bertengkar kemudian berpisah karena pikiran mereka yang masih muda cenderung labil.

Akhirnya Alfa mengalah dan lama-kelamaan rasa yang dia pikir cinta itu berubah menjadi sebatas sayang pada sahabat masa kecilnya.

"Kenapa? Kok senyum-senyum gitu?" tegur Rheina yang merasa heran dengan tingkah cowok di sampingnya.

Gadis manis itu merasa sejak tadi tak ada obrolan lucu apa pun hingga harus membuat cowok itu tertawa, herannya.

Karena gemas, Alfa menepuk kepala gadis yang sedikit banyak telah mencuri hatinya ini.

"Enggak papa. Jadi gimana, mau kan nonton nanti malam?" ajak Alfa penuh harap.

Rheina menggigit bibir bingung. Dia gadis rumahan yang tidak pernah keluar malam. Dia juga tidak pernah bergaul dengan lelaki sedekat itu selama ini.

Dia hanya takut bagaimana harus meminta izin pada orang tuanya.

Alfa mengusap bibir Rheina, menghentikan kegiatan gadis itu karena tanpa sadar jiwa kelelakiannya meronta ingin melakukan hal lain pada gadisnya.

Gadis yang tengah di liputi kebimbangan. Dia tahu itu.

"Jangan mancing-mancing Rhei," tegur Alfa dengan suara serak.

"Hah? Mancing apa?" beo si lugu.

Alfa benar-benar gemas dengan Rheina.

Dia mengingat pertemuan mereka dulu yang akhirnya membuat mereka jadi dekat.

Flasback

Rheina yang kesiangan, bingung karena tidak ada angkutan umum yang bisa di tumpanginya.

Ada tapi semuanya sudah penuh. Rheina berasal dari keluarga sederhana yang pulang pergi sekolah harus mengendarai kendaraan umum.

Dia biasa berangkat pagi-pagi demi bisa menaiki kendaraan umum agar terhindar dari berdesak-desakkan.

Jika sudah waktunya jam sekolah dan kantor, semua kendaraan akan penuh dan tak akan berhenti di tempatnya.

Namun sayang, malam itu Rheina dan keluarganya baru saja menghadiri acara hajatan salah satu keluarga mereka dan membuat Rheina tidur kemalaman hingga harus bangun kesiangan paginya.

Alfa yang tengah berhenti di depan lampu merah dekat Rheina merasa lucu melihat salah satu teman sekolahnya terlihat celingukan mencari kendaraan umum yang bisa dia naiki.

Karena merasa kasihan, Alfa akhirnya berhenti. Rheina yang terkejut mendadak cemas dan berjalan mundur.

Alfa membuka kaca helmnya, "Ayo ikut gue, udah mau telat ini!" ucap Alfa.

Rheina mengedipkan mata tak percaya. Bohong kalau dia tak kenal pemuda di depannya ini.

Pemuda dengan banyak prestasi yang di kagumi banyak siswi di sekolahnya juga.

"Ta-tapi ...," jawab Rheina takut.

"Ck, lama lo, ayo buruan!" tak sabar Alfa menarik tas Rheina agar segera mendekat.

"Lu mau di hukum?" ucap Alfa yang mendapat gelengan keras dari Rheina.

Gadis itu akhirnya menaiki motor Alfa. Dia tak punya pilihan. Dalam hati dia hanya berdoa semoga tak ada yang melihat mereka nanti, sebab Rheina takut sekali di buli oleh para siswi di sekolahnya.

Dia yang hanya seorang anak beasiswa tentu berharap bisa lulus dari sana dengan tenang tanpa memiliki masalah.

"Gue enggak bawa helm lebih, pegangan yang kenceng, tutup mata juga!" titah Alfa.

Rheina yang bingung menuruti perintah Alfa dengan memeluk pemuda itu dengan erat, hingga Alfa terkekeh geli.

"Lu mau buat gue sesek napas?" ucap Alfa sambil sedikit mengendurkan pelukan Rheina.

Rheina malu bukan main. Dia ingin menghilang saat itu juga kalau bisa.

Alfa tak berbohong dengan berkata gadis itu untuk berpegangan erat dan menutup mata.

Pemuda itu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dan meliuk-liuk dengan lihai untuk menyalip para pengendara.

Di belakang, jantung Rheina bahkan berdebar sangat cepat. Dia ketakutan setengah mati. Gadis itu bisa merasakan berapa kecepatan Alfa dari angin yang menerpa wajahnya.

Setelah sampai, Rheina bahkan masih memeluk tubuh Alfa dengan kencang. Lagi dan lagi, Alfa terkekeh geli.

"Mau sampai kapan kamu meluk aku kaya gini?" sindirnya.

Rheina membuka mata terkejut, dia lantas buru-buru turun. Namun sayang motor Alfa yang tinggi membuatnya tak seimbang membuatnya terhuyung hampir terjatuh.

Beruntung Alfa sigap memegang lengannya. "Hati-hati," ucapnya cemas.

Rheina yang kikuk segera melepaskan diri dari cekalan Alfa. "Makasih ya," balasnya sambil menunduk dan berlari pergi dari sana.

Sejak saat itu entah mungkin takdir atau apa, Alfa sering bersinggungan dengan Rheina, membuat mereka akhirnya dekat, meski masih berstatus pertemanan.

Back to story

"Aku ... Bingung cara minta izin ke ayah ma ibu Fa," ucapnya.

"Biar nanti aku yang minta izin."

Rheina mendongak menatap wajah serius Alfa. Bohong jika dia tak tertarik dengan pemuda di depannya.

Pemuda yang nyaris sempurna idaman para gadis, juga dirinya.

Namun dia tak pernah sekali pun bermimpi bisa dekat dengan Alfa bahkan menjadi kekasihnya.

Sampai saat ini pun dia masih tak percaya bisa dekat dengan pemuda paling di incar di sekolahnya itu.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sejak tadi merekam kebersamaan mereka.

"Lu harus buka mata Alma. Enggak semua yang deket sama lu bisa lu kendalikan," ucapnya lalu mengirimkan video itu pada Alma.

.

.

.

Next

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!