NovelToon NovelToon

Suamiku Ternyata Seorang MAFIA

Bab 1. Bertemu

Seorang pemuda tampan blasteran yang bernama Alvarez Einstein Tomlinson. Sering dipanggil Varez itu adalah seorang Prince/Pangeran Mafia yang sangat disegani dan ditakuti oleh semua klan nya maupun orang yang sudah mengenal sepak terjangnya yang tidak pernah mengenal ampun itu.

Tapi dia hanya seorang pria biasa pada umumnya, yang mana bisa mencintai dan dicintai. Disaat dia bertemu dengan seorang wanita yang bisa membuatnya belingsatan seperti ikan kurang air. Bagaimana tidak belingsatan, jika wanita cantik itu sangat garang dan sangat judes. Apa lagi jika Varez yang mendekatinya, entah kenapa hanya dia saja yang diperlakukan seperti itu.

"Permisi Nona, apa saya bisa meminta bantuan dari anda?" tanya Varez saat ada seorang pelayan wanita mendekatinya. Siapa lagi jika bukan wanita incaran nya selama ini.

"Bisa Tuan. Tapi, apa yang bisa saya lakukan untuk anda? Maaf jika pelayanan kami kurang memuaskan untuk anda Tuan" jawab pelayan wanita yang Varez mintai tolong.

"Tolong cintai saya. Emm, maaf. Maksud saya pesanan kopi saya kenapa belum sampai juga?" ucap Varez yang gelagapan saat ditatap horor oleh wanita didepan nya.

"Baiklah Tuan, mohon tunggu sebentar. Akan kami cek kembali pesanan anda dan saya antarkan untuk anda" jawab wanita cantik tersebut yang sudah lama menjadi pelayan di sebuah cafe terkenal dan terramai disana.

"Ah, kenapa nih mulut kagak bisa direm sih kalo ngomong" gerutu Varez sambil memukul bibirnya sendiri saat bibirnya tidak bisa diajak kompromi saat didekat wanita incaran nya.

Untung saja wanita itu tidak mendengar apa yang dia ucapkan. Andai mendengar dia pasti sangat malu dan tidak memiliki muka lagi dihadapan wanita itu.

Setelah menunggu beberapa saat, Varez bisa melihat wanita yang tadi dia tanyai kembali lagi dengan membawa nampan dan satu cangkir kopi beserta cake pesanan Varez.

"Permisi Tuan, ini pesanan anda dan selamat menikmati" ucapnya ramah dan penuh senyuman dibibirnya.

Varez malah terkesima melihat senyuman yang sangat manis dibibir wanita incaran nya itu. Bahkan dia tidak berkedip sama sekali saat menatap senyuman termanis yang dia lihat.

"Halo, Tuan. Apa anda baik-baik saja?" tanya wanita tersebut yang melambai-lambaikan tangan nya didepan wajah Varez.

"Ah, iya. Terimakasih banyak Nona, bisa temani saya minum kopi saya disini? Maaf, bukan bermaksud yang tidak-tidak. Hanya ingin ada teman ngobrol saja" ucap Varez yang gelagapan. Dia merasa jika bibirnya itu tidak bisa dikendalikan saat berbicara dengan wanita itu.

"Maaf Tuan, tugas saya disini hanya mencatat dan mengantarkan pesanan pelanggan saja. Bukan untuk menemani mengobrol pelanggan" jawab wanita tersebut yang akan pergi dari hadapan Varez.

"Berapa yang anda inginkan Nona? Saya akan membuatnya berapapun yang anda inginkan" ucap Varez yang terkesan merendahkan profesi wanita tersebut sebagai pelayan yang mudah untuk dia bayar.

"Saya tidak bisa dibayar hanya karena menemani mengobrol saja Tuan. Saya disini bekerja sebagai seorang pelayan yang mengatakan makanan dan minuman. Permisi" ucap wanita tersebut mati-matian menahan air matanya yang akan menetes dari pelupuk matanya.

"Benarkah seperti itu Nona? Kenapa saya sering melihat anda berjalan dengan berbagai pria dan bukan hanya satu atau dua saja?" tanya Varez lagi yang membuat perasaan wanita bernama Aluna itu semakin sakit dibuatnya.

PLAK!!!

Satu tamparan mendarat sempurna dipipi Varez oleh Aruna. Varez memegangi pipinya yang terasa kebas akibat tamparan tersebut. Dia hanya tersenyum sinis pada Aluna yang berhasil meneteskan air matanya tidak bisa diandalkan tahan lagi lebih lama.

"Saya memang seorang pelayan dan juga seorang janda Tuan. Tapi saya bukan wanita MURAHAN!" ucap Aluna yang menekankan kata murahan dihadapan Varez, sesekali dia mengusap air matanya yang menetes dipipinya.

"Jika anda ingin ada wanita yang bisa menemani anda mengobrol, bahkan anda ajak check in. Saya akan mencarikan nya untuk anda, tapi anda tarik kembali ucapan anda pada saya tadi. Karena tidak semua wanita bisa dibayar dengan uang anda" lanjutnya lagi sambil berlalu pergi dari sana. Tapi, belum pergi dari sana tangan nya ditahan oleh Varez.

Varez hanya bisa diam dan tiba-tiba perasaan nya terasa sakit saat melihat wanita yang sedang dia incar selama ini menangis didepan nya. Karena ucapan nya yang menusuk.

"Kenapa kau marah saat saya mengatakan itu? Apa kau merasa dengan apa yang saya katakan Nona?" tanya Varez yang malah semakin menaburkan garam diatas luka hati Aluna.

"Anda memang benar Tuan, saya memang seperti apa yang anda katakan tadi pada saya. Apa anda ingin dilayani juga seperti pria yang saya temui Tuan? Jika iya katakan saja, saya siap melakukan nya untuk anda" tentang Aluna. Tangan nya tiba-tiba memegang pakaian nya dan akan membuka kancing bajunya bagian atas dihadapan Varez.

"Cukup! Maafkan saya. Saya tidak bermaksud untuk merendahkan anda Nona, saya hanya ingin mengobrol dengan anda. Maafkan saya, sungguh" ucap Varez yang langsung memeluk tubuh Aluna dengan erat dan dia mengusap rambutnya juga tidak dia sadari, dia malah mengecup pucuk kepala Aluna.

Aluna yang diperlakukan seperti itu hanya bisa diam dan menangis dalam diamnya. Dia merasa jika Varez memang tidak bersungguh-sungguh dengan ucapan nya itu. Tapi dia merasa heran akan sikap Varez yang berubah-ubah. Tadi dia bersikap kasar dan merendahkan, sekarang dia malah bersikap manis dan perduli padanya. Cukup lama mereka berdua berpelukan, untung saja Varez memesan private room untuknya. Jadi tidak akan ada yang melihat apa yang sedang keduanya lakukan didalam.

"Kenapa, kenapa kau tidak menjawab pertanyaan ku ALUNA?" tanya Varez yang menekankan kata Aluna saat Aluna tidak mau menjawab pertanyaan nya.

Ingin rasanya dia marah dan juga mengamuk saat ini juga, tapi pada siapa dia harus marah? Kepada Aluna yang jelas-jelas selalu menghindar dan selalu menjaga jarak darinya.

Aluna yang tersadar segera melepaskan pelukan Varez darinya. Dia segera membetulkan pakaian juga rambutnya yang berantakan. Wajahnya terlihat sembab karena habis menangis, dia mencoba menghapus air matanya yang masih mengalir dipipinya.

"Maaf Tuan. Saya permisi" ucap Aluna yang akan pergi dari sana, tapi tangan nya ditahan oleh Varez.

"Kenapa, kenapa kau selalu menghindar dan selalu bersikap seolah tidak kenal padaku? Apa karena ucapan ku tadi? Katakan yang sebenarnya" tanya Varez yang menatap lekat pada Aluna.

"Maaf Tuan, saya harus pergi. Tolong lepaskan tangan saya" ucap Aluna yang mencoba melepaskan tangan nya dari genggaman tangan Varez. Dia sama sekali tidak mau menjawab pertanyaan dari Varez.

Aluna hanya diam dan tidak mengatakan apa-apa pada Varez. Dia tidak ingin jika dia salah bicara nantinya pada Varez.

Bab 2. Rahasia

"Saya mohon jangan seperti ini Tuan. Saya harus kembali bekerja" ucap Aluna yang mencoba melepaskan tangan Varez dari tangan nya.

Perlahan Varez melepaskan tangan Aluna. Dia merasa jika Aluna yang dia kenal dan dekat dulu sudah tidak ada. Dan Aluna yang sekarang tidak menyukai jika dia mendekatinya dan itu membuat perasaan Varez terkoyak akan sikap Aluna. Varez sangat sedih dan terpukul akan sikap dan cara Aluna berbicara padanya. Dia seakan-akan tenggelam dalam pusaran bumi yang begitu dalam dan gelap. Mau bagaimana lagi, jika orang yang kita sukai dan kita cintai tidak memiliki perasaan yang sama dengan kita.

Tapi apa benar Aluna tidak memiliki perasaan pada Varez? Dugaan Varez ternyata salah, jika Aluna tidak memiliki perasaan padanya. Nyatanya sekarang saat setelah pergi dari private room, dimana ada Varez disana dia marah menangis didalam toilet.

"Kenapa harus bertemu lagi dengan nya setelah bertahun-tahun tidak bertemu? Ya Allah kenapa Engkau mempertemukan kami kembali, kenapa Ya Allah?" tangis Aluna pecah saat didalam toilet.

Apa mungkin dia akan mengambil apa yang sudah dia berikan padaku dulu? Atau malah sebaliknya? Semoga saja dia tidak tahu apa yang aku sembunyikan darinya" gumam Aluna yang mengusap air matanya dan dia segera membasuh wajahnya menggunakan air dingin, supaya terlihat segar kembali.

Apa yang sebenarnya Aluna sembunyikan dari Varez? Hanya dia yang tahu. Padahal dia juga merasa sangat khawatir akan Varez tahu apa yang dia sembunyikan dari semua orang. Bukan hanya pada Varez saja.

"Huh, kamu harus bisa melupakan nya Lun. Jangan biarkan perasaan kamu membelenggumu lagi. Semangat! Demi Fikri dan masadepan nya kelak" ucapnya yang menyemangati diri sendiri saat akan keluar dari dalam toilet.

Aluna keluar dengan wajah segarnya dan penampilan yang seperti biasa. Dia memang wajah garang dan judesnya pada semua orang. Bahkan tidak ada yang berani bertanya padanya jika sudah seperti itu.

*

Sedangkan didalam private room, Varez merasa ada yang aneh dengan Aluna. Karena dia cukup mengenalnya dengan baik. Penampilan nya memang tidak berubah sejak dulu. Tapi tubuhnya lebih terlihat kurus dan tidak terasa sama sekali saat dia memeluknya tadi.

"Apa mantan suaminya sudah memperlakukan nya tidak baik? Kenapa dia berpenampilan sangat kucel dan berantakkanseperti itu? Rambutnya juga sangat lepek dan tidak terawat sama sekali" gumam Varez saat mengingat tangan nya yang menyentuh rambut Aluna dan menciumnya juga ada aroma yang tidak enak didalam indra penciuman nya tadi.

"Jika benar mantan suaminya yang sudah membuatnya seperti itu akan ku buat menyesal seumur hidupnya" tekad Varez menggebu-gebu saat mengatakan nya.

"Aku berjanji padamu AL, aku akan terus berada disisi kamu walau kamu tidak suka dan tidak menginginkan nya. Walau aku harus secara diam-diam berada didekat kamu. AL, jangan pernah bersikap seolah tidak mengenal ku seperti tadi lagi. Maafkan aku yang pernah hilang tanpa kabar untuk kamu saat itu AL. Maaf" gumam Varez lagi yang mengingat kejadian beberapa tahun silam dengan Aluna. Bahkan dia masih sangat mengingat dengan jelas dan sangat terpatri dalam ingatan nya.

Saat sedang mengingat kejadian silam. Tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nama Alvaraz, adik pertamanya yang selalu membuat ulah.

"Hmm, ada apa-apa kau menghubungi ku?" tanya Varez to the point pada Varaz.

"Aku membututuhkan bantuan mu bang, aku sedang dalam masalah besar sekarang. Please bantu aku bang" jawab Varaz dengan nada memohon pada Varez.

"Sudah ku duga. Memangnya kau pernah tidak membuat masalah Raz? Apa kamu akan selalu seperti ini terus dan langsung lari padaku disaat kau tidak bisa menghadapinya sendiri?" tanya Varez yang menghela nafasnya sedikit kasar saat mengatakan itu pada adiknya itu.

"Apa Mimi dan Pipi sudah tahu apa yang kau lakukan sekarang ini?" lanjut Varez yang sudah sangat hafal, jika adiknya ini tidak seberani itu untuk mengatakan langsung ada kedua orang tuanya.

Varaz hanya bisa diam jika ditanya perihal Mimi dan Pipi mereka. Karena Varez tidak berani untuk mengatakan nya langsung. Apa lagi jika sang Mimi sudah tahu apa yang dia lakukan sekarang, sudah pasti akan sangat murka dan bisa saja aura Queen Mafia nya keluar dengan sendirinya.

"Kenapa kau hanya diam saja? Apa kau sudah merasa sangat bersalah dan tidak akan mengulanginya lagi, hmm?" tanya Varez lagi sambil menatap kearah jendela.

"Pipi sudah tahu bang, dia sangat kecewa padaku. Karena aku sudah mengikuti jejaknya dulu, bahkan beliau merasa sangat gagal mendidik ku. Apa yang harus aku lakukan bang? Please bantu aku" jawab Varaz sudah sangat prustasi akan keadaan nya sekarang.

"Jadi, apa yang harus abang lakukan untuk kamu Raz? Karena sekarang Mimi pasti sudah tahu juga bukan?" tanya Varez lagi ingin tahu apa yang adiknya inginkan.

"Aku hanya ingin abang menemani aku latihan dan bisa melupakan apa yang sudah aku lakukan. Emm, maksud ku. Aku ingin meringankan beban fikiran ku saat ini, abang bisa kan?" jawab Varaz. Dia balik bertanya pada Varez bisa atau tidaknya menemani dia latihan.

"Oke, datang saja langsung ke markas. Disana kau bisa melakukan apa saja yang kau inginkan. Disana juga ada Leonard dan Marcella, kau bisa meminta bantuan pada mereka berdua. Aku akan sampai kesana satu jam lagi, karena aku sedang ada urusan" ucap Varez yang memberitahu Varaz untuk datang ke markas dan menunggunya hingga datang.

"Apa abang tidak bisa datang sekarang saja? Aku sudah dimarkas nunggu abang disini" tanya Varaz ingin segera bertemu langsung dengan Varez.

"Aku sedang sibuk saat ini, karena posisiku saat ini sangat jauh dari markas. Jika kau tidak mau menungguku juga tidak apa-apa. Kau latihan saja dengan mereka berdua" ucap Varez yang memejamkan matanya sejenak. Karena dia juga pasti akan mendapatkan masalah juga karenanya.

"Baiklah bang, aku akan menunggu abang disini dan latihan dengan mereka berdua. Abang hati-hati saat melakukan misi bang" ucap Varaz hanya bisa patuh akan apa yang dikatakan oleh Varez padanya sekarang.

Varez memutuskan sambungan telpon nya dan dia malah terlihat sangat khawatir akan keadaan Varaz nantinya. Dia melakukan itu untuk bisa mengulur waktu dan bertemu dengan Zahiya supaya tidak terlalu keras menghukum Varaz nantinya.

"Kenapa dia harus selalu menantang Mimi dan selalu membuat masalah? Apa dia tidak takut akan apa yang dilakukan oleh Mimi padanya nanti. Alvaraz Malik Tomlinson, kenapa kau selalu membuatku dalam masalah juga" gumam Varez sambil mengacak-ngacak rambutnya hingga berantakan.

Bab 3. Masa lalu

Dia memang sangat menyayangi adik-adik. Walau dia sangat dingin pada semua orang, tapi akan sangat hangat pada keluarganya. Terutama pada kedua orang tuanya sambil adik-adiknya.

Varez segera mengemudikan mobilnya menuju markas. Sebelum itu dia menemui manager cafe uantuk memberikan pesan pada pemilik cafe. Jika dia tidak bisa menemuinya untuk saat ini, mungkin dilain kesempatan bisa bertemu.

Saat didalam perjalanan, dia melihat ada seseorang yang mengalihkan perhatian nya dari jalan yang sedang dia lewati. Siapa lagi jika bukan Aluna, wanita yang selalu ada didalam hati dan fikiran nya selama ini.

"Sedang apa dia berada disini? Apa dia sudah memiliki seorang anak? Kenapa aku begitu penasaran akan hal itu. Aku harus bisa mengetahuinya, karena tidak mungkin dia tiba-tiba berada disini tanpa ada alasan yang jelas" gumam Varez yang menghentikan laju mobilnya dan menatap kearah Aluna yang sedang berdiri didepan gerbang sekolah dasar yang tinggi menjulang. Bahkan dia tidak menyadari jika dia sedang diawasi sepasang mata yang selalu memperhatikan nya dari kejauhan.

"Bunda" teriak seorang anak laki-laki yang baru keluar dari gerbang sekolah tersebut.

"Jangan lari-lari sayang, Bunda ada disini" ucap Aluna menyambut kedatangan putranya yang berlari kearahnya.

"Bunda sendiri lagi? Kata Bunda akan menjemput bersama dengan Ayah, kenapa hanya Bunda sendiri?" tanya anak laki-laki tersebut pada Aluna yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang selalu putranya tanyakan padanya setiap saat.

"Kita pulang sekarang ya, Bunda masih harus bekerja lagi. Ayo" ajak Aluna yang mengalihkan pertanyaan putranya untuk tidak selalu bertanya tentang Ayah nya terus.

"Baiklah" jawab Fikri, putranya yang sudah berusia 6tahun itu. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan menuju cafe tempat Aluna bekerja. Kebetulan jarak sekolah dan cafe berdekatan, jadi bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki saja.

Fikri menyadari jika sepertinya sedang ada yang mengawasi mereka berdua. Dia mempererat pegangan tangan nya pada sang Bunda, Aluna yang menyadari jika putranya sedikit aneh menghentikan langkahnya dan berjongkok untuk bisa sejajar dengan tinggi putranya.

"Kenapa, apa ada yang kamu takutkan?" tanya Aluna yang memegang kedua lengan putranya.

"Iki seperti melihat seseorang yang sedang mengikuti kita Bun, apa dia orang jahat atau bukan Iki tidak tahu" jawab Fikri yang selalu menyebut namanya Iki.

"Apa orang itu dekat atau jauh?" tanya Aluna yang berbisik mengatakan nya pada Fikri.

"Dia dekat Bun, dan dia berada diarah jarum jam tiga" jawab Fikri sambil melirik kearah yang dia sebutkan tadi pada Aluna.

'Ya Allah siapa dia? Semoga saja dia bukan orang yang berniat jahat pada kami. Terutama pada Fikri, seandainya saja Varez ada disini. Dia pasti akan menolong kami. His, aku ini berfikir apa sih' gumam Aluna dalam hati.

Dia menggelengkan kepalanya lalu dia menatap wajah takut Fikri sambil mengangguk dia menuntun Fikri kembali.

"Bun, kenapa Bunda diam saja? Apa Bunda sudah melihatnya?" tanya Fikri yang terlihat sudah sangat ketakutan itu.

"Ah ya, Bunda tidak apa-apa sayang. Kamu jangan takut, ada Bunda disini. Insya Allah semuanya akan baik-baik saja. Percayakan sama Bunda, hmm?" tanya Aluna yang juga merasa takut sebenarnya. Tapi dia harus bisa terlihat kuat dihadapan putranya

Fikri hanya mengangguk dan mempercayai ucapan dari Aluna. Karena selama ini hanya Aluna yang selalu ada untuknyadan selalu berada disisinya setiap saat. Walau dia tidak terlalu mempercayai ucapan Aluna, karena sangat terlihat jelas jika Aluna juga sangat ketakutan, sama seperti Fikri saat ini.

Aluna adalah single mom dan dia menjadi Ibu sekaligus Ayah bagi Fikri. Bahkan menjadi sahabat baginyapun Aluna bisa melakukan nya untuk Fikri, putra semata wayangnya dari orang yang sangat dia cintai hingga saat ini.

Mungkin saja pria yang sudah menanamkan benihnya pada Aluna tidak akan mengingatnya, karena hanya Aluna yang mengingatnya. Kejadian itu begitu jelas di ingatan nya hingga saat ini. Bahkan dia tidak akan bisa melupakan nya semudah itu.

FLASHBACK ON...

Beberapa tahun silam. Dimana ada seorang gadis yang sedang bekerja dengan sangat tenang dan nyaman. Tiba-tiba manager tempatnya bekerja memintanya untuk mengantarkan makanan dan minuman kedalam kamarnya. Tanpa rasa curiga sama sekali dia mengantarkan nya kedalam kamar presidential sweet.

Gadis bernama Aluna Putri itu mengantarkan pesanan pelanggan hotel tersebut kedalam kamar yang terlihat sangat gelap dan juga berantakan sekali.

Tapi karena tuntutan pekerjaan, Aluna masuk saja dan beberapa kali memanggil orang yang sudah memesan makanan tersebut. Tapi sayangnya sudah beberapa kali memanggilnya tidak ada jawaban juga dari pemilik kamar tersebut.

"Apa tidak ada orangnya ya?" gumam Aluna melihat kearah ruangan yang sudah kembali terang karena dia menyalakan lampunya.

"Aaaa" teriak Aluna saat melihat seorang pria yang tergeletak bersimbah darah ditangan dan sekujur tubuhnya. Aluna begitu ketakutan saat melihat itu semua, bahkan dia berfikir jika ini adalah kasus pembunuhan.

Perlahan Aluna mendekat kearah pria tersebut dan bisa melihat dengan jelas wajah pria tersebut. Aluna mencoba untuk membantunya, tapi dia kembali berteriak saat pria itu mencoba bangun dan menatapnya dengan tatapan tajamnya.

"Diam! Dan jangan berisik" ucapnya dengan suara pelan nya, lalu dia mencoba untuk bangkit. Namun tidak bisa dia lakukan, dia hanya bisa duduk dilantai saja.

"Maaf Tuan, anda ini kenapa? Kenapa anda terluka parah seperti itu?" tanya Aluna yang masih berdiri mematung tidak bergerak sama sekali.

"Kau ini banyak sekali bertanya. Apa kau tidak bisa diam dan bantu saja saya untuk duduk disofa" ucap pria asing itu pada Aluna supaya dia mendekat kearahnya.

"Ba-baik Tuan" jawab Aluna dengan terbata, mendekati pria asing tersebut dengan gemetaran.

"Siapa namamu?" tanya pria asing lagi pada Aluna. Yang sedang membantunya untuk duduk dan melepaskan pakaian nya yang sudah terkoyak dan tidak berbentuk lagi.

Aluna tersentak kaget saat dia mendengar pertanyaan dari pria asing yang sedang terluka sangat parah tersebut. Dan bahkan jika tidak salah, semua luka itu adalah bekas sayatan benda tajam. Membuatnya hanya bisa diam dan sesekali menutup matanya saat melihat luka-luka yang sangat parah pada sekujur tubuh pria asing tersebut.

Dengan sangat perlahan dan juga hati-hati Aluna membersihkan luka-luka pada lengan pria asing tersebut hingga semua darahnya bersih, bahkan Aluna melakukan nya tanpa rasa jijik sama sekali. Lalu Aluna membalut lukanya dengan kain perban dan dia sesekali meniupi luka tersebut saat melihatnya meringis kesakitan.

"Maaf Tuan, ini pasti sangat perih" ucap Aluna yang meniupi luka pada bagian lengan pria itu.

Pria yang tidak lain adalah Alvarez Einstein Tomlinson itu merasa jika hanya gadis ini saja yang tidak ketakutan saat melihatnya terluka parah seperti ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!