Kata orang, anak nakal itu bodoh, anak bandel itu nggak baik. Mungkin, kalian belum kenal sama Luna. Aluna Ratu Az-Zahra. Cewek yang baru genap 16 tahun bulan lalu ini, menjadi murid paling bermasalah di Sekolah Garuda. Sekolah Favorit paling Elit di sejagat Kota.
Luna menjadi salah satu murid paling bermasalah yang selalu keluar masuk ruang BK, yang keseharian nya selalu kena hukuman akibat kenakalan remaja di sekolah.
Mungkin, jika saja Luna bukan salah satu murid pandai di kelas, bukan murid dengan selalu Ranking 3 di kelas, dia sudah di D.O dari sekolah sejak kelas Sepuluh lalu.
Dan lagi-lagi itu lah taktik seorang Luna, Luna sengaja belajar dengan giat di rumah, belajar ini itu agar dia masih tetap bisa bersekolah di SMA Garuda.
Ini dunia Luna, yang selalu dapat surat peringatan dari sekolah, yang selalu kena hukuman ketua Osis, dan dunia anti Mainstream nya.
Namanya Raka, Ivan Raka Pratama. Umurnya 17 tahun, kelas 11 di Sekolah SMAN Garuda, menjabat sebagai ketua Osis, sekaligus murid andalan guru di Kelas Olimpiade.
Untuk orang seperti Raka, tanggung jawab adalah modal utama dalam jabatannya sebagai ketua osis di sekolah, menghukumi murid yang telat, bandel, nakal, dan pembuat onar seperti Luna adalah rutinitasnya setiap hari. Dan menjaga penampilannya adalah tanggung jawab dalam mengemban kata 'Senior' di sekolah.
Ya, kehidupan Raka tidak pernah lepas dari Olimpiade di sekolah, tidak lepas dari statusnya sebagai ketua Osis di sekolah, dan tidak lepas dari perbincangan murid paling di kagumi di sekolah. Bagi Raka membaca buku adalah dunianya, dan bagi Raka mengerjakan soal-soal Olimpiade adalah hobinya.
Ini dunia Raka, tentang buku-buku, tentang Olimpiade, tentang sekolah, dan tentang Luna.
Aku duduk di samping Mama dan Papa yang tengah tertawa akibat tontonan Televisi yang menunjukan seekor Tikus kepeleset di toilet.
"Nih-
Kataku memberikan sebuah surat, yang seratus persen mereka tahu itu surat apa.
Yups, betul, surat peringatan.
"Lagi?" tanya Mama sambil duduk tegap di sofa.
Papa hanya menatap wajahku masam "Surat Peringatan atau surat panggilan?" Tanya Papa
"Surat peringatan, tadi Luna nggak sengaja ngecat dinding samping toilet." aku-ku sambil tersenyum
"Halah... Orang kayak kamu aja bisa nggak sengaja." kata Papa meledek, lalu di selingi tawa.
Rasanya, beruntung memiliki mereka, yang nggak nuntut ini-itu dan menerima setiap hal yang aku lakukan, kata mereka, menjadi orang baik dan jujur adalah hal yang harus kita utamakan di Dunia ini, dan Mama pernah bilang
Mama nggak maksa kamu mau ambil jalan yang mana, meski Mama tahu jalan itu berlubang, atau justru menyesatkan, Mama cuma minta jadilah anak yang baik dan Jujur, karena selama kamu memegang itu Mama yakin kamu akan bisa menemukan jalanmu sendiri, jalan yang baik dan yang bisa membuatmu tumbuh menjadi baik.
Itu kata-kata Mama sewaktu aku mendapatkan surat panggilan orang tua pertama kali sekitar satu tahun yang lalu.
Mama nggak maksa aku mau seperti apa, tapi jika aku di wilayah Mama, sebut saja Rumah. Maka aku harus ikuti aturan Mama.
Itu juga berlaku untuk adikku, Bilqis Asteria, cewek centil yang hobi nya dandan, padahal usianya baru genap 12 tahun.
PROLOG
ALUNA RATU AZ-ZAHRA
BAGIAN SATU : Si galak
BAGIAN DUA : Awal dari semuanya
BAGIAN TIGA : Ivan Raka Pratama
BAGIAN EMPAT : Ajang balas dendam
BAGIAN LIMA : Raka sakit
BAGIAN ENAM : Peluk
BAGIAN TUJUH : Heeeeeersssss
BAGIAN DELAPAN : Video
BAGIAN SEMBILAN : Ruang BK
BAGIAN SEPULUH : Minggu
IVAN RAKA PRATAMA
BAGIAN SEBELAS : Doa untuk Luna
BAGIAN DUA BELAS : Gara-gara Luna
BAGIAN TIGA BELAS : Insiden Ijab qobul
BAGIAN EMPAT BELAS : Toko kue dan toko buku
BAGIAN LIMA BELAS : Luna dan Phobia gelap
BAGIAN ENAM BELAS : Seminggu di rumah Luna
BAGIAN TUJUH BELAS : Luna dan balapan liar
BAGIAN DELAPAN BELAS : Guru les Luna
BAGIAN SEMBILAN BELAS. : Drama sekolah hari ini
BAGIAN DUA PULUH : Siapa Aluna itu?
ALUNA RATU AZ-ZAHRA
BAGIAN DUA PULUH SATU : Basah-basah
BAGIAN DUA PULUH DUA : Truth or dare
BAGIAN DUA PULUH TIGA : Febi sialan
BAGIAN DUA PULUH EMPAT : Raka bodoh, Raka sialan
BAGIAN DUA PULUH LIMA : Raka itu aneh
BAGIAN DUA PULUH ENAM : Paku payung
BAGIAN DUA PULUH TUJUH : Cium
BAGIAN DUA PULUH DELAPAN : Raka nyebelin
BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN : Minggu heboh
BAGIAN TIGA PULUH : Mama
IVAN RAKA PRATAMA
BAGIAN TIGA PULUH SATU : Siapa yang salah?
BAGIAN TIGA PULUH DUA : Luna demam
BAGIAN TIGA PULUH TIGA : CCTV
BAGIAN TIGA PULUH EMPAT : Indra dan anak Osis
BAGIAN TIGA PULUH LIMA : Titik terang
BAGIAN TIGA PULUH ENAM : Aluna dan Sela
BAGIAN TIGA PULUH TUJUH : Mimpi Aluna
BAGIAN TIGA PULUH DELAPAN : Hukum Newton tiga
BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN : Merayu Luna
BAGIAN EMPAT PULUH : Hers!
ALUNA RATU AZ-ZAHRA
BAGIAN EMPAT PULUH SATU : Mendirikan tenda
BAGIAN EMPAT PULUH DUA : kompas dan arah mata angin
BAGIAN EMPAT PULUH TIGA : kaaaaan......
BAGIAN EMPAT PULIH EMPAT : Raka
BAGIAN EMPAT PULUH LIMA : Tupai dan pohon
BAGIAN EMPAT PULUH ENAM : Ngurusin bayi gede
IVAN RAKA PRATAMA
BAGIAN EMPAT PULUH TUJUH : Jalan-jalan di pasar
BAGIAN EMPAT PULUH DELAPAN : Luna ngambek
BAGIAN EMPAT PULUH SEMBILAN : Aluna aneh
BAGIAN LIMA PULUH : Oh, gitu?
BAGIAN LIMA PULUH SATU : Gemeees
ALUNA RATU AZ-ZAHRA
BAGIAN LIMA PULUH DUA : Ulasan masa lalu
BAGIAN LIMA PULUH TIGA : Rasa ini
BAGIAN LIMA PULUH EMPAT : Kiranti rasa cinta
BAGIAN LIMA PULUH LIMA : Katanya sih kencan
IVAN RAKA PRATAMA
BAGIAN LIMA PULUH ENAM : Menjebak Aluna
BAGIAN LIMA PULUH TUJUH : Class Meeting
BAGIAN LIMA PULUH DELAPAN : Juara
BAGIAN LIMA PULUH SEMBILAN : Luna modus
ALUNA RATU AZ-ZAHRA
BAGIAN ENAM PULUH : Eksperimen Sains sederhana
BAGIAN ENAM PULUH SATU : Bersaing Cerdas cermat
BAGIAN ENAM PULUH DUA : Aku, Bulan-nya Raka?
BAGIAN ENAM PULUH TIGA : Tugas seorang Istri
BAGIAN ENAM PULIH EMPAT : Dekorasi kelas
IVAN RAKA PRATAMA
BAGIAN ENAM PULUH LIMA. : Pengakuan Sela
BAGIAN ENAM PULUH ENAM : Jika kamu benar, apakah orang lain salah?
BAGIAN ENAM PULUH TUJUH : Sebuah kebenaran
BAGIAN ENAM PULUH DELAPAN. : Kenapa harus Aluna?
BAGIAN ENAM PULUH SEMBILAN : Aluna sayang...
BAGIAN TUJUH PULUH : Berdamai dengan masa lalu
EPILOG : Apa Cita-cita Aluna?
PASCA CERITA
^^^*Hallo, teman-teman^^^
^^^ini adalah cerita pertama saya disini, siapapun kalian yang baca, semoga kalian suka yah...^^^
^^^jangan lupa tinggalkan ke-abadian dengan cara mem-vote dan komentar di ceritaku, semoga kalian semua terhibur..^^^
^^^salam sayang dan cinta ; Bi* ^_^^^^
Si galak
"Itu yang bener jewer telinganya!" si galak terus nge-bacot, dengan tatapan sangarnya dan mata tajamnya.
"Ogah..." ucapku, lalu menjulurkan lidahku tepat di hadapannya.
"Jewer yang bener itu telinga, atau gue yang jewer." ucapnya tajam.
"Bagi uang dulu. " ucapku sambil menaik-turunkan alisku.
Raka tampak memutar bola matanya, mungkin sebal. Haha
"Enggak!"
Aku tersenyum padanya, membuat dia menunjukan tatapan bingung padaku.
"Kalau gitu gue bakal kasih tahu, kalau ketua osis sok galak ini tidur nya suka-
"SEKALI LO NGOMONG, GUE NGGAK AKAN KASIH UANG SAMA LO!" Raka berbisik, namun kata-katanya tajam.
"Ohya?" aku menyeringai
"WOY TEMAN-TEMAN... TERNYATA SI KETUA OSISI INI DIA- Mppph."
Tangan Raka menutup mulutku rapat. Sambil matanya menatapku dengan tatapan paling benci sedunia.
Aku tersenyum meremehkan padanya.
"Kenapa Aluna?" tanya Bobi, temannya si galak Raka dengan tatapan heran.
Aku tersenyum, "Nggak apa-apa Bobi." ucapku lembut.
"Hee... Lo itu kalau senyum jangan manis-manis, nanti gue diabetes." racaunya sambil terkekeh.
"Gue Ikhlas kok, kalau Bobi Diabetes." gumamku, lalu melempar senyum ke arahnya.
"Astagaaaaa!" Bobi memekik, dan aku tertawa detik itu juga. Nggak ada yang lucu sih, tapi hey, lihatlah tampang si menyebalkan Raka yang sudah masam mendengar ocehan kami.
"Lo ini lagi hukum, emang lo mau gue tambahin hukumannya."
"Lo juga Bobi, lo kenapa keluar, belum Istirahat juga. Dan lo kan lagi nggak tugas hari ini." coba bayangin, dia ngomelnya ke Kak Bobi, tapi matanya ke aku. Bayangin dong... Haha.
"Ya Maap, habis teriakan Aluna menggetarkan hatiku."
Sontak, aku tertawa detik itu juga.
"AAAW!"
Raka menjewer telingaku dengan kencang, aku rasa telingaku ini sudah sangat merah
"Lo bodoh yah... Kalau telinga gue copot gimana!" kataku sambil memukul bahunya.
"Yaudah, makanya yang bener dong. Lagi di hukum juga."
"Gue di hukum juga gara-gara lo yang nggak bangunin gue." kataku sebal.
Iya, jadi tadi pagi Raka justru meninggalkanku yang dalam keadaan tidur di rumah, akhirnya ya terlambat. Mana nggak di kasih uang jajan lagi.
Eh, kalian bingung ya?
Jadi gini, dua minggu yang lalu kami, aku dan Raka resmi menikah. Iya menikah, nggak salah baca kok.
Kami menikah atas dasar perjodohan konyol orang tuaku dan dia. Sumpah konyol banget, dan lebih konyol lagi sekarang kami tinggal bersama di sebuah kontrakan dekat sekolah, mungkin jaraknya hanya sebatas setengah kilo meter saja.
"Makanya kalau tidur jangan kayak orang mati!" kata Raka ketus.
Aku mengerucutkan bibirku, lalu kuinjak saja kakinya. Dan itu sukses buat dia mengaduh sakit.
"Lo gila yah." ucapnya tajam. Aku hanya ngecir lalu merogoh saku seragamnya dan mendapati uang Lima Puluh Ribuan, ya ku ambil aja.
"Uangnya buat gue yah..." kataku, dia hanya diam, lalu menatapku dengan tatapan yang tidak pernah kulihat sebelumnya.
"Apa lo nggak nyadar atas apa yang lo lakuin." serunya
"Kenapa?"
"Ya lo ngerogoh saku baju gue, itu membuat-"
"Buat apa?"
Dia tampak berdecak kesal.
"Lupakan saja."
cuplikan bab selanjutnya...
"Lho... Luna, bajumu itu kenapa robek?" Mama bertanya sambil memegangi bagian lenganku.
"Di gunting?" tanya Mama, lagi.
Aku nyengir, lalu mengangguk
"Di hukum lagi? " Mama bertanya, lagi.
Oke, Mama ini cerewet banget, tapi syukur nya Mama nggak pernah marahin aku karena hal yang udah aku perbuat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!