Danisa seorang wanita yang beruntung karena sangat di cintai oleh suaminya Kaivan.
Di awal pertemuan sampai mereka melangsungkan pernikahan, mereka tidak ada kendala apa pun, mereka berdua yang saling mencintai dan menyayangi satu sama lain nya membuat orang-orang yang ada di sekitar nya selalu iri setiap melihat kebersamaan mereka, tapi seiring nya waktu yang terus berjalan dan kehidupan yang berputar akhir nya Kaivan terkena phk dari tempat kerja nya.
Pernikahan mereka sudah hampir satu tahun tapi sampai saat ini mereka belum di karuniai seorang anak.
Kaivan yang sudah beberapa bulan menjadi pengangguran menggantikan posisi seorang istri yang hanya berdiam diri di rumah dan menyiapkan semua nya sendirian, sedangkan istri nya setiap hari pergi bekerja.
Semenjak Kaivan tidak bekerja, Kaivan menjadi sosok yang banyak bicara hingga membuat Danisa selalu merasa kesal dan malu di buat nya.
Selain banyak bicara, Kaivan juga menjadi sedikit posesif sehingga membuat Danisa merasa hidup nya tidak bebas.
Kaivan selalu menyajikan teh dan cemilan yang dia buat sendiri dan selalu menyuruh Danisa untuk mencicipi hasil eksperimen nya.
Suami nya yang selalu mengganggu dirinya dan juga menjadi banyak bicara membuat Danisa merasa risih dan kesal.
Pagi itu Danisa lagi asik membersihkan tubuh nya sebelum pergi bekerja, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan nampak Kaivan menghampiri nya dengan sebuah roti yang sudah di olesi selai di tangan nya.
"Sayang, coba kamu cicipi roti buatan ku, kamu pasti sangat menyukai nya." Ucap Kaivan sambil memaksa Danisa untuk menyantap roti dengan resep yang baru ia pelajari.
Roti yang ia bakar dan di beri selai dan daging di dalam nya.
"Mas, aku lagi mandi." Teriak Danisa dengan nada kesal nya.
"Aku hanya meminta kamu untuk mencicipi nya, bagaimana enak tidak?" Tanya Kaivan tanpa memperdulikan wajah marah istri nya.
"Mas, aku tidak akan menyantap nya kalau kamu tidak pergi sekarang juga, aku lagi mandi dan buru-buru, kamu jangan membuat aku marah pagi ini." Ucap Danisa sambil menatap tajam Kaivan.
Kaivan pun pergi dengan bibir tersenyum karena menganggap kalau Danisa sangat menyukai roti yang dia buat.
Kaivan pun langsung menata roti dan susu untuk sarapan pagi ini untuk istri tercinta nya.
Danisa yang baru selesai mandi pun membuka pintu kamar mandi nya.
Betapa kaget nya Danisa begitu melihat ke arah tempat tidur, di sana sudah tersedia baju kerja nya yang sudah di siapkan oleh Kaivan.
Danisa terdiam dan menatap ke arah baju kerja nya yang ada di atas tempat tidur.
Dengan perlahan Danisa menghampiri dan mengambil baju lalu mengenakan nya.
"Apa mas Kaivan yang menyiapkan semua ini." Gumam Danisa sambil merapihkan baju nya.
"Pintar juga memilihkan baju untuk ku." Gumam Danisa sambil menatap wajah nya di depan cermin dan sedikit merias wajah nya.
Setelah di rasa sudah cukup dengan penampilan nya, Danisa pun mengambil tas kerja nya dan keluar dari kamar.
Baru juga menutup kembali pintu kamar nya, Kaivan tiba-tiba datang dan langsung menggendong Danisa dan membawa nya ke ruang makan.
"Lepaskan aku mas, aku sudah terlambat." Ucap Danisa sambil berusaha untuk turun dari gendongan suami nya.
"Kamu itu harus menghargai makanan, menghargai suami, menghargai waktu dan menghargai lidah kamu, maka dari itu kamu harus menikmati sarapan dulu sebelum pergi bekerja." Ucap Kaivan sambil menurunkan Danisa dari gendongan nya.
Danisa duduk dan menatap semua makanan yang sudah tersedia di atas meja makan.
Disana sudah ada roti bakar ala Kaivan suami nya dan segelas susu yang sudah di siapkan Kaivan untuk dirinya.
"Kamu itu harus menghargai semua nya, terutama menghargai diri sendiri, masih banyak di luaran sana yang tidak bisa menyantap sarapan seperti kita, jadi kita harus mensyukuri nya dengan cara kita menikmati makanan itu.' Kaivan terus saja berceloteh hingga membuat Danisa merasa kesal dan marah karena Kaivan banyak bicaara.
"Sayang tunggu, kenapa kamu buru-buru, ini masih terlalu pagi untuk berangkat bekerja, kamu itu harus sarapan dulu biar kamu selalu sehat dan tidak lemas, apalagi seharian kamu harus beker_." Kaivan langsung terdiam karena mulut nya di bekap oleh Danisa yang sudah merasa kesal dengan segala ocehan suami nya.
"Stop! aku mau berangkat bekerja karena ada meeting pagi ini, jadi mas jangan mengganggu aku lagi oke."
Danisa melangkah pergi dengan amarah di dada nya, Danisa keluar dari rumah dan menutup kembali pintu nya, sejenak Danisa menyandarkan punggung nya ke pintu sambil menghembuskan nafas nya dengan kasar.
Tapi begitu Danisa bersandar, pintu di buka oleh Kaivan dari dalam hingga membuat Danisa terjengkang ke belakang.
Untung ada Kaivan suami yang siaga dalam menjaga Danisa hingga Danisa terjatuh ke dalam pelukan suami nya.
"Untung ada aku sayang, coba kalau ngga ada aku, kamu pasti sudah jatuh ke lantai.' Ucap Kaivan dengan senyuman di bibir nya.
"Ya sudah aku berangkat." Ucap Danisa sambil mengambil tas dari tangan suaminya.
"Tunggu sebentar sayang.' Kaivan pun menarik kembali tangan Danisa membuat Danisa kesal dan sangat marah dengan kelakuan Kaivan.
"Apa lagi sih mas, aku sedang buru-buru."
"Ponsel kamu ketinggalan sayang." Ucap Kaivan sambil memasangkan earphone ke telinga Danisa.
Danisa langsung membalikan tubuh nya dan hendak meneruskan lagi langkah kaki nya.
"Sayang, kamu lupa belum bilang i love you." Teriak Kaivan sambil menatap punggung istri nya yang sudah mulai masuk ke dalam mobil nya.
Danisa tidak membalas ucapan dari suami nya, yang ingin Danisa lakukan adalah secepat nya pergi ke kantor dan pergi dari hadapan suami nya.
Dulu sewaktu mereka berdua sama-sama bekerja, mereka tidak pernah absen untuk mengucapkan kata i love you sebelum mereka berangkat bekerja, tapi sekarang Danisa sudah ngga mau mengucapkan nya karena merasa kesal dan marah melihat kelakuan Kaivan suami nya yang menurut Danisa sudah keterlaluan.
Baru juga Danisa melajukan mobil nya, suara ponsel nya sudah berdering dan ternyata itu telepon dari Kaivan yang mengatakan kalau Danisa harus mengatur kaca spion, memakai safety bell, dan di simpang tiga jangan lupa menyalakan lampu sen.
Danisa yang mendengar semua ocehan dari suami nya merasa sangat kesal kepada Kaivan, hingga membuat Danisa langsung mematikan ponsel nya.
Danisa terus melajukan mobil nya, jalanan yang sudah mulai macet membuat rasa marah dan kesal nya makin bertambah.
Begitu sampai di pelataran parkiran tempat Danisa bekerja, Danisa langsung masuk dan ;langsung menuju ruangan meeting.
Dengan langkah terburu-buru dan sedikit berlari Danisa langsung masuk ke ruang meeting dimana di ruangan meeting tersebut sudah berkumpul termasuk atasan nya.
"Maaf saya terlambat." Ucap Danisa dan langsung duduk di kursi nya.
"Baiklah, sekarang sudah kumpul semua, maka kita mulai saja meeting nya." Ucap pak Rajib atasan mereka.
Meeting pun di mulai dan atasan nya mengatakan kalau perusahaan nya sedang ada projek di luar kota, dan atasan nya akan mengirim salah satu dari mereka.
"Perusahaan kita ada projek di kota xxxx, dan saya akan mengirimkan salah satu dari kalian untuk menyelesaikan projek ini." Ucap pak Rajib sambil menatap mereka semua.
Danisa merasa ini kesempatan dirinya untuk bisa jauh dari suami nya, maka dari itu Danisa langsung mengangkat sebelah tangan nya, namun ada rekan kerja nya seorang pria yang ikut mengangkat tangan nya juga hingga membuat mereka berdua pun berebut agar di pilih oleh atasan nya itu.
Semenjak suami nya yang sering ngoceh dan memasak, Danisa memutuskan untuk menjauhi suami nya.
"Saya bersedia pak." Ucap mereka berdua secara bersamaan.
"Saya saja pak." Ucap Danisa dengan penuh harap.
"Saya saja pak." Ucap rekan kerja nya.
Mereka berdua terus berebut ingin pergi ke kota yang di maksud atasan nya karena punya alasan masing-masing.
"Saya mohon pak, biarkan saya yang pergi." Ucap Danisa sambil memohon.
"Tidak pak, biarkan saya saja yang pergi, saya sudah lama tidak bertemu dengan istri saya, dan kebetulan istri saya ada di kota itu." Ucap Rama sambil memohon juga.
Pak Rajib atasan mereka di buat pusing oleh ke dua nya, dan pak Rajib meminta mereka berdua untuk mendiskusikan nya.
"Stop kalian berdebat, baiklah saya beri waktu kalian tiga hari untuk mendiskusikan siapa yang akan berangkat, setelah ada keputusan temui saya." Ucap pak Rajib lalu keluar dari ruang meeting.
Sebagian orang keluar dari ruang meeting mengikuti pak Rajib dan meninggalkan Danisa dan Rama yang masih berdebat serta kedua teman kerja mereka.
"Biarkan saya yang pergi." Ucap Danisa dengan wajah memohon nya.
"Saya juga ingin pergi, saya sudah lama tidak bertemu dengan istri saya dan ini kesempatan untuk saya." Ucap Rama.
"Tapi kan kamu bisa ketemu di akhir tahun nanti, kan perusahaan suka memberikan libur panjang di akhir tahun."
"Tapi itu masih lama, lagian kemarin saya dengar anak saya sampai sakit karena merindukan saya." Ucap Rama mendramatisir keadaan.
"Tapi saya juga menginginkan nya untuk pergi." Ucap Danisa sedikit memaksa.
Mereka berdua terus berdebat hingga membuat ke dua teman mereka saling menatap dan mencoba melerai nya.
"Sudah kalian jangan berdebat, salah satu dari kalian ngalah kenapa." Ucap Soni.
"Iya, kalian berdua ini kenapa sih ngotot sekali ingin pergi, bukan kah enak di sini saja." Ucap Riri teman kerja Danisa.
"Iya sudah lah kalian di sini saja sama kita, lagian di sana ngga enak tahu." Ucap Soni.
Danisa dan Rama hanya melirik ke arah mereka tanpa menjawab semua pertanyaan ke dua nya.
"Kenapa kamu ngotot ingin pergi sedangkan kamu di sini tinggal bersama suami kamu?" Tanya Rama penasaran dengan Danisa yang sangat ngotot ingin pergi.
"Saya hanya bosan dengan suami saya karena dari pagi sampai malam selalu saja ngoceh panjang lebar membuat saya kesal dan pusing mendengar nya hingga saya ingin berpisah dengan nya." Ucap Danisa sambil memasang wajah sedih nya.
Semua orang sudah tahu kalau suami Danisa di phk dan hanya berdiam diri di rumah saja.
"Tapi kamu menikah dengan dia atas dasar cinta kan? Apa kamu tidak menyadari dari dulu kalau suami kamu itu banyak bicara?" Tanya Rama.
"Dulu dia ngga banyak bicara makanya saya menyukai nya, lalu kami memutuskan untuk menikah, dan menjalani rumah tangga seperti biasa nya, tapi setelah dia di phk dia sekarang jadi banyak bicara sampai yang tidak penting pun dia terus ngoceh tiada henti hingga membuat saya bosan dan kesal untuk mendengar nya, setiap saya mau berangkat kerja dan sepulang saya kerja dia terus saja ngoceh membuat saya lama-lama merasa jenuh dan ingin berpisah, dan satu lagi yang membuat saya kesal kepada nya karena dia sekarang hobi masak dan selalu memaksa saya untuk makan sehingga saya gagal dengan program diet yang saya lakukan sekarang."
"Tapi kamu enak dong Nis jadi kamu ngga usah mengerjakan pekerjaan rumah." Ucap Riri.
"Enak ngga enak Ri, memang enak karena sudah mengurangi pekerjaan rumah ku, tapi ngga enak nya dia selalu ngoceh ngga boleh ini ngga boleh begitu, harus begini harus begitu di tambah sekarang dia hobi masak dan aku itu harus selalu dan wajib untuk mencicipi nya, kalau tidak dia akan ngoceh sepanjang hari, makanan itu harus di hargai, kita itu harus menghargai diri kita dan bla bla bla membuat kepala ku pusing." Ucap Danisa panjang lebar.
"Kenapa kamu ngga langsung bilang kalau kamu ingin berpisah dengan nya?" Tanya Soni.
"Aku tidak ada alasan yang kuat untuk langsung meminta berpisah dari nya, dan tadi pagi aku di buat nya pusing kembali, baru juga aku pergi dari rumah dia langsung menghubungi ku harus mengatur spion lah, kalau mau belok harus pakai sen lah, itu semua membuat aku pusing hingga aku mematikan ponsel ku.." Ucap Danisa dengan wajah putus asa nya.
"Kalau begitu kamu harus membuat suami kamu membenci kamu dan akhir nya dia sendiri yang akan menceraikan mu." Ucap Soni.
"Tapi bagaimana caranya?" Tanya Danisa sambil menatap mereka bertiga.
"Kamu lakukan kebiasaan yang tidak di sukai suami kamu misalkan pulang kerja kamu jangan mandi, terus kamu jangan makan masakan nya, pasti dia akan marah, kamu terus saja lakukan sampai suami kamu merasa benar-benar marah dan ingin berpisah dari kamu, bagaimana?" Ucap Soni.
"Benar yang di katakan Soni, aku yakin suami kamu akan merasa capek sendiri dengan sikap kamu yang seperti itu." Ucap Riri.
Danisa terdiam dan mencerna semua ucapan dari Soni hingga membuat bibir nya tersenyum.
"Baiklah, mulai sekarang aku akan membuat dia membenci ku, Terima kasih kalian sudah memberikan ide." Ucap Danisa sambil tersenyum.
"Semoga berhasil, agar aku bisa berangkat dan menemui istri dan anak ku." Ucap Rama dengan penuh harap.
"Aku yakin rencana ini akan berhasil." Ucap Soni penuh keyakinan.
Mereka berempat tersenyum dengan penuh harapan, mereka yakin kalau rencana mereka akan berhasil.
"Ya sudah sekarang kita balik kerja lagi." Ucap Danisa lalu keluar dari ruang meeting da di ikuti mereka bertiga.
Danisa membuka pintu rumah nya dengan perlahan lalu masuk ke dalam.
Ke dua mata Danisa melihat ke arah sekitar rumah nya dengan harapan suami nya tidak ada di rumah nya.
Dengan gerakan mengendap Danisa masuk ke dalam rumah lalu mencari suami nya ke ruang dapur.
Dan ternyata benar saja, Kaivan suami nya sedang berkutat di dapur menyiapkan makanan untuk makan malam.
Danisa tersenyum dan akan mulai melancarkan aksi nya yang sudah di rencanakan dengan teman-teman nya.
Danisa menuju ruang keluarga dan merebahkan tubuh nya di sofa panjang dengan sepatu sandal yang masih ia pakai, tas kerja nya sengaja ia simpan di sembarang tempat.
Danisa mengambil remot televisi lalu menyalakan nya.
Dengan santai nya Danisa melihat acara televisi sambil rebahan, sebenar nya Danisa ingin membersihkan tubuh nya karena sangat lengket seharian bekerja, tapi dia menahan nya agar sang suami merasa jijik dan menjauhi nya.
Kavian yang baru saja selesai masak mendengar suara televisi menyala.
"Apa Danisa sudah pulang." Gumam Kaivan sambil membuka celemek yang dia pakai lalu menggantungkan nya di tempat biasa.
Kaivan berjalan menuju ruang keluarga dan melihat istri nya sedang rebahan di atas sofa.
"Sayang kamu sudah pulang?" Tanya Kaivan sambil menghampiri Dania.
Danisa tidak menjawab nya dia fokus dengan acara televisi nya, sebenar nya Danisa mendengar pertanyaan dari Kaivan, tapi Danisa sengaja tidak menjawab nya dengan harapan Kaivan marah.
"Kamu ini, kalau mau istirahat itu buka dulu sepatu nya, jangan di biasakan seperti ini." Ucap Kaivan yang mulai mengoceh sambil membukakan sepatu Danisa.
"Kalau sudah membuka sepatu nya kamu langsung pergi mandi biar tubuh kamu segar dan tidak lengket, seharian kan kamu habis bekerja pasti keringat pada nempel di kulit mulus mu ini." Ucap Kaivan lalu mencium Danisa.
Danisa yang merasa terganggu dengan Kaivan pun bangun dan duduk, tapi ke dua mata nya masih fokus ke layar televisi.
"Jangan dekat-dekat mas, aku bau kecut." Ucap Danisa tanpa menoleh nya.
"Mana coba sini." Ucap Kaivan lalu mencium tubuh Danisa membuat Danisa merasa risih di buat nya.
"Aku malah suka banget dengan wangi kecut kamu sayang, wangi tubuh kamu sepulang kerja ini malah membuat aku semakin bergairah dan semakin sayang sama kamu,." Ucap Kaivan sambil terus mengendus-endus tubuh Danisa.
Kaivan bangun dari duduk nya membuat Danisa sedikit menyunggingkan sebuah senyuman.
"Kamu ngga suka kan kalau aku ngga mandi, kamu risih kan dengan bau kecut ku mas." Gumam Danisa di dalam hati nya.
Semua di luar ekspetasi Danisa, Kaivan bangun dari duduk nya bukan karena merasa ngga suka dengan bau kecut dari tubuh Danisa, tapi Kaivan langsung menggendong tubuh Danisa dan membawa nya ke ruang makan.
Danisa kaget dan meronta dengan apa yang di lakukan suami nya.
"Lepaskan mas, aku belum mandi, aku masih bau." Ucap Danisa sambil meronta ingin di turunkan.
"Ngga apa-apa, aku suka dengan bau tubuh mu ini." Ucap Kaivan sambil mencium Danisa.
Kaivan menurun kan Danisa dan menyuruh nya duduk di sebuah kursi, sedangkan Kavan menyiapkan jus untuk Danisa.
Danisa yang sudah mempersiapkan semua nya mengeluarkan sesuatu dari dalam saku baju nya.
Danisa mengingat kata Soni kalau obat yang sedang dia pegang ini akan membuat orang mati rasa, dan ketika itu terjadi kepada Kaivan, maka di pastikan Kaivan tidak akan banyak bicara.
"Sayang ini jus wortel nya." Ucap Kaivan sambil menata dua gelas jus wortel di atas meja.
Danisa hanya mengangguk sambil tersenyum, sedangkan tangan nya sudah siap dengan obat yang akan dia campurkan ke dalam jus milik Kaivan suami nya.
"Sebentar aku ambilkan makanan nya dulu." Ucap Kaivan lalu membelakangi Danisa dan mengambil makanan yang sudah dia olah.
Selagi Kaivan sedang menyiapkan makanan nya, Danisa langsung memasukan obat nya ke dalam gelas jus yang ada di hadapan nya.
"Ini lah saat nya kamu akan merasakan rasa dalam lidah kamu, dan setelah ini kamu tidak akan banyak bicara lagi." Gumam bathin Danisa sambil memasukan obat nya ke dalam gelas.
Danisa langsung memasukan kembali sisa obat nya ke dalam saku baju nya dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Makanan nya sudah siap sayang." Ucap Kaivan sambil menata makanan di depan Danisa.
"Minumlah mas." Ucap Danisa dengan sedikit tersenyum.
Dengan wajah bahagia nya Kaivan pun mengambil gelas yang di berikan Danisa lalu meminum nya hingga habis setengah gelas.
"Pokok nya kamu harus banyak makan makanan yang sehat dan jangan lupa kamu harus makan buah atau jus, mas ngga mau kalau kamu harus sakit , mas ngga akan sanggup melihat kamu sakit, mas sangat mencintai kamu, kamu tahu ngga kegunaan jus itu untuk apa? Selain untuk meningkatkan ke dua mata kita, jus wortel ini juga membantu mengurangi resiko kanker, membantu mencegah kram di perut khusus nya buat wanita di kala mens_" Danisa langsung menutup mulut Kaivan karena sudah jengah mendengar ucapan dari Kaivan.
"Sudah ngga perlu di jelaskan secara panjang lebar, kalau aku di suruh mencicipi hasil makanan mas, maka mas diam dan makan juga." Ucap Danisa lalu melepaskan tangan nya yang sedang membekap mulut Kaivan.
Kaivan terdiam dan mulai menyantap makanan nya, tapi begitu makanan itu masuk ke dalam mulut nya, Kaivan merasa aneh dengan rasa makanan nya.
"Sayang, apa masakan mas enak?" Tanya Kaivan sambil menatap wajah istri nya, Kaivan melihat kalau istri nya sangat menikmati sekali masakan nya.
"Enak mas, apa pun yang di masak sama kamu rasa nya pasti enak." Jawab Danisa jujur, masakan Kaivan memang enak, dan rasa nya ngga jauh beda dengan masakan restoran.
"Tapi kenapa aku tidak merasakan apa-apa ya? Ini masakan nya atau lidah ku yang bermasalah." Gumam Kaivan yang masih bisa di dengar oleh Danisa.
Danisa yang mendengar nya pun pura-pura tidak mendengar apa pun.
"Bagus, berarti obat nya sudah bekerja, makasih Son, obat nya manjur sekali, sekarang mas Kaivan diam ngga banyak bicara lagi." Gumam bathin Danisa sambil terus menyantap makanan nya.
Kaivan terus merasakan lidah nya yang tidak bisa merasakan apa-apa, kembali Kaivan mengambil jus nya lalu kembali menenggak nya.
"Kenapa jus ini tidak ada rasa nya, bukan nya tadi ada rasa nya." Gumam bathin Kaivan sambil menatap gelas jus di hadapan nya.
Kaivan benar-benar bingung di buat nya, tadi dia sempat merasakan rasa pada jus wortel, tapi sekarang lidah nya sama sekali tidak bisa merasakan apa pun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!