NovelToon NovelToon

Jatuh Cinta Pada Ayah Si Kembar

10 September 2018

Hari ini cuaca terlihat sangat cerah, matahari bersinar dengan terangnya namun tetap ada angin sepoi-sepoi yang membuat suasana menjadi semakin syahdu.

Di area kolam renang yang ada di dalam sebuah hotel bintang lima, terlihat seorang gadis cantik dengan kebaya berwarna peach yang melekat sempurna di tubuh indahnya tengah melamun sembari menatap air kolam renang yang bergerak tenang mengikuti arah angin. Meskipun baru berusia 17 tahun, tapi postur tubuh gadis itu sudah terbentuk seperti layaknya orang dewasa, apalagi dengan tinggi badannya yang hampir 1.7 meter, membuat gadis itu terlihat seperti model.

Namun, dibalik wajah cantik dengan polesan make up natural itu, terdapat rona kesedihan yang sangat kentara. Bahkan, beberapa kali gadis itu menghapus buliran bening yang mengalir dari matanya.

Gadis cantik itu adalah Rania, nama lengkapnya Rania Calya Dahayu. Seorang gadis cantik yang baru saja menginjak usia 17 tahun tepat di hari ini. Ya, hari ini. 10 september 2018.

Hari yang seharusnya menjadi hari yang membahagiakan untuknya, berubah menjadi hari yang paling menyedihkan dan menyakitkan. Karena laki-laki yang sudah ia cintai selama 5 tahun lamanya hari ini resmi menjadi milik wanita lain. Yang artinya, ia sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk mendapatkan hati laki-laki itu.

"Rania,"

Deg.

Tubuh Rania langsung menegang saat mendengar suara bariton seorang pria yang sangat ia kenali. Suara yang selama bertahun-tahun ini menjadi suara favoritnya. Suara yang selalu ingin ia dengar di saat ia sedang dirundung oleh teman-temannya. Suara yang selalu memberikan semangat kepadanya. Dan suara yang tadi pagi telah mengucapkan ijab kabul atas nama perempuan lain.

"Kamu kenapa disini Ran? Mas cariin kamu loh dari tadi," ucap laki-laki itu lagi.

Setelah memastikan kalau sudah tidak ada air mata lagi di wajahnya, Rania pun langsung memutar tubuhnya ke belakang.

Disana, ia dapat melihat sesosok laki-laki yang terlihat begitu gagah dengan setelan jas berwarna hitam yang melekat pas di tubuh tegap nya. Sosok itu adalah Bayu Nalendra, laki-laki berusia 27 tahun yang sudah berhasil mencuri hati Rania sejak 5 tahun yang lalu.

"Sorry Mas, aku tadi abis cari angin sebentar," jawab gadis itu lengkap dengan senyum lebar yang terpatri di wajahnya.

Namun, senyuman itu tetap tak bisa menyembunyikan luka yang ada di dalam hati Rania. Bertahun-tahun mengenal Rania, membuat Bayu begitu memahami setiap ekspresi yang dikeluarkan oleh gadis kecil itu.

"Kamu kenapa? Kok mukanya sedih gitu?"

Rania yang tengah menundukkan wajahnya ke lantai pun langsung menaikkan pandangannya saat mendengar pertanyaan dari laki-laki itu.

Hatinya yang sudah terasa sakit, menjadi semakin sakit lagi akibat pertanyaan itu. Dalam hati Rania merutuk, kenapa Mas Bayu selalu mengetahui apapun yang berusaha ia sembunyikan? Hal inilah yang membuatnya semakin jatuh cinta pada laki-laki itu setiap harinya.

Namun, dengan cepat Rania langsung menyadarkan dirinya sendiri. Tidak. Dia tidak boleh seperti ini lagi. Bagaimanapun juga, laki-laki itu sudah menjadi milik orang lain. Jadi Rania tidak boleh memikirkan nya lagi.

"Aku nggak papa kok Mas," jawab gadis itu berusaha se-meyakinkan mungkin.

Namun, tentu saja Bayu tak akan langsung percaya, "Jangan bohong, temen-temen kamu yang waktu itu gangguin kamu lagi?" tanya laki-laki itu dengan tatapan tajamnya, membuat Rania tak bisa berkutik.

Bayu tetaplah Bayu, laki-laki yang penuh perhatian dan kasih sayang. Dan Rania, tak akan pernah bisa berbohong di hadapan laki-laki itu.

Namun, jujur juga bukan hal yang tepat. Dia tidak mau mengganggu kehidupan Bayu yang sudah sangat sempurna itu. Lagipula jika ia jujur, apa yang bisa ia dapatkan selain sakit hati?

Setelah menghirup nafasnya dalam-dalam, Rania pun menjawab, "Aku-"

"Sayang, kamu kok lama banget sih? Papah udah nungguin dari tadi loh,"

Semoga kamu bahagia

"Sayang, kamu kok lama banget sih? Papah udah nungguin dari tadi loh,"

Rania langsung menutup mulutnya kembali saat dari arah ballroom terlihat seorang wanita dewasa yang terlihat sangat anggun dalam balutan kebaya berwarna putih. Dari yang Rania baca dalam undangan, wanita itu bernama Adel, dan dia adalah wanita yang Bayu pilih untuk menjadi pendamping hidupnya.

Rania dan Adel memang tidak saling mengenal. Bahkan, mereka juga baru bertemu hari ini. Padahal, Bayu sudah berkali-kali membuatkan janji untuk mereka bertiga agar kedua wanita yang sangat penting dalam hidupnya itu bisa saling mengenal. Namun, rasa takut yang membelenggu di hati Rania membuat gadis itu selalu menolak jika diajak bertemu. Jadilah hari ini kedua wanita itu baru bisa bertatap mata secara langsung.

Bayu yang tengah berdiri menghadap Rania pun langsung memutar tubuhnya saat mendengar suara seorang wanita yang baru beberapa jam lalu sudah sah menjadi istrinya itu.

"Kamu kenapa nyusul kesini?" tanya laki-laki itu dengan lembut seraya meraih pinggang sang istri ke dalam pelukannya.

Melihat pemandangan seperti itu membuat hati Rania menjadi semakin sakit, dadanya juga terasa sangat sesak, bahkan untuk sekedar bernafas pun rasanya sangat berat. Gadis itu pun memilih untuk mengalihkan pandangannya ke atas kolam renang, meskipun ia masih dapat mendengar kemesraan mereka berdua, setidaknya ia tidak melihatnya secara langsung.

"Abisnya kamu lama banget sih, udah ditanyain mulu sama papah dari tadi. Lagian kita kan masih harus ganti baju kedua yang," jawab Adel, setelahnya wanita itu menoleh ke arah Rania yang berdiri agak jauh dari mereka berdua, "Eh Rania, kamu juga disini? Kenapa nggak kumpul sama bridesmaid yang lain?" tanya Adel dengan lembut, seraya berjalan ke arah gadis itu.

Rania yang merasa namanya dipanggil pun langsung mengalihkan pandangannya kembali ke depan, dan pada saat itulah tatapan matanya bertemu dengan tatapan lembut Adel yang sudah berdiri di depannya.

"Mm… Aku lagi cari angin sebentar Kak, soalnya di dalem panas," jawab gadis itu canggung.

Melihat Rania yang sepertinya kurang nyaman dengannya, Adel pun berusaha untuk membuat gadis kecil itu nyaman dengan cara mengelus lembut lengan Rania.

"Tapi temen-temen aku baik kan sama kamu? Kalo kamu nggak nyaman sama mereka, bilang aja sama aku," ucap wanita itu.

Hari ini, Rania memang bertugas menjadi salah satu bridesmaid, bersama dengan teman-teman Adel yang tentunya jauh lebih dewasa darinya. Rania bisa menjadi bridesmaid tentu saja karena permintaan Bayu.

Meskipun harus menanggung sakit yang luar biasa karena harus ikut menjadi bagian dari pernikahan laki-laki yang ia cintai, Rania tak masalah, asalkan dia tidak membuat laki-laki baik itu kecewa kepadanya.

"Nggak kok Kak, mereka baik semua sama aku. Tapi aku nya aja yang emang susah berbaur sama orang,"

Mendengar hal itu, Adel pun menghembuskan nafasnya lega, "Ya udah, kalo gitu take your time ya. Kalo emang nggak nyaman nggak usah dipaksa,"

"Makasih Kak, nanti kalo udah baikan aku langsung masuk lagi kok,"

Adel menganggukkan kepalanya tanda mengerti, lalu wanita itu kembali mengelus lembut lengan Rania sambil berkata, "Ya udah, kalo gitu aku sama Mas Bayu masuk duluan ya. Kita masih harus ganti baju soalnya,"

Rania menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman tipis, kemudian gadis itu pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Setelahnya, Adel pun kembali berjalan ke arah Bayu lalu menggandeng laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu, "Ayo Mas,"

"Ran, Mas pergi dulu ya," pamit Bayu pada Rania.

Setelah mendapatkan anggukan dari gadis itu, Bayu dan Adel pun langsung melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Tanpa mereka sadari, dibelakang sana ada seorang gadis yang tengah menangis sambil menatap punggung mereka berdua.

Dengan lirih gadis itu pun berbisik kepada dirinya sendiri, "Mas, semoga kamu bahagia ya,"

Mengurung diri

Tanpa terasa, sudah seminggu waktu berlalu sejak pernikahan antara Bayu dan Adel dilaksanakan. Namun sampai saat ini, Rania belum juga berhasil untuk mengusir rasa sakit dan sedih yang ada di dalam hatinya. Setiap kali ia teringat tentang kenangannya bersama laki-laki itu, setiap itu pula air matanya turun tanpa bisa dicegah.

Terlalu banyak kenangan yang terjadi antara Rania dan Bayu selama 5 tahun terakhir, dan tidak semudah itu untuk melupakan semuanya dalam waktu yang singkat.

Sangking terpuruknya dengan pernikahan pujaan hatinya itu, Rania bahkan sampai tidak keluar dari kamarnya selama berhari-hari, kecuali hanya untuk makan dan pergi ke sekolah. Setelahnya gadis itu menghabiskan waktunya hanya dengan berbaring diatas tempat tidur tanpa melakukan apapun. Mungkin terdengar lebay, namun itulah kenyataannya.

Seluruh keluarga Rania sampai merasa cemas dengan keadaan princess mereka itu. Meskipun biasanya gadis itu memang tidak terlalu banyak bicara, namun Rania juga tidak sependiam itu, apalagi sampai tidak mau keluar kamar selama berhari-hari. Baru kali ini hal seperti itu terjadi.

"Dek, adek… buka pintunya dong, bunda mau ngomong sesuatu sama adek," seru seorang wanita paruh baya dari depan kamar Rania.

Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak 47 tahun itu adalah ibu kandung dari Rania dan juga Irsyad, kakak Rania.

Saat ini Santika atau biasa dipanggil Santi tengah berdiri di depan kamar sang putri dengan raut wajah khawatir nya. Sudah hampir 10 menit ia berdiri di sana, namun putri kesayangannya itu belum juga mau membukakan pintunya.

"Bun,"

Santi memutar tubuhnya ke belakang saat terdengar suara bariton seorang laki-laki yang tak lain adalah putranya sendiri, Irsyad.

Dengan cepat, wanita paruh baya itu pun berlari mendekati sang putra yang baru saja naik ke lantai dua, "Mas, tolong suruh adek keluar Mas. Dari tadi bunda udah ketok-ketok pintunya tapi dia nggak keluar-keluar. Bunda khawatir sama keadaan Rania," ucap Santika seraya menarik lengan sang putra menuju kamar Rania yang berada di depan tangga.

"Bunda tenang dulu ya. Jangan kaya gini, nanti darah tinggi bunda naik lagi loh," peringat Irsyad pada sang bunda.

"Bunda khawatir Mas sama Rania,"

"Iya, Mas tau. Sebentar, biar Mas coba ya, siapa tau dia mau keluar,"

Setelah mengatakan hal itu, Irsyad pun langsung mengetuk pintu kayu dengan cat berwarna putih di depannya.

Tok. Tok. Tok.

"Ran, ini Mas. Buka pintunya dong,"

Ketukan pertama tak mendapatkan hasil apapun, gadis itu tetap tidak mau membuka pintunya. Membuat Santika semakin merasa cemas, apalagi sejak tadi perasaannya sangat gelisah, seperti ada sesuatu yang tengah terjadi.

Irsyad tak menyerah, laki-laki itu kembali mengetuk pintu kamar sang adik berkali-kali. Namun, hasilnya tetap sama.

"Ran, buka dong pintunya. Kamu nggak kasihan ya sama ayah sama bunda? Kalo ada masalah kita omongin baik-baik, jangan diem aja kaya gini. Kamu udah bikin semua orang khawatir tau nggak?"

Irsyad sengaja menaikkan nada bicaranya agar Rania mau membuka pintunya, karena biasanya gadis itu sangat takut kalau sang kakak sudah marah. Namun ternyata upaya nya itu tetap tidak membuahkan hasil, pintu di depannya tetap terkunci dan tertutup rapat.

"Gimana ini Mas, hari ini Rania bahkan nggak keluar buat sarapan. Apa kita telfon ayah aja?" tanya Santika memberi saran.

"Nggak usah bun, kasian nanti ayah malah kepikiran disana,"

"Terus gimana dong Mas? Bunda takut Rania kenapa-kenapa" lirih Santika dengan air mata yang mulai mengalir membasahi pipinya.

Melihat hal itu, Irsyad pun menjadi tidak tega. Sejak dulu, air mata sang ibu adalah kelemahan nya. Tanpa berpikir panjang laki-laki itu pun akhirnya berkata…

"Biar Mas dobrak pintunya,"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!