B L U R B
🚬🚬🚬🚬🚬🚬🚬
Selamat membaca...
🚬🚬🚬🚬🚬🚬🚬
Dunia itu macam hutan belantara.
Harus mampu bertahan jika tidak ingin tersisihkan atau bahkan mati karena persaingan, atau juga menjadi ‘mangsa’ dari mereka yang lebih kuat.
Namun bertahan tidak hanya butuh kekuatan, namun juga memerlukan strategi.
Tak hanya itu, nyali pun rasanya diperlukan.
Karena yang kuat banyak, namun yang kuat dan berotak?
Hmm...
Ada sih memang yang kuat serta berotak juga ..
Tapi bagaimana dengan mereka yang kuat, berotak, bernyali sangat besar dan tergolong nekat?
Tak hanya bertahan kiranya, karena orang – orang dengan kriteria itu pastinya bisa jadi penguasa.
🚬🚬🚬
“Drew----“
“Hem?----“
“Bukankah itu Dad?----“
“Haish pria tua itu. Dia mengatakan pada mom ada urusan bisnis di New York, dan melarang mom untuk ikut dengannya.”
“.....”
“Pantas saja mom mengatakan kalau dia tidak ikut serta ke New York karena dad melarangnya. Ini alasannya? Hish! Pria tua gatal itu pria mesum ternyata. Akan aku hubungi mom biar tahu rasa dia----“
“Tunggu Drew!----“
“Apa?----“
“Lihat itu----“
“.....”
“Orang-orang yang bersama dad itu, tidak seperti para pebisnis bukan?----“
“Lo benar, R. Alih – alih bussinessman, mereka lebih terlihat macam mafia----“
“Kita punya pemikiran yang sama kalau begitu, Drew...”
“Ayo, siapa tahu pria tua itu sedang dalam masalah----“
“Gue rasa engga... Lo liat itu ada Uncle August dan Paul bersamanya berikut orang-orang mereka...”
“Tetap saja R, gue rasa kita perlu ke tempat dad sekarang...”
“Tapi bukankah kita punya kemungkinan mendapat sekedar alasan dari dad alih-alih yang sebenarnya kalau kita datang dari ‘pintu depan’?----“
“Ayo cari 'pintu belakang' kalau begitu...”
***
“Wait, Drew----“
“Kenapa?----“
“Mereka bukan orang-orangnya dad----“
“So?----“
“Kita ga mungkin bisa mendobrak masuk begitu saja----“
“Lawanlah kalau mereka pakai kekerasan----“
“Tangan kosong versus guns?----“
“Kakak ganteng takut?----“
“Heh!”
***
BANGG!
“Dad!”
***
“DAD!”
“Andrew? Reno?----“
“What the----“
“Dad??----“
“Come here then sons.”
“Siapa Dad sebenarnya?”
🚬🚬🚬
🚬🚬🚬
PART 1 / AWAL
🚬🚬🚬🚬🚬🚬🚬
Enjoy the story mulai dari sini.
🚬🚬🚬🚬🚬🚬🚬
Jakarta, Indonesia ..
Mentari yang amat bersinar di pagi hari, menyoroti dua pemuda tampan dengan perawakan berbeda di sebuah lapangan basket pada sebuah taman komplek perumahan elit.
“Lo kapan ada rencana ke London, Drew? ..”
Salah seorang dari dua pemuda yang sedang bermain basket man to man defence alias satu lawan satu, bertanya pada satu pemuda lainnya.
“Lihat mood –“
“Lihat mood, apa masih penasaran sama itu cewe anak anggota dewan yang rumahnya di ujung sana? –“
“Hahaha!!!! ..” pemuda yang sedang dicibir itu tertawa dengan lepasnya.
“Cewek aja otak lo, Ndrew .. Ndrew ..”
“Paling engga bisa bantu gue mempertahankan kredibilitas sebagai most wanted and cool boy, dan ga dianggap ga laku lagi gara – gara gue keseringan bareng sama itu satu cewek jadi – jadian!”
Dukk!
“Sembarangan aja lo bilang si Fania cewek jadi – jadian! Adik kesayangan gue itu!”
Pemuda pertama menyergah dengan cepat ucapan pemuda kedua yang adalah sahabat karibnya, bahkan sudah macam saudara kandung saking karibnya – dengan menjadikan bola basket yang ia pegang sebagai senjata karena tidak terima jika gadis yang ia sebut sebagai adiknya itu di bilang cewek jadi – jadian oleh sang sahabat.
Pemuda pelaku pelemparan bola pada satu pemuda yang bersamanya itu bernama Reno.
Moreno Alexander – lengkapnya. Reno – panggilannya.
Dan sekali lagi, si pemuda kedua yang disebut ‘Ndrew’ oleh Reno itu, tertawa dengan lepasnya.
🚬🚬🚬
“By the way, mana itu si Demi Moore KW?” ‘Ndrew’ yang mana lengkap dari panggilannya tersebut adalah Andrew.
Andrew Eager Adjieran Smith, lengkapnya.
Dimana yang bersangkutan baru saja bertanya pada satu – satunya orang yang sedang bersamanya saat ini, Reno.
“Pasti adik lo itu tersangkut di pujasera, Ren!” ucap Andrew lagi pada Reno, yang terkadang ia sebut saja Reno dengan inisial nama panggilannya. “Bukannya olahraga, malah jajan!”
Reno pun kemudian mendengus geli setelah mendengar gerutuan kecil Andrew.
“Kebiasaan!”
Andrew menggerutu lagi.
“Ayolah kita susul.”
Reno itu kemudian berkata, sambil ia berbalik dan melangkahkan kakinya menjauh dari Andrew di lapangan basket yang kemudian mengekori Reno.
🚬🚬🚬
“Kan, kelakuan? –“
“Biar sih. Si Little F mau jajan kan haknya dia juga!” tukas Reno ketika ia dan Andrew sudah menjejakkan kaki mereka di sebuah pujasera yang tak jauh dari lapangan tempat mereka berdua bermain basket tadi.
Dimana mata kedua cogans itu tertuju ke arah yang sama pada satu barisan meja yang tertata di sebuah pujasera dalam komplek perumahan, yang Andrew dan Reno datangi saat ini.
“Ya lagian itu anak bukannya olahraga malah jajan! ..”
“Udah!”
Reno menyergah Andrew yang nampak sebal itu.
“Awas loh! Jangan marahin dia!” ketus Reno.
“Iyaa Kakak Reno ..” sahut Andrew malas.
Reno mendengus geli saja. Lalu melangkahkan kakinya bersama Andrew menuju meja dimana ada gadis berambut bondol yang sedang duduk asik di sana dengan menikmati sendokan makanan yang entah apa, dari dalam sebuah mangkok.
“Eh, lo berdua udah selesai maen basketnya? ..”
“Belum sebenarnya –“
“Tapi gara – gara ada yang tau – tau menghilang, jadi gue sama Reno berhenti main basketnya –“
🚬🚬🚬
Gadis remaja yang sebelumnya disindir Andrew itu menunjukkan cengiran lebar sebelum ia menanggapi ucapan Andrew tadi.
“Takut gue ilang yaa?? –“
“Heh! Masa bodo amat gue sih kalau lo hilang!”
Andrew menukas ketus ucapan gadis remaja yang ia kenal melalui Reno itu.
“Lagian, macam ada yang mau culik lo aja?! ..” ketus Andrew lagi. “Dekil begini!”
Mulut Andrew memanglah akan longcer seenaknya, kalau sudah mencibir gadis remaja yang sedang duduk bersebrangan dengannya itu.
Dimana yang bersangkutan langsung mendelik tajam ke arah Andrew yang nampak memandanginya dengan setengah sinis setelah mencibirnya itu.
Nampak ingin menanggapi tajam ucapan Andrew yang mengatainya, namun Andrew sudah keburu lagi bicara.
“Sampai sekarang gue sih heran, Reno yang ganteng begini mau aja mengangkat cewek dekil macam lo jadi adiknya? –“
🚬🚬🚬
Kala itu,
“Halo, Bun.”
Adalah Andrew yang menyapa seorang wanita berwajah keibuan, yang memang adalah seorang ibu. Namun bukan ibu kandung Andrew.
“Eh, Andrew? Kapan datang, Nak? .. Reno ga bilang kamu mau dateng ke Jakarta hari ini.” Melainkan adalah ibu kandungnya Reno.
“Memang ga ada rencana, Bun –“
“Michelle ga ikut?”
“Nope –“
--------
“By the way, Bun,” cetus Andrew.
Sambil Andrew melangkah ke arah kulkas yang berada tak jauh dari meja makan di rumah Reno itu.
“Reno di kamar?” tanya Andrew kemudian.
“Engga, Reno lagi ngajak Fania beli sesuatu di pujasera komplek –“
“Fania? ..” cetus Andrew bertanya – tanya.
🚬🚬🚬
“Yang gue pikir dari namanya, gue membayangkan itu cewe imut – imut lucu nan menggemaskan. Eh taunya, seperti ini bentukannya ..”
Andrew melirik malas gadis remaja di seberang duduknya itu.
“Dekil! Cewe jadi – jadian –“
Takk!
“Sembarangan aja lo ngatain adek gue!”
Yang merasa sebagai kakak angkat sang cewek yang dikatai Andrew, tak terima jika adik angkatnya yang lucu dan menggemaskan baginya itu dikatai dekil.
Menggunakan kotak tusuk gigi yang ia jadikan senjata untuk menimpuk Andrew yang sering seenaknya mulutnya itu jika sudah mengatai gadis tomboi yang Reno sudah anggap sebagai adiknya sendiri, Reno memperingatkan sahabatnya itu.
“Tau lo ngatain gue terus! Naksir lo sama gue nanti –“
“Hah!” sambar Andrew. “Mimpi!”
“Nanti lo bakal mimpi – mimpiin gue saking kesengsem –“
“Mimpi buruk!”
Dua orang berbeda gender itu kemudian adu mulut seperti selalunya.
Dan Reno hanya geleng – geleng saja melihatnya.
‘Andrew nih, ga banyak omong kalau di depan cewe – cewe lain meski hobi tebar pesona. Tapi asal ketemu Fania, Andrew jadi cerewet minta ampun.’
“Aduh sakit Fania!”
“Sukur!”
“Udah dekil, kasar lagi –“
“Bodo!”
“Ini lagi nih, makan apaan nih?!”
“Emih lah! Siwer mata lo?!”
“Ini kalau begini lo bukan makan mie! Tapi makan saus! Coba lihat tuh Ren! adik lo tuh pakai saus sampai buat itu mie nya ketutup?! Mau usus buntu lo?! Bla .. bla .. bla ..”
Andrew pun merepet.
“Bawel lo!”
“Hey Demi Moore kei double you ( KW ), gue kasih tahu buat kebaikan dan kesehatan lo ya –“
“Ga peduli!”
“Ini anak kalau dibilangin –“
“Gue bukan anak lo!”
“Hish!! –“
“Ih apaan sih?! Balikin ga mi gue?!”
“Ga!”
“Balikin mi gue Donal Bebek Botak!”
Dan Reno membiarkan saja dua orang yang jarang akur bila bertemu itu gaduh sendiri.
‘Hanya gue ga terbayang, gimana kalau sampai satu sekolah yang takut sama ini manusia botak yang mukanya sangar, dengar kalau Little F panggil dia dengan sebutan Donald Bebek Botak ..’
Reno membatin geli kemudian.
‘Yakin merosot harga diri Andrew bakalan ..’
🚬🚬🚬🚬🚬🚬🚬
Ditunggu episode berikutnya yaaa.
♠♠♠♠
Halo semuaa .....
Ketemu lagi dengan Emaknya Queen di karya barunya si Emak yang receh ini.
Semoga bisa jadi penghibur di kala gabut.
***Semoga syuka jugaa .....
Loph Loph,
Emaknya Queen.***
Selamat membaca...
🚬🚬🚬🚬🚬🚬🚬
Pada suatu hari,
“Halo, Bun.” Seorang cowok kepalanya tak berambut mencetuskan sapaan dari mulutnya pada seorang wanita yang merupakan ibu dari Moreno Alexander. Alias Reno.
Dia Andrew Eager Adjieran Smith.
Alias Andrew.
Cowok yang sudah mengenal seorang Moreno Alexander sedari kecil, hingga pada akhirnya dekat dan katakanlah jika kedua cowok itu kemudian bersahabat.
Bahkan sejak remaja belia, sudah jadi macam saudara kandung karena Andrew dan Reno memang begitu dekat seiring mereka kenal satu sama lain dan karena memang intens juga bertemu atas pertemanan orang tua keduanya.
Ibu Andrew dan Reno bersahabat, karena sudah memang kenal lama atas ayah Andrew yang menjalin kerjasama dengan perusahaan milik keluarga Reno yang dipegang kakeknya saat beliau masih hidup.
Lalu saling mengenalkan keluarga masing-masing, hingga keakraban macam keluarga dalam satu silsilah terjalin antara keluarga Andrew dan Reno---dimulai dari para orang tua keduanya. Merambat pada Andrew dan Reno yang menjadi dekat macam saudara kandung itu kemudian.
Hingga keduanya pun saling menganggap orang tua masing-masing layaknya orang tua sendiri, meski Andrew hanya begitu dekat pada ibunya Reno saja. Kalau dengan ayah Reno, Andrew biasa saja. Tapi kalau dengan ibu kandung Reno, Andrew cukup dekat. Bahkan tak segan untuk bermanja padanya.
“Eh, Andrew? Kapan datang, Nak? .. Reno ga bilang kamu mau dateng ke Jakarta hari ini?” seorang wanita yang kiranya seusia ibunya Andrew, yang merupakan ibunya Reno---menyahut dan menyambut kedatangan Andrew dengan sedikit keterkejutan. Andrew yang datang ke rumah Reno itu langsung menjawab pertanyaan ibundanya Reno tersebut.
“Memang ga ada rencana, Bun....“ jawab Andrew sambil ia mendekati ibunda Reno yang biasa ia panggil dengan sebutan ‘Bunda’ itu, sama sebagaimana Reno memanggil ibu kandungnya tersebut.
Ibunda Reno yang sedang nampak sibuk menyiapkan makanan yang beliau atur dengan begitu apik di meja makan dalam rumahnya itu, kemudian menjeda kegiatannya dan berjalan mendekati Andrew yang sedang mendekatinya.
“Michelle ga ikut?” tanya ibundanya Reno. Bunda Rina---sebut saja begitu---yang bertanya seraya tersenyum pada Andrew yang kemudian sedikit merentangkan tangannya, lalu menyapa Bunda Rina dengan pelukan.
Andrew pun langsung menjawab pertanyaaan Bunda Rina tersebut. “Nope....“ kata Andrew sambil mengurai pelukannya pada Bunda Rina, serta sempat juga mengecup pipi kanan dan kiri wanita yang memiliki aura kelembutan begitu nyata itu.
🚬🚬
Andrew lalu mendudukkan dirinya di salah satu kursi meja makan dalam rumah keluarga Reno, dimana dimejanya---telah tertata beberapa jenis makanan dengan nampak apik. “Mau langsung makan sekarang, Drew?” tanya Bunda Rina pada sahabat karib anaknya yang sudah juga ia anggap anak sendiri itu, karena sudah mengenal Andrew dari sejak sahabat putranya tersebut masih balita.
Andrew menggeleng setelah mendengar tawaran dari Bunda Rina. “Nanti saja bareng Reno, Bun.... dia di kamar?....” Lalu Andrew menjawab Bunda Rina dengan juga mencetuskan pertanyaan.
Bunda Rina menggeleng, sambil ia menjawab.
“Engga, Reno lagi ngajak Fania beli sesuatu di pujasera komplek....“
Dan Andrew langsung mengernyit kecil di tempatnya, “Fania? ..” cetus Andrew bertanya – tanya, sambil ia memandang kepada Bunda Rina.
Bunda Rina mengangguk kecil, lalu sudah hendak menjawab pertanyaan Andrew yang ia lihat sedang nampak heran itu.
“T –“
“Pacarnya Reno?” namun keburu didahului Andrew yang bertanya lagi.
“Bukan.”
Bunda Rina segera menjawab Andrew.
“Sepupu?”
Andrew bertanya lagi.
“Eh, tapi Reno hanya memiliki tiga sepupu dari pihak keluarga Uncle Pete yang mana tidak ada yang akrab dengan anak Bunda yang terlalu dingin pada siapapun itu, dan itupun laki – laki semua, kan?”
Namun Andrew malah langsung menjawab pertanyaannya sendiri.
Bunda Rina mengangguk sambil ia tersenyum geli mendengar cerocosan Andrew tersebut.
“Lalu siapa Fania? cewek kan itu kalau dengar dari namanya? –“
“Iya lah cewek! Namanya aja Fania. udah jelas kedengeran manis gitu namanya?”
“Manis juga orangnya? –“
“Semanis gula....”
🚬🚬
Andrew langsung tersenyum lebar setelah mendengar ucapan Bunda Rina atas pertanyaan isengnya, dan ia pun langsung berkomentar.
“Kalau Bunda sudah bilang seperti itu, maknanya gadis itu benar-benar manis. Ah aku jadi penasaran –“
“Penasaran boleh, tapi coba dijadiin pacar ga boleh –“
“Kenapa begitu? Bunda tadi bilang dia bukan pacarnya Reno? Jadi sah – sah aja dong kalau aku mau mendekati itu cewek yang namanya Fania? –“
“Mau coba dekati dia sebagai teman boleh, lebih dari itu, No.”
“Why?....”
Andrew menunggu penjelasan.
“Pertama, Moreno udah menyayangi Fania layaknya adik kandung.”
Bunda Rina pun mulai memberikan Andrew penjelasan.
"Kapan kenalannya Reno sama itu cewek? tau - tau udah sayang - sayang aja? -"
"Ya kamu kan dari sejak Reno kenal sama Fania, baru ini ke Jakarta lagi, kan?"
"Iya sibuk sama gebetan baru -"
Bunda Rina geleng-geleng kecil saja mendengar ucapan Andrew barusan.
"Terus sekarang ke sini, pasti udah bosen sama gebetannya? -"
"Betul sekali!"
Sekali lagi Bunda Rina geleng-geleng kecil.
"Ya udah terusin soal si.... siapa itu tadi cewe yang katanya udah disayang sama Reno?"
"Fania."
"Iya itu."
“Ya pokoknya kamu ga boleh coba-coba godain Fania. Ga cuma Reno, tapi Bunda juga udah menyayanginya. Jadi tidak akan Bunda biarkan Fania dideketin terus dimainin sama playboy macam Andrew Adjieran Smith ini, biar dia kaya dan ganteng juga.”
Andrew langsung terkekeh kecil mendengar ucapan Bunda Rina barusan. Dan wanita yang berwajah teduh serta bersuara lembut itu tersenyum geli.
“Lalu alasan yang kedua? –“
“Fania masih kelas dua SMP.”
“Hah?!”
🚬🚬
“Kok Reno bisa temenan sama anak kecil?” tanya Andrew setelah ia sempat tercengang. Dirinya tak habis pikir.
“Ga sengaja –“
“Ga sengaja gimana sampai Reno bisa berteman sama anak kelas dua SMP? Cewe lagi? –“
“Waktu Reno lagi ke PIM, Fania muncul lalu langsung tanya sama Reno soal tempat naik angkutan umum....”
“Dia pindahan dari luar kota?”
Bunda Rina menggeleng menjawab pertanyaan Andrew tersebut.
“Fania asli sini, tapi baru itu katanya dia main jauh karena diajak sama temen-temennya.”
“Heemm.”
“Terus karena Reno liat Fania kebingungan, jadi Reno menawarkan Fania untuk diantar sama dia, sama Pak Yanto juga.”
🚬🚬
“Kan kamu tau, biarpun anak Bunda dingin begitu, tapi dia punya rasa ga tega sama orang lain cukup besar? –“
“Tapi seengga teganya Reno, dia kan super cuek sama yang namanya cewe? Jadi tumben sekarang dia bisa ga tega sama itu cewe bernama Fania?”
“Yah mungkin karena Reno lihat kalo Fania itu kira-kira seusia Michelle?”
“Lalu Reno sekarang bisa jadi akrab terus sayang segala sama dia?”
“Mereka ketemu lagi di toko buku setelah beberapa hari dari Reno anter Fania pulang waktu itu –“
“Terus? Habis ketemu lagi bisa langsung akrab begitu? Biarpun anak Bunda itu ketua OSIS, tapi dia kan cueknya bukan main? Apalagi sama cewe? Anak SMP pula!”
Andrew bercerocos.
“Aneh kan? –“
“Sangat....” tukas Andrew.
Bunda Rina lalu langsung tersenyum.
“Karena Fania unik –“
“Unik? –“
“Hmm –“
“Uniknya?”
Andrew penasaran.
“Nanti kamu lihat sendiri.”
Bunda Rina menjawab yang makin menambah rasa penasaran Andrew. “Unik karena terlalu cantik?”.
“Cantik itu relatif, dan kadang membosankan untuk dipandang. Yang manis yang ga ngebosenin. Dan Fania sangat manis –“
🚬🚬
Andrew tersenyum geli kemudian setelah mendengar Bunda Rina yang memuji seorang gadis yang tidak Andrew kenal.
“Aku jadi makin penasaran karena Bunda memuji si Fania itu sampai begitu....” ucap Andrew kemudian, dan Bunda Rina pun terkekeh kecil---lalu sejenak tidak ada pembicaraan diantara Bunda Rina dan Andrew, karena ibundanya Reno itu melangkahkan kakinya ke dapur---lalu Andrew meraih apel yang ada di atas sebuah wadah saji untuk buah dihadapannya, kemudian menggigit apel tersebut---sambil menunggu Bunda Rina kembali ke dekatnya.
“Kamu mau dibuatkan minum apa, Drew?....”
Lalu tak lama selang Andrew sedang menikmati apel yang ia ambil dari wadahnya, Bunda Rina telah kembali mengajaknya bicara, seraya bertanya.
“Anything asal dingin, Bun....” jawab Andrew.
Bunda Rina pun mengiyakan, lalu bicara pada salah seorang artnya untuk menyajikan minuman kepada Andrew.
“Kenapa sih kamu kalau ke sini ga pernah ajak Michelle?” tanya Bunda Rina pada Andrew lagi selepas ia bicara dengan salah seorang artnya.
“Malas jadi baby sitter ..” jawab Andrew santai. Dan Bunda Rina langsung geleng – geleng kecil saja setelah mendengar jawaban Andrew.
“Kamu nih. Orang adik kamu sendiri. Ya wajar lah kamu jagain dia,” ucap Bunda Rina kemudian.
“Repot, Bun –“
“Repot gimana sih?”
“Ya repot kalau aku ajak Michelle ke sini jika dad dan mom tidak ada di Jakarta. Karena Michelle akan selalu minta ikut kemana aku pergi.”
“Ya kenapa memang? ..”
“Ya repot dong Bun. Masa iya aku bawa si Michelle saat aku mau pergi dengan cewe?”
Andrew dengan sifatnya yang santai itu, menjawab dengan sikap tersebut pada Bunda Rina yang sudah memahami sifat Andrew tersebut.
“Kamu nih. Cewe aja terus.”
Dan Bunda Rina juga bukan tipikal orang tua yang kaku.
Selain beliau sudah cukup maklum dengan sikap Andrew, seperti dia memaklumi sifat anak kandungnya sendiri.
“Salahkan cewe – cewe itu yang suka flirting dengan aku.”
Andrew kemudian berucap setelah ia tersenyum geli mendengar ucapan Bunda Rina yang sudah Andrew anggap macam ibu kandungnya sendiri itu.
Bahkan Andrew betah berlama – lama dengan Bunda Rina, karena wanita itu begitu lembut, dengan tutur kata yang halus berikut suaranya yang selembut beledu.
Sungguh jauh berbeda dengan ibu kandung Andrew yang walaupun penuh perhatian dan kasih sayang padanya -- namun suaranya – apalagi kalau sudah merepet, kuping Andrew akan jadi pengang dalam sekejap.
Namun begitu, tetap Andrew sangat menyayangi ibu kandungnya tersebut.
“Dan Kalau yang flirting dengan aku itu cewe cantik, ya aku sambat daripada mubazir.”
Andrew lalu menambahkan ucapannya, sambil ia mengerling pada Bunda Rina yang langsung terkekeh kecil.
“Makanan kali mubazir,” celetuk Bunda Rina kemudian.
Andrew pun tersenyum geli sekali lagi, lalu manggut – manggut kecil---saat Bunda Rina kemudian menasehatinya.
“Tapi inget, pacarannya jangan kebablasan .. kamu masih sekolah. Selain, ingatlah selalu untuk menghargai yang namanya perempuan. Karena sebaiknya laki – laki, adalah yang bisa menjaga kehormatan perempuan.”
“Iya, Bun. Aku akan selalu mengingatnya,” jawab Andrew. “Aku juga punya adik perempuan kan? Yang tidak aku akan biarkan ada laki – laki yang berani mempermainkan, apalagi memanfaatkannya. Dan untuk itu aku harus memulainya dari diriku sendiri, bukan begitu Bunda Rina yang lembut? Yang jauh berbeda sekali dengan Mom Erna yang suaranya nyaring itu ..”
Andrew lalu geleng –geleng.
“Haish ..”
Berkesah kemudian.
“Seingatku aku tidak pernah melihat mom bicara selembut Bunda?” tambah Andrew dengan wajah yang dibuat memelas. “Aku rasa mom mengkonsumsi burung beo tanpa kita ketahui ..”
Bunda Rina jadi langsung terkekeh geli.
‘Kalau Erna aja Andrew keluhkan nyaring suaranya, bagaimana nanti bila Andrew bertemu Fania lalu mendengar suaranya? ..’
Bunda Rina membatin kemudian, sambil mengulum senyum gelinya. Lalu ia langsung kembali lagi bertanya pada Andrew yang langsung menjawab pertanyaannya.
“Eh iya Andrew, ini kan hari minggu. Kalau kamu ke sini hari ini, besok kamu sekolah gimana? ..”
“Aku mau pindah sekolah ke sini, Bun.”
“Oh, ya?”
“Iya.” Andrew dengan cepat menimpali ucapan Bunda Rina yang sedikit terkejut itu.
“Kenapa? Bukannya cewe – cewe Bandung cantik – cantik? ..”
“Di sini juga banyak cewe cantik.”
“Ya terus kenapa kamu pindah? .. Kasihan dong Michelle jadi sendirian di Bandung? eh ada Jeff di sana ya? ..”
Andrew lalu mengangguk kecil sebelum ia menjawab ucapan Bunda Rina barusan.
“Michelle akan pindah ke London, Bun. Dan aku sudah bosan di Bandung.Michelle memang sudah merengek ingin tinggal di London sejak lama. Tapi dad belum lama baru mengiyakan. Entah apa alasannya meninggalkanku dan Michelle sedari kecil di Bandung saat mereka dad dan mom memutuskan untuk tinggal di London."
"Anthony pasti punya alasan kuat untuk itu. Mungkin masih repot dengan bisnis dan Erna juga mengelola Yayasan milik keluarga dad kamu kan, dan Yayasan itu sudah jadi tanggung jawab Erna sepenuhnya. Belum lagi kalau dad kamu sedang ada perjalanan bisnis, Erna pasti ikut kan? --"
"Iya sih --"
"Jadi mungkin karena di Bandung waktu itu masih ada Opa Putra dan keluarga kalian yang lain, Anthony lebih tenang meninggalkan kamu dan Michelle di sana daripada harus membawa kalian ke London lalu benar-benar diasuh sama baby sitter --"
"Ya mungkin Bunda benar."
"Toh kamu dan Michelle selain sering diajak ke London saat liburan, juga sering dikunjungi oleh Anthony dan Erna. Dan mereka juga tidak pernah singgah sebentar untuk menyediakan waktu buat kalian. Bahkan Reno, Jeff dan John sebelum dia memilih buat sekolah di Amrik aja kebagian perhatiannya Anthony dan Erna."
Andrew lalu manggut-manggut.
"Jeff kemungkinan juga akan move ke London.”
“Nah lalu kenapa kamu memilih Jakarta untuk pindah sekolah? Kenapa ga ke London juga? ..”
“Nanti Bunda ga ada yang jaga? Uncle Pete kan sama sibuknya macam dad ..”
Andrew menyahut, sambil ia merebahkan kepalanya dengan manja di salah satu pundak Bunda Rina.
“Reno juga udah cukup buat jaga Bunda –“
“Iya sih, percaya,”
Andrew menimpali balasan Bunda Rina atas ucapannya soal menjaga ibu kandung Reno, dengan makna candaan itu.
“Tapi berhubung aku dan Reno adalah soulmate, jadi aku rasa aku harus selalu berada di dekatnya. Selain aku ingin memastikan agar dia tetap berada di jalan yang lurus sebagai laki – laki normal, karena aku tidak pernah melihatnya tertarik pada cewe sedikit pun.”
Bunda Rina jadi terkekeh lagi setelah mendengar ucapan Andrew barusan itu.
“Insya Allah anak Bunda normal .. Lagian Reno ga playboy macam kamu –“
🚬🚬
Andrew terkekeh mendengar ledekan dari Bunda Rina itu, “No, Bun. Aku bukan playboy. I’m a badboy. Badboy yang mudah menaklukkan cewe,” balas Andrew kemudian pada ibu kandungnya Reno tersebut.
“Dasar. Nanti suatu hari, kamu yang akan ditaklukkan oleh seorang cewe yang membuat dunia kamu jungkir balik ..”
Andrew tergelak, lalu berkata setelahnya, selepas Bunda Rina memperingatkannya---yang Andrew tanggapi dengan remeh.
“Haha .. Itu tidak akan mungkin, Bun.”
“Tidak akan ada dalam kamus hidupku, bila aku akan takluk pada seorang cewe –“
“Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, jika Yang Maha Kuasa sudah berkehendak.”
“Iya, iya ..”
Andrew menyahut. Memilih mengalah saja pada Bunda Rina yang kemudian langsung tersenyum mendengar sahutan Andrew tersebut.
“Tapi tetap aku tidak akan pernah takluk pada seorang cewe.”
Andrew menambahkan ucapannya, dan Bunda Rina tersenyum lagi – lalu mengusap kepala Andrew dengan sayang.
“By the way, Reno udah dari tadi perginya dengan si Fania itu atau belum lama?”
“Sebentar lagi juga balik, cuma beli coklat sama es krim aja. Katanya Reno janji mau belikan buat Fania, tapi dia lupa ..”
“Katanya bukan pacar? Tapi kedengarannya Reno perhatian banget sama itu cewe? Mungkin Reno naksir kali sama itu si Fania? kan ga sedikit anak SMP yang perawakannya macam anak SMA?”
Andrew mencetuskan dugaannya.
‘Dan itu membuat gue semakin penasaran sama cewe yang namanya Fania itu ..’
Lalu Andrew membatin setelahnya.
“Bagi Reno, Fania udah dianggap adik kandungnya sendiri seperti Michelle –“
“Tapi Reno ga seperhatian dia pada si Fania itu ke Michelle, kalau aku tangkap gambarannya dari perkataan Bunda –“
“Ya itu kan Michelle juga sama tertutupnya macam Reno .. dan Fania saangat berbeda dengan Michelle –“
“That’s why aku sangat – sangat penasaran dengan si Fania itu, yang bisa buat Reno yang dingin macam kulkas, jadi begitu perhatian pada seorang cewe.”
“ASALAMUALAIKOM! ..”
Lalu sepersekian detik setelah Andrew berkata pada Bunda Rina, suara amat sangat nyaring terdengar dari arah pintu depan rumah Reno.
“Astaga!”
Teramat sangat nyaring, sampai Andrew terperanjat lumayan kaget di tempatnya.
Lalu didetik berikutnya, Andrew yang sudah berdiri dari duduknya itu, memperhatikan dengan seksama sosok yang datang bersama Reno, lalu menghambur dengan ceria kepada Bunda Rina.
“Dia?? Yang namanya Fania?? ..” tanya Andrew sambil menunjuk makhluk yang sudah berdiri di samping Bunda Rina dengan menyilangkan tangannya ke satu lengan sang Bunda yang langsung mengangguk mengiyakan tebakan Andrew.
Andrew mengernyit kemudian.
‘Cewe?? ..’
Lalu membatin dengan matanya yang tak putus memperhatikan makhluk yang kalau dari namanya iya nama cewe, tapi tampilannya ga ada keliatan ada cewe – cewenya.
Rambutnya super pendek, lalu kaos yang dipakai jelas bukan kaos cewe. Belum lagi celana jeans gombrong dan sepatu kets. “Yakin dia cewe nih???? ..” celetuk Andrew meragukan gender makhluk asing didepannya itu.
Dimana yang bersangkutan langsung melepaskan kaitan tangannya dari lengan Bunda Rina dan langsung berkacak pinggang sambil mendelik dan berkata ketus pada Andrew, “Maksud Lo Apa Ngomong Begitu?!”
“Ga Ada Maksud Apa-Apa!”Andrew pun langsung menjawab tak kalah ketus. “Wajar dong gue tanya lo cewe Apa cowo karena Penampilan lo begini?? Karena seumur hidup, baru ini gue liat cewe yang tampilannya macam lo ini ..“ tambahnya.
Dan yang sedang berhadapan dengan Andrew pun kembali berucap dengan ketus, membalas ejekan Andrew padanya.
“Lo Aja Yang Udik! Ga Pernah Liat Cewe Keren! –“
“Heu?!” Andrew langsung melongo.
Sementara Bunda Rina dan Reno terkekeh tanpa suara di tempat mereka.
“Seenaknya Ngatain Guee?! Lo Tuh Yang Ga Usah Sok Ganteng! Pala Lo Aja Kayak Bohlam! –“
‘What the ..’
Andrew melongo lagi dan langsung membatin tak percaya kalau sosok yang ia ragukan gendernya itu bahkan berani sekali mengatainya.
‘Gue rasa mata Bunda bermasalah waktu bilang ini anak manis ..’ batin Andrew lagi. ‘Dari sisi manapun, ini anak ga ada manis – manisnya. Dan suaranya ya ampuun!!! Suara mom aja udah bisa bikin sakit telinga. Tapi si Fania ini lebih parah!‘
Dan sementara Andrew melongo sambil membatin, Bunda Rina dan Reno langsung tergelak setelah Andrew mendapat ledekan tajam dari makhluk yang sedang berkacak pinggang dengan berekspresi judes pada Andrew itu, dimana yang bersangkutan mengeluarkan kalimat yang membuat geli perut Reno dan Bunda Rina.
🚬🚬🚬🚬🚬🚬🚬
Nikmatin aja dulu.
Selamat membaca...
🚬🚬🚬🚬🚬🚬🚬
Back to present day,
“Yang gue pikir dari namanya, gue membayangkan itu cewe imut – imut lucu nan menggemaskan. Eh taunya, seperti ini bentukannya ..”
Ada Andrew yang setengah menggumam sambil melirik malas gadis remaja di seberang duduknya itu. Yang orangnya langsung memandang pada Andrew namun tak membalas ucapan Andrew yang meledeknya itu.
Hanya si gadis menjulurkan lidahnya saja pada Andrew, lalu kembali fokus ke makanan pada mangkok yang ada dihadapannya. Fania namanya.
Yang tetap bersikap masa bodoh, meskipun Andrew meledeknya lagi.
“Dekil! Cewe jadi – jadian –“
Takk!
Sebuah kotak tusuk gigi sampai ke dada Andrew.
Namun bukan Fania pelakunya.
“Sembarangan aja lo ngatain adek gue!”
Namun cowok yang duduk disamping Fania pelakunya.
Dia yang sudah mengklaim dirinya adalah kakak angkat sang Fania, tak terima jika adik angkatnya yang lucu dan menggemaskan baginya itu dikatai dekil oleh Andrew.
Reno.
Menggunakan kotak tusuk gigi yang ia jadikan senjata untuk menimpuk Andrew yang sering seenaknya mulutnya itu jika sudah mengatai gadis tomboi yang Reno sudah anggap sebagai adiknya sendiri.
🚬
Andrew berdecak malas kemudian.
Lalu si cewe berinisial F, Fania -- yang tadi Andrew katai itu, kemudian terdengar suaranya setelah Reno membelanya.
“Tau lo ngatain gue terus! Naksir lo sama gue nanti –“
“Hah! Mimpi!” sambar Andrew. Lo adegan yang sejak dua makhluk yang sedang nampak adu mulut itu bertemu sering terjadi di hadapan Reno, sedang terjadi lagi.
Andrew dan gadis bernama Fania itu kembali adu mulut ga jelas.
“Nanti lo bakal mimpi – mimpiin gue saking kesengsem –“
“Mimpi buruk!”
Dimana adu mulut ga jelas itu, seringnya ditambah dengan kekerasan fisik dari Fania pada Andrew.
Bukan kekerasan fisik yang berarti sih.
Namun cukup bisa membuat Andrew meringis.
Seperti sekarang contohnya. “Aduh sakit Fania!”
Andrew mengaduh karena beberapa kuku dari jari Fania digoreskan ke salah satu lengannya.
Tak seberapa panjang, namun cukup bisa membuat Andrew merasakan perih di salah satu lengannya itu.
“Sukur!”
“Udah dekil, kasar lagi –“
“Bodo!”
🚬
Dan memang dari sejak pertama, gadis bernama Fania itu tidak pernah bersikap ramah pada Andrew.
Begitupula Andrew pada Fania.
Namun begitu, Andrew entah kenapa jadi betah aja gabung sama Reno kalau sedang bersama Fania.
Malah menurut Reno, walau Andrew Reno akui lebih supel dari dirinya dan senang nongkrong—berbeda dengan dirinya yang lebih suka berada di rumah, namun Andrew biasanya masa bodoh dengan orang – orang disekelilingnya.
Tidak mau tahu urusan orang lain, apalagi kalau tidak ada hubungannya dengan diri Andrew. Tapi sejak—katakanlah sering berkumpul dengan Reno yang sedang bersama Fania, Andrew—Reno perhatikan, cukup punya perhatian – perhatian kecil pada Fania.
Walau Andrew tak pernah sekalipun bicara lembut pada Fania.
Seperti sekarang ini contohnya. “Ini lagi nih, makan apaan nih?!” tanya Andrew pada Fania sambil mendelik melihat mangkok di hadapan Fania, yang orangnya langsung menjawab pertanyaan Andrew yang seperti selalunya, bernada ketus pada Fania.
“Emih lah! Siwer mata lo?!” dan Fania pun juga sama, akan menjawab Andrew dengan sama ketusnya. Selalu terlihat masa bodoh dengan apa yang Andrew katakan padanya. Tak pernah bersikap lembut apalagi imut pada Andrew.
Padahal Andrew punya tampang yang sebelas dua belas gantengnya sama Reno. Hanya Andrew terlihat lebih garang dengan proporsi tubuhnya yang lebih agak berotot dari Reno.
Memang Andrew masih SMA, tapi darah blasteran dimana gen ayahnya yang orang bule itu lebih mendominasi, menjadikan tubuh Andrew memang lebih diatas rata-rata cowo diusianya.
Lalu cowo itu rajin olahraga. Bahkan terkesan mencandui olahraga, yang mana membuatnya jadi sering melakukan hal tersebut, hingga tubuh Andrew jadi begitu atletis dengan sedikit otot yang berlebih.
Tidak seatletis Andrew, namun bukan berarti tubuh Reno lembek. Karena Reno juga atletis hitungannya, atas perutnya yang rata namun kencang pada porsinya. Pas dengan tubuhnya yang tinggi, walau tidak setinggi Andrew.
Andrew mah tiang sutet, kalau kata Fania.
🚬
Reno kapten basket di sekolah, yang seperti Andrew—olahraga adalah hobinya selain membaca.
Jadi tubuh Reno ya memang atletis. Layaknya tubuh seorang kapten basket. Tinggi dan tegap tanpa ada timbunan lemak di tubuhnya.
Lalu jika Reno dan Andrew berdiri mengapit Fania yang sama berdiri, pemandangan pun akan terlihat cukup timplang.
Karena tinggi Fania hanyalah sebatas ketiaknya Reno. Makanya Andrew memanggil Fania kurcaci.
Selain sebutan lain yang Andrew sematkan pada Gadis itu karena model rambutnya. “Demi Moore KW.”
🚬
“Ini kalau begini lo bukan makan mie! Tapi makan saus! ..” Andrew meneruskan seruannya pada Fania. “Coba lihat tuh Ren! adik lo tuh pakai saus sampai buat itu mie nya ketutup sama itu saus!”
Reno pun melihat ke arah yang Andrew maksud. “Astaga ..”
Reno langsung berkesah terkejut setelah melihat mangkok berisikan mie yang sedang dilahap Fania itu.
Lalu Reno hendak membuka mulutnya untuk mengingatkan Fania.
“Mau usus buntu lo?! Bla .. bla .. bla ..” namun keburu keduluan Andrew yang merepet kemudian.
Mendelik pada Fania juga selain merepet tajam, namun repetannya itu berisikan nasehat – nasehat untuk kesehatan Fania.
Makanya Reno berpendapat dalam hatinya, kalau Andrew sebenarnya cukup perhatian pada Fania.
Namun ya itu, Andrew tak menyampaikannya dengan baik – baik, melainkan dengan keketusan.
Yang ujungnya akan mendapat sahutan ketus juga dari cewe yang Andrew juluki dengan kurcaci dan Demi Moore KW itu.
🚬
“Bawel lo!” balasan Fania atas repetan Andrew.
Dan selanjutnya seperti biasa yang terjadi.
Dua orang yang benar-benar tak pernah akur bila bertemu itu, akan terlibat adu mulut.
“Hey Demi Moore kei double you ( KW ), gue kasih tahu buat kebaikan dan kesehatan lo ya –“
“Ga peduli!”
Dan seperti biasa, Reno biarkan saja dua makhluk didekatnya itu melakukan kebiasaan mereka tersebut.
“Ini anak kalau dibilangin –“
“Gue bukan anak lo!”
🚬
“Hish!!“ Andrew nampak terlihat gemas sekali sekarang.
Si Fania ini memang keras kepalanya udah akut. Susah dibilangin!
Begitu menurut Andrew.
Jadi Andrew langsung bertindak saja berdasarkan repetannya pada Fania.
Dimana tangan Andrew kemudian dengan cepat menarik mangkok berisikan mi rebus yang sedang Fania nikmati.
“Ih apaan sih?! Balikin ga mi gue?!” dan protes langsung keluar dengan cepat dari mulut cewe berambut bondol itu.
“Ga!”
Andrew pun langsung menyahut dengan ketus.
Dan tangan Andrew sigap menjauhkan mangkok berisikan mi punya Fania yang membuat Andrew dan Reno rasa ngeri melihat tampilannya yang begitu dipenuhi saus sambal.
Fania mencoba mengambil mangkok mie nya kembali.
“Balikin mi gue Donal Bebek Botak!”
“No Way!” Andrew pun bersikukuh untuk tidak membiarkan Fania merebut kembali mangkok berisikan mie rebusnya yang Andrew rampas dan tahan.
🚬
“Donal Bebek Ga Usah Rese!” Fania semakin jengkel. “Gue Laper Ini! –“
“Pesan makanan yang lain!”
Andrew tetap bersikukuh. Sementara Reno geleng – geleng kecil, namun membiarkan saja 2 makhluk itu membuat kegaduhan di depannya. Setelah dirinya sempat membatin geli ketika mendengar cewe yang sudah ia anggap adiknya sendiri itu menyebut Andrew dengan julukan yang cewe bernama Fania itu berikan pada sahabatnya tersebut.
“Ya kelamaan gue nunggu lagi!” Fania berseru lagi pada Andrew yang langsung juga merespons ucapannya itu.
“Pesan yang cepet jadi! Bubur ayam lebih bagus daripada ini mi instan –“
“Gue lebih suka emi daripada bubur ayam,” sambar Fania. “Lagian itu emi udah gue bumbuin juga –“
“Apa dibumbuin?! Bumbunya jelas instan! Dan yang lo masukan ini saos sambal setengah botol! Cari penyakit! –“
“Kak Renoo .. emi guee ..”
Lalu Fania kini beralih ke Reno.
Merengek pada sang kakak angkat yang selalu membelanya dari Andrew.
🚬
“Lo gila ya Ren, kalau ijinin dia makan ini mie?! ..” Andrew langsung beralih ke Reno, setelah Fania nampak merengek pada sahabatnya itu. “Lo ga lihat ini mie nya dia kayak gini bentukannya?! Ini saus yang lo masukkan ke mie lo ini udah jelas dari cabe busuk dan pewarna tekstil yang akan menempel di usus lo!”
Lalu Andrew kembali beralih pada Fania dan merepet lagi. Reno kemudian mengambil sikap. “Little F ..”
Reno berucap kepada Fania, dengan menyebut cewe itu dengan panggilan yang Reno sematkan padanya.
“Si donal bebek botak itu bener. Lo pakai saus sambal sebanyak itu, ditambah sambal cabe pula, perut lo bisa sakit –“
“Gue udah biasa Kak Renoo makan emi begituu .. ga kenapa – napa perut gue,” timpal Fania dengan cepat pada ucapan Reno.
“Ya mungkin perut lo tahan sekarang! tapi lo pikirin efek jangka panjang dari kebiasaan lo yang ga sehat ini! .. mau mati muda lo?! ..”
🚬
Andrew yang mendengar jawaban Fania atas ucapan Reno sebelumnya, jadi kian gemas pada cewe yang Andrew anggap sebagai cewe jadi – jadian itu.
Namun bukan gemas karena si Fania itu memasang tampang imut – imut.
Melainkan rasa kesal yang kini timbul di hati Andrew pada adik angkatnya Reno itu.
🚬
Lalu rasa kesalnya Andrew jadi bertambah. Ketika yang sedang dinasehati oleh Andrew meski cowok itu menunjukkannya lebih kepada ngomelin daripada nasehatin, membalas ucapannya—yang sebenarnya bermaksud baik itu, dengan remeh. “Bodo ah! Lagian kalo mati muda yang mati juga gue?” begitu si Fania membeo.
Kemudian didetik berikutnya Andrew memandang Fania dengan tajam. Tampak tidak senang.
“Nih!”
Selanjutnya mangkok berisikan mie milik Fania yang sebelumnya Andrew tahan, ia dorong dengan sedikit kasar ke arah Fania sambil berseru sangat ketus. Dan gadis itu langsung menjadi sedikit terkejut.
“Makan Tuh Penyakit! Mau Mati Muda Kan Lo?!”
Sambil Andrew bangkit dari duduknya.
“Tengil Banget Lo!” tambah Andrew dengan masih menatap tak senang pada Fania, dengan juga tetap dengan keketusannya yang lebih kepada ekspresi sangat kesal.
Lalu Andrew hengkang begitu saja dari hadapan Reno dan Fania. Gadis itu kini membeku di tempatnya. Sementara Reno menghembuskan sedikit berat nafasnya.
Kemudian Reno melirik pada Fania yang selain membeku, kini nampak tercenung dengan wajah murung sambil memainkan dua jempolnya yang gadis itu tatapi. Membuat Reno jadi merasa iba padanya.
Satu tangan Reno terulur ke atas kepala Fania. Yang Reno goyangkan dengan pelan kepala anak cewek yang sudah Reno anggap macam adik kandungnya sendiri itu.
“Dah ga usah diambil hati itu ucapannya si donald bebek botak .. Yang jelas ini mie lo jangan dimakan lagi ya?” ucap Reno dengan lembut. “Lagian bener yang dibilang itu si botak biar sinis juga. Kalau lo makan dengan saus sambal sebanyak ini yang jelas jorok cara bikinnya, ga bagus buat perut dan usus lo ..”
Fania lalu mengangguk lemah. Reno langsung tersenyum di tempatnya. Membelai sekali lagi kepala sang adik angkat. Sebelum Reno kembali bicara.
“Harusnya juga lo jangan jajan berat. Kan nanti dibikinin sarapan sama bunda?”
“Iya.” Fania menyahut seraya mengangguk.
Dan dua hal itu dilakukan Fania dengan lemah.
Reno tersenyum lagi, sambil membelai lembut kepala Fania.
“Ya udah balik yuk?”
Selanjutnya Reno mengajak Fania beranjak dari tempat mereka.
“Bunda pasti udah nungguin kita?”
“Iya ..”
Sekali lagi Fania menyahut dengan sangat pelan.
Reno langsung merangkul pundak Fania kala keduanya telah berdiri dari duduk mereka.
“Ini mie sama minumannya udah dibayar belum?”
“Udah, Kak –“
“Ya udah kalo gitu. Yuk?” ajak Reno dan Fania mengangguk.
🚬
Sepanjang perjalanan pulang dari—katakanlah taman komplek tempat tinggalnya Andrew dan Reno, Fania terus saja dirangkul oleh sahabatnya Andrew itu.
Reno bisa membaca, kalau Fania mungkin syok dengan sikap Andrew yang memang keluar aura garangnya kalau sedang kesal. Walau garangnya Andrew yang dilihat Fania tadi, bukan suatu kegarangan bagi Reno yang tahu betul bagaimana yang sebenarnya seorang Andrew kalau garangnya lagi kumat.
Tapi Fania belum mengenal Andrew seperti dirinya. Jadi Reno maklum kalau adik angkatnya itu berubah jadi pendiam sekarang.
Reno banyak bicara untuk membesarkan hati Fania sepanjang mereka berjalan ke rumah Reno dari taman.
Namun cewek yang disebut Andrew sebagai cewek jadi-jadian itu hanya menjawab ‘Iya-Iya’ aja. Dengan wajahnya yang masih nampak murung.
Lalu Reno sedikit merutuki Andrew dalam hatinya. Memang sahabat yang sudah macam saudara kandungnya itu adalah orang yang emosian.
Tapi Reno tidak menyalahkan Andrew juga kenapa sikap dan ucapannya sedikit kasar pada Fania yang memang keras kepala, dan ada salahnya juga dalam hal ini.
Hanya saja Reno tidak mau mencetuskan pendapatnya tentang Fania yang dirasa ada salahnya, hingga membuat Andrew kesal dan jadi agak emosi bicara serta bersikap pada Fania sebelum hengkang dari hadapannya dan gadis itu di kantin taman tadi.
Adik angkat kesayangannya sekarang sudah sangat murung mukanya. Jadi Reno tidak tega kalau harus mengatakan kalau Fania juga ada salahnya.
Reno khawatir Fania sudah tersinggung karena Andrew.
‘Nanti kalo gue bilang si Little F emang salah juga ngomong begitu waktu Andrew nasehatin dia, malah makin tersinggung lagi ini anak. Trus nanti malah ga mau main lagi ke sini?’
Reno membatin.
Sambil Reno melirik Fania yang berjalan disampingnya dengan masih ia rangkul pundaknya.
Anak cewek yang tomboi bukan main. Berisik, cuek banget penampilannya. Belum lagi bondol rambutnya dan ga ada jaim-jaimnya.
Namun bisa membuat Reno nyaman berada di dekat gadis itu dari sejak pertemuan keduanya dengan Fania.
Lalu sekarang, Reno sudah sayang padanya.
Dan atas dasar rasa sayangnya Reno pada Fania itu, makanya Reno menjaga betul perasaan Fania.
Walau gadis tomboi itu bukan adik kandungnya.
Tak ada juga ikatan persaudaraan dirinya dan Fania dalam pohon keluarganya Reno.
Tapi Reno sungguh sangat menyayangi Fania dengan mudahnya, meskipun penampilan gadis itu bisa dikatakan urakan untuk ukuran seorang cewek.
Hanya Fania memang polos dan apa adanya.
Lucu.
Bisa bikin dirinya yang kaku bisa tertawa dengan lebar.
Jadi Reno tidak akan membuat sedikitpun celah untuk membuat Fania tersinggung.
Hanya saja sekarang Reno sedang sedikit khawatir.
Andrew sepertinya kesal sekali pada Fania. Dan kalau sahabat rasa saudara kandungnya itu sudah kesal pada seseorang, Andrew akan bersikap sangat antipati pada orang tersebut.
Padahal Reno ingin Andrew dan Fania bisa akrab. ‘Bisa ribet ini urusan. Kalau si Andrew jadi sentimen sama Fania, sementara gue akan rutin ajak Fania nginap di rumah setiap hari sabtu.’
🚬🚬🚬🚬🚬🚬🚬
To be continue .....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!