NovelToon NovelToon

BIDARI BLUE

BOM MOBIL

DUM' 2024. Ledakan bom mobil telah memporak porandakan ibu kota. Dua ribu jiwa melayang dan ribuan orang merintih terluka. Setengah penduduk elite ibu kota mengungsi ke pulau lain. Mereka pergi meninggalkan toko dan rumah-rumah mewah mereka.

Dilain sisi masyarakat klas bawah ikut beringas, mereka tidak takut terkena radiasi bom. Tujuan mereka hanya satu, yaitu menjarah apa yang ada dan tersisa. Makanan tujuan utama, jika ada kulkas atau barang lain itu bonus.

Berat total bom mobil Van mencapai 1.020 kilogram, menghasilkan ledakan termobarik bertemperatur sangat tinggi dan dengan gelombang kejut yang mampu memecahkan kaca tebal gedung yang terletak jauh dari lokasi pengeboman. Bahkan pelaku jarak jauh pengebomannya pun terkejut dengan skala ledakan yang dihasilkan. Sungguh Fantatis!!

Bob Meyer kalang kabut, ia merasa kecolongan, karena seorang petinggi negara telah menyewa jasa XPostOne untuk menjaga situasi negara dari mafia politik.

Tapi Musuh negara semakin pintar dan ancaman ibu kota "musnah" membuat Bob Meyer memberi perintah kepada Zuga Qiosaki untuk mencari seorang wanita yang genius untuk dijadikan Bionic Women.

Setelah hampir dua setengah bulan blusukan sampai ke luar negeri, Zuga memberi informasi bahwa pilihan Zuga jatuh kepada gadis cantik yang bernama Bidariblue. Seorang gadis remaja yang baru saja menyandang gelar sarjana dari University of California.

Januari 2024.

Seorang gadis cantik terlihat muncul dari pesawat. Dia tersenyum manis kepada pramugari yang menyapanya. Kaki jenjangnya melangkah mantap, ketika turun dari tangga pesawat Internasional, yang membawanya dari Los Angeles menuju Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta.

Terlihat cantik dan anggun. Rencana ia akan temu kangen dengan neneknya, setelah itu ia baru terbang ke Bali menemui kedua orang tuanya di Bali.

Seorang pemuda gagah memakai masker mulut dibelakangnya ikut turun dan mengikutinya menuju bis. Mereka berdiri dengan penumpang lain yang tidak kebagian bangku. Bidari sangat senang, sebentar lagi ia akan bertemu dengan neneknya.

Kegembiraannya lenyap dan berubah menjadi ketakutan yang luar biasa, ketika merasa ada benda menyentuh pinggangnya. Otaknya cepat berpikir dan menyimpulkan bahwa benda itu adalah sebuah senjata.

Ia menoleh ke kiri dan sekilas melihat seorang pria dengan wajah setengah tertutup masker hitam. Laki-laki itu menempel dibelakang punggungnya, sampai hembusan nafas pria itu menyentuh leher Bidari. Jantungnya berdetak kencang, ia berusaha tenang.

Tangannya mulai berkeringat ketika tangan laki-laki itu masuk kedalam jaketnya melingkar di pinggangnya.

"Diam dan ikut perintahku, jika kau melawan, pistol ini akan meletus." bisikan itu tepat dikupingnya membuat badannya tremor.

Ia melihat sesama penumpang dan berusaha memberi kode dengan mengedipkan mata, tapi tidak ada orang yang mengerti. Haruskah ia berteriak? Tapi itu tidak mungkin, ia hanya berdoa dalam hati menunggu keajaiban.

Bidari membeku dan merasa takut, ia membayangkan jantung, ginjal, semua organ tubuhnya akan lenyap dimutilasi oleh penjahat ini. Ia menerka bahwa ini penculik organ tubuh yang sedang marak terjadi di negeri ini. Dadanya berdebar kencang, rasa percaya diri yang biasa ia tekankan kepada teman sekelasnya mendadak sirna.

Turun dari bis harusnya Bidari menuju ke conveyor belt mengambil kopernya, tapi tubuhnya diarahkan kesebuah jalan rahasia yang biasa diperuntukan khusus orang-orang penting yang tidak ingin perjalanannya di ketahui umum.

"Aku mau diajak kemana?" tanya Bidari memberanikan diri.

Suaranya bergetar, laki-laki itu tidak menjawab, kakinya tetap melangkah melewati koridor samping. Tangan kekarnya memeluk pinggang Bidari dan mengimbangi langkah gadis itu yang berjalan sangat ketakutan.

Sebuah mobil Bentley Flying Spur menunggu kedatangannya. Saat pintu baja mobil terbuka secara otomatis, tubuh Bidari di dorong masuk kedalam mobil.

"Hugh..."

Belum sempat ia berpikir seorang pria yang berada dimobil menarik tubuhnya sampai terduduk, dengan sergap pria itu menutup mata Bidari. Gadis itu marah dan berontak serta menggigit tangan laki-laki itu. Sebuah tamparan halus membuat gigitannya terlepas.

"Kau seperti srigala!!" ketus suara pria yang menutup matanya.

"Aku tidak bersalah, apa yang kau inginkan dariku!!" bentaknya.

"Ikuti perintah kami kau akan selamat." jawab laki-laki disebelahnya. Ia tahu itu suara orang yang menangkapnya pertama kali.

"Apa kalian akan mengambil organ tubuhku dan menjualnya? manusia tidak beradab!!" pekiknya marah dan putus asa.

Tidak ada jawaban, mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Laki-laki itu tetap memeluknya, lebih tepatnya mengunci tubuhnya sehingga ia sulit bergerak.

Sekitar tiga puluh menit perjalanan mobil berhenti. Terdengar suara pintu terbuka. Pria itu menarik tangan Bidari dengan kencang, sehingga tubuhnya oleng dan jatuh di pelùķan pria itu. Ia cepat menguasai diri dan melepaskan dirinya dari dekapan spontan pria itu.

"Jalan!!" perintah pria itu kasar seraya membuka penutup mata Bidari.

"Borgol dia..."

"Tidak!!" peķik Bidari kencang. Sikunya menyikut pria itu, kemudian ia berlari.

"Tangkap!!"

Bidari melawan ketika kedua laki-laki itu ingin menangkapnya. Semua jurus taekwondo ia keluarkan, tapi kedua lawannya terlihat santai dan cendrung membiarkan Bidari loncat sana, loncat sini, sibuk sendiri. Mereka berkelit sedikit, saat pukulan atau tendangan kaki gadis itu hampir mengenai tubuh mereka.

"Berhenti atau aku tembak kakimu!" teriak laki-laki itu menodongkan pistolnya.

Terpaksa ia menghentikan geraknya. Dadanya berdebar keras menahan rasa marah. Ingin sekali ia menendang kedua cecunguk itu sampai pingsan.

"Enak saja bacot, emangnya aku patung, tidak boleh melawan." gerutu Bidari dalam hati.

"Jangan coba-coba melawanku, aku paling benci melihat cewek banyak tingkah. Aku bisa membuatmu tidak bisa melihat hari esok, tapi jika kau menurut, aku yang pertama kali akan mengajarimu ilmu menembak." ucap laki-kaki itu mengambil tas ransel Bidari.

Kemudian pria itu memborgol tangan Bidari dengan mudah.

"Zuga, aku mau lapor dulu, kamu bisa menyekap dia ditempat biasa." ucap Heru duluan pergi.

"Tidak bisa disitu, ini istimewa, aku yang akan melatihnya." ucap laki-laki yang dipanggil Zuga itu.

"Ok..jangan main perasaan."

"Dont Worry."

Zuga mencekal lengan Bidari dan menariknya masuk ke sebuah kantor. Bangunan ini mirip markas tentara, di luar negeri ia sering melihat bangunan seperti ini jika melintas di pangkalan udara atau markas angkatan darat.

"Alex, ada bigbos di ruangannya?" tanya Zuga kepada sekretaris Bob Meyer. Alex yang sedang fokus pada laptopnya spontan menoleh.

"Akhirnya dapat juga, boss ada di dalam." ucap pria itu memandang Bidari lekat-lekat.

"Aku masuk dulu tolong jaga dia."

"Beres, aku jagain." Alex berdiri dan mendekati Bidari.

"Jangan usil, berani kau pegang gadis ini, aku tembak kepalamu."

"Sabar bos...aku hanya menjaganya." kata Alex menarik salah satu kursi dan menggeser ke arah Bidari.

"Kau duduk disini." perintah Zuga kepada Bidari lalu masuk ke sebuah ruangan.

Bidari terpaksa duduk dengan jantung bergemuruh, ia tidak tahu kantor apa ini, dan untuk apa ia diculik. Sungguh aneh kelakuan mereka.

"Siang boss, aku datang lebih cepat dari perkiraan." ucap Zuga kepada pria botak yang duduk disinggasananya.

"Duduklah. Kau sudah tahu identitas gadis itu?"

"Sudah, aku membuntutinya dari Los Angeles dan menjadi mahasiswa palsu dua bulan disana. Aku berharap gadis ini cocok dengan kriteria dokterJames dan golongan darahnya sudah A+ seperti permintaannya."

"Tolong kamu baca, aku ingin tahu sampai dimana keabsahannya." titah

Bob Mayer orang nomor satu di XPostOne.

Zuga berdiri dan mengambil digital voice recorder alat perekam canggih dengan camera otomatis yang akan mencatat autobiografi Bidariblue. Dua bulan ia mengikuti Bidariblue di Los Angeles dan memutuskan menculik gadis itu, karena hanya dia yang cocok diculik dari lima gadis yang menjadi incarannya.

Dia merekam autobiografi Bidariblue dan menambahkan foto visual serta keterangan yang belum maksimal. Tapi tinggal mengambil kartu tanda pengenal asli dan melakukan X-Ray.

Data diri Bidariblue masuk ke dalam rekaman XPostOne. Camera menyorot ke televisi besar yang terpampang di depan mereka. Bob Mayer membaca sedetail mungkin identitas Bidarblue.

Bidariblue namanya. Cantik memukau bermata biru eksotis. Gadis blasteran Indonesia-Inggris. Tinggi badannya seratus tujuh puluh senti meter dan berat badan enam puluh kilo gram.

Umurnya hampir dua puluh tahun tapi sudah menyandang gelar sarjana dari University of California, Los Angeles. Ia terlihat bangga dengan prestasinya yang mendapat predikat Cumlaude dan dikatagorikan anak genius.

Rupanya dari sekolah dasar ia sudah terlihat pintar, dan terus mendapat beasiswa. Fotonya sangat cangtik dan berkelas. Bob Meyer sampai tesenyum sendiri, saking kagumnya.

Lahir dari pasangan Daniel Gray dan Ibu Lusiana Dewi, gadis ini menjadi pusat perhatian karena kecantikannya dan otaknya yang encer. Saat ini orang tuanya menetap di Bali menggeluti binis pariwisata, mereka punya Villa dan Hotel. Mereka termasuk orang sukses dan taat membayar pajak.

Belum punya pacar, menjauhkan diri dari pergaulan liberal. Belum ada karya yang pernah disumbangkan kepada negara, kecuali ikut organisasi sosial dan menolak RUU yang membebaskan laki-laki berpoligami. Waduhh... Zuga ikut tersenyum.

"Good, apa dia punya saudara kandung atau tiri?" tanya Bob Meyer menatap layar lebar di depannya. Foto Bidari terpampang memenuhi layar.

"Anak satu-satunya, mandiri dari kecil. Menurut berita ia tidak mau menjadi pembinis dan ingin menjadi lawyer." ucap Zuga ikut memandang foto itu.

"Cantik, mempesona dan sexy. Kau tidak tergetar?" pancing Bob Mayer beralih menatap Zuga.

"Tidak, hatiku sudah membeku." jawab laki-laki dua puluh enam tahun itu dingin.

"Masa lalu biarkan berlalu, hidup harus terus dijalani. Mulai membuka hati supaya hidupmu berwarna."

"Aku malas berurusan dengan makhluk yang namanya perempuan."

"Cinta akan datang dengan sendirinya dan kamu akan menjadi budaknya."

"Aku harap cinta itu mati sebelum menyentuh hatiku." ucap Zuga menekan tombol of. Layar mati dan wajah Bidari menghilang.

"Masukan secara acak kode agentnya, serta gambar-gambar visual dari Bidari." perintah Bob Meyer.

"Number Six, kode agen rahasianya."

"Oke..bagus. Nanti masukan chip ke lengannya, supaya bisa dilacak. Kita tidak tahu sifat aslinya."

"Bahaya bos, masalahnya hanya ada chip Bio yang bisa merubah sifatnya menjadi agresif." ucap Zuga tertahan.

*****

DI GEDUNG XPostOne

Omongan Zuga masuk akal, tapi Bob Meyer tidak mau menunggu terlalu lama. Negara dalam dituasi genting, ada oknum yang menunggangi para pendemo. Kembali ada ancaman bom dan munculnya rezim new politik yang bergerak atas dana mafia.

"Atau kita karantina dulu supaya tahu sedikit sifat aslinya. Kita injeksi dengan serum Bionic supaya dia bisa diperintah dengan gampang." usul Bob Meyer sambil mengutak atik bluetooth wirelessnya.

Ia sangat interest terhadap ide dokter James yang bisa merubah manusia menjadi robot. Rasanya tidak sabar untuk mencari oknum-oknum yang berada dibelakang layar.

"Aku rasa itu berlebihan, takut otaknya terkontaminasi dan dia tambah brutal. Lebih baik kita pasang chip saja." pungkas Zuga, ia khawatir karena ada pergerakan terselubung yang sangat besar dan membahayakan kedaulatan negara.

"Oke..masukan dia ke karantina, aku minta gadis ini segera di manfaatkan."

"Gadis ini anak orang berada, orang tuanya pasti tidak tinggal diam, aku yakin polisi akan bergerak untuk mencarinya. Keadaan akan menjadi tambah kacau, kalau oknum yang menyewa kita mengeluarkan mosi tidak percaya."

"Tidak masalah pasang chip, setelah itu kembalikan dia ke orang tuanya. Kontrol dari jarak jauh."

"Aku akan bekerja sama dengan dokter James, dan melaporkan secara bertahap perkembangan selanjutnya, ini masalah nyawa resikonya besar." ucap Zuga Qiosaki menaruh flashdisk di atas meja.

"Kekurangannya tetap dimanfaatkan, tidak ada waktu lagi."

"Oke boss, see you."

"Good luck."

Zuga keluar dari ruangan owner, ia kaget melihat Alex duduk di depan Bidariblue sambil bercerita. Darahnya mendidih, mengalir deras ke tangannya.

"Alex, kondisikan mulutmu." sinis Zuga dengan tangan mengepal. Ia tiba-tiba kesal melihat Alex berbicara akrab kepada Bidariblue.

"Kita lagi sharing bos." ucap Alex mengkerut.

Ia paling takut kepada Zuga, karena orangnya tegas dan kesayangan Bob Meyer. Tanpa diperintah dua kali, Ia lalu berdiri dan menjauh dari Bidari.

"Ikut aku." kata Zuga menarik lengan Bidari. Wajahnya mendadak seperti kepiting rebus.

"Kau akan menyemblihku?" kesal Bidari ketika tangannya dicengkram Zuga.

"Ya." jawab pemuda itu setengah teriak.

"Hemm...kau pengecut, lepaskan aku. Kita tarung one by one, kalau aku kalah kau boleh membunuhku, jika aku menang lepaskan aku dari sini."

Zuga tidak menjawab, sampai di ruangan 06, ia membuka pintu dan mendorong Bidari masuk. Gadis itu hampir oleng, untung ada meja yang menahan tubuhnya.

"Istirahat disini, nanti akan ada orang memberimu makan. Berpikir yang jernih, jangan suka dengar gosip." ucap Zuga datar. Ia curiga kalau Alex sudah memberi informasi tidak benar.

Ketika Zuga mau keluar dan balik badan, sebuah tendangan nyaris meremukan tubuh kekarnya. Reflek ia berkelit menghindari tendangan Bidari. Pendengarannya sangat tajam, ia bisa mendengar desiran halus dari gerakan kaki Bidari.

"Kau percuma melawanku."

"Buka borgolku!!" pekik Bidari marah.

Zuga mendekat dan membuka borgol Bidari. Secepat kilat ia memukul Zuga, dan menendangnya. Laki-laki itu cepat meloncat ke bed yang berada di ruangan itu.

"Lepaskan aku dari sini."

"Kau bandel!" bentak Zuga meringkus Bidari dan memborgolnya kembali.

"Kau tega memisahkan aku dengan orang tuaku."

Air mata Bidari bergulir jatuh, ia tidak berdaya untuk melawan. Dadanya terasa sesak menahan penderitaan ini.

"Aku akan membuka borgolmu, jangan bikin ulah lagi. Kau akan ditemani oleh Heru, jika kau melawan orang-orang itu akan menembakmu."

Bidari menarik nafas kasar, ia berdiri dan membiarkan Zuga membuka borgolnya.

"Duduklah!!" perintah Zuga ikut duduk. Mereka duduk berjauhan.

"Tookk...tookk...tookk.."

Zuga membuka pintu, pelayan datang membawa makanan untuk Bidari dan Zuga.

"Permisi bos, saya disuruh membawa makanan kesini."

"Taruh di atas meja dan kau boleh pergi."

"Baik bos." ucap pelayan yang bernama Sri itu dengan hormat.

"Makanlah, tidak ada orang yang akan mencelakaimu atau memutilasimu. Kami cuma ingin melatihmu menjadi intelijen swasta, bergabung dengan XPostOne." ucap Zuga menatap gadis itu. Ia berharap Bidari setuju.

Serienggg. ..bulu kuduknya meremang ketika mendengar penjelasan laki-laki itu. Ia sedikit tahu dunia Intelijen yang baginya sama dengan penyerahan jiwa secara cuma-cuma.

"Berhasil Tidak Dipuji, Hilang Tidak Dicari, Gagal Dicaci Maki.” itu slogan intelijen. Sangat menyedihkan.

"Aku tidak mau menjadi intelìjen, jangan harap kau bisa menundukanku. Buat apa mempertaruhkan nyawa demi uang yang tidak seberapa. Aku bukan orang miskin yang butuh uang. Orang tuaku kaya dan segalanya aku punya. Lagipula aku tidak punya jiwa pembunuh." pungkas Bidari.

"Aku tahu tentangmu, setidaknya kamu mencoba latihan gratis dengan kami. Pekerjaan ini akan membuat kamu enjoy." ucap Zuga membuka masker mulutnya.

Ia berusaha untuk meyakinkan gadis itu, selama dua bulan mengintai Bidari di Los Angeles, gadis ini berpotensi menjadi wanita hebat di XPostOne.

Mata Binari membulat melihat wajah tampan di depannya. Oh my god... Bidari terpesona dalam pandangan pertama. Lelaki di depannya ini sangat sempurna dan membuat hatinya seketika meleleh.

"Aku akan pikirkan, banyak gadis di sekitarmu kenapa harus aku?" protes Bidari mebghindari tatap mata Zuga.

"Diantara mereka hanya kamu yang pas untuk dijadikan wanita hebat. Aku tidak mungkin salah pilih."

"Menilai orang jangan luarnya saja, aku tidak berminat atas rencanamu. Lagi pula aku punya planning masa depan."

"Tidak apa-apa bagus itu, aku senang orang berpikir optimis untuk masa depannya."

"Trimakasih kau sudah mengerti." ucap Bidari agak tenang dan berharap Zuga memulangkannya.

"Kita makan dulu, setelah itu aku akan mengantar kamu pulang."

Bidari menurut, walaupun ia tidak begitu lapar, tapi melihat menu yang dihidangkan, ia jadi ngiler. Yang ada masakan nusantara yang serba pedas.

"Minum dulu sebelum makan."

Zuga menyodorkan segelas air mineral yang sudah diisi obat oleh dokter James. Tanpa curiga Bidari minum sampai habis, kebetulan ia sangat haus sekali.

"Kamu sudah lama menjadi agent dari XPostOne?" tanya Bidari sebelum menyantap makanan.

"Lebih kurang sudah tiga tahun, jam terbangku belum banyak." ucap Zuga tersenyum tipis.

Walaupun masih baru tapi pencapaian Zuga melebihi agent lama. Para client sering memilih Zuga untuk menangani kasusnya.

Zuga menatap Bidari dengan harapan supaya gadis bawel itu cepat tidur setelah minum air mineral. Dan benar saja dalam hitungan detik kepala Bidari sudah oleng ke kiri. Zuga berdiri mengangkat tubuh gadis itu lalu membawanya ke Brankar (bed rumah sakit) untuk di pasangi Microchip.

Zuga mendorong brankar ke ruangan operasi. Dokter James dan Heru dari tadi sudah menungģunya. Mereka bergerak cepat tanpa banyak cakap.

"Zuga tolong borgol kakinya, kita akan memberi bius lokal sebelum gadis ini sadar." ucap dokter James mengambil peralatan medis.

"Baik dokter."

Zuga dan Heru ikut membantu supaya operasi kecil ini berjalan lancar.

Dokter james mengambil Microchip dan Biobionic yang beratnya kurang dari satu gram dan sedikit lebih besar dari sebutir beras. Benda ini terdiri dari sebuah Microchip kecil, sebuah antena yang disatukan menggunakan Biopolymer sebuah bahan mirip plastik.

Microchip ini benar-benar aman dan sudah mendapat persetujuan dari badan regulator, langsung berfungsi setelah ditanamkan, dan akan tetap berada di tempatnya. Chip itu juga tidak memerlukan baterai atau sumber tenaga lainnya.

Setelah selesai pemasangan chip, dokter James memakaikan jam ultra sonic yang mirip jam tangan, tapi ini dibuat dari bahan Biopolymer yang tidak merusak kulit walaupun terus dipakai. Jam ini tidak bisa dilepas dari pergelangan tangan Bidari, karena ada kode rahasianya. Yang memegang kode ini adalah Zuga dan Bob Meyer.

"Sudah selesai, jangan dikagetkan dulu dengan gelombang manegtic dari GSM yang kamu pakai. Biarkan untuk beberapa minggu, setelah dia nyaman dan tidak merasa ada benda asing di lengannya, kamu boleh menyapanya secara perlahan." ujar dokter Meyer menatap Zuga.

"Bagaimana setelah siuman dia minta pulang?" tanya Heru.

"Itu tanggung jawabku, dia dibawah bimbinganku." sahut Zuga.

"Terserah siapa yang dia pilih, yang penting Bidari mau bergabung dengan XPostOne."

"Kalian berdua boleh meninggalkan gadis ini untuk sementara, supaya dia tidak berprasangka buruk atas rasa aneh yang muncul dari tubuhnya." ucap dokter James setelah selesai operasinya.

"Baik, permisi dokter." sahut Heru dengan wajah tidak bersahabat.

Heru bergegas keluar, ia kesal kepada Zuga Qiosaki yang ingin memonopoli Bidariblue. Sebagai orang yang sudah lama mengabdi di XPostOne, ia selalu disepelekan oleh Zuga, padahal kemampuan menembaknya sudah tepat sasaran.

"Heru, kau mau kemana?"

"Aku mau ke boss minta izin melatih Bidari. Gadis itu lebih cocok denganku daripada yang lain."

"Yang ini jangan, aku yang akan melatih." ucap Zuga tegas.

"Apa masalahmu Zuga, dari dulu kamu tidak mau melatih seorang wanita, apa janjimu luntur?"

"Aku tidak melihat dia cwe atau cwo, yang aku ingin lakukan memantau perkembangan Biobionic nya, apakah dia menjadi Supersonic atau malah tingkat kecerdasannya merosot."

"Hemm.. alasan kamuflase. Apakah kamu tertarik kepadanya, mengingat gadis ini seperti bidadari yang sengaja turun dari sorga untuk mencariku.."

"Elehh..mana mungkin aku tertarik. Kalau aku minat dengan gadis ini, waktu di Los Angeles aku sudah gaet. Aku cuma menuruti perintah boss dan berpikir menjadikannya Bionic Women. Semoga saja eksperimen ini berhasil." kilah Zuga.

Heru tetap tidak percaya dan kekeh mempertahankan asumsi negatif yang menguasai otaknya. Ia curiga kepada Zuga yang tiba-tiba sangat agresif menemani Bidariblue sampai akhir. Padahal kalau dengan agent wanita lain, Zuga tidak pernah komunikasi dan cenderung cuek.

"Aku tidak mungkin menyukainya, biar seperti bidadari sekalipun."

"Pegang perkataanmu Zuga, aku akan mengingatnya selalu."

"Tidak percaya, ya sudah." ucap Zuga masuk ke ruangan ownernya.

Bob Meyer sedang memperhatikan layar control, mengecek keberadaan agent yang dia kirim. Zuga datang dan langsung duduk di sofa.

Ia meraih GSM yang terletak di atas meja. Benda ini pengganti hape dan bakal menjadi pegangan Bidari supaya bisa berkomunikasi antar sesama agent dan owner. Semua agent kalau sedang bertugas membawa GSM dan dilarang membawa hape. Tujuannya supaya tidak bisa dilacak.

*****

PASCA OPERASI

Walaupun Zuga bebas keluar masuk ruangan Bob Meyer, tapi pemuda itu tahu etika. Disaat boss nya sedang khusuk melihat layar control, Zuga tidak berani mengganggunya. Tentu saja Zuga takut kena teriakan yang mengguntur.

Maklumlah badan Bob Meyer tinggi besar, kepala plontos, kulit legam, tapi senyumnya manis dan baik hati. Dia mantan Intelijen dan kini umurnya sudah enam puluh lima tahun. Masih bugar, penampilannya berwibawa dan cenderung sadis.

Dia adalah putra daerah bagian timur yang berinisiatif mendirikan kantor Intelijen untuk membantu orang lain atau masyarakat umum. Ia juga sering membantu negara untuk menjaga keamanan komprensi tingkat tinggi dan menjadi mata-mata. Dia dan Zuga adalah duet maut yang membuat musuh ketar ketir.

Sedangkan Zuga Qoisaki adalah penembak runduk dari sekolan tinggi intelijen yang secara khusus terlatih dan mempunyai kemampuan tinggi membidik, menembak, dan membunuh musuh secara tersembunyi dari jarak jauh dengan menggunakan senapan.

Umurnya dua puluh lima tahun ketika direngkut oleh Bob Meyer, dan diajak bergabung di XPostOne. Kini umurnya hampir dua puluh delapan tahun, dan menjadi paling istimewa di XPostOne, karena sepak terjangnya yang cekatan dan sigap dalam menangani kasus. Yang paling memegang peranan otak yang genius. Berani dan punya akal. Ia sempat dihadiahkan piagam dan uang, karena bisa menangkap oknum dibalik maraknya penjualan organ tubuh ke negara tetangga.

Zuga sendiri adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Ia dari keluarga tidak mampu dan yatim. ibunya tidak sudi membiayai kuliahnya, karena tidak ada uang. Zuga beruntung mendapat bea siswa untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Intelijen.

Untung Zuga bertemu Bob Meyer, dan laki-laki botak itu memberi pekerjaan kepadanya. Ibunya dengan ikhlas menyetujui ketika owner XPostOne itu mengambil Zuga dan memberi ibunya banyak uang.

Sungguh dia tidak mengerti pekerjaan apa yang digeluti putranya. Semenjak Zuga menjadi agent intelijen swasta, uang terus mengalir kerekening ibunya sampai orang kampung bengong melihat perubahan nasib ibu Sulimah. Dulu jangankan punya rekening bank atau ATM, uang untuk makan saja susah. Sekarang sudah punya rumah lantai dua, satu mobil Wuling dan satu sepeda motor.

"Ada apa kamu datang, apakah gadis itu sudah siuman?" tanya Bob Meyer membuyarkan lamunan Zuga.

Pria itu mengalihkan pandangannya ke arah Zuga. Ia kenal betul sifat anak didiknya yang biasanya sangat tenang, percaya diri. Jika ada wanita baru yang menjadi agent XPostOne, ia cendrung cuek dan memberi mandat kepada Heru untuk melatihnya. Kini berbeda, Zuga terlihat emosional dan agresif.

"Belum ada tanda dia akan sadar, aku takut terjadi sesuatu padanya. Kesalahan yang tidak bisa ditolerir jika sampai lahir "monster" di negara ini." ketus Zuga.

"Amit-amit, jangan sampai itu terjadi. Kasihan gadis itu, semoga dokter James mampu membuat kloningan manusia dengan robot, hehe..."

"Tidak akan bisa bos, kloningan adalah cara manusia untuk mengusahakan agar dapat menciptakan duplikat suatu makhluk tanpa melalui proses perkawinan. Proses pengambilan sel dari tubuh manusia, baik laki-laki ataupun perempuan, kemudian inti selnya diambil dan digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Begitu boss.. ." jelas Zuga panjang lebar.

"Itu sudah umum, aku ingin kelahiran manusia supersonic untuk melawan oknum-oknum mafia politik."

"Jangan mengkhayal terlalu tinggi bos, aku merasa Bidariblue sebagai tumbal arogansi ....."

"Tidak Zuga, kamu jangan salah kaprah. Kamu juga akan terjun berduet dengan Bidari dilain waktu." potong Bob Meyer.

"Tolong Heru di prioritaskan dengan Vina, aku mau melatih Bidari dulu. Dia orang awam, belum mengerti seluk beluk intelijen."

"Zuga mengertilah, waktu kita mepet, bom pertama sudah meledak di new city dan menewaskan banyak orang. Jika pemilihan presiden tidak sesuai dengan kriteria yang diajukan oleh mafia politik, mahasiswa akan turun ke jalanan, atau kudeta militer yang bisa menghancurkan landasan dasar negara kita. Ingat itu, secara tidak sadar kita dalam jajahan mafia politik."

"Aku akan mencari pucuk pimpinannya tanpa Bidari."

"Zuga, kamu kenapa? apa yang kamu pikiran tentang gadis itu, sadarlah. Kamu harus profesional, taruhanya nyawa."

"Apa beda Heru, Vina atau agent lain dengan Bidari? apakah karena boss pernah berseteru dengan keluarga Bidari, sehingga Bidari harus menjadi tumbal?"

"Zuga! Gooo...dimana kau dapat fitnah itu, jangan mencongkel masa laluku, beraninya kau!" bentak Bob Meyer.

"Permisi!!"

Zuga keluar dengan perasaan tidak menentu, baru kali ini ia bersitegang dengan ownernya gara-gara rasa empatynya terhadap nasib gadis itu, yang dipakai kelinci percobaan.

Ia betul-betul jengkel dan malas menemui dokter Meyer. Kakinya melangkah menuju tempat latihan menembak. Hari ini ia harus melatih sekitar sembilan orang agent baru dari berbagai lulusan.

Mereka tidak punya background sekolah tinggi intelijen, sedangkan XPostOne adalah Klandestin, yaitu kegiatan yang dilakukan secara rahasia atau diam-diam dengan tujuan tertentu. Kegiatan berbahaya dan yang mempertaruhkan nyawa.

Zuga mengerti mereka sulit mencari kerja walaupun menyandang titel sarjana. Dengan memberanikan diri mereka masuk kesini ingin bekerja dan mendapat gaji gede, tanpa berpikir panjang dengan resiko pekerjaan ini.

Tiba-tiba langkahnya terhenti saat matanya melihat Heru berdiri dengan Bidari. Bajingan!! Heru telah menikung, dia mau mengajari Bidari menembak. Zuga bergegas menemui Heru yang sedang asyik ngobrol.

"Plookk..plookk..plookk.."

Zuga bertepuk tangan menahan kesal. Melihat Zuga datang Heru cepat menarik Bidari.

"Please Zuga, Jangan ganggu kami." seru Heru pongah. Beberapa agent baru yang mau berlatih, memandang kedatangan Zuga dengan kagum.

"Heru, kamu harus mengerti adab, kau kira disini toko kelontong, sehingga seenak perut melatih Bidari. Aku tidak mengerti dengan dokter James, yang tidak kompromi setelah Bidari sadar."

"Dokter James tidak tahu aku berada disini. Aku ketiduran dan bangun, lalu melihat Heru disampingku. Kami kesini untuk melatih menembak." ucap Bidari lancar.

Zuga kaget dengan keterangan bidari yang tenang dan hafal nama Heru. Ia menjadi degdegan saat Heru memberi pistol kepada Bidari.

"Bidari tahan!!" teriak Zuga kencang.

Zuga merampas pistol dari tangan Bidari, tapi apa yang terjadi. Gadis itu mendorong Zuga dan menodongkan pistolnya.

"Bidari!!" teriak Heru menjatuhkan diri, ia tahu Bidari akan beralih membidik nya, ia juga tahu Zuga akan bertindak.

"Doorrr...."

Pistol menyalak, saat itu Zuga melihat wajah Bidari tanpa ekspresi. Mata biru itu memandang dingin ke arahnya, lalu Bidari melompat menerkam Zuga.

"Plaakk...plaakk..."

Tangan Zuga melayang menampar pipi Bidari sedikit keras, kemudian ia cepat meringkus dan memborgolnya.

"Lepaskan aku!!" berontak Bidari saat Heru juga ikut memegang tangannya.

"Trimakasih Heru.."

Tepuk tangan bergemuruh datang dari agent baru yang menonton dari tadi. Mereka kagum melihat Bidari dan Zuga. Dasar anak-anak baru, ia belum tahu rasanya dilatih oleh trainer killer seperti Jack atau Ady Mema.

"Mari kita mencari dokter James." ajak Zuga melingkarkan tangannya kebahu Bidari.

"Aku mau disini saja." ucap Heru shok.

Ia sangat kaget terhadap tindakan Bidari. Heru tidak menyangka Bidari bergerak spontan. Sikap Bidari aneh. Bathin Heru sambil minum air mineral. Ia mengurut dada untuk mengusir rasa kagetnya.

"You oke?" tanya Zuga khawatir. Kejadian tadi membuatnya takut melepaskan Bidari sendirian

"Tidak, aku ingin melihat nenek dan orang tuaku. Kau biadab.

"Kita akan menengok nenek, setelah itu kita pergi ke Bali."

Zuga berusaha sabar menghadapi Bidari yang bersikap kaku dan tingkah lakunya berubah dingin. Ia harus tahu sampai dimana intelegensi gadis itu sekarang. Kejutan apa yang akan muncul lagi.

Sampai di depan ruangan dokter James, Zuga langsung masuk ke dalam, ia ingin mengejutkan dokter itu yang lalai menjaga Bidari.

Zuga melangkah perlahan dan melihat dokter James duduk di kursi dengan kepala bersandar di meja. Zuga curiga, tidak biasanya dokter James tidur sambil duduk dan tidak mendengar kedatangannya.

"Permisi dokter...dokter...."

Panggil Zuga terus menerus. Akhirnya ia mendekat menggoyang punggung dokter Meyer, tapi tidak bergerak. Zuga mulai curiga dan memeriksa urat nadi, tidak ada denyutnya sama sekali. Ia kaget dan mendekati Bidari.

"Kamu duduk disini..." zuga menarik kursi kayu menyuruh Bidari duduk. Ia sempat menatap wajah Bidari yang kaku dan dingin.

Zuga menekan sirine yang menempel di dinding untuk memanggil seluruh anggota XPostOne. Dadanya berdebar, ia tidak mengerti kenapa dr James tiba-tiba meninggoy. Bagaimana nasib Bidari? Yaa..Tuhan, apakah Bidari yang membunuh dr James atau Heru?

"Ada apa bos Zuga?"

Pertanyaan itu terlontar dari anggota yang masih tersisa, belum menjalani tugas. Mereka ada sekitar dua puluh orang dengan agent baru. Heru tidak nampak di antara mereka, kecurigaan Zuga bertambah.

"Mana bigbos, dokter James telah berpulang, beliau harus tahu." ucap Zuga dengan mimik panik.

"Sebentar lagi datang, Heru sudah mencarinya." Alex datang dengan nafas ngos-ngosan.

"Aku berlari kirain ada kebakaran." sambungnya lagi. Ia mendekati dokter Meyer sambil mengerjitkan alisnya.

"Bos mencurigai sesuatu?" bisik Alex di kuping Zuga.

"Menurutmu bagaimana, kulitnya terlihat gosong. Serangan jantung atau over dosis obat." lirih suara Zuga.

"Ada apa ini?" Bob Meyer menghampiri Zuga, matanya fokus memandang Bidari yang berada disamping Zuga. Bidari balas memandangnya, wajah gadis itu datar tanpa exspresi.

"Apakah akan di autopsi atau langsung diserahkan ke keluarganya?" tanya Zuga kepada Bob Mayer.

"Kasi khabar dulu keluarganya, pesan peti dan kerjakan semuanya." perintah Bob Meyer dengan suara berat.

"Tolong teman-teman semua kerjakan perintah bigbos. Angkat korban ke bed secepatnya sebelum tubuhnya kaku." Zuga sengaja menyebut "korban" ia yakin dokter James dibunuh.

"Heru tolong membuat dokumentasi dan Alex menghubungi dr. Mulyawan untuk memberi suntikan formalin. Kita akan memandikan jenazah segera." perintah Zuga.

Semua bergerak sesuai perintah. Zuga mendekati Bob Meyer yang bersandar di pilar. Ia tidak bisa mengartikan raut wajah boss nya yang sudah dianggap sebagai pengganti ayahnya.

"Aku mencurigai kematiannya, kulitnya gosong, padahal tidak punya riwayat penyakit jantung. Orang yang bernafsu membunuh dr. James adalah orang yang ingin Bidariblue sebagai mesin pembunuh." sindir Zuga.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!