Inilah cerita dari seorang gadis yang memiliki aura dingin tapi aslinya sangat lembut hatinya. Sering berpura-pura baik hanya untuk menutupi masalah kehidupannya. Nama gadis ini adalah Cassiopeia Maurine. Teman-temannya sering memanggilnya Cassi. Cassi memiliki keluarga yang terbilang harmonis dan memiliki satu kakak yang sangat mengisi hari-harinya dengan banyak kisah, dia adalah Arza Gumintang. Ibunda yang bernama Rani seorang pemilik butik modern yang sangat digemari remaja dan ayahnya Sanjaya seorang pengusaha yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.
"Cassi,,,Nak bangun ini hari pertamamu sekolah nanti telat!" Suara sepiker Bunda yang memanggil Cassi agar segera bangun.
"Iya Bun, Cassi sudah siap." Jawab Cassi yang segera keluar dari kamar.
"Dimana Kak Arza,bun?" Tanya Cassi pada bunda yang sedang menyiapkan sarapan.
"Ohh iyaa Bunda lupa Kakakmu sudah duluan berangkat kuliah." Jawab Bunda.
"Terus Cassi?" Tanya Cassi sembari menghela napas panjang.
"Sudah olahraga dulu naik sepeda." Jawab Bunda santai yang hanya dibalas Cassi dengan senyum yang sangat tidak ikhlas.
Hari ini untuk pertama kali memasuki sekolah dengan seragam abu-abunya Cassi harus berolahraga pagi dengan mengendarai sepeda kesayangannya. Hati yang sangat berat jika memikirkan perbuatan Kakaknya hari ini rasanya dia ingin memukul keras dengan kekuatan sumo. Akan tetapi, melihat kecilnya kedua tangannya mengurungkan niat buruknya itu.
"Sebal sekali mempunyai Kakak yang tidak memiliki hati nurani seperti Kak Arza." Ucap Cassi yang menggerutu pada dirinya
Ketika Cassi menambah laju sepedanya tiba-tiba saja rantainya lepas sehingga Cassi tidak siap berhenti dan akhirnya terjatuh. Kaki Cassi terdapat sedikit luka tetapi dia segera berdiri.
"Aduh, bagaimana sebentar lagi pasti masuk." Cassi yang sedang bicara pada dirinya sendiri.
Terdengar suara motor yang sangat memecah keheningan di jalan tersebut. Suara itupun berhenti tepat Cassi sedang meratapi nasib sepedanya. Tangannya sedikit kotor karena memegang rantai sepeda dengan harapan dapat memperbaikinya tetapi hasilnya sama saja dia tidak bisa memasangan kembali rantai itu.
"Mau ikut?" Ujar seorang pria yang memberikan tumpangan, Cassi sempat mempertimbangkan keputusannya.
"Boleh." Cassi mengiyakan.
Diperjalanan menuju sekolah hanya ada keheningan tidak ada yang membuka suara dan sampai di sekolah.
"Terima kasih sudah memberi tumpangan." Ucap Cassi pada pria yang melepaskan helm tersebut.
Akan tetapi pria tersebut tidak menjawab ucapan terima kasih dari Cassi, dia langsung pergi meninggalkannya di parkiran sekolah. Paginya hari ini membuat dia berdecak kesal.
"Reland Gustian, manusia freak itu menyebalkan, ganteng tetapi not my tipe." Kesal Cassi pada pria yang dia ketahui bahwa namanya Reland, dia sempat melihat di tagar nama pada bajunya.
Cassi pun tidak ambil pusing, dia langsung pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya yang berwarna hitam tidak merata karena oli tadi. Di dalam kelas sudah ada penyambutan dengan meriah oleh kedua sahabatnya, Tasya dan Lintang. Sebenarnya ada satu lagi sahabat Cassi yang tidak sekelas, Arsya. Mereka bersahabat dari SMP dan berlanjut di SMA.
"Hm, baru datang ya kamu." Sapa Tasya pada Cassi.
"Iya soalnya aku tadi naik sepeda tersu jatuh masalahnya rantainya yang lepas." Curhat Cassi menceritakan kejadian pagi ini.
"Terus kamu berangkat sekolah tadi?" Tanya Lintang.
"Bareng sama cowok yang tidak aku kenal siapa dia." Jawab Cassi santai dengan meletakkan tasnya.
"Parah nih anak, kamu tidak bilang makasih juga?" Ucap Tasya.
"Sudah,tapi cuek balasannya." Jawab Cassi tidak bersemangat.
Mereka bertigapun pergi ke lapangan untuk melaksanan kegiatan rutinitas di hari Senin yaitu upacara bendera. Hari ini sangat panas, setelah upacara keempat sahabat ini sedang berkumpul di kantin untuk membeli minum. Tiba-tiba saja Cassi melihat sosok pria yang tak asing di penglihatannya.
"Itu yang sudah cuekin aku tadi." Ucap lirih Cassi memecah keheningan dengan menunjuk salah satu pria yang sedang makan di kantin.
"Beneran Cas?" Tanya Tasya dengan nada tidak percaya.
"Iya Tas."jawab Cassi malas.
"Asal kamu tahu ya Cas, itu Kak Reland salah satu cowok tampan versi sekolah kita ini." Ucap Arsya antusias.
"Terserah, balik ke kelas yuk." Ajak Cassi.
...*****...
Ketika pulang sekolah Cassi sangat menunggu jemputan dari seorang Arza. Cukup lama dia menunggu dan akhirnya Arza pun tiba.
"Nunggu siapa gadis kecil?" Tanya Arza pada adiknya itu dengan nada mengejek.
"Menurut anda Bapak tua?" Tanya Cassi balik dan langsung mengendarai mobil kakaknya tanpa basa-basi.
"Cepat tua baru tahu rasa." Arza menggoda adiknya itu yang terus memasang wajah merengut.
"Beli makan mau?" Tanya Arza yang sedang membujuk adiknya yang sedang merajuk.
"Aku mau ice cream." Jawab Cassi singkat.
"Baik nona, kita berangkat." Ucap Arza.
"Hore, harus pakai toping rasa cokelat, stroberi, oreo dan paling atas tambah bubuk matcha." Permintaan Cassi yang membuat Arza melongo.
"Banyak permintaan kamu, rasanya Kakak ingin sekali meninggalkan kamu disini dan bayar sendiri." Ucap Arza yang ingin sekali meninggalkan Adiknya itu karena gemas.
Dalam hubungan Adik dan Kakak memang sudah biasa mendengar pertengkaran. Sering kali hal-hal kecil saja sudah diributkan. Adik yang biasanya mempunyai sifat yang keras kepala, ingin menang sendiri, egois, dan segala kemauan harus di wujudkan. Sedangkan Kakak yang harus memenuhi tuntutan dewasa dalam segala hal dari mengalah, tidak mengutamakan keinginannya, menjadi contoh yang baik, dan siap menjadi garda terdepan melindungi gadis kecilnya.
Tanpa penolakan Arza tetap membelikan ice cream pesanan Cassi. Dengan gembira matanya berbinar melihat sesuatu yang di bawa Arza. Tidak ada yang lebih membahagiakan kecuali makanan favoritnya. Ketika hendak melangkahkan kakinya, tidak sengaja Arza tergelincir yang menyebabkan pesanan yang sejak tadi penuh penantian berserakan. Sontak Cassi keluar dari mobil ingin sekali mengutuk Kakaknya.
"Kak Arza bagaimana bisa jatuh, padahal sudah menunggu lama!." Ketus Cassi dengan wajah memelas memperhatikan ice cream telah bersatu dengan tanah.
Dengan rasa bersalah, Arza meminta maaf kepada Cassi. Tetapi Cassi meninggalkan Arza sendiri dengan kebingungan. Apa ini salahnya, ini kecelakaan tanpa sengaja. Dia pun mengikuti Cassi masuk ke dalam mobil.
"Kakak minta maaf ya, beli yang baru aja gimana?" Tanya Arza pelan-pelan karena takut Adiknya semakin kesal.
"Pulang saja, capek!"
Akhirnya Arza mengikuti perintah Cassi yang memejamkan matanya. Dia tahu bahwa Adiknya sangat kesal dan sekarang hanya berpura-pura tidur saja. Lampu merah menghentikan mobilnya, terlihat Cassi masih dengan posisi yang sama. Penasaran akan hal tersebut, Arza mengetuk kepala Cassi tepatnya di bagian jidatnya.
"Aduh, sakit Kak. Ini kepala kesayangan Bunda main dijitak-jitak tidak sopan" Ujar Cassi yang mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
"Beneran tidur?"
"Iyalah!" Ketus Cassi yang masih kesal.
Cassi tidak tidur hanya saja dia ingin memejamkan matanya. Tenaganya terkuras habis padahal di sekolah tadi tidak banyak melakukan aktivitas. Sekarang yang terkena dampaknya yaitu Kakaknya.
"Tidak salah teman Kakak banyak yang masih jomlo"
"Kenapa?" Tanya Cassi sontak menoleh ke arah Arza yang berlagak menghadap ke depan dengan tatapan hampa.
"Karena memang sulit memahami wanita." Jawabnya menoleh ke arah Cassi sembari mengelus dada.
Melihat reaksi Arza yang berlebihan menurut Cassi dia pun mengalihkan pandangan ke depan tanpa memberikan reaksi. Arza hanya bisa mengedipkan matanya berkali-kali. Bukan reaksi ini yang dia inginkan. Tetapi tidak salah memang ini Adiknya, salah satu wanita diantara wanita yang sulit untuk dipahami.
Awan biru dan suara kicauan burung menandakan matahari akan terbit. Cassipun sudah siap untuk membuka hari. Dengan memakai seragamnya, dia bercermin memandangi dirinya yang sudah terlihat rapi. Tidak ingin mengulangi kesalahan seperti kemarin diapun bergegas ke meja makan terutama menemui Kakak kesayangannya, tapi bohong batin Cassi.
"Selamat pagi Bunda, Ayah, dan Kak Arza yang paling jelek di bumi ini." Sapa Cassi di meja makan yang sudah lengkap keluarga kecilnya berkumpul.
"Putri ayah memang paling cantik, tumben sudah rapi." Puji Sanjaya pada Cassi yang tersenyum tiada henti.
"Iya Ayah kalau tidak cepat nanti sopir Cassi berangkat kerja duluan." Jawab Cassi melirik ke arah Arza.
"Salah siapa lambat sekali." Balas Arza membalas ucapan Cassi.
"Sudah mari kita makan dulu nanti pada telat, Bunda juga mau ke butik." Tutur Rani meleraikan kedua anaknya.
Arza mengantarkan Cassi di depan pintu gerbang, bersamaan dengan datangnya Tasya yang terengah-engah.
"Cassi tunggu." Panggil Tasya.
"Kenapa harus lari? Apa yang dikejar?" Tanya Cassi melihat temannya terlihat kelelahan karena berlari.
"Kak Arza makin ganteng ya." Puji Tasya pada Arza yang sudah pergi.
"Mata kamu sudah tidak sehat Tasya, dari mananya ganteng ayo ke dokter mata dulu kita periksa." Jawab Cassi yang tidak habis piker dengan ucapan sahabatnya.
"Yang tidak sehat itu mata kamu Cass, Kakak ganteng seperti itu malah tidak diakui." Ujarnya tak mau kalah.
Cassi pun tidak mendengarkan ucapan Tasya yang melangkah lebih cepat, karena Cassi ceroboh tidak memperhatikan jalan dia pun menabrak seorang pria. Mengingat kejadian sebelumnya sepertinya Cassi dan Arza memang sudah terbukti saudara, sama-sama tidak berhati-hati dalam berjalan.
"Maaf aku tidak seng— " Ucapan Cassi terhenti melihat pria dihadapannya.
Pria tersebut hanya memasang muka datar dan meninggalkan Cassi tanpa mengucapkan satu kata pun. Siapa lagi kalau bukan Reland dengan menyesal Cassi ingin sekali menarik ucapannya barusan.
"Susah ya kalau ketemu batu hidup." Gerutu Cassi.
"Beruntung sekali Cas, masih pagi sudah bertabrakan cowok ganteng." Ucap Tasya yang sedikit membuat Cassi bergidik ngeri.
"Terserah Tasya aja ya, sudah ayo ke kelas." Ajak Cassi menggandeng tangan Tasya.
Jam istirahatpun akhirnya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi keempat manusia ini. Tidak menunggu lama mereka berempat telah berkumpul dan menuju ke kantin. Persahabatan yang membuat orang lain iri melihatnya, meskipun berbeda kelas Arsya maupun yang lain tetap bersama. Kemungkinan masih awal mereka bisa bertahan, apakah sampai di penghujung masa putih abu-abu selesai. Adakah yang akan membuat perubahan pasti tidak ada yang ingin mengalami perpecahan.
"Kalian mau makan apa?" Tanya Tasya pada ketiga temannya.
"Aku mie ayam pangsit." Jawab lintang.
"Sama." Jawab Caca dan Arsya bebarengan
"Aku pesan terlebih dahulu." Ucap Tasya pada ketiga temannya.
"Baik sekali Tasya, tidak seperti biasanya." Ucap Arsya sedikit curiga.
"Benar sekali pasti ada niat terselubung." Jawab Lintang.
Tidak lama kemudian, makanan merekapun sampai dengan keadaan selamat tanpa kekurangan apapun.
"Cassi lihat ada Kak Reland." Panggil Tasya.
Cassi yang mendengar nama itupun langsung tersedak.
"Ini minum, harus kagetnya sampai tersedak seperti itu." Kata Lintang sambil memberikan secangkir minum.
"Siapa yang tersedak, kalian yang mengagetkan."Jawab Cassi.
"Iya-iya yang tersedak Arsya." Ucap Arsya dengan nada menggoda.
Cassi terlihat sangat gugup dan juga terdapat rasa kesal kehadiran pria yang meskipun terdapat jarak beberapa meja di kantin. Pandangannya berkali-kali mengarah ke Reland yang mengobrol bersama teman-temannya. Semakin lama apabila mengingat pertama kali sikap Reland membuat Cassi kembali dengan kekesalannya. Batinnya tidak ada gunanya tampan kalau sikapnya seperti kulkas dingin dua pintu.
"Nanti malem kalian pada ada acara?" Tanya Skyler pada ketiga sahabatnya yang sedang duduk santai.
"Tidak ada, bagaimana jika di tempat Reland?" Tanya Risto yang dibalas Reland dengan menaikkan satu alisnya.
"Tidak menerima tamu!" Jawab Reland jelas bahwa dia keberatan.
Tetapi apa daya seorang Reland tidak bisa menolak sahabatnya. Malampun telah tiba Skyler, Risto, dan Fatan sudah berada dirumah Reland.
"Bagaimana jika kita main truth or dare?" Tanya Skyler.
"Sepertinya seru." Jawab Fatan.
Merekapun bermain hingga sekarang sudah waktunya Reland yang mendapat giliran.
"Pangeran Reland dipersilahkan untuk mendapat giliran." Ucap Risto.
"Aku dulu yang memberi pertanyaan, Truth or dare?" Tanya Skyler.
"Truth." Jawab Reland.
"Dapat ditebak, pertanyaannya kenapa kamu belum bisa lupa Raena?" Tanya Skyler.
"Sudah move on." Jawab Reland santai.
"Bohong kamu Land, kenyataanya banyak cewek yang suka sama kamu tapi tidak ada satupun yang bisa meluluhkan hati." Ucap Fatan.
"Karena ingin sendiri dulu." Jawab Reland masih dengan santai.
Untuk kesekian kalinya,dan sekarang giliran Risto yang mendapatkan pertanyaan.
"Truth or dare?" Tanya Fatan.
"Aku pilih dare, tantangan sang—" Jawab Risto dan belum melanjutkan ucapannya namun sudah dipotong oleh Skyler.
"Tantangannya kamu besok ke kantin bilang kalau Skyler tampan." Ujar Skyler mengenai tantangannya.
"Dih tantangannya sangat tidak asyik, tidak sesuai fakta." Jawab Risto.
Permainan berakhir, sehingga mereka pun pulang karena sudah larut malam. Keesokan harinya, Risto dan Reland sudah harus mengerjakan tantangan yang telah diberikan sahabatnya semalam.
"Ayo ke kantin kamu ada hutang sama kita." Ucapan Skyler yang sangat tidak disukai Risto.
"Sabarkanlah hari ini, semoga berjalan dengan lancar." Ucap Risto dengan wajah memelas.
Mereka pun ke kantin, Risto dan Reland mulai membayarkan hutang tantangan mereka.
"Hello, perkenalkan di sini ada Skyler yang mengaku Ganteng tetapi kalian harus tahu dia jomlo akut dan menempati pria paling–" Suara cempreng yang sangat membuat sakit telinga namun Risto berhenti bersuara ketika Skyler memukul kepalanya sedikit kuat.
"Mohon maaf sangat disengaja, lain kali memperkenalkan sahabat itu yang benar Risto." Geram Skyler dengan tersenyum paksa.
"Terserah, kamu juga salah memberi tantangan sangat tidak masuk akal." Jawab Risto tidak mau mengalah.
"Sudah kalian ini seperti kucing dan anjing saja, jangan lupa tantangan si Reland Gustian." Ucap Fatan.
"Santai masih ingat." Jawab Reland.
Terlihat sesosok perempuan yang akan menjadi sasaran Reland melakukan tantangannya. Sebenarnya semalam Reland mendapatkan tantangan untuk berkenalan dengan salah satu perempuan yang ada di sekolah secara bebas untuk melihat bahwa Reland sudah bisa membuka hati dan melupakan sosok Raena. Selama ini, ketiga sahabatnya tidak pernah melihat Reland dekat dengan siapapun kecuali ada tugas sekolah.
"Nama kamu siapa?" Tanya Reland pada perempuan itu yang terlihat bingung.
"Aku?" Tanya Cassi yang nampak terkejut.
"Iya" Jawab Reland singkat.
"Nama aku Cassi." Jawab Cassi singkat juga batinnya memang hanya dia yang bisa berkata singkat.
"Hm, tidak terasa lampu hijau mulai terang." Ucap Lintang dengan nada menggoda.
"Oke." Ucap Reland dan langsung kembali pada ketiga sahabatnya.
Kedua sahabat Cassi memberika reaksi yang sangat tidak ingin dilihatnya. Rasanya geli dan bingung menjadi satu kesatuan yang utuh.
..."Untuk pertama kalinya,aku merasakan ada yang berbeda tetapi ini tak biasa rasanya jantungku tidak berada pada tempatnya, inikah gugup yang tiba-tiba"~Cassiopeia Maurine...
Hari minggu yang sangat membosankan bagi Cassi. Padahal hari ini dia akan olahraga pagi bersama sahabatnya, akan tetapi tidak satupun yang ingin pergi sehingga Cassi harus berolahraga sendiri dengan mengendarai sepeda kesayangannya.
"Seperti ini nasib mempunyai sahabat yang tidak sejalan dan satu pikiran, punya Kakak juga tidak mengerti keinginan Adiknya." Gerutu Cassi dengan mengayuh sepedanya sedikit bertenaga.
"Seharusnya aku paksa saja Kak Arza." Cassi pun semakin cepat mengayuh sepedanya.
Cacssi menuju sebuah warung kecil untuk membeli air mineral. Tidak disangka dia bertemu dengan teman sekelasnya,Abay.
"Hai, Cass." Sapa Abay.
"Hai, dari mana Bay?" Tanya Cassi.
"Mau pulang dari joging keliling Cass, kamu sendiri?." Tanya Abay kembali.
"Sama Bay, ini juga mau pulang." Ucap Cassi.
"Cass, antar aku pulang ya?" Permintaan Abay yang sedikit membuat Cassi terkejut.
"Hah! Bagaimana caranya?" Tanya Cassi yang sedikit bingung.
"Sini, aku yang bawa sepeda kamu." Ucap Abay.
Ternyata maksud Abay adalah membonceng Cassi dengan sepedanya. Cassi sedikit takut dengan posisinya yang nampaknya tidak nyaman. Akan tetapi, setelah naik dan Abay yang mengayuh sepeda semakin cepat membuat Cassi merasa ketenangan, angin yang mengibaskan rambutnya membuat keringat Cassi berkurang.
"Bay, rumah kamu masih jauh?" Tanya Cassi.
"Dekat Cass, sebentar lagi sampai." Jawab Abay.
"Bagus Bay, sudah tidak bertenaga sekarang sangat lelah" Ucap Cassi.
Akhirnya, mereka sampai di depan rumah Abay.
"Ini dia." Ucap Abay tiba-tiba sembari menunjuk sebuah rumah.
"Ini rumah kamu?" Tanya Cassi.
"Iya Cass, mau singgah dahulu ?" Ucap Abay menawarkan pada Cassi untuk singgah di rumahnya.
"Sepertinya tidak dulu Bay, lain kali saja. Aku langsung pulang saja" Jawab Cassi.
"Makasih ya Cass sudah mau mengantarkan sampai rumah. Minggu depan kalau mau aku yang antar kamu Cass." Ucap Abay pada Cassi.
"Iya sama-sama, boleh. Aku juga tidak ada teman. Kalau begitu aku pamit pulang dulu ya Bay." Ucap Cassi kemudian berpamitan pada Abay.
"Hati-hati di jalan Cass." Teriak Abay yang melihat Cassi semakin jauh dari pandangannya.
Cassi mengayuh sepedanya langsung menuju rumah karena dia sudah gerah dan ingin istirahat.
"Siang nanti tinggal ke toko buku saja, Kak Arza mau tidak diajak?" Tanya Cassi pada dirinya sendiri.
Perjalanan menuju rumah Cassi sedikit jauh sehingga dia merasa tambah lelah karena mengayuh sepeda terlalu lama. Sesampai di rumah, yang benar saja Kakak kesayangannya pun dengan santai telah menyambut kehadirannya.
"Gadis kecil kesayangan Kakak sudah pulang. Habis olahraga seharusnya segar Cass bukannya mengerucut tidak sedap dilihat." Ujar Arza pada Cassi yang tengah melangkah memasuki rumah.
"Sangat cerewet anda ini, tadi yang tidak mau di ajak siapa. Aku kebosanan sendiri." Ucapnya pada Arza dengan nada menyindir.
"Minta maaf, kamu juga tidak direncanakan. Kakak tadi lagi ada tugas" Bujuknya pada sang Adik.
"Sudah Cassi mau mandi dulu. Gerah!" Ucap Cassi.
Cassi pun pergi ke kamar, namun kebiasaan Cassi tak langsung mandi. Dia istirahat sejenak dengan duduk di kursi belajar, Tidak membutuhkan waktu lama, Cassi bergegas mandi mengingat siang nanti dia akan pergi ke toko buku. Setelah mandi dia mengenakan baju lengan panjang dan rok dibawah lutut yang terlihat sangat elegan dengan rambut yang masih terurai karena basah.
"Kak, Bunda masak apa hari ini?" Tanya Cassi pada Kakaknya yang tengah santai di hadapan laptopnya.
"Buka saja sendiri, kata Bunda jangan lupa makan." Jawab Arza.
"Iya ini juga mau makan." Ucap Cassi.
"Kak,siang nanti antar Cassi ke toko buku ya?" Pinta Cassi dengan nada memelas.
"Ada maunya saja ngomong lembut sekali coba kalau tidak, dasar." Ucap Arza.
"Katanya gadis kecil kesayangan, seharusnya tidak mengeluh." Tutur Cassi mengingatkan Arza.
"Iya, mau jam berapa?" Tanya Arza.
"Sekitar jam satu." Jawab Cassi.
"Baiklah, cepat makan habis ini kamu siap-siap ini sudah jam 11 lewat 45 menit 36 detik. Jadi kalau kamu lelah istirahat saja dulu baru kita pergi." Ucap Arza panjang kali lebar.
"Siap, terima kasih Kakak kesayangan." Ucap Cassi dengan senyum merekah.
Waktu berlalu cepat, setelah makan Cassi masuk ke kamar. Untuk merebahkan tubuhnya dan mendengarkan sebuah lagu yang tergolong sedih. Cassi sangat merindukan keluarganya berkumpul seperti dahulu, akan tetapi saat ini sudah berbeda Bunda dan Ayah sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
"Cassi rindu kita kumpul bersama di rumah." Ucap Cassi dan tak terasa satu butir air matanya pun jatuh.
Tidak lama,suara cempreng Arza sangat mambuat suasana hati Cassi berubah seketika.
"Cass, ayo sudah siap." Ucap Arza yang sudah siap mengantar Cassi.
"Ayo." Ajak Cassi.
Akhirnya mereka telah sampai pada toko buku,namun sangat tidak disangka Arza pun memiliki tujuan tersendiri.
"Cass, hari ini sebenarnya Kakak ada janji bersama teman jadi kamu minta jemput teman kamu dulu." Ucap Arza yang membuat Cassi melongo.
"Kakak kenapa baru bilang. Kalau bilang dari tadi aku bisa sendiri berangkatnya." Ucap Cacssi kesal.
"Sebagai Kakak yang baik harus mengantar Adiknya bukan." Ucap Arza yang terdengar sangat santai.
"Terserah nanti mau jalan saja." Jawab Cassi dengan nada semakin kesal.
"Bercanda Cass, nanti kamu telpon saja kalau sudah. Pasti mau keliling dan baca?" Tanya Arza sedikit menenangkan Cassi yang terlihat jelas kesal.
"Iya pasti, jangan lama kalau di telpon langsung angkat!" Jawab Cassi yang tanpa pamit lagi meninggalkan Arza.
Arza juga berangkat dengan suasana tenang karena Cassi mengizinkannya pergi Sedangkan Cassi masih dengan rasa kesalnya ingin sekali memukul dan menyumpahi Kakaknya sesuka hati. Akan tetapi masih tertahan, belum mereda kesalnya dia melihat sosok pria yang sangat tidak asing dimatanya.
"Itu Reland,cowok dingin si batu hidup." Ucap Cassi.
"Terus dia beli bunga untuk siapa?" Tanya Cassi dengan pandangan memastikan bahwa yang dilihatnya benar-benar Reland.
Tiba-tiba saja Reland menghampirinya, dengan posisi yang tidak sadar karena terlalu fokus memastikan bahwa pria tersebut Reland, Cassi langsung menghadap belakang dan melangkahkan kakinya ke depan pintu kaca pada toko buku tersebut. Alhasil kepala Cassi yang menjadi sasaran tabrak di tempat pintu kaca itu.
"Aduh" Ucap Cassi sambil mengelus kepalanya yang sedikit nyeri.
"Kenapa jalan kemari Reland itu, jangan gugup harus berani. Santai Cass tarikk nafas." Namun belum selesai Cassi berbicara pada dirinya sendiri.
"Lagi apa? Baca mantra sebelum masuk toko?" Tanya pria itu dingin.
"Mantra apa? Dasar aneh!" Jawab Cassi yang terlihat gugup.
"Gugup?" Tanya Reland kembali yang membuat jantung Cassi sedikit lebih berdegup kencang.
"Tidak, aku mau masuk " Ucap Cassi dan meninggalkan Reland di depan pintu toko buku tersebut.
"Harus yang muncul cowok itu, padahal populasi cowok di dunia ini khususnya Indonesia banyak. Kenapa yang muncul Reland!" Ucap Cassi yang menggerutu pada dirinya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!