NovelToon NovelToon

BANGKOK STORY (Cerita 14 Hari)

Prologue

An

menarik kopernya keluar dari Bandara Soekarno Hatta. Perjalanan selama 45 menit

itu cukup membuatnya sedikit terseok menarik koper yang lumayan berat itu.

Namanya

Minara Andana, tapi ia akrab dipanggil Andana atau An saja. Bahkan untuk

teman-teman yang usianya jauh di bawahnya, mereka suka memanggilnya dengan sebutan Mams. Umurnya

29 tahun, ia seorang penulis novel online yang tidak memiliki banyak pembaca.

Bahkan banyak novel yang sudah ia tulis, tapi tidak selesaikannya. Alasannya

adalah writer block yang berujung dengan malas. Haha, tapi itu lah An. Dan itu

juga yang membuatnya tidak memiliki banyak penggemar. Andana bahkan berhenti

menulis selama 2 tahun karena patah hati.

Tapi

belakangan ini ia kembali menulis, namun dengan genre yang di luar zona

nyamannya. Dulu Andana yang selalu menulis novel dengan kisah cinta romance

laki-laki dan perempuan, kini ia menulis kisah cinta BL (boys love). Dimana

genre ini masih sangat tabu untuk sebagian masyarakat di negaranya.

Tapi

bukan tidak ada alasan mengapa ia bisa memantapkan hati untuk menulis dan

sampai akhirnya mempublish cerita BL pertamanya itu. Dan alasannya itu adalah

salah satunya karena Gita.

"Gita…."

Panggil An pada teman yang sudah 2 tahun ini ku kenal lewat sebuah aplikasi

radio online.

"Mams,,,,"

seru Gita saat melihat Andana melambaikan tangan.

Andana

berlari menghampirinya, dan begitupun dengan Gita. Hingga Andana dapat memeluknya

dan melampiaskan kebahagiaannya.

"Akhirnya

kita ketemu," ucap An memeluknya erat dengan senyum sumringah.

"Aku

seneng banget mams akhirnya kita ketemu," timbal Gita yang juga memeluk An.

Namanya

Gita Karinda Putri, dan awal mula Andana mengenalnya dengan nama pena Ona. Dia

adalah salah satu teman online An yang memiliki banyak kesamaan. Mereka sama-sama

anak yang lumayan introvert. Andana butuh waktu yang tidak sebentar untuk

mendapatkan kepercayaannya agar mau terbuka dan nyaman dengannya. Karena dia

yang tidak mudah untuk didekati.

Setelah

Andana mendapatkan kepercayaannya, An mulai terbuka padanya dalam banyak hal. Andana

berbagi sedikit banyak kisah hidup yang menjadi perjalanan hidupnya.

Hingga

An pernah berada pada titik terendah dalam hidupnya. Dimana An yang semula

ceria dan welcome pada siapapun bahkan pada yang baru dia kenal, menjadi

tertutup bahkan menutup diri dari dunia luar. Karena pinjol yang menghancurkan

dunianya.

Dan

saat Andana merasa bahwa hidupnya sudah benar-benar hancur, Gita datang mencoba

untuk menghiburnya. Dimana yang Andana tau bahwa dia adalah anak yang tidak pernah

mau ikut campur dalam masalah siapapun, tapi dia memberanikan diri untuk

berbicara pada An saat itu.

*

"Mams?

Jangan pernah merasa sendiri ya, ada aku, ada Gyel, dan ada yang lainnya juga

disini untuk mams. Mams tidak apa-apa kok kalau mau menyendiri, tenangin saja dulu

pikirannya. Aku emang gak bisa bantu Mams dalam hal finansial, tapi aku akan

selalu ada untuk Mams. Apalagi kalo Mams mau curhat, curhat saja sama aku. Pasti

akan aku dengarkan." Ucap Gita kala itu.

"Terimakasih

ya kalian masih stay, tidak meninggalkan Mams disaat Mams sedang terpuruk seperti sekarang

ini," ucap Andana sambil meneteskan air mata.

An

tidak menyangka, mereka yang bahkan belum pernah ia temui, tapi selalu ada

disaat terburuknya. Tidak hanya Gita, tapi ada Gyel, Rhya, Max, Aji dan Ainun.

mereka adalah orang-orang yang ada disaat Andana benar-benar terpuruk. Bagaimana

Andana tidak sayang pada mereka?

"Mams,

aku ada drama series yang mungkin bisa membunuh waktu dan pikiran Mams agar tidak

terus-menerus kalut. Mau coba nonton?" Ucap Gita ragu.

"Boleh

ta, kirim aja linknya ya. Nanti mams tonton," jawab An kala itu.

Dan

tidak butuh waktu lama sebuah link drama berepisode pun masuk melalui pesan

WhatsApp An. Dan Andanapun segera membukanya dan mulai mencoba untuk menontonnya.

Awalnya

An hanya melihat, tanpa terlalu memperhatikan. Hingga ada di beberapa adegan

yang membuatnya mengernyitkan keningnya.

"Ini

film gay?" Batin An.

Namun

anehnya, Andana yang dulu homophobia, saat menonton series itu, tidak merasakan

apapun selain kata tertarik.

Andana

tenggelam dalam cerita series itu hingga ia terus menantikan episode-episode

selanjutnya tayang setiap seminggu sekali.

"Gita,

itu link yang kamu kirim ke Mams waktu itu link Gay ya?" Tanya An melalui

pesan singkat.

"Iya

Mams, kalo Mams gak nyaman nanti aku kasih link yang lainnya ya," balasnya

kemudian.

"Enggak

kok, Mams nyaman. Mams cuma mau tanya aja sama kamu, dan mau ngucapin makasih

banget karna link yang kamu kasih itu Mams jadi ngabisin waktu untuk nonton dan gak lagi mikirin masalah mams." Balas An kemudian.

"Aku

bersyukur banget kalo gitu Mams, Mams mau aku kirim link yang lain biar makin

banyak yang Mams tonton?" Tawar Gita.

"Boleh,"

balas An.

Lalu

Gita mengiriminya beberapa link series yang bisa ia tonton. Dan ada beberapa

juga yang An cari sendiri untuk menjadi play list nya.

Hingga

ada satu series yang awalnya Andana iseng menonton untuk kembali membunuh waktu

dan menenangkan pikirannya itu, menarik perhatian Andana. Awalnya An masih bingung

dengan alur ceritanya, tapi tokoh utama dalam series itu membuat An ingin

mengerti alur cerita yang diperankannya. An mencoba untuk Kembali memahami

alur cerita dengan memutar ulang series itu. Hingga An larut dalam peran tokoh

utama itu. Membuatnya tanpa sengaja menyukainya dan jatuh hati padanya.

Karena

series itu Andana jadi ingin mengenal dia di dunia nyatanya. Berkat perannya itu

membuat An yang tidak pernah mau perduli tentang kehidupan orang lain, menjadi

sangat ingin mengetahui bagaimana kehidupan ia di dunia nyata. Andana menjadi

sangat penasaran dengan hidupnya. Membuat An mencaritau semua akun media

social yang dapat terhubung dengannya.

Namanya

Prachaya, actor pertama yang mampu meluluhkan hati Andana untuk mengidolkannya. Aktor pertama yang bisa menenangkan dunia An yang benar-benar sedang berantakan.

Seorang actor yang berasal dari Thailand. Kelahiran Bangkok, 29 Juli 1994. Dan

yang membuat Am semakin tertarik padanya adalah, Andana dan dia memiliki beberapa

hobi dan pola pikir yang sama. Hal itu tentu saja semakin membuat An menyukai

dan mengidolaknnya. Dan dia adalah alasan utama Andana mau Kembali menulis novel

untuk di publish. Karena dia juga Andana ingin menulis cerita dengan genre BL.

Mengenalnya, merubah hidup An menjadi lebih berwarna. Matanya yang sipit dan

seperti bulan sabit ketika tertawa itu, mampu membuat An tidak bisa menatap

kearah yang lain. Juga senyumannya yang sangat khas itu membuat Andana sangat

jatuh hati padanya.

“Kamu

kenapa sih, Moy?” tanya Max yang heran melihat tingkah Andana berubah semenjak ia

suka nonton series-series BL Thailand.

“Kenapa

aku emangnya?” tanya An yang acuh.

“Moy?” panggil

Max lagi yang pertanyaannya tak di gubris.

“Apaan

sih?” jawab Andana ketus.

“Kamu

kenapa sih?” tanya Max lagi.

“Aku

kenapa emangnya?” tanya An lagi sambil mendengus kesal.

“Semanjak

kamu ngabisin waktu nonton series Thailand, kamu semakin cuek lho,” tanya Max lagi.

“Mana

ada aku begitu. Kamu saja yang mikir aneh,” jawab An santai.

“Enggak!

Kamu memang semakin berubah semenjak kenal BL Thailand. Moy? Kamu masih waraskan? Kamu

enggak belokkan?” tanya Max lagi dengan raut wajah serius.

“Emangnya

aku gila? Emang aku belok gimana maksud kamu?”ucap An balik bertanya dengan

memasang raut wajah mulai kesal.

“Ya

belok? Kamu, masih doyan lelaki, kan?” tanya Max yang masih memasang wajah

seriusnya.

“Waahh!

Sepertiya kamu yang gila ini tu, bisa-bisanya kamu katain aku belok,” jawab Andana dengan

wajah yang tidak habis fikir dengan pertanyaan yang dilontarkan temannya yang berasal dari provinsi

Kalimantan ini.

RENCANA KEBERANGKATAN

Namanya

adalah Maxselouis, namun mereka lebih sering memanggil dia dengan sebutan Khodam.

Bukan tanpa sebab dia bisa mendapatkan julukan itu. Berawal dari salah satu aplikasi radio

online yang Andana dan teman-temannya pakai yang hanya sekedar untuk berkumpul dan bertukar cerita.

Dia masuk menjadi tamu disana, yang membuat Andana dan teman-temannya terkejut adalah, dia yang

datang tiba-tiba menerawang mereka satu-persatu. Mereka yang saat itu sedang

membawakan tema tentang cerita horror langsung ter distrack karena dia yang menebak mereka satu-persatu sedang melakukan apa saat itu. Agak horor emang awalnya, itu

sebabnya mereka menanggilnya kodham. Karna setiap mereka streaming dia selalu masuk

dan menerawang.

Hingga

akhirnya Andana mencoba meminta nomor ponselnya untuk menanyakan sesuatu padanya.

Andana yang memang tidak bisa basa-basi itu langsung saja bertanya tanpa babibu

lagi. Sejak itulah mereka dekat dan menjadi teman hingga saat ini. Dan entah

mengapa dia lebih suka memanggil Andana dengan sebutan Moy daripada nama aslinya An. Mungkin karna

badan Andana yang lumayan berisi.

“Bang,

liat deh. Cakep banget ya orang ini?” tanya Andana saat pertama kali mengenalkan

Prachaya pada Max.

“Cakepan juga aku,” jawabnya.

“Dih

ngaca!” celetuk An.

“Beneran

kok emang cakepan aku juga. Siapa itu?” tanya Max.

“Penasaran

juga kan kamu?” tanya Andana mengejek.

“Hahaha,

siapa Moy?” tanya nya lagi.

“Prachaya,”

jawab An singkat lewat pesan singkat padanya.

“Pasti

aktor Thailand, kan?” tebaknya.

“Iya,”

jawab Andana.

“Sejak

kapan kamu mengidolakan orang?” tanya nya lagi.

“Yaa,

sejak aku nonton series dia itu, hahha” jawab An lagi.

“Makin

gak waras kamu ya, An. Ini bukan kamu banget deh, aku jadi takut deh.” ucapnya lagi.

“Kamu

kenapa sih? Emang aku hantu sampai kamu takutin segala? Kan temen kamu hantu semua rata-rata.

Bukannya seneng temen kamu itu dah gak stress mikirin masalahnya lagi, malah kamu

takut. Aneh tau gak!” ucap An heran.

“Iya

aku itu senang Moy, tapi ini bukan kamu banget deh. Sejak kapan kamu mengidolakan

orang? Sejak kapan kamu jadi kepo sama hidup seseorang? Sejak kapan juga kamu

ngefangirl?” tanya Max yang masih tak percaya.

“Hahaha,”

hal itu pun membuat Andana tertawa membaca apa yang ditulis olehnya.

Sebenarnya

Andana juga awalnya bingung mengapa sekarang ia jadi seperti ini. Tapi yang ia tahu

sekarang, ia bahagia menjalani semuanya.

“Bang,

aku mau ke Thailand, kamu mau ikut enggak?” tanya An masih melalui pesan singkat.

“Mau

ngapain kamu ke Thailand? Jangan bilang mau nemuin Prachaya?” balas Max yang

sepertinya sudah tau gelagat Andana itu.

“Hehehe,

iya. Tapi aku mau nabung dulu. Kamu mau ikut enggak? Kalo enggak, aku berangkat

sendiri deh,” balas Andana lagi.

“Seperti

kamu paham saja kalau disana nanti. Kamu akson Thailand saja belom hapal. Mau sok-sok an

kesana sendirian,” balas Max lagi.

“Yee,

kan ada google translate. Lagian kalo aku belom bisa Bahasa Thailand juga enggak

apa-apa kesana sendirian. Kan bisa pake Bahasa inggris,” jawab An lagi.

“Sekarang

aku tanya, Bahasa inggris kamu sampe mana? Berapa kosakata yang sudah kamu pahami

dan hapal?” tanya Max lagi. Dan itu membuat Andana terdiam.

Baru

An sadari bahwa jangan kan Bahasa Thailand yang sangat sulit ia pelajari.

Bahasa inggrisnya saja masih berantakan dan tak jarang masih menggunakan google

translate untuk menerjemahkan kalimat dalam Bahasa inggris.

Tak

lama dari itu ponsel An pun berdering, terlihat panggilan video dari Max. Dengan

malas Andanapun mengangkatnya.

“Apaan?”

tanya An ketus.

“Kenapa

gak dijawab chat aku?” ejek Max dengan memasang wajah cengengesan.

“Berisik

ah!” timbal An masih ketus.

“Hahaha,

Moy,,, Moy,, kamu itu kalau disuruh menghayal aku akuin paling the best lah.” Goda Max

sambil terkekeh.

“Terus

saja kamu bully aku. Sampai nanti kamu beneran liat kalau aku pasti bisa menggapai apa

yang aku impikan ini kelak.” Ucap An yang masih ketus.

“Hahha,

iya deh iya. Aku percaya sama kamu deh. Apa sih yang enggak buat kamu,” ucap Max

mengalah.

“Hallah,

mulai kan kalau kamu sudah gak bisa lagi debat ama aku,” ucap An dengan bibir mencibir.

"Enggak kok, emang kapan sih aku mau debat sama kamu, Moy?" Tanya Max lagi.

"Ada

aja, awal-awal dulu juga kamu sering adu argumen sama aku, sampai sekarang kalo

debat ama kamu gak pernah aku gak emosi," timpal An lagi.

Hanya

gelak tawa yang terdengar.

“Tapi

seriusan dah Moy, kamu kenapa sih kalo sama aku bawaannya emosi terus?” tanya Max

lagi.

“Karna

kamu menyebalkan, bikin emosi saja kalo ngobrol ama kamu,” jawab Andana.

“Tapi

kenapa kalo kamu punya masalah selalu saja ceritanya sama aku?” tanya nya lagi.

Andana

terdiam sejenak setelah mendengarkan pertanyaan Max itu.

“Gak

tau, udah ah aku mau kerja dulu,” jawab An lagi dan menyudahi panggilan itu.

Sedangkan

diujung panggilan itu Max hanya tertawa mendengar ucapan terakhir Andana.

*

“Mams,

jadi tidur dimana malam ini? Apa mau tidur ditempat aku saja?” tanya Gita saat

berjalan keluar dari bandara.

“Enggak

usah kayaknya Ta, Mams akan cari hotel di deket sini saja. Kamu gimana?

Barang-barang kamu sudah diberesin semua? Pastikan gak ada yang tinggal ya, Ta,”

jawab An sambil masih menarik kopernya.

“Sudah

kok tenang saja Mams, kenapa gak mau tidur ditempat aku aja, Mams? jadikan

sekalian bisa ngirit uangnya?” tanya Gita lagi yang masih merayu An untuk ikut

dia saja.

“Mams

gak enak sama bos kamu Ta, gak apa-apalah nyari penginapan deket sini saja. Lagi

pula kan pesawat kita besok lumayan pagi. Atau gak kamu saja tidur di penginapan

sama Mams, jadi kita besok langsung bisa berangkat bersama,” saran Andana

kemudian.

Terlihat

Gita sedikit berfikir sambil menunggu taksi online yang mereka pesan itu

datang.

Iya,

besok adalah hari keberangkatan Andana dan Gita ke Thailand, negara yang sangat ingin Andana

datangi semenjak Andana mengenal Prachaya. Andana mengumpulkan uang gajinya selama

satu tahun ini agar ia bisa berangkat kesana. Saat Andana mengatakan pada

teman-temannya bahwa ia ingin ke Thailand, Gita tiba-tiba menyarankan untuk

menabung tiap bulan agar bisa cepat kesana. Dari sekian banyak yang

merencanakan untuk ikut, hanya tertinggal Andana dan Gita yang siap dengan segala

sesuatunya. Itulah mengapa hanya ia dan Gita yang akan terbang ke Thailand

besok.

Andana

bersyukur karna itu Gita, yang menjadi teman perjalanan pertamanya untuk

mewujudkan impuiannya ini. Itu sebabnya ia sangat antusias untuk itu.

“Boleh

juga saran Mams itu, tapi anterin aku ambil barang-barang aku dulu ya Mams,

sekalian aku mau pamit dulu sama bos,” ucap Gita memutuskan.

“Siap,

ayo itu deh mobil kita kayaknya,” ajak An saat melihat mobil mendekat kearah

mereka.

Merekapun

langsung dibawa menuju tempat kerja Gita, sambil menunggu Gita berpamitan untuk

cuti kerjanya itu, Andana menunggu didepan gerbang sambil mengedarkan pandangannya

kesegala arah diarea tempat Gita bekerja itu.

*****

“Mams,

mau keluar gak?” tanya Gita saat melihat An hanya fokus pada notebooknya didalam

kamar penginapan.

“Mau

kemana, Ta? Mams kan gak tau wilayah disini. Eh kamu udah bikin list belom untuk

apa-apa yang akan kita lakukan di Bangkok nanti?” tanya An lagi saat ia

mengingat hal penting dari perjalanan ini.

“Hmmm

udah ada beberapa list Mams, tapi kalo mau ditambahin boleh banget jadi kita

nanti puas bener disana nanti.” jawab Gita yang lalu mengeluarkan note kecil

dari dalam tasnya.

“Mau

ke Phuket gak, Ta? Cukup gak waktunya kalo kita kesana untuk 2-3 hari gitu.

Kayaknya seru kalo kita kesana. Katanya Phuket disana indah banget,” saran An.

“Boleh

aja sih Mams, tapi kita bakalan naik bis kesananya. Soalnya kalo kita naik

pesawat pasti nambah biaya tambahan. Apa kita mau liat dulu berapa biaya dari

Bangkok ke Phuket itu?” tanya Gita lagi.

“Boleh

, kalo emang bisa kita lakukan, lakukan aja sekalian Ta, tapi yang paling

penting itu kamu tau kan. Acara ulang tahunya Prachaya harus kita datangi dulu.

Ini harus Mams kasih langsung sama dia,” ucap An sambil memegang kado yang sudah

ia siapkan untuk hadiah ulang tahun Prachaya.

“Siap

Mams, kan tujuan kita kesana juga untuk ikut acara itu. Aku gak sabar mau

ketemu sama dia. Aku juga tergila-gila sama dia,”jawab Gita antusias.

Larut

Andana dan Gita

dalam rencana yang tengah mereka susun hingga tidak terasa sudah jam 23:05. Andana

menyuruh Gita untuk menyudahi obrolan malam itu dan beristirahat. Sebab besok

pesawat mereka pukul 9:20 pagi, jadi mereka harus berangkat kebandara lebih pagi

lagi.

ITS MY DREAM

*****

“Eh

jadi kalian berangkat?” tanya Max yang sedang melakukan panggilan video Bersama

teman-teman yang lainnya.

“Jadilah,

gak liat apa AKU sama Gita udah ketemu begini,” jawab An sambil mengumpulkan dan

merapikan barangnya.

“Pengen

ikut wei, kalian jahat laah,” rengek Kak Rhya.

“Ikut

woy,” tambah Gyel dan Ainun.

“Ayo

lah pada nyusul, kita tungguin ini. Setengah jam lagi berangkat.” Ucap Gita

dengan muka songongnya.

Andana

hanya tertawa melihat Gita yang memamerkan keberangkatan mereka.

“Hati-hati

disana ya. Itu tempat asing, jangan sampai pisah kalian berdua,” nasehat Max tiba-tiba.

“Berasa

dinasehati sama orang tua deh kalo begini,” celetuk Andana.

“Aku

seriusan lho ini, gak lagi bercanda. Moy inget kamu disana gak sendirian,” kata

Max lagi.

“Lah

yang bilang aku sendirian siapa lho?” jawab An heran.

"Moy, aku tau sifat kamu, meskipun aku belom ketemu

sama kamu. Aku sebagai temen cuma mau ngingetin kamu saja. Jangan sampai kamu

bertingkah konyol," ucap Max dengan nada seriusnya.

Andana menatap layar ponselnya sejenak sambil memasang wajah datarnya dan hanya menghela napas mendengar apa yang dikatakan

Max.

"Kamu kenapa sih, Khodam? Aneh banget hari ini. Enggak

biasanya kamu pasang wajah serius begitu. Kita disana cuma seminggu lho. Kamu seperti itu karna gak jadi berangkat bareng kita, ya?" celetuk Gita.

"Bukan masalah itu bek, cuma perasaan aku gak

enak saja. Aku berharap ini cuma perasaan saja." Ucap Max lagi.

"Udah-udah, kenapa jadi tegang gini sih. Iya-iya

aku bakalan hati-hati disana ntar. Kamu gak perlu khawatir. Nanti kalo ada

apa-apa aku bakalan kabarin kamu deh," ucap Andana menyudahi perdebatan itu.

Sedangkan teman-teman yang lain hanya bisa terdiam

mendengarkan percakapan yang agak ambigu itu. Semua juga heran melihat tingkah

Max yang tidak seperti biasanya. Dimana biasanya dia pecicilan dan tidak pernah

mau serius dalam berbicara.

"Doain kita selamat dan balik lagi dengan keadaan

utuh ke Indonesia ya, nanti kalo udah sampai disana kita Video call lagi

oke." Tambah Andana.

"Iya, hati-hati yaa," ucap mereka bersamaan.

Dan Anpun menyudahi panggilan itu. Namun An masih

memikirkan perubahan sikap Max hari ini.

"Ada apa ya Ta sama Max? Gak biasanya dia seperti

itu," tanya An pada Gita.

"Gak tau tuh Mams aneh banget dia hari ini. Bikin

parno orang aja," jawab Gita yang masih membereskan barang-barang

miliknya.

"Ya sudahlah semoga aja gak terjadi apa-apa yaa,

nanti pas sampai Thailand coba Mams telpon deh. Nanya ada apa sama dia. Sekarang

ayok kita ke bandara. Takutnya nanti kita terlambat," ajak An kemudian.

"Iya ayo, Mams," jawab Gita dengan sunggingan

senyumnya.

Merekapun bergegas menuju bandara dengan memesan taxi

online.

Setelah melewati berbagai tahap pemeriksaan, akhirnya

merekapun sudah berada didalam pesawat yang akan membawa mereka ke negara gajah

putih itu.

"Kita doa dulu ya Ta, semoga selamat sampai

sana," ajak An saat sudah berada didalam pesawat. Gita pun mengangguk

dan mulai berdoa.

*****

Setelah melakukan perjalanan panjang yang nyaris 5 jam

itu, akhirnya pesawat mendarat dengan sempurna meskipun ada beberapa kali

mengalami turbelensi.

Andana pun tidak berhenti memandang kagum ketika ia

mulai keluar dari pesawat hingga ia keluar dari bandara itu. Bukan hanya Andana,

ternyata Gita juga terus berdecak kagum melihat negara itu. Bagaimana tidak,

beberapa tahun belakangan kami hanya mampu melihat negara itu dari layar ponsel

mereka saja. Dan sekarang mereka benar-benar ada dan menginjakkan kaki disana.

Rona bahagia tidak dapat mereka sembunyikan lagi.

Merekapun bergegas menuju penginapan yang sudah mereka pesan ketika masih di

Indonesia. Tentunya setelah mereka mengambil beberapa foto di tempat-tempat yang

menurut mereka keren.

"Aahhhhhh, akhirnya sampai," ucap Gita yang

melempar tubuhnya ke atas kasur empuk itu.

Sedangkan Andana mencoba untuk membuka tirai jendela yang

menutupi kamar mereka. An memandang keluar menikmati pemandangan baru yang ia

idam-idamkan beberapa tahun ini.

"Akhirnya aku kesini, aku benar-benar ada di

Bangkok. Aku benar-benar bisa menghirup udara yang sama dengan Prachaya, it's

my dreams," ucap Andana sambil menatap kota itu dari atas kamar mereka yang

berada di lantai 15 itu. Keindahan kota Bangkok dapat mereka nikmati dari sini.

Meskipun mereka mengeluarkan sedikit lebih banyak uang untuk menginap disini.

Tapi pemandangan disini benar-benar sepadan dengan apa yang mereka bayar.

Sebab, hotel tempat mereka saat ini tinggal adalah salah satu hotel yang sering di pakai para aktris atau aktor Thailand untuk istirahat. Itulah sebabnya Gita merekomendasikan hotel ini untuk tempat tinggal mereka selama disana.

"Mams, kita istirahat dulu ya, nanti sorean baru

kita keluar ya. Acaranya Prachaya juga kan nanti malam," pinta Gita yang

sudah terlihat lelah itu.

"Iya, kamu istirahat aja dulu ta, capek banget

keliatannya. Mams mau turun sebentar ya, itu ada penjual makanan gak jauh dari

hotel kita. Mams mau lihat jual apa. Kalau bisa kita makan Mams akan beli untuk

makan kita sebelum berangkat nanti. Kamu istirahat aja disini ya," ucap An

sambil melihat kebawah.

"Iya Mams, kalo ada Thai tea aku mau ya Mams pake

Boba," pinta Gita lagi sambil memejamkan matanya.

"Iya," jawab An yang berjalan mendekati

ransel nya dan meraih kamera yang sengaja ia bawa untuk mengabadikan acara ulang

tahun Prachaya nanti malam.

Andana berjalan menuju lift hotel itu untuk turun ke

lobby. Setelah itu Andana berjalan santai sambil sesekali memotret tempat yang

menurutnya epik. Hingga ia sampai ditempat yang ada beberapa penjual makanan

kaki lima tengah menjajakan dagangan mereka.

Anpun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. An

memotret beberapa makanan yang menurutnya lucu. Bahkan tak jarang penjual disana

tersenyum melihat tingkah An yang terpana melihat semua itu.

*****

"Ta, bangun ta, udah jam setengah 6. Makan dulu,

trus siap-siap." Kata An membangunkan Gita yang masih terlelap.

"Hmm? Jam setengah 6, Mams? Kenapa gak bangunin

dari tadi Mams? Bisa telat kita nanti. Harusnya kita berangkat dari jam 3 atau

4 tadi. Biar kita dapet sport yang bagus buat nonton," kata Gita yang

terperanjat dari tidurnya.

"Kamu kan tidur. Mams mau bangunin gak tega liat

kamu tidur nyenyak banget. Udah gak apa-apa, kalo memang udah rezeki kita, pasti nanti

kita akan dapatkan tempat itu. Sekarang makan dulu. Liat Mams tadi ketemu

ini," ucap An menenangkan Gita sambil menunjuk bungkusan di atas nakas.

"Apa itu Mams?" Tanya Gita sambil menatap

bungkusan itu.

"Som tum, asli enak banget," kata An setengah

berbisik.

Dan itu berhasil membuat senyum Gita terkembang

sempurna. Sebab salah satu yang akan mereka lakukan datang ke negara ini adalah mencicipi som tum asli negara Thailand.

Tak lama dari menyantap makanan itu, merekapun segera

bersiap dan berangkat ketempat dimana mereka akan bertemu dengan idola mereka. Siapa

lagi jika bukan Prachaya. Pria yang membuat Andana menabung satu tahun ini untuk

bisa bertemu dengannya.

"Ayo Mams buruan. Disana kayaknya sport nya pas

buat dokumentasi. Kita juga gak terlalu jauh dan bisa dengan jelas lihat

Prachaya," seru Gita saat menemukan tempat yang pas untuk mereka duduk.

Andana hanya menuruti Gita, dan mengikutinya dari

belakang. Karna jujur, saat ini begitu banyak orang dan begitu riuh suara

menggema didalam ballroom tempat di adakannya acara itu. Dan itu sangat

membuat An tidak nyaman. An tidak melepaskan lengan Gita hingga ia dan Gita

duduk ditempat yang mereka inginkan.

Andana berusaha mengatur nafasnya agar ia bisa lebih

tenang dan tidak panik. Keringatnya bercucuran dari pelipisnya. An merasakan

pusing dan mual, dadanya berdebar kencang, serta An merasakan menggigil. Gita

yang melihat wajah An memucat itupun bingung.

"Mams kenapa? Mams sakit?" Tanya Gita

khawatir.

"Ah enggak kok Ta. Cuma disini sangat riuh dan

ramai, Mams gak terbiasa ada ditempat seperti ini." Jawab An mencoba

tersenyum.

"Mams yakin bisa tahan dengan semua ini. Ini

acaranya belom dimulai lho. Nanti kalau sudah dimulai akan lebih riuh

lagi." Tanya Gita lagi.

"Mudah-mudahan gak apa-apa Ta, sayang juga kalo

kembali. Kita udah sejauh ini. Jangan cuma karna hal ini semuanya batal. Gak

apa-apa. Mams masih oke," jawab An mencoba meyakinkan Gita yang khawatir.

"Tapi kalo gak kuat bilang ya, kita lebih baik

nunggu diluar aja," pinta Gita lagi. Dan An hanya mengangguk untuk

menjawabnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!