An
menarik kopernya keluar dari Bandara Soekarno Hatta. Perjalanan selama 45 menit
itu cukup membuatnya sedikit terseok menarik koper yang lumayan berat itu.
Namanya
Minara Andana, tapi ia akrab dipanggil Andana atau An saja. Bahkan untuk
teman-teman yang usianya jauh di bawahnya, mereka suka memanggilnya dengan sebutan Mams. Umurnya
29 tahun, ia seorang penulis novel online yang tidak memiliki banyak pembaca.
Bahkan banyak novel yang sudah ia tulis, tapi tidak selesaikannya. Alasannya
adalah writer block yang berujung dengan malas. Haha, tapi itu lah An. Dan itu
juga yang membuatnya tidak memiliki banyak penggemar. Andana bahkan berhenti
menulis selama 2 tahun karena patah hati.
Tapi
belakangan ini ia kembali menulis, namun dengan genre yang di luar zona
nyamannya. Dulu Andana yang selalu menulis novel dengan kisah cinta romance
laki-laki dan perempuan, kini ia menulis kisah cinta BL (boys love). Dimana
genre ini masih sangat tabu untuk sebagian masyarakat di negaranya.
Tapi
bukan tidak ada alasan mengapa ia bisa memantapkan hati untuk menulis dan
sampai akhirnya mempublish cerita BL pertamanya itu. Dan alasannya itu adalah
salah satunya karena Gita.
"Gita…."
Panggil An pada teman yang sudah 2 tahun ini ku kenal lewat sebuah aplikasi
radio online.
"Mams,,,,"
seru Gita saat melihat Andana melambaikan tangan.
Andana
berlari menghampirinya, dan begitupun dengan Gita. Hingga Andana dapat memeluknya
dan melampiaskan kebahagiaannya.
"Akhirnya
kita ketemu," ucap An memeluknya erat dengan senyum sumringah.
"Aku
seneng banget mams akhirnya kita ketemu," timbal Gita yang juga memeluk An.
Namanya
Gita Karinda Putri, dan awal mula Andana mengenalnya dengan nama pena Ona. Dia
adalah salah satu teman online An yang memiliki banyak kesamaan. Mereka sama-sama
anak yang lumayan introvert. Andana butuh waktu yang tidak sebentar untuk
mendapatkan kepercayaannya agar mau terbuka dan nyaman dengannya. Karena dia
yang tidak mudah untuk didekati.
Setelah
Andana mendapatkan kepercayaannya, An mulai terbuka padanya dalam banyak hal. Andana
berbagi sedikit banyak kisah hidup yang menjadi perjalanan hidupnya.
Hingga
An pernah berada pada titik terendah dalam hidupnya. Dimana An yang semula
ceria dan welcome pada siapapun bahkan pada yang baru dia kenal, menjadi
tertutup bahkan menutup diri dari dunia luar. Karena pinjol yang menghancurkan
dunianya.
Dan
saat Andana merasa bahwa hidupnya sudah benar-benar hancur, Gita datang mencoba
untuk menghiburnya. Dimana yang Andana tau bahwa dia adalah anak yang tidak pernah
mau ikut campur dalam masalah siapapun, tapi dia memberanikan diri untuk
berbicara pada An saat itu.
*
"Mams?
Jangan pernah merasa sendiri ya, ada aku, ada Gyel, dan ada yang lainnya juga
disini untuk mams. Mams tidak apa-apa kok kalau mau menyendiri, tenangin saja dulu
pikirannya. Aku emang gak bisa bantu Mams dalam hal finansial, tapi aku akan
selalu ada untuk Mams. Apalagi kalo Mams mau curhat, curhat saja sama aku. Pasti
akan aku dengarkan." Ucap Gita kala itu.
"Terimakasih
ya kalian masih stay, tidak meninggalkan Mams disaat Mams sedang terpuruk seperti sekarang
ini," ucap Andana sambil meneteskan air mata.
An
tidak menyangka, mereka yang bahkan belum pernah ia temui, tapi selalu ada
disaat terburuknya. Tidak hanya Gita, tapi ada Gyel, Rhya, Max, Aji dan Ainun.
mereka adalah orang-orang yang ada disaat Andana benar-benar terpuruk. Bagaimana
Andana tidak sayang pada mereka?
"Mams,
aku ada drama series yang mungkin bisa membunuh waktu dan pikiran Mams agar tidak
terus-menerus kalut. Mau coba nonton?" Ucap Gita ragu.
"Boleh
ta, kirim aja linknya ya. Nanti mams tonton," jawab An kala itu.
Dan
tidak butuh waktu lama sebuah link drama berepisode pun masuk melalui pesan
WhatsApp An. Dan Andanapun segera membukanya dan mulai mencoba untuk menontonnya.
Awalnya
An hanya melihat, tanpa terlalu memperhatikan. Hingga ada di beberapa adegan
yang membuatnya mengernyitkan keningnya.
"Ini
film gay?" Batin An.
Namun
anehnya, Andana yang dulu homophobia, saat menonton series itu, tidak merasakan
apapun selain kata tertarik.
Andana
tenggelam dalam cerita series itu hingga ia terus menantikan episode-episode
selanjutnya tayang setiap seminggu sekali.
"Gita,
itu link yang kamu kirim ke Mams waktu itu link Gay ya?" Tanya An melalui
pesan singkat.
"Iya
Mams, kalo Mams gak nyaman nanti aku kasih link yang lainnya ya," balasnya
kemudian.
"Enggak
kok, Mams nyaman. Mams cuma mau tanya aja sama kamu, dan mau ngucapin makasih
banget karna link yang kamu kasih itu Mams jadi ngabisin waktu untuk nonton dan gak lagi mikirin masalah mams." Balas An kemudian.
"Aku
bersyukur banget kalo gitu Mams, Mams mau aku kirim link yang lain biar makin
banyak yang Mams tonton?" Tawar Gita.
"Boleh,"
balas An.
Lalu
Gita mengiriminya beberapa link series yang bisa ia tonton. Dan ada beberapa
juga yang An cari sendiri untuk menjadi play list nya.
Hingga
ada satu series yang awalnya Andana iseng menonton untuk kembali membunuh waktu
dan menenangkan pikirannya itu, menarik perhatian Andana. Awalnya An masih bingung
dengan alur ceritanya, tapi tokoh utama dalam series itu membuat An ingin
mengerti alur cerita yang diperankannya. An mencoba untuk Kembali memahami
alur cerita dengan memutar ulang series itu. Hingga An larut dalam peran tokoh
utama itu. Membuatnya tanpa sengaja menyukainya dan jatuh hati padanya.
Karena
series itu Andana jadi ingin mengenal dia di dunia nyatanya. Berkat perannya itu
membuat An yang tidak pernah mau perduli tentang kehidupan orang lain, menjadi
sangat ingin mengetahui bagaimana kehidupan ia di dunia nyata. Andana menjadi
sangat penasaran dengan hidupnya. Membuat An mencaritau semua akun media
social yang dapat terhubung dengannya.
Namanya
Prachaya, actor pertama yang mampu meluluhkan hati Andana untuk mengidolkannya. Aktor pertama yang bisa menenangkan dunia An yang benar-benar sedang berantakan.
Seorang actor yang berasal dari Thailand. Kelahiran Bangkok, 29 Juli 1994. Dan
yang membuat Am semakin tertarik padanya adalah, Andana dan dia memiliki beberapa
hobi dan pola pikir yang sama. Hal itu tentu saja semakin membuat An menyukai
dan mengidolaknnya. Dan dia adalah alasan utama Andana mau Kembali menulis novel
untuk di publish. Karena dia juga Andana ingin menulis cerita dengan genre BL.
Mengenalnya, merubah hidup An menjadi lebih berwarna. Matanya yang sipit dan
seperti bulan sabit ketika tertawa itu, mampu membuat An tidak bisa menatap
kearah yang lain. Juga senyumannya yang sangat khas itu membuat Andana sangat
jatuh hati padanya.
“Kamu
kenapa sih, Moy?” tanya Max yang heran melihat tingkah Andana berubah semenjak ia
suka nonton series-series BL Thailand.
“Kenapa
aku emangnya?” tanya An yang acuh.
“Moy?” panggil
Max lagi yang pertanyaannya tak di gubris.
“Apaan
sih?” jawab Andana ketus.
“Kamu
kenapa sih?” tanya Max lagi.
“Aku
kenapa emangnya?” tanya An lagi sambil mendengus kesal.
“Semanjak
kamu ngabisin waktu nonton series Thailand, kamu semakin cuek lho,” tanya Max lagi.
“Mana
ada aku begitu. Kamu saja yang mikir aneh,” jawab An santai.
“Enggak!
Kamu memang semakin berubah semenjak kenal BL Thailand. Moy? Kamu masih waraskan? Kamu
enggak belokkan?” tanya Max lagi dengan raut wajah serius.
“Emangnya
aku gila? Emang aku belok gimana maksud kamu?”ucap An balik bertanya dengan
memasang raut wajah mulai kesal.
“Ya
belok? Kamu, masih doyan lelaki, kan?” tanya Max yang masih memasang wajah
seriusnya.
“Waahh!
Sepertiya kamu yang gila ini tu, bisa-bisanya kamu katain aku belok,” jawab Andana dengan
wajah yang tidak habis fikir dengan pertanyaan yang dilontarkan temannya yang berasal dari provinsi
Kalimantan ini.
Namanya
adalah Maxselouis, namun mereka lebih sering memanggil dia dengan sebutan Khodam.
Bukan tanpa sebab dia bisa mendapatkan julukan itu. Berawal dari salah satu aplikasi radio
online yang Andana dan teman-temannya pakai yang hanya sekedar untuk berkumpul dan bertukar cerita.
Dia masuk menjadi tamu disana, yang membuat Andana dan teman-temannya terkejut adalah, dia yang
datang tiba-tiba menerawang mereka satu-persatu. Mereka yang saat itu sedang
membawakan tema tentang cerita horror langsung ter distrack karena dia yang menebak mereka satu-persatu sedang melakukan apa saat itu. Agak horor emang awalnya, itu
sebabnya mereka menanggilnya kodham. Karna setiap mereka streaming dia selalu masuk
dan menerawang.
Hingga
akhirnya Andana mencoba meminta nomor ponselnya untuk menanyakan sesuatu padanya.
Andana yang memang tidak bisa basa-basi itu langsung saja bertanya tanpa babibu
lagi. Sejak itulah mereka dekat dan menjadi teman hingga saat ini. Dan entah
mengapa dia lebih suka memanggil Andana dengan sebutan Moy daripada nama aslinya An. Mungkin karna
badan Andana yang lumayan berisi.
“Bang,
liat deh. Cakep banget ya orang ini?” tanya Andana saat pertama kali mengenalkan
Prachaya pada Max.
“Cakepan juga aku,” jawabnya.
“Dih
ngaca!” celetuk An.
“Beneran
kok emang cakepan aku juga. Siapa itu?” tanya Max.
“Penasaran
juga kan kamu?” tanya Andana mengejek.
“Hahaha,
siapa Moy?” tanya nya lagi.
“Prachaya,”
jawab An singkat lewat pesan singkat padanya.
“Pasti
aktor Thailand, kan?” tebaknya.
“Iya,”
jawab Andana.
“Sejak
kapan kamu mengidolakan orang?” tanya nya lagi.
“Yaa,
sejak aku nonton series dia itu, hahha” jawab An lagi.
“Makin
gak waras kamu ya, An. Ini bukan kamu banget deh, aku jadi takut deh.” ucapnya lagi.
“Kamu
kenapa sih? Emang aku hantu sampai kamu takutin segala? Kan temen kamu hantu semua rata-rata.
Bukannya seneng temen kamu itu dah gak stress mikirin masalahnya lagi, malah kamu
takut. Aneh tau gak!” ucap An heran.
“Iya
aku itu senang Moy, tapi ini bukan kamu banget deh. Sejak kapan kamu mengidolakan
orang? Sejak kapan kamu jadi kepo sama hidup seseorang? Sejak kapan juga kamu
ngefangirl?” tanya Max yang masih tak percaya.
“Hahaha,”
hal itu pun membuat Andana tertawa membaca apa yang ditulis olehnya.
Sebenarnya
Andana juga awalnya bingung mengapa sekarang ia jadi seperti ini. Tapi yang ia tahu
sekarang, ia bahagia menjalani semuanya.
“Bang,
aku mau ke Thailand, kamu mau ikut enggak?” tanya An masih melalui pesan singkat.
“Mau
ngapain kamu ke Thailand? Jangan bilang mau nemuin Prachaya?” balas Max yang
sepertinya sudah tau gelagat Andana itu.
“Hehehe,
iya. Tapi aku mau nabung dulu. Kamu mau ikut enggak? Kalo enggak, aku berangkat
sendiri deh,” balas Andana lagi.
“Seperti
kamu paham saja kalau disana nanti. Kamu akson Thailand saja belom hapal. Mau sok-sok an
kesana sendirian,” balas Max lagi.
“Yee,
kan ada google translate. Lagian kalo aku belom bisa Bahasa Thailand juga enggak
apa-apa kesana sendirian. Kan bisa pake Bahasa inggris,” jawab An lagi.
“Sekarang
aku tanya, Bahasa inggris kamu sampe mana? Berapa kosakata yang sudah kamu pahami
dan hapal?” tanya Max lagi. Dan itu membuat Andana terdiam.
Baru
An sadari bahwa jangan kan Bahasa Thailand yang sangat sulit ia pelajari.
Bahasa inggrisnya saja masih berantakan dan tak jarang masih menggunakan google
translate untuk menerjemahkan kalimat dalam Bahasa inggris.
Tak
lama dari itu ponsel An pun berdering, terlihat panggilan video dari Max. Dengan
malas Andanapun mengangkatnya.
“Apaan?”
tanya An ketus.
“Kenapa
gak dijawab chat aku?” ejek Max dengan memasang wajah cengengesan.
“Berisik
ah!” timbal An masih ketus.
“Hahaha,
Moy,,, Moy,, kamu itu kalau disuruh menghayal aku akuin paling the best lah.” Goda Max
sambil terkekeh.
“Terus
saja kamu bully aku. Sampai nanti kamu beneran liat kalau aku pasti bisa menggapai apa
yang aku impikan ini kelak.” Ucap An yang masih ketus.
“Hahha,
iya deh iya. Aku percaya sama kamu deh. Apa sih yang enggak buat kamu,” ucap Max
mengalah.
“Hallah,
mulai kan kalau kamu sudah gak bisa lagi debat ama aku,” ucap An dengan bibir mencibir.
"Enggak kok, emang kapan sih aku mau debat sama kamu, Moy?" Tanya Max lagi.
"Ada
aja, awal-awal dulu juga kamu sering adu argumen sama aku, sampai sekarang kalo
debat ama kamu gak pernah aku gak emosi," timpal An lagi.
Hanya
gelak tawa yang terdengar.
“Tapi
seriusan dah Moy, kamu kenapa sih kalo sama aku bawaannya emosi terus?” tanya Max
lagi.
“Karna
kamu menyebalkan, bikin emosi saja kalo ngobrol ama kamu,” jawab Andana.
“Tapi
kenapa kalo kamu punya masalah selalu saja ceritanya sama aku?” tanya nya lagi.
Andana
terdiam sejenak setelah mendengarkan pertanyaan Max itu.
“Gak
tau, udah ah aku mau kerja dulu,” jawab An lagi dan menyudahi panggilan itu.
Sedangkan
diujung panggilan itu Max hanya tertawa mendengar ucapan terakhir Andana.
*
“Mams,
jadi tidur dimana malam ini? Apa mau tidur ditempat aku saja?” tanya Gita saat
berjalan keluar dari bandara.
“Enggak
usah kayaknya Ta, Mams akan cari hotel di deket sini saja. Kamu gimana?
Barang-barang kamu sudah diberesin semua? Pastikan gak ada yang tinggal ya, Ta,”
jawab An sambil masih menarik kopernya.
“Sudah
kok tenang saja Mams, kenapa gak mau tidur ditempat aku aja, Mams? jadikan
sekalian bisa ngirit uangnya?” tanya Gita lagi yang masih merayu An untuk ikut
dia saja.
“Mams
gak enak sama bos kamu Ta, gak apa-apalah nyari penginapan deket sini saja. Lagi
pula kan pesawat kita besok lumayan pagi. Atau gak kamu saja tidur di penginapan
sama Mams, jadi kita besok langsung bisa berangkat bersama,” saran Andana
kemudian.
Terlihat
Gita sedikit berfikir sambil menunggu taksi online yang mereka pesan itu
datang.
Iya,
besok adalah hari keberangkatan Andana dan Gita ke Thailand, negara yang sangat ingin Andana
datangi semenjak Andana mengenal Prachaya. Andana mengumpulkan uang gajinya selama
satu tahun ini agar ia bisa berangkat kesana. Saat Andana mengatakan pada
teman-temannya bahwa ia ingin ke Thailand, Gita tiba-tiba menyarankan untuk
menabung tiap bulan agar bisa cepat kesana. Dari sekian banyak yang
merencanakan untuk ikut, hanya tertinggal Andana dan Gita yang siap dengan segala
sesuatunya. Itulah mengapa hanya ia dan Gita yang akan terbang ke Thailand
besok.
Andana
bersyukur karna itu Gita, yang menjadi teman perjalanan pertamanya untuk
mewujudkan impuiannya ini. Itu sebabnya ia sangat antusias untuk itu.
“Boleh
juga saran Mams itu, tapi anterin aku ambil barang-barang aku dulu ya Mams,
sekalian aku mau pamit dulu sama bos,” ucap Gita memutuskan.
“Siap,
ayo itu deh mobil kita kayaknya,” ajak An saat melihat mobil mendekat kearah
mereka.
Merekapun
langsung dibawa menuju tempat kerja Gita, sambil menunggu Gita berpamitan untuk
cuti kerjanya itu, Andana menunggu didepan gerbang sambil mengedarkan pandangannya
kesegala arah diarea tempat Gita bekerja itu.
*****
“Mams,
mau keluar gak?” tanya Gita saat melihat An hanya fokus pada notebooknya didalam
kamar penginapan.
“Mau
kemana, Ta? Mams kan gak tau wilayah disini. Eh kamu udah bikin list belom untuk
apa-apa yang akan kita lakukan di Bangkok nanti?” tanya An lagi saat ia
mengingat hal penting dari perjalanan ini.
“Hmmm
udah ada beberapa list Mams, tapi kalo mau ditambahin boleh banget jadi kita
nanti puas bener disana nanti.” jawab Gita yang lalu mengeluarkan note kecil
dari dalam tasnya.
“Mau
ke Phuket gak, Ta? Cukup gak waktunya kalo kita kesana untuk 2-3 hari gitu.
Kayaknya seru kalo kita kesana. Katanya Phuket disana indah banget,” saran An.
“Boleh
aja sih Mams, tapi kita bakalan naik bis kesananya. Soalnya kalo kita naik
pesawat pasti nambah biaya tambahan. Apa kita mau liat dulu berapa biaya dari
Bangkok ke Phuket itu?” tanya Gita lagi.
“Boleh
, kalo emang bisa kita lakukan, lakukan aja sekalian Ta, tapi yang paling
penting itu kamu tau kan. Acara ulang tahunya Prachaya harus kita datangi dulu.
Ini harus Mams kasih langsung sama dia,” ucap An sambil memegang kado yang sudah
ia siapkan untuk hadiah ulang tahun Prachaya.
“Siap
Mams, kan tujuan kita kesana juga untuk ikut acara itu. Aku gak sabar mau
ketemu sama dia. Aku juga tergila-gila sama dia,”jawab Gita antusias.
Larut
Andana dan Gita
dalam rencana yang tengah mereka susun hingga tidak terasa sudah jam 23:05. Andana
menyuruh Gita untuk menyudahi obrolan malam itu dan beristirahat. Sebab besok
pesawat mereka pukul 9:20 pagi, jadi mereka harus berangkat kebandara lebih pagi
lagi.
*****
“Eh
jadi kalian berangkat?” tanya Max yang sedang melakukan panggilan video Bersama
teman-teman yang lainnya.
“Jadilah,
gak liat apa AKU sama Gita udah ketemu begini,” jawab An sambil mengumpulkan dan
merapikan barangnya.
“Pengen
ikut wei, kalian jahat laah,” rengek Kak Rhya.
“Ikut
woy,” tambah Gyel dan Ainun.
“Ayo
lah pada nyusul, kita tungguin ini. Setengah jam lagi berangkat.” Ucap Gita
dengan muka songongnya.
Andana
hanya tertawa melihat Gita yang memamerkan keberangkatan mereka.
“Hati-hati
disana ya. Itu tempat asing, jangan sampai pisah kalian berdua,” nasehat Max tiba-tiba.
“Berasa
dinasehati sama orang tua deh kalo begini,” celetuk Andana.
“Aku
seriusan lho ini, gak lagi bercanda. Moy inget kamu disana gak sendirian,” kata
Max lagi.
“Lah
yang bilang aku sendirian siapa lho?” jawab An heran.
"Moy, aku tau sifat kamu, meskipun aku belom ketemu
sama kamu. Aku sebagai temen cuma mau ngingetin kamu saja. Jangan sampai kamu
bertingkah konyol," ucap Max dengan nada seriusnya.
Andana menatap layar ponselnya sejenak sambil memasang wajah datarnya dan hanya menghela napas mendengar apa yang dikatakan
Max.
"Kamu kenapa sih, Khodam? Aneh banget hari ini. Enggak
biasanya kamu pasang wajah serius begitu. Kita disana cuma seminggu lho. Kamu seperti itu karna gak jadi berangkat bareng kita, ya?" celetuk Gita.
"Bukan masalah itu bek, cuma perasaan aku gak
enak saja. Aku berharap ini cuma perasaan saja." Ucap Max lagi.
"Udah-udah, kenapa jadi tegang gini sih. Iya-iya
aku bakalan hati-hati disana ntar. Kamu gak perlu khawatir. Nanti kalo ada
apa-apa aku bakalan kabarin kamu deh," ucap Andana menyudahi perdebatan itu.
Sedangkan teman-teman yang lain hanya bisa terdiam
mendengarkan percakapan yang agak ambigu itu. Semua juga heran melihat tingkah
Max yang tidak seperti biasanya. Dimana biasanya dia pecicilan dan tidak pernah
mau serius dalam berbicara.
"Doain kita selamat dan balik lagi dengan keadaan
utuh ke Indonesia ya, nanti kalo udah sampai disana kita Video call lagi
oke." Tambah Andana.
"Iya, hati-hati yaa," ucap mereka bersamaan.
Dan Anpun menyudahi panggilan itu. Namun An masih
memikirkan perubahan sikap Max hari ini.
"Ada apa ya Ta sama Max? Gak biasanya dia seperti
itu," tanya An pada Gita.
"Gak tau tuh Mams aneh banget dia hari ini. Bikin
parno orang aja," jawab Gita yang masih membereskan barang-barang
miliknya.
"Ya sudahlah semoga aja gak terjadi apa-apa yaa,
nanti pas sampai Thailand coba Mams telpon deh. Nanya ada apa sama dia. Sekarang
ayok kita ke bandara. Takutnya nanti kita terlambat," ajak An kemudian.
"Iya ayo, Mams," jawab Gita dengan sunggingan
senyumnya.
Merekapun bergegas menuju bandara dengan memesan taxi
online.
Setelah melewati berbagai tahap pemeriksaan, akhirnya
merekapun sudah berada didalam pesawat yang akan membawa mereka ke negara gajah
putih itu.
"Kita doa dulu ya Ta, semoga selamat sampai
sana," ajak An saat sudah berada didalam pesawat. Gita pun mengangguk
dan mulai berdoa.
*****
Setelah melakukan perjalanan panjang yang nyaris 5 jam
itu, akhirnya pesawat mendarat dengan sempurna meskipun ada beberapa kali
mengalami turbelensi.
Andana pun tidak berhenti memandang kagum ketika ia
mulai keluar dari pesawat hingga ia keluar dari bandara itu. Bukan hanya Andana,
ternyata Gita juga terus berdecak kagum melihat negara itu. Bagaimana tidak,
beberapa tahun belakangan kami hanya mampu melihat negara itu dari layar ponsel
mereka saja. Dan sekarang mereka benar-benar ada dan menginjakkan kaki disana.
Rona bahagia tidak dapat mereka sembunyikan lagi.
Merekapun bergegas menuju penginapan yang sudah mereka pesan ketika masih di
Indonesia. Tentunya setelah mereka mengambil beberapa foto di tempat-tempat yang
menurut mereka keren.
"Aahhhhhh, akhirnya sampai," ucap Gita yang
melempar tubuhnya ke atas kasur empuk itu.
Sedangkan Andana mencoba untuk membuka tirai jendela yang
menutupi kamar mereka. An memandang keluar menikmati pemandangan baru yang ia
idam-idamkan beberapa tahun ini.
"Akhirnya aku kesini, aku benar-benar ada di
Bangkok. Aku benar-benar bisa menghirup udara yang sama dengan Prachaya, it's
my dreams," ucap Andana sambil menatap kota itu dari atas kamar mereka yang
berada di lantai 15 itu. Keindahan kota Bangkok dapat mereka nikmati dari sini.
Meskipun mereka mengeluarkan sedikit lebih banyak uang untuk menginap disini.
Tapi pemandangan disini benar-benar sepadan dengan apa yang mereka bayar.
Sebab, hotel tempat mereka saat ini tinggal adalah salah satu hotel yang sering di pakai para aktris atau aktor Thailand untuk istirahat. Itulah sebabnya Gita merekomendasikan hotel ini untuk tempat tinggal mereka selama disana.
"Mams, kita istirahat dulu ya, nanti sorean baru
kita keluar ya. Acaranya Prachaya juga kan nanti malam," pinta Gita yang
sudah terlihat lelah itu.
"Iya, kamu istirahat aja dulu ta, capek banget
keliatannya. Mams mau turun sebentar ya, itu ada penjual makanan gak jauh dari
hotel kita. Mams mau lihat jual apa. Kalau bisa kita makan Mams akan beli untuk
makan kita sebelum berangkat nanti. Kamu istirahat aja disini ya," ucap An
sambil melihat kebawah.
"Iya Mams, kalo ada Thai tea aku mau ya Mams pake
Boba," pinta Gita lagi sambil memejamkan matanya.
"Iya," jawab An yang berjalan mendekati
ransel nya dan meraih kamera yang sengaja ia bawa untuk mengabadikan acara ulang
tahun Prachaya nanti malam.
Andana berjalan menuju lift hotel itu untuk turun ke
lobby. Setelah itu Andana berjalan santai sambil sesekali memotret tempat yang
menurutnya epik. Hingga ia sampai ditempat yang ada beberapa penjual makanan
kaki lima tengah menjajakan dagangan mereka.
Anpun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. An
memotret beberapa makanan yang menurutnya lucu. Bahkan tak jarang penjual disana
tersenyum melihat tingkah An yang terpana melihat semua itu.
*****
"Ta, bangun ta, udah jam setengah 6. Makan dulu,
trus siap-siap." Kata An membangunkan Gita yang masih terlelap.
"Hmm? Jam setengah 6, Mams? Kenapa gak bangunin
dari tadi Mams? Bisa telat kita nanti. Harusnya kita berangkat dari jam 3 atau
4 tadi. Biar kita dapet sport yang bagus buat nonton," kata Gita yang
terperanjat dari tidurnya.
"Kamu kan tidur. Mams mau bangunin gak tega liat
kamu tidur nyenyak banget. Udah gak apa-apa, kalo memang udah rezeki kita, pasti nanti
kita akan dapatkan tempat itu. Sekarang makan dulu. Liat Mams tadi ketemu
ini," ucap An menenangkan Gita sambil menunjuk bungkusan di atas nakas.
"Apa itu Mams?" Tanya Gita sambil menatap
bungkusan itu.
"Som tum, asli enak banget," kata An setengah
berbisik.
Dan itu berhasil membuat senyum Gita terkembang
sempurna. Sebab salah satu yang akan mereka lakukan datang ke negara ini adalah mencicipi som tum asli negara Thailand.
Tak lama dari menyantap makanan itu, merekapun segera
bersiap dan berangkat ketempat dimana mereka akan bertemu dengan idola mereka. Siapa
lagi jika bukan Prachaya. Pria yang membuat Andana menabung satu tahun ini untuk
bisa bertemu dengannya.
"Ayo Mams buruan. Disana kayaknya sport nya pas
buat dokumentasi. Kita juga gak terlalu jauh dan bisa dengan jelas lihat
Prachaya," seru Gita saat menemukan tempat yang pas untuk mereka duduk.
Andana hanya menuruti Gita, dan mengikutinya dari
belakang. Karna jujur, saat ini begitu banyak orang dan begitu riuh suara
menggema didalam ballroom tempat di adakannya acara itu. Dan itu sangat
membuat An tidak nyaman. An tidak melepaskan lengan Gita hingga ia dan Gita
duduk ditempat yang mereka inginkan.
Andana berusaha mengatur nafasnya agar ia bisa lebih
tenang dan tidak panik. Keringatnya bercucuran dari pelipisnya. An merasakan
pusing dan mual, dadanya berdebar kencang, serta An merasakan menggigil. Gita
yang melihat wajah An memucat itupun bingung.
"Mams kenapa? Mams sakit?" Tanya Gita
khawatir.
"Ah enggak kok Ta. Cuma disini sangat riuh dan
ramai, Mams gak terbiasa ada ditempat seperti ini." Jawab An mencoba
tersenyum.
"Mams yakin bisa tahan dengan semua ini. Ini
acaranya belom dimulai lho. Nanti kalau sudah dimulai akan lebih riuh
lagi." Tanya Gita lagi.
"Mudah-mudahan gak apa-apa Ta, sayang juga kalo
kembali. Kita udah sejauh ini. Jangan cuma karna hal ini semuanya batal. Gak
apa-apa. Mams masih oke," jawab An mencoba meyakinkan Gita yang khawatir.
"Tapi kalo gak kuat bilang ya, kita lebih baik
nunggu diluar aja," pinta Gita lagi. Dan An hanya mengangguk untuk
menjawabnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!