Mada dan Jonathan adalah sahabat sejak masih sekolah menengah pertama. Jonathan menganggap Mada sudah seperti saudara kandung sendiri, sebab Jonathan adalah anak tunggal sekaligus pewaris tunggal JJ Corporation. Meskipun kasta mereka jelas berbeda, Jonathan lahir di kalangan konglomerat sedangkan Mada lahir di keluarga sederhana mempunyai restoran ayam cepat saji yang selalu laris setiap harinya. Di kelilingi anggota keluarga yang lengkap dan hangat berbeda dengan dirinya yang hanya tinggal dengan kakeknya, anggota keluarga satu-satunya. Jonathan menemukan kehangatan keluarga di rumah Mada, kasih sayang ibu dan ayah juga bertengkar dengan seorang adik.
Mada sendiri bekerja di sebuah perusahaan ternama, ALX Group. Perusahaan yang sudah Mada targetkan sejak masih sekolah menengah atas. Sebenarnya ada alasan khusus juga yaitu putri pewaris perusahaan itu. Ya, katakanlah Mada tidak sadar diri, beraninya menyukai seorang putri konglomerat. Tapi tenang, Mada tidak pernah nekat dengan menyatakan perasaannya pada putri Alexander itu. Mada tahu batasan, ia sadar diri dan realistis, cukup mengagumi keindahan putri Alexander itu. Mada sebenarnya mempunyai satu teman perempuan yang akan dipilihnya sebagai pasangan hidup yaitu pemilik restoran mie di seberang restoran milik keluarga Mada. Namanya Regita, ia mengelola restorannya sendiri dan dibantu dua orang karyawannya. Regita tak kalah cantik dari putri Alexander itu. Regita mandiri, lemah lembut, imut, pandai melukis bahkan hasil lukisannya ada yang dipajang di dalam restoran miliknya.
Selama ini Jonathan merasa nyaman di hidupnya berkat seorang Mada serta kehangatan keluarga Mada. Hal yang tidak pernah Jonathan bayangkan sebelumnya berubah menjadi rasa tidak nyaman dan tidak aman untuknya. Ayolah usianya bahkan belum menginjak usia tigapuluh. Kenapa kakek tercintanya ini menginginkan Jonathan untuk segera menikah? Alasannya, kakek sudah tua-lah, ingin melihat Jonathan bahagia, ingin segera menimang cicit dan alasan paling mencengangkan adalah kakek Jonathan takut cucunya ini seorang penyuka sesama jenis mengingat Jonathan dan Mada yang selalu bersama.
"Nathan, aku sedang mengerjakan laporan pengajuan, bisakah kau diam duduk saja membuatku tidak bisa konsentrasi tau!" Kesabarannya habis, Mada muak melihat sahabatnya itu mondar-mandir seperti setrika.
"Mada, aku tidak mau dijodohkan! bantu aku harus apa tolong pikirkan ide untuk menolaknya." Jonathan menghampiri Mada yang sedang berada di meja kerjanya. Saat ini mereka berada di kamar Mada. Jonathan duduk diatas karpet bulu sedang Mada masih di posisinya. Mada menghentikan pekerjaannya sejenak merespon Jonathan.
"Astaga katakan saja kau sudah punya pacar."
"Kau mengejekku Mada, aku kan tidak punya pacar."
"Itu urusanmu. Kau itu kaya Nath, kau bisa menyewa perempuan untuk menjadi pacar pura-pura mu."
"Kau gila!! Lalu bagaimana kalau kakek menyuruhku untuk menikahi perempuan yang tidak ku kenal secepatnya."
"Ya kau pilih saja dengan perempuan pilihan kakekmu. Ah iya, kau belum memberitahuku siapa perempuan itu?"
"Hehehe." Jonathan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Ah aku lupa, perempuan itu putri Januar Alexander."
Tunggu, nama itu seperti CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Kalau itu benar berarti yang di jodohkan dengan Jonathan adalah Eleanor Iva Alexander, si cantik idamannya. Mada harus memastikannya.
"Januar Alexander dari ALX Group?"
"Iya." Jonathan mengangguk.
"Kau kan bekerja di sana, bagaimana aku lupa itu."
"Memangnya kenapa?" tanya Mada
"Bagaimana rupanya, apa dia cantik? seksi?" tanya Jonathan dengan raut wajah penasaran.
"Yak!" Mada memukul kepala Jonathan dengan pensil ditangannya. Iya Nath, harus kukatakan Eleanor itu sangat cantik dan seksi. Batin Mada.
"Aish.. kau ini. Aku kan hanya becanda." Jonathan mengaduh kesakitan sambil mengusap kepalanya yang jadi sasaran pensil Mada. "Jadi bagaimana dia?"
"Dia.. cantik, baik juga disegani para karyawan."
"Apa kau tipe karyawan yang takut padanya?"
"Biasa saja. Bahkan bisa dihitung jari bertemu selama aku bekerja di sana." Tapi tidak diluar perusahaan aku bahkan pernah mengikutinya ke Paris. Bisik Mada di hatinya.
"Masa sih sejarang itu kau bertemu dengannya."
"Kau tau sendiri apa jabatannya dan jabatanku di perusahaan ayahnya."
"Apa kau punya fotonya? Masa kakek tidak memberi fotonya, aku kan jadi penasaran."
"Tidak. Lagipula untuk apa?" sangkalnya pura-pura. Ada banyak Nath, aku takkan berbagi dengan siapapun, apalagi foto ini eksklusif hanya aku yang memilikinya. Ingin rasanya Mada pamer seperti itu pada Jonathan tapi tidak akan ia lakukan.
Jonathan tiba-tiba berdiri lalu menjentikkan jarinya.
"Mada, kau harus menolongku!"
"Apalagi sih Nath, kau bilang tak apa kan?"
"Aku tidak yakin dengan ekspresi mu tadi. Aku rasa ada yang kau tutupi." mata Jonathan memicing.
Mada meneguk ludah, apa semudah itu terbaca?
"Kau temui saja dulu jika tak menyukainya kau bisa katakan pada kakekmu itu untuk membatalkan perjodohannya. Lagipula belum tentu juga si Eleanor itu mau denganmu." Saran Mada yang di akhiri sindiran pada Jonathan karena sedari tadi Mada muak dengan Jonathan yang terlalu percaya diri.
"Baiklah. Tapi, kau harus ikut Mada Jeffrey."
"Hey, kenapa aku jadi ikutan." Protesnya pada Jonathan. Tapi bukankah bagus ya dengan itu Mada bisa tau secara langsung apa Eleanor menerima Jonathan atau tidak, juga sebaliknya. Oke Mada, turuti saja.
"Aku punya rencana, Mada. Begini---"
Malam itu Mada merenung, setelah Jonathan pulang dan menyelesaikan laporan pengajuannya. Mada membaringkan tubuhnya di kasur empuknya, lalu memikirkan perjodohan Jonathan pasti akan menerima Eleanor Iva. Putri Alexander kan cantik, badannya bagus dalam pakaian normal saja terlihat mempesona juga terlihat sangat seksi dalam balutan bikini, dia mandiri, imut, bisa juga jadi dominan sepertinya. Astaga Mada apa yang kau pikirkan!!!
Ah, Mada frustasi sendiri memikirkannya. Sudahlah Mada lebih baik kau tidur sekarang, besok bekerja seperti biasanya. Lagipula Jonathan yang mungkin akan menerima, sedangkan Eleanor belum tentu menerima kan?
Mada bangkit dari kasurnya, mengambil sesuatu di dalam lemari yaitu sebuah berangkas berukuran sedang. Mada menekan pin rahasianya untuk membuka berangkas nya, mengeluarkan kamera kecil dan beberapa lembar foto Elea ---panggilan Mada untuk putri Alexander itu--- dalam beberapa balutan pakaian berbeda sesuai tempat dimana Elea berada.
"Elea aku menyukaimu." Mada menggeleng kecil. "Ah tidak!! aku mencintaimu, Elea. Tapi aku sadar diri siapa aku."
Mada mengambil foto Elea yang tampak normal untuk ia peluk malam ini. Bisa gawat kalau ia memeluk foto Elea yang dalam balutan bikini seksi, bagaimana kalau ia teledor dan foto itu hilang, aset Elea-nya akan jadi tontonan orang lain. Mada tidak rela, ini kan foto eksklusif Elea dan satu-satunya orang yang punya adalah dirinya, Mada Jeffrey.
Mada menyimpan berangkas itu ke tempatnya semula. Mematikan lampu dan mulai berbaring dengan memeluk foto Elea.
"Selamat malam, Eleanor Iva Alexander. Jangan mimpi apa-apa. Tidur yang nyenyak saja." Lalu Mada mencium foto Elea dan mulai memejamkan mata.
"Daddy yang benar saja aku akan dijodohkan?"
"Iya kamu harus mau Elea!"
"Kenapa tidak kak Hendery saja, dia kan belum menikah." Hendery Leon Alexander, kakak Elea. Putra pertama dari pasangan Januar Alexander dan Clara Iva sekaligus pewaris utama ALX Group.
"Tentu kamu tau pewaris tunggal JJ Corporation itu namanya Jonathan Jesher dia laki-laki, Elea."
"Tapi, dad."
"Kalau kamu masih tapi-tapian. Kamu harus menghadiri kencan buta dengan orang-orang yang sudah daddy pilihkan. Ada beberapa calon yang daddy rasa cocok sama kamu."
"Astaga, dad yang benar saja. Aku tidak mau!"
"Pilih dijodohkan dengan Jonathan Jesher langsung atau kamu pilih laki-laki pilihanmu di kencan buta?"
"Apa tidak ada pilihan lain?"
"Apa kamu punya pacar?"
Elea menggeleng ragu.
"Tenanglah Elea mereka orang-orang yang baik. Daddy sudah tau latar belakang mereka."
"Beri aku waktu, dad."
"Berapa lama?"
"Dua tahun."
"Kau ini. Ingat Elea berapa usiamu saat ini?"
"Dad. Aku masih dua puluh empat tahun. Kenapa bertanya? Aku bukan anak kandung daddy ya, kenapa melupakan usiaku? Bulan apa aku lahir? Jawab, dad!"
"Astaga Elea kenapa jadi muter begini, daddy cuma mengingatkanmu. Daddy tahu kamu dua puluh empat tahun, lahir di bulan juni tanggal enam. Daddy cuma ingin kamu lebih bijak, sayang. Selama ini daddy selalu memantau pekerjaan kamu di kantor, meskipun tidak secara terang-terangan."
Daddy Januar menghela nafas, Eleanor menundukkan kepalanya tanda tau letak kesalahannya apa.
"Ada laporan selama setahun lebih ini, kinerjamu sangat buruk dan daddy mengiyakan karena memang kenyataan." Eleanor mencebikkan bibirnya kebawah.
"Hey, maafkan daddy. Daddy sayang kamu Elea sebagai ayah yang cinta kepada putri satu-satunya. Tapi, daddy juga harus mempertahankan perusaahan kita. Kau paham itu, kan?" Januar Alexander memeluk putrinya, menenggelamkan kepala Eleanor di dadanya.
"Sebenarnya daddy tidak ingin mengatakan ini, ada kerugian perusahaan yang disebabkan olehmu dan Hendery menutupinya karena dia menyayangimu. Kami tidak ingin menambah pikiranmu, Kamu bukan lagi remaja usiamu sedang ditahap dewasa, oke?"
Eleanor Iva putri bungsu keluarga Alexander harus pasrah ketika sang kepala keluarga menyuruhnya menerima perjodohan atau semua asetnya akan disita. Termasuk dipecat dari pekerjaannya. Apalagi katanya ia menyebabkan kerugian.
Tidak-tidak, Elea belum siap serba terbatasi. Ia menyesal tidak membeli aset atau properti yang sangat berharga seperti pulau pribadi misalnya. Ingin rasanya berteriak sekerasnya tapi, ini masih di jalan. Haruskah pergi ke hutan? Agar bebas berteriak.
Elea menggelengkan kepala keras-keras. "Tidak-tidak, bagaimana kalau ada hewan buas lalu aku diterkam."
Ah, karaoke.
Sepertinya pilihan paling tepat menurutnya. Ia akan memilih lagu yang banyak nada tingginya sebagai pengganti karena ia tidak bisa berteriak.
Pergi ke karaoke tanpa seorang teman rasanya kurang, Eleanor menekan kontak Jane lalu melakukan panggilan.
Jane tentu saja mengiyakan ajakan Elea, yang pertama karena tidak ada kerjaan, yang kedua karena ia tak ada pacar. Ini hari libur waktu yang tepat untuk berkencan bukan? Tapi, karena karena tak ada ya sudah tanpa pikir panjang Jane mengiyakan ajakan sahabatnya ini.
"Andai besok masih libur, Jane." Lirih Eleanor.
"Huh? Kenapa?" Tanya Jane heran.
"Aku ingin mabuk, hehe." candanya.
"Yak! Kau gila." Jane mengepalkan tangan ke udara membuat gerakan seperti ingin memukul Elea. Karena Eleanor ini tipe orang yang tidak mau mabuk kecuali ia benar-benar sangat ingin atau sedang ada pikiran.
"Ini akan mengejutkanmu, Jane."
"Apa memangnya?"
"Aku dijodohkan."
"Apa???"
"Ck. Sudah kubilang."
"Tapi, kok bisa El?" Eleanor menggeleng pelan.
"Dengan siapa kau akan dijodohkan?"
"Jonathan Jesher."
"CEO JJ Corporation?" Elea mengangguk.
"Kenapa kau lemas? Bukankah bagus kau dijodohkan dengan Jonathan Jesher, dia masih muda, mapan dan satu lagi dia sangat tampan. Kehidupanmu akan terjamin, kau akan mempunyai bibit unggul dari pewaris JJ Corporation itu, El. Kau akan seperti seorang putri."
"Yak!! Kau pikir selama ini aku seperti seorang gelandangan apa?" protes Elea tidak terima akan pernyataan sahabatnya ini.
"Hehe. Bukan itu maksudku, El. Mungkin jika kau menikahi Jonathan hidupmu akan lebih berwarna. Ini saatnya kau merubah penampilanmu yang terlalu sederhana. Ayolah aku tau kau itu adalah berlian yang tersembunyi di balik penampilanmu yang culun ini." Jane menjelaskan, berusaha memberi semangat dan nasihat pada sahabatnya ini.
Tidak tau saja Jane, selama ini Elea mempunyai sisi yang ingin terlihat menarik. "Aku belum siap saja." jawab Elea akhirnya.
"Belum tentu juga pernikahan dilangsungkan secepatnya, kan?"
"Iya juga."
"Jadi, kau mau menerima nya?"
"Tidak ada pilihan." Elea mengangkat bahu, tapi tidak tau untuk nanti. Ia belum mempunyai rencana untuk saat ini bersenang-senang adalah pilihan yang tepat.
"Bagus, ayo kita mulai karaokenya. Kau mau lagu apa Eleanor Iva Alexander calon istri Jonathan Jesher?" goda Jane, yang di balas dengusan oleh Eleanor. Itu benar-benar menggelikan.
"That's not fair lagu baru NCT."
"El.. jangan ah! Agak creepy aku mendengar musiknya. Bagaimana kalau lagu WayV, love talk." tolak Jane.
"Oke Play!"
Eleanor menyanyi terlebih dulu.
I can hear it callin'
Loving the way you wanna talk
Touch me tease me feel me up
Callin'
Something in the way you wanna talk
Kemudian dilanjutkan Jane di bait kedua. Mereka bernyanyi bergantian satu bait lagu.
You got me sayin' you got me sayin'
How you doing
Tell me what's your name
What's your sign
Feeling like you're into me
Yeah, I'm waiting, I just want you to come on over where I'm staying
Falling for a stranger
Good gracious
I might even fly out to Vegas (Catch a flight)
I'm thinking maybe you'd be down to do it
But you don't know what I'm saying
Got me going through the roof, roof
Really don't care what we do, do, hey
We could fly to the moon
I see your lips moving
But we ain't got a clue
Di bait ini mereka bernyanyi berdua.
Baby we two distant strangers
I know you don't speak my language
But I love the way she's talking to me
Sampai di chorus lagu Elea mengubah lirik asli itu, katanya ia lebih suka yang versi demo. Elea menyanyikannya dengan semangat.
I can hear it callin' You sexy ****
Loving the way your body talks
Touch me tease me feel me up
Touch me tease me feel me up
"Yak! Yak! Liriknya bukan begitu."
Eleanor terus melanjutkan lagunya sambil tertawa.
Eleanor Iva Alexander putri dari Januar Alexander ini di kenal dengan kepribadiannya dingin tapi Elea akan mudah berbicara didepan orang-orang terdekatnya saja.
Eleanor juga aneh, ia punya dua sisi yang bertolak belakang. Sisi pertama sebagai Eleanor Iva Alexander, seseorang dengan penampilan tertutup dan rapi, matanya juga selalu terbingkai kacamata yang menyembunyikan manik sewarna hazel yang indah, meskipun begitu Eleanor Iva ini tetap terlihat cantik dan mempesona, Mada saja mengakuinya. Yang kedua adalah sisi Elea yang ingin terlihat menarik dengan menonjolkan sisinya yang seksi dan mandiri yang hanya ia perlihatkan untuk dirinya sendiri, ini sebagai bentuk rasa cinta pada dirinya sendiri. Pikirnya. Bahkan ia menyewa seseorang yang bisa dipercaya untuk jadi fotografer pribadinya.
Jam tujuh malam, sepulang bekerja Mada pergi ke apartemen yang sengaja dibelikan seseorang, kalau harus lembur tanpa ingin ada gangguan.
Baru saja membuka pintu ia sudah disuguhkan pemandangan indah. Di sofa ruang tamu sana seorang perempuan tengah duduk dengan pakaian kurang bahannya.
"Astaga, Eleanor." protes Mada pada gadis itu. Eleanor, seseorang yang sudah memberinya pekerjaan tambahan yang fleksibel untuk dikerjakan.
"Ada apa denganmu Mada?" tanya Elea jahil, ia langsung paham.
"Kau ini, tidak bisakah kau berpakaian lebih sopan?" sindir Mada.
"Maksudmu?" Elea tetap berpura-pura tidak tau sebab bentuk protesnya seorang Mada.
"Lihatlah pakaianmu. Itu bahkan seperti pakaian renang." laki-laki itu memalingkan wajahnya ke samping.
"Seperti kau tidak pernah melihatnya saja." Elea tersenyum jahil melihat reaksi Mada yang masih di dekat pintu masuk.
Mada berjalan, ia membuka dan melemparkan jaket miliknya kearah Elea agar menutupi paha gadis itu.
"Jadi, ada apa? Kau ingin aku mengambil gambar mu sekarang?" tanya Mada akhirnya.
"Iya tapi nanti, Mada. Aku harus mandi dulu. Oh kau juga! Kau pasti langsung kemari tanpa pulang ke rumahmu dulu."
"Iya."
...****************...
"Elea, kau gila ya!" protes Mada.
"Mada, ayolah bantu aku!" Elea memohon pada laki-laki yang berbeda usia tiga tahun diatasnya.
"Aku tidak ingin dijodohkan dengan Jonathan Jesher itu."
Mada sangat pusing kemarin malam Jonathan yang merecokinya tidak ingin dijodohkan sekarang giliran Eleanor Iva lucunya kedua orang ini adalah orang yang akan dijodohkan satu sama lain.
"Aku bisa membantumu, tapi tidak dengan cara ini." tolaknya kukuh pada rencana Eleanor ini.
"Mada.. kumohon." Eleanor memelas semoga saja Mada luluh.
"Sebentar, akan kupikirkan cara lain." akhirnya Elea bernafas lega.
Mada berjalan mondar-mandir memikirkan cara lain daripada cara yang Elea rencanakan.
Rencana yang ingin Eleanor gunakan adalah mereka harus pura-pura bercinta.
Ayolah, meskipun Mada sering melihat Elea berpenampilan seksi di depannya tapi itu berjarak toleransinya pun satu meter paling dekat. Dan ini, bercinta? Jarak mereka akan sangat intim. Tidak boleh. Mada hanya takut ia hilang kontrol.
"Ah, kenapa jadi aku yang pusing." kesalnya.
"Mada Jeffrey ikuti saja rencanaku atau kau akan dipecat!" Ancam Elea berkacak pinggang.
"Yak! Mana bisa begitu. Ini diluar jam kerja kantor." lagi-lagi Mada protes, ini sungguh memberatkannya.
"Aku kan bosmu." bela Elea sombong.
Elea berdiri, "Hanya pura-pura kita tidak harus telanjang. Lagipula aku tidak mau Jonathan Jesher melihat tubuhku."
Mada mengernyitkan dahi tanda bingung.
"Begini, maaf kalau kau ku korbankan. Kau harus mengambil gambar kita berdua, posisimu membelakangi kamera dan kau menutupi tubuhku. Kita berakting seperti pasangan yang berpelukan." jelasnya pada Mada. Mada hanya menatap manik coklat Elea yang indah.
"Aku belum menyiapkan peralatannya." alih Mada.
"Sudah ku siapkan semuanya tinggal eksekusi. Ayo kita ke kamar sekarang!" Ajak Elea atau itu sebuah perintah? Eleanor berjalan memasuki kamar yang di maksud mendahului Mada.
"Elea kau benar-benar gila." ucap Mada tapi ia tetap berjalan mengikuti Elea dibelakang.
"Kau pasang berapa timer nya?"
"20 detik."
"Lama sekali."
Putri Alexander itu menghela nafasnya kasar. Ini pertama kalinya Elea menatap Mada dengan posisi yang sedekat ini. Menelusuri setiap inchi wajah Mada. Hidung mancung yang kecil, bibir tipis dan ternyata Mada punya tahi lalat kecil di pipinya.
Flash kamera menyala tanda rekaman sudah dimulai. Elea mulai membuka kaos dipakai Mada kemudian memeluk laki-laki itu dengan erat. Elea sengaja mengangkat wajahnya agar terekam jelas bahwa itu dirinya.
Sedangkan Mada tentu saja terkejut dada Elea begitu menempel pada bagian tubuh depannya, ia harus bersusah payah menahan diri agar tidak kelepasan. Mada mulai memeluk Elea. Mengelus punggung Elea sama seperti yang gadis itu lakukan padanya.
Eleanor yang tadinya menyender sekarang mengangkat wajahnya agar dapat mengobrol dengan Mada.
"Kenapa?" tanya Mada karena Elea menatapnya.
Elea menggeleng. "Ayo cium aku!" titah Elea tanpa pikir panjang.
"Apa? Kau bilang hanya pelukan saja tadi." Protes Mada tidak mau. Mada normal tentu saja ia mau, tapi ia harus bersikap profesional.
"Agar lebih meyakinkan. Aku akan memberimu tambahan." Mada berdecak tidak percaya dengan apa yang Elea katakan. Bukan itu maksud Mada, ia tidak butuh bonus tambahan. Dapat mencium Eleanor Iva itu sudah bisa Mada katakan bonus, tidak itu bukan bonus tapi keberuntungan. Sanggah Mada dalam hati.
Elea kesal karena Mada hanya diam menatapnya, ia lalu menaikkan elusan tangannya dan berakhir di rahang Mada kemudian mencium bibir tipis yang sejak tadi menggodanya.
Mada terbelalak. Elea benar-benar melakukannya, karena terbawa suasana Mada akhirnya membalas ciuman Eleanor. Tangan yang tadinya berada dipunggung Elea sekarang meremas bokong berisi gadis itu. Mada memiringkan kepalanya ke kiri dan kanan agar menyamankan ciuman meraka.
Selama sepuluh menit mereka berciuman, bahkan bibir mereka sama-sama memerah dan bengkak. Tapi belum ada yang mau menyudahinya. Ingatkan rencana awal mereka yang hanya berpelukan saja.
Elea yang pertama melepas tautan mereka, karena ia hampir kehabisan nafas.
"Kurasa ini cukup!" Ia masih terengah-engah.
Mada menatap manik Elea sangat cantik, ia tersenyum kecil menyampirkan sedikit rambut di wajah Elea. Tatapannya turun ke hidung mancung Elea, kedua pipi berisinya dan berakhir di bibir plum milik Eleanor. Bolehkah ia berharap akan merasakannya lagi?
"Videonya Mada!" ucapan Elea menghentikan lamunan Mada.
"Ah iya." Mada mengambil kamera yang ada dibelakang nya dan menghentikan rekaman itu.
"Wow, tubuh bagian belakangmu sangat bagus. Sangat pas untuk dipeluk."
"El-- Eleanor.."
Elea benar-benar memeluk Mada dari belakang, tangannya mengelus perut rata Mada yang memiliki otot.
"Bagaimana hasilnya, apa wajahku terlihat di kamera?"
"Iyaa. Sangat jelas."
"Mada terimakasih sudah membantuku, bonusmu nanti ku transfer." Jangan lupakan Elea masih memeluk Mada, sebelum ia melepaskan pelukannya Elea mendaratkan kecupan singkat di bahu terbuka Mada.
"Apa yang kau lakukan, El?"
"Aku suka tubuhmu, Mada. Makanya aku menciumnya." Elea tersenyum tanpa dosa.
Mada hanya menatap Elea, tidak tahu kah Elea kalau Mada itu juga laki-laki normal.
Mada berbalik menuju ranjang, mengambil kaos lalu memakainya. Kemudian duduk dan mengamati lagi video rekamannya.
"Kenapa kau pakai bajumu." protes Elea tidak terima, pemandangan indah yang ia kagumi jadi tidak terlihat.
"Aku kedinginan. Bisa masuk angin nanti." Bela Mada.
Elea pun akhirnya duduk disamping Mada.
"Cetak menjadi beberapa foto ya, besok akan ku bawa ketika aku bertemu dengan Jonathan."
"Besok kau bertemu Jonathan?"
"Iya."
"Aku ingin tahu alasanmu menolak Jonathan, dia itu mapan, pewaris tunggal perusahaannya, masih muda, badannya juga bagus oh satu lagi dia juga tampan."
"Yak!! Kenapa kau membelanya." protes Elea tidak terima dengan pernyataan Mada meskipun memang benar faktanya begitu. "Entahlah aku tidak suka dan belum siap juga." Lanjut Elea mengedikan bahu.
"Dan satu lagi kau itu lebih tampan dan badanmu lebih bagus kurasa. Mada ayo buka bajumu, aku ingin menikmati hasil karya Tuhan yang ada pada dirimu." pintanya pada Mada, ia bahkan menampilkan wajah memelas.
"Yak!! Kau gila. Enak saja!!" Elea terkekeh geli dengan respon Mada barusan. Ayolah Elea hanya menggodanya tapi sepertinya Mada menganggap itu betulan.
"Ya sudah aku ke kamarku dulu, kau akan pulang atau menginap disini?" alih Mada, sebenarnya ia malu. Elea ini dasar penggoda.
"Menginap. Kau juga ya, Mada." pintanya.
"Baik. Lagipula ini sudah hampir jam sepuluh malam. Dan belum mencetak fotomu juga." Mada menyetujuinya.
"Oke. Aku akan memesan makanan dulu."
Mada berlalu ke kamarnya. Apartemen ini milik Eleanor dan cukup besar juga karena terdapat 3 kamar. Satu untuknya, Mada dan satu lagi untuk studio foto.
"Elea, bisa-bisanya kau merencanakan ide gila ini. Aku juga laki-laki normal. Untung saja aku bisa menahan diri." Keluh Mada sembari mencetak foto Elea.
"Mada kau sudah selesai?" tanya Elea di depan pintu, Elea sudah memakai pakaian tertutup sekarang yaitu hoodie kebesaran dan celana panjang longgar. Ia menggambil orderan makanan yang baru saja datang.
"Ayo kita makan." Ajaknya pada Mada.
"Sudah selesai, El." Mada memberi tahu gadis itu kalau pekerjaannya telah selesai ia kerjakan.
Mada lalu mengikuti Elea yang sudah lebih dulu duduk di meja makan.
"Enak?" Mada mengangguk pelan, lalu melanjutkan makannya lagi.
"Kenapa? Dari tadi kau tersenyum seperti orang bodoh." Heran Mada, meskipun ia fokus pada makanannya, ia juga tidak bisa melewatkan apa yang Elea lakukan pada dirinya. Elea sedari tadi dengan terang-terangan memperhatikan bagaimana Mada makan.
"Hey!" Protes Elea. "Kau itu lucu tau, lihat cara makan mu itu ada remahan roti di pipimu." Mada menoleh ke arah Elea, kemudian mengusap-usap pipinya.
"Tapi, bohong." ejeknya menjulurkan sedikit lidahnya.
"Tak ada kerjaan. Habiskan punyamu!" kali ini tidak banyak protes ia kembali melanjutkan acara makannya.
"Iya-iya." Elea tersenyum lebar karena berhasil lagi mengerjai Mada.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!