____Selamat datang di karya baru author, semoga menghibur yaaaa. Jangan lupa tinggalkan like, komen, vote dan subscribe., terimakasih____
🪻 Happy reading 🤗
POV : Ciara.
Hallo semua, namaku Ciara Felicia Pradipta. Aku mempunyai ayah yang sangat hebat, dia Ravin Pradipta dan seorang ibu sambung yang luar biasa, bunda Elsava Ekavira. Aku juga punya seorang adik laki-laki bernama Arsenio Pradipta, sebenarnya aku juga punya adik perempuan dari Mami tapi aku tidak ingin mengenalkannya karena aku juga tidak dekat dengannya bahkan aku tidak tahu dimana Mami kandung ku itu berada.
"Kakak hari ini mau kemana?" tanya Ayah saat kami sarapan.
"Cia pagi ini ke butik dulu Yah, ada janji sama klien" kataku sambil makan masakan Bunda.
"Setelah itu?" ayah tanya kembali.
"Belum ada rencana" kataku.
"Memang kenapa Ayah tanya begitu?" tanyaku.
"Ah, tidak. Ayah hanya ingin tahu saja" jawab Ayah.
"Ayah hanya memastikan jika hari ini Kakak tidak bertemu dengan Kak Aiden" sahut Arsen.
"Tidak bukan begitu" sangkal Ayah.
"Kamu masih kecil jangan coba-coba jadi kompor Arsen, pergi ke kampus dan belajarlah yang benar" omel ayah pada Arsen.
"Memangnya kenapa kalau Ciara bertemu Aiden? Mereka memang pacaran, bertemu kekasih kan wajar" Bunda ikut angkat bicara.
"Sayang" protes Ayah, aku hanya diam saja karena tahu bagaimana Ayah.
"Jika Ayah begitu khawatir dengan hubungan Kakak dan kak Aiden, kenapa tidak ayah nikahkan saja mereka?" usul Arsen.
"Kakak mu masih terlalu muda untuk berumah tangga Arsen, dan ayah juga belum terlalu percaya dengan Aiden" kata Ayah pelan.
"Aiden pria yang baik Yah, tidak seburuk yang ayah pikirkan" kataku karena aku begitu nyaman bersama Aiden.
"Ayahmu terlalu cemburu dan belum rela jika putri cantik nya dimiliki oleh pria lain sayang" kata Bunda, ya aku bisa merasakan hal itu. Ayah memang sangat mencintai ku dan aku sangat beruntung akan hal itu.
Setelah selesai sarapan, aku mengemudikan mobilku menuju butik. Aku memiliki sebuah butik dan juga sebuah usaha wedding organizer yang lumayan terkenal.
"Selamat pagi Nona" sapa Dila, dia adalah pegawai kepercayaan ku.
"Hemm" aku hanya berdehem, kata bunda tingkat kecerewetan ku berkurang setelah aku berani dewasa. Tapi bukan itu yang sebenarnya terjadi, karena aku sudah bisa memilih dan mengerti apa yang aku inginkan, jadi aku tidak ingin banyak bicara.
Setelah tiga puluh menit berlalu, klien yang aku tunggu datang. Mereka adalah sepasang calon pengantin yang ingin membuat baju dan merealisasikan dream wedding mereka.
Cukup lama aku meeting dengan klienku itu dan beberapa staf WO ku, karena merekalah yang akan mengerjakan dekorasi dan lain sebagainya, meeting kami selesai tepat jam makan siang.
...
Ceklek....
Pintu ruanganku terbaru dan aku sangat tahu siapa yang membuka pintu itu.
"Miss you honey" bisiknya di telingaku.
"Miss you too" kataku dan mencium pipi kekasihku itu.
"Kau tidak bilang jika akan kemari" kataku menatap wajah tampan pria yang aku cintai setelah Ayah ku.
"Kejutan, dan karena aku terlalu merindukanmu" kata Aiden tangannya membelai pipiku, pria itu mencium bibirku dengan lembut.
"Rasanya aku ingin segera menikahi mu dan mengurung mu didalam kamar" kata Aiden menyatukan kening kami.
"Tingkat kemesuman mu semakin bertambah sayang" kataku mengalungkan tanganku di lehernya.
"Hemm, kekasih mu ini pria normal. Ayo kita makan siang, sebelum sesuatu yang tidur bangun" kata Aiden menggandeng tanganku keluar dari ruanganku.
Kami memutuskan untuk berpacaran sejak sepuluh tahun yang lalu, saat itu kami masih mengenakan seragam biru putih. Tapi hanya kami saja yang tahu, karena setahu Ayah dan Bunda, kami berpacaran saat duduk di bangku akhir SMA.
"Makanlah" kata Aiden setelah memotongkan daging steak untukku.
"Terimakasih" kataku tersenyum manis, Aiden memang sangat menjagaku. Dia selalu memastikan jika aku bahagia dan nyaman saat kami bersama.
"Nanti malam kau jadi menemani ku ke pesta itu kan?" tanya Aiden.
"Tentu, aku tidak akan membiarkanmu digoda oleh para wanita disana" kataku posesif.
"Honey, aku tidak seperti itu. Bahkan aku tidak akan tertarik sekalipun ada wanita lain telanjang di hadapanku" kata Aiden tanpa di saring.
"Bisakah tidak membahas hal yang mesum saat kita makan?" kataku, Aiden hanya tersenyum.
"Kak Ciara" suara seorang gadis menyapaku.
"Maaf, siapa ya?" aku melihat gadis itu, namun aku benar-benar tidak mengenalnya.
"Aku Vania, adik Kakak" katanya memperkenalkan diri.
"Kakak apa kabar? Aku sangat senang bisa bertemu dengan Kakak" kata Vania tersenyum lebar, tapi tidak denganku.
"Kabarku baik" jawabku datar, aku tidak ingin berurusan dengan sesuatu yang menyangkut Mami, apapun itu.
"Sayang, ayo kita pergi, aku sudah selesai" ajak ku pada Aiden, selera makannya hilang begitu saja saat mengingat tentang Mami.
"Kak, aku..."
"Vania, aku ada urusan lain, bye..." selalu tidak ingin bicara banyak dengannya.
"Are you okay?" tanya Aiden saat kamu berada di mobil.
"Hemmm" sahutku memejamkan mataku.
"Bagaimana kalau kita ke kantor ku saja?" tawar Aiden, aku hanya mengangguk tanpa membuka mata.
Aiden melakukan mobilnya kekantor, dan sesampainya di kantor Regananta Group kami langsung menuju ruangan Aiden. Aku sudah beberapa kali ikut Aiden ke kantornya.
"Aku mau tidur" kataku setelah masuk ruangan Aiden, tanpa menunggu jawaban nya aku langsung masuk ke kamar peristirahatan nya.
"Vania" gumam ku, aku tidak terlalu ingat tentangnya, bahkan aku tidak begitu ingat wajah wanita yang telah melahirkan ku. Mami tiba-tiba menghilang saat usiaku belum genap empat tahun, dan aku tidak perduli saat itu karena aku sudah memiliki Bunda.
Ceklek....
Aiden membuka pintu kamar itu, dan aku langsung memejamkan mataku. Pria itu menyelimuti tubuhku dan mencium pipiku.
"Istirahat lah" bisiknya sebelum keluar kamar.
Aku kembali membuka mataku setelah mendengar pintu itu tertutup. Aku sangat bersyukur karena memiliki Aiden, pria dengan sejuta pesona dan kesempurnaannya.
Aiden sangat menjaga dan menghargai ku, sungguh Aiden bukan pria bebas seperti yang ayahku takutkan. Jika Daddy dan Mommy Aiden menerima ku dengan terbuka dan hangat, tapi ayahku tetap ketus dan dingin pada Aiden.
Aiden sangat posesif padaku, dia tidak pernah membiarkan laki-laki manapun dekat denganku, bahkan aku hanya memiliki beberapa teman wanita, itupun tidak akrab karena Aiden benar-benar membatasi lingkup pertemanan ku. Tapi aku sama sekali tidak keberatan, aku tetap bahagia dan nyaman meskipun hanya bersama Aiden.
"Bukankah 24 tahun sudah pantas untuk menikah?" gumam ku, entah kenapa tiba-tiba aku ingin cepat menikah dengan Aiden, dia terlalu sempurna jika sampai terlepas dari tanganku.
Aku keluar kamar dan menghampiri Aiden yang sedang fokus dengan laptop nya.
"Sayang, ayo kita menikah" kataku memeluk Aiden dari belakang, dan tentu saja perkataan ku itu membuat Aiden terkejut.
🪻
🪻
🪻
🪻
🪻
TBC 🌺
POV: Author__
Aiden yang tidak menyangka jika Ciara mengatakan hal itu sangat terkejut, pria itu langsung menghentikan pekerjaannya dan menarik Ciara duduk dipangkuan nya.
"Ada apa?" tanya Aiden membelai pipi mulus Ciara.
"Aku ingin menikah denganmu, kau tidak mau?" Ciara menatap netra Aiden.
Cup....
Aiden mencium bibir Ciara dan menatap gadis itu penuh cinta.
"Aku bahkan sudah melamar mu sejak tiga tahun yang lalu" kata Aiden, dirinya dulu memang pernah melamar Ciara, namun dengan tegas Ravin menolaknya kala itu.
"Kali ini biar aku yang bicara dengan Ayah, aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu" kata Ciara bersandar di dada bidang Aiden.
"Kau tidak akan kehilanganku sayang, bukankah aku pria yang sangat setia?" tanya Aiden.
"Apa ini ada hubungannya pertemuan kita dengan Vania tadi?" Aiden mengusap lembut punggung Ciara.
"Tidak, tapi...."
"Apa?" tanya Aiden karena Ciara menggantung kata-katanya.
"Tiba-tiba aku ingin bercinta denganmu" jawab Ciara random, Aiden hanya tertawa karena sangat tahu jika kekasihku itu mengada-ada.
"Sebenarnya bisa saja kita melakukannya sekarang, tapi aku sudah berjanji akan melakukannya di malam pengantin kita" kata Aiden, keduanya hanya mengobrol dengan posisi sangat mesra hingga menjelang sore Aiden mengantarkan Ciara pulang.
Begitu sampai rumah, Ciara melihat Ravin yang sedang menikmati sore di taman belakang, ayah Ciara itu masih sangat terlihat tampan dan gagah meskipun usianya sudah lebih dari lima puluh tahun.
"Ayah" panggil Ciara.
"Sayang, kau sudah pulang?" Ravin merentangkan tangannya, dan Ciara langsing memeluk ayahnya.
"Cia ingin mengatakan sesuatu sama Ayah" kata Ciara terdengar sangat serius.
"Sepertinya sangat penting, ada apa?" tanya Ravin, Ciara mengurai pelukannya dan menatap lekat-lekat pada ayahnya.
"Cia ingin menikah" kata Ciara membuat Ravin tertawa karena menganggap Ciara tidak serius.
"Hahaha.....kamu kok tumben bercanda seperti itu sayang?" Ravin masih terkekeh dan menggelengkan kepalanya.
"Cia tidak sedang bercanda Ayah, Cia serius. Cia benar-benar ingin menikah" ulang Ciara memang tidak sedang bercanda, seketika Ravin berhenti tertawa.
"Sayang, ini sangat tidak lucu" kata Ravin.
"Ayah please, Cia tidak sedang melawak" ujar Ciara memohonkan pada ayahnya agar serius menanggapi nya.
"Kalian kenapa?" tanya Els datang membawa beberapa cemilan sore.
"Cia mau men..."
"Ciara" sergah Ravin menatap tajam gadis itu.
"Mas, kamu kenapa?" tanya Els tak paham, sedangkan Ciara masih terpaku menatap ayahnya.
"Gadis ini bertingkah dengan ingin menikah" kata Ravin tanpa mengalihkan tatapannya.
"Mas, mereka sudah terlalu lama bersama, mereka juga saling mencintai, bahkan keluarga Aiden sangat setuju dengan hubungi mereka, bukankah sangat bagus jika mereka ingin melanjutkan ke tahap yang lebih serius?" kata Els panjang lebar.
"Tidak, Mas tidak setuju dengan semua itu" tegas Ravin.
"Tapi itu tidak adil untuk Cia dan Aiden" kata Els.
"Mereka berhak un...."
"Jangan ikut campur tentang masalah ini! Ciara putriku" seru Ravin, membuat Els dan juga Ciara terkejut.
"Ya, Ciara memang putrimu, Ciara darah dagingmu, tapi kasih sayangku pada Ciara lebih dari seorang ibu! Kamu benar-benar egois Mas!"
Brakkkkkkkkkk....
Els menghempaskan makanan yang di bawanya ke meja dengan kasar lalu pergi dari tempat itu.
"Ayah keterlaluan, memangnya bunda salah apa? Apakah ayah tidak melihat ketulusan bunda selama ini? Bunda bahkan rela tidak punya anak lagi hanya karena tidak ingin aku kekurangan kasih sayang" Ciara sudah menangis.
"Kasih sayang ayah yang seperti ini malah menyakitiku" ucap Ciara juga meninggalkan Ravin.
"Sial" umpat Ravin menyadari kesalahan dan kebodohannya.
🪻🪻🪻
Ciara memasuki kamar orang tuanya, gadis itu tidak melihat Els didalam kamar, namun netranya menangkap siluet di balik gorden yang mengarah ke balkon.
"Bunda" gadis itu langsung memeluk Els dari belakang.
"Maafkan Ciara karena membuat Bun..."
"Cia tidak salah, ayahmu memang seperti itu dan selalu begitu" kata Els membalik tubuhnya dan memeluk putri cantik nya.
"Tidak perduli orang lain berkata apa, dan siapapun itu. Cia tetap putri Bunda selamanya" ucap Els mengecup kening Ciara penuh cinta.
"Ya, Cia memang putri Bunda" gadis itu memejamkan matanya menikmati kasih sayang Els yang begitu besar.
Dari balik gorden Ravin menatap keduanya dengan perasaan haru, pria itu sangat menyesal jika sampai membuat dua wanitanya itu bersedih sampai menangis.
"Ayah belum rela jika harus melepaskan mu sayang" bisik Ravin dalam hatinya, pria itu melangkah ke kamar mandi dengan malas mengingat keinginan Ciara untuk menikah.
...
Malam harinya, Ciara sudah tampil cantik dengan long dress hitam model sabrina dengan belahan sampai paha. Rambut panjangnya ditata model updo yang memperlihatkan leher jenjang dan putih mulusnya, gadis itu terlihat cantik dan anggun
"Kau cantik sekali sayang" puji Els saat Ciara baru turun dari tangga.
"Thank you Bunda" kata Ciara.
"Dimana Ayah?"
"Ayahmu sedang keluar dengan Bimo" kata Els, terdengar suara klakson dari depan, dan bisa di pastikan jika itu adalah Aiden.
"Cia pergi dulu ya Bun" pamit Ciara mencium kedua pipi Els.
"Ya, nikmati pestanya dan bersenang-senanglah" kata Els, lalu Ciara berangkat ke pesta itu bersama Aiden.
Ciara menatap heran pada Aiden karena tak kunjung melajukan mobilnya setelah beberapa saat gadis itu masuk kedalam mobil.
"Why?" tanya Ciara sebab Aiden terus menatapnya.
"Kau dandan terlalu cantik honey, dan lihatlah pakaian mu. Kau terlihat sangat seksi dan panas" tangan Aiden terulur menyentuh belahan dress Ciara di paha mulusnya.
Plakkkkk.....
Ciara memukul tangan nakal itu.
"Honey, kau memukulku?" kata Aiden.
"Berhentilah berpikiran mesum dan ayo kita berangkat" tegas Ciara, ya keduanya memang selalu seperti itu, jika Aiden lepas kendali maka Ciara lah yang akan mengingatkan, begitupun sebaliknya. Mereka berdua sudah sama-sama dewasa dan paham akan hubungan ****, namun mereka memilih menahannya di saat maraknya **** bebas atau **** before married.
Aiden mendesah kesal karena harus membawa gadis cantik nya menghadiri pesta itu, bukan karena apa. Tapi Aiden tidak rela jika kecantikan Ciara dilihat oleh pria lain, apalagi dengan dress yang Ciara kenakan malam ini.
"Honey, aku sungguh tidak rela jika kau datang ke pesta itu" kata Aiden.
"Jangan berlebihan Ai, bahkan di pesta nanti akan banyak wanita yang lebih cantik dan seksi pastinya" ucap Ciara tahu keresahan kekasihnya.
Setelah berkendara satu jam, Aiden dan Ciara sampai di lokasi pesta. Pesta itu bukanlah pesta biasa, tapi pesta kalangan para pebisnis dan pengusaha sukses. Aiden terpaksa datang menggantikan Daddy nya, karena Marcell dan Yasmin sedang berada di Belanda untuk mengantarkan putri mereka yang akan menempuh pendidikan di kota Leiden karena disana ada Richard yang bisa menjaga keponakannya.
🪻
🪻
🪻
🪻
🪻
TBC 🌺
Sudah satu bulan berlalu sejak Ciara mengungkapkan keinginannya untuk menikah, sejak saat itu juga hati Ravin belum luluh bahkan terkesan semakin keras.
Ciara dan Els bahkan menjaga jarak dari Ravin, namun semua itu tidak membuat Ravin menyetujui Ciara menikah dengan Aiden. Suasana rumah jadi kaku dan dingin, tidak sehangat dulu, bahkan saat sarapan pagi seperti sekarang ini.
"Sayang, kenapa makanannya hanya di aduk-aduk?" tanya Els melihat Ciara hanya memainkan makanannya tanpa berniat memakannya.
"Cia gak selera makan Bun" kata Ciara.
"Cia mau makan apa? Biar bunda masakin" ujar Els, namun gadis itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? Ada apa?" tanya Els khawatir, Ravin hanya memperhatikan saja tanpa ikut bicara.
"Sepertinya..." gadis itu melirik Ayahnya yang cuek dan menikmati makanannya.
"Cia hamil" kata Ciara membuat Ravin tersedak begitu dahsyat.
Uhukkk...uhukk...uhukkk....
"Minum Mas" Els memberikan segelas air putih pada Ravin, wanita itu melihat pada Ciara dan menggelengkan kepalanya.
"Ciara hati-hati kalau bicara" ucap Ravin dengan nada rendah, tangannya menggenggam kuat gelas kosong.
"Cia dan Aiden sudah dewasa Yah, **** sudah menjadi salah satu kebutuhan kami. Dan bukan tidak mungkin jika kami melakukannya meski belum ada ikatan resmi, terlena kami sama-sama suka dan saling...."
"Cukup!" bentak Ravin membuat kedua wanitanya terjingkat.
"Ayah keterlaluan" kata Ciara meninggalkan meja makan dengan perasaan kesal.
"Kau mencintai putrimu dengan cara menyakiti hatinya Mas" ucap Els juga meninggalkan Ravin di meja makan.
🪻🪻🪻
Ciara mengemudikan mobilnya menuju kantor Aiden, gadis itu melakukan mobilnya dengan kecepatan maksimum lantaran sebagai peluapan emosi yang memenuhi dadanya.
Sesampainya di kantor Aiden, Ciara langsung masuk kedalam lift yang akan membawa dirinya keruangan Aiden.
Brakkkkkkkkkk....
Ciara membuka kasar pintu ruangan Aiden, dan membuat orang-orang yang ada di dalam ruangan itu menatap kearahnya.
"Kalian lanjutkan ini di ruangan Frans" titah Aiden pada dua pria paruh baya, dan seorang pria seusia nya yang bernama Frans, asisten nya.
"Permisi Tuan" ucap ketiga pria itu menunjukkan kepalanya dan keluar dari ruangan Aiden.
Aiden menghampiri Ciara yang mematung didekat pintu, ada rasa bersalah karena menganggu pekerjaan sang kekasihnya.
"Ada apa?" lirih Aiden membawa Ciara dalam pelukannya.
"Ayo kita lakukan sekarang" kata Ciara, Aiden melepaskan pelukannya dan menatap bingung pada gadisnya.
"Melakukan apa honey?" tanya Aiden, tangannya mengangkat dagu Ciara agar bisa menatap mata indahnya.
"Bercinta, aku ingin bercintanya denganmu. Sekarang" ceplos gadis itu membuat Aiden terkejut bukan main.
"Honey, ada apa? Semua baik-baik saja bukan?" Aiden membawa Ciara duduk di sofa ruangan itu.
"Tidak, semua tidak baik-baik saja. Kau harus menghamili agar kita bisa menikah" kata Ciara serius.
"Sayang dengarkan aku. Aku mencintaimu, sangat teramat mencintaimu, aku tidak mungkin merusak gadisku, aku akan menjagamu sampai dirimu resmi menjadi milikku. Dan saat itu tiba kita pasti akan bercinta kapanpun dan di manapun kau mau" ucap Aiden, Ciara memeluk erat Aiden dan menangis. Seandainya saja Ravin tahu betapa Aiden sangat menjaga dan mencintainya, mungkin ayah Ciara itu tidak akan bersikap sekarang ini.
"Mungkin sekarang sudah menjadi hal wajar gaya pacaran seperti layaknya suami istri, tapi aku sungguh tidak ingin melakukan itu padamu. Kau adalah wanita istimewa setalah Mommy dan adikku, maka aku juga akan memperlakukan mu dengan cara yang istimewa" Aiden membalas pelukan Ciara, pria itu benar-benar menjaga Ciara meskipun terkadang sangat sulit mengendalikan diri. Tapi Aiden tetap berusaha untuk tidak melakukannya sebelum pernikahan, mengingat dirinya lahir tanpa ada ikatan resmi dari Marcell dan Yasmin. Aiden memegang prinsip itu juga untuk membuktikan pada Ravin jika dirinya berbeda dengan Daddy nya yang terkenal player.
🪻🪻🪻
Hari ini Ciara akan ke Bandung bersama Kinara, ya satu-satunya teman dekat Ciara selain Aiden adalah Kinara. Gadis berusia 21 tahun itu tengah menempuh pendidikannya disalah satu universitas ternama di Jakarta, hal itu membuat Ciara senang karena sering bertemu dengan Kinara.
"Bagaimana hubunganmu dengan Raka?" tanya Ciara, gadis itu menyetir dengan kacamata hitam di wajahnya.
"Baik" sahut Kinara.
"Kalian pacaran?"
"Tidak, kami hanya berteman, Cia" kata Kinara.
"Why? Kau menolaknya? Setahuku Raka menyatakan cintanya padamu kan?" cecar Ciara.
"Hanya saja, aku belum ingin pacaran" jawab Kinara, gadis itu masih tertutup.
"Kau sendiri bagaimana? Aiden sudah melamar mu?" tanya Kinara.
"Bahkan aku yang melamar Aiden bulan lalu. Tapi Tuan Ravin belum mengizinkan ku menikah" kata Ciara lesu.
"Om Ravin terlalu mencintaimu, dan kurasa itu ujian cinta mu dan Aiden. Karena selama ini hubungan kalian mulus tanpa gangguan pihak ketiga" ucap Kinara.
"Ya, mungkin saja. Hanya, entah kenapa aku merasa jika kasih sayang Ayah malah menyakitiku" ucap Ciara sendu mengingat sikap Ayahnya.
🪻🪻🪻
Aiden berada di sebuah Night Club memenuhi undangan relasinya, Aiden terpaksa datang sebagai formalitas saja, pria itu tidak suka dengan dunia malam dan segala kesenangan yang ditawarkan.
"Silahkan diminum Tuan" ucap Bens salah satu relasinya memberikan segelas mocktail karena tahu jika Aiden tidak minum alkohol.
"Terimakasih" ucap Aiden, pria itu risih melihat para wanita dengan pakaian mini yang sangat agresif di sekitarnya.
Diruangan VVIP itu terlihat beberapa pria dewasa menikmati sentuhan dari wanita bayarannya. Sebanarnya bukan pertama kali Aiden berada di situlah seperti ini, namun hari ini Aiden merasakan sesuatu yang berbeda.
Tubuhnya bereaksi melihat adegan panas di sekitarnya, Aiden sangat paham apa yang terjadi pada dirinya. Pria itu segera pergi dari tempat itu untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.
Brukkkkkkkk....
"Awhhhhh....." jerit seorang wanita berpakaian seksi yang tak sengaja di tabrak oleh Aiden.
"Maaf" kata Aiden, tubuhnya semakin bergejolak dan berkeringat.
"Kalau jal...." wanita itu mendongak dan melihat wajah Aiden.
"Kak" kata wanita itu bangkit dari lantai dan mendekatkan Aiden.
"Jangan mendekat" Aiden mundur, pria itu mengumpat dalam hatinya pada orang yang telah bermain-main dengannya.
"Kak, ada apa denganmu?" wanita itu tetap maju melihat wajah merah Aiden dan keringat di sekitar pelipisnya.
"Stop, go away!" seru Aiden nafasnya semakin memburu, pria itu berjalan dengan sempoyongan.
"Kak, kau sakit?" wanita itu mencoba menyentuh Aiden.
"Don't touch me!" bentak Aiden, tubuhnya terhuyung-huyung kebelakang namun dengan sigap wanita itu menahannya.
"Damn it!" teriak Aiden.
"What are you doing bicth!!!" marah Aiden karena disentuh oleh wanita itu. Seolah tuli, wanita itu memapah tubuh Aiden dan membawanya ke salah satu kamar yang ada di club itu.
"Istirahat lah dulu Kak" kata wanita itu berniat menolong Aiden, tanpa ia tahu jika mata Aiden sudah merah karena menahankan gejolak tubuhnya. Bahkan pria itu sudah kehilangan kewarasannya dan menggila melihat kemolekan tubuhnya.
"Aku sudah memperingatkan mu tadi" ucap Aiden menarik kasar wanita itu dan membantingnya ke atas ranjang.
"Aghhhhh.... Kak, apa yang..." kata-katanya menguap begitu saja karena Aiden memaksanya dengan brutal, tanpa ampun dan belas kasihan.
🪻
🪻
🪻
🪻
🪻
TBC 🌺
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!