NovelToon NovelToon

Jodoh Ideal Sang Tuan Muda Genius

Memulai Pemilihan

Sudah 12 jam lebih sejak diluncurkannya aplikasi pencarian pasangan ideal, tapi hingga kini masih belum ada hasil yang menunjukkan akan adanya kandidat yang cocok dengan kriteria sang tuan muda. Tidak mudah memang mencari pasangan untuk melanjutkan garis keturunan Anderson ini. Disaat semua syarat terpenuhi sebagai pria tertampan, terkaya, tergenius justru harus mati-matian dalam menemukan jodoh.

Diusianya yang memasuki kepala dua justru makin membuatnya kalang kabut, bagaimana tidak dilihat dari kisah sang kakek buyut, kakek, ayah yang semuanya harus menikah diusia senja dikarenakan sulitnya menemukan pasangan yang sesuai fisik keturunan keluarganya. Sejak ayahnya meninggal sepuluh tahun lalu yang memaksa Al untuk naik tahta dalam bisnis juga dunia bawah juga kesedihan sang ibunda membuatnya bertekad untuk segera menemukan pasangannya kelak. Tidak ingin kisah ayahnya terulang pada dirinya yang memiliki anak diusia senja tepatnya 64 tahun. Al yang masih sepuluh tahun saat itu dipaksa menerima kenyataan bahwa dirinya memiliki kelainan genetik yang membuatnya sulit untuk memiliki keturunan jika tidak pada pasangan yang tepat. Yah, pasangan yang tepat baik dari segi genetik, usia, kecerdasan juga penampilan yang akan menjadi nyonya Al dimasa depan. Kelainan genetik dari generasi ke generasi keluarga Anderson inilah yang membuat para keturunan harus bekerja ekstra keras dalam melanjutkan garis keluarga.

Disudut ruangan tepat didepan jendela berdiri sosok tampan tak tertandingi dengan bulu mata yang panjang, alis yang lebat, hidung mancung juga bibir merahnya yang seksi layaknya penguasa sedang menatap keluar sambil memasukkan tangan kedalam kantong celana hitamnya. Tatapan matanya yang nyaris tidak berkedip selama dua menit membuat Gery sang asisten ragu untuk maju.

"Tuan muda... sebaiknya menunggu diruang tunggu atau dikantor karna...karna ini dipastikan masih lama" dengan gugup Gery sang asisten memaksakan diri untuk bicara.

"Gery sudah berapa jumlah peserta yang diseleksi?" bukannya menjawab, Al malah bertanya balik.

"Tuan Muda sejauh ini sudah memasuki jutaan daftar wanita yang berusia 14 hingga 20 tahun yang diseleksi dan masih berlanjut"

"Pastikan jangan ada yang terlewatkan"

"Baik tuan muda"

Setelah memberikan instruksi Al meninggalkan gedung pencakar langit itu kembali ke mansion keluarga Anderson.

Sampainya di mansion Al disambut oleh barisan pelayan juga pengawal yang setia mengabdi dikeluarga konglomerat itu.

"Tuan muda makan malam sudah siap" Paman Mo, kepala pelayan segera maju untuk menyiratkan Al segera makan malam. Paman Mo yang berusia kepala empat itu sagat menyayangi Al layaknya putra sendiri. Paman Mo sudah mengabdikan diri dikeluarga Anderson sedari usia remaja hingga saat ini. Al juga sangat menghormati Paman Mo yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

"Hmm..."

"Silahkan tuan muda"

Setelah makan malam Al kembali kekamarnya untuk membersihkan diri dilanjut dengan istirahat. Hari ini yang merupakan awal perjuangannya setelah peluncuran aplikasi buatannya sendiri sudah sangat membuatnya lelah. Sudah sepuluh tahun Al berjuang menciptakan aplikasi yang mana bisa menyelidiki genetik seseorang melalui data pendaftaran KK (kartu keluarga). Berharap segera membuahkan hasil yang akurat.

Disuatu tempat seorang gadis remaja sedang berjibaku dengan segala jenis piring kotor untuk dicuci disebuah restoran. Dia adala Luvia Aresta yang sering dipanggil Via gadis yang baru berusia 15 tahun duduk dibangku kelas 2 sekolah menengah atas. Ya, ia mengikuti kelas akselerasi sehingga dia bisa lompat kelas, dengan IQ yang diatas rata-rata bukanlah hal sulit bagi Via untuk mengikuti pelajaran disekolah elit kalangan atas tersebut.

"Via, cepetan cuci piringnya didepan udah banyak menumpuk" salah satu pelayan senior mengingatkan Via lagi dan lagi. Gimana tidak restoran segede itu hanya satu orang yang tukang cuci piringnya. Awalnya Via melamar jadi pelayan tapi dikarnakan masih dibawah umur ya beginilah jadinya hanya bisa bekerja dibelakang layar alias tukang cuci piring.

"Iah mbak Lilis tunggu ya, biar kelar dulu yang ini baru nambah" sambil menyelipkan sedikit rambut panjangnya yang jatuh akibat pergerakan yang intens. "aturlah Vi gimana, yang penting nih para piring cepet-cepet move on taulah klo meneger Irfan liat bisa-bisa kena omel kita sepanjang jalan kenanga," lilis agak ngeri ngebayangin klo diomelin sang manager yang rada-rada gemulai itu.

"Hei, ini kenapa pesanan meja 12 belum diantar?" salah satu koki memanggil.

"Iya iya ini mo antar," lilis buru buru meninggalkan Via untuk melakukan tugasnya.

"Semangat mbak!" dengan lincahnya Via mengepalkan tangan keatas untuk mendukung lilis, padahal tangan nya pada banyak busanya. Lilis hanya menganggukkan kepala seraya berlari kecil kearah koki. Disini hanya lilis yang dekat dengan via karna via hanya berada dibelakang sedangkan lilis dengan jiwa penggosipnya selalu datang nunjukin muka sekalian nyetor info terkini seputar pekerjaan juga teman teman sesama karyawan.

Setelah mencuci semua piring sudah menunjukkan pukul 21.30 Wib, via segera bersiap pulang. Jadwalnya sebenarnya dari pukul 15.00 Wib hingga 21.00 Wib tapi kadang kala pelanggan banyak tentu saja piring kotor pun banyak seperti hari ini. Via melajukan sepeda motor matik keluaran lama satu satunya harta warisan ayahnya yang sudah tiada. Yah ayahnya meninggal 6 bulan lalu akibat sakit jantung, sejak saat itu Via resmi menyandang status yatim piatu. Ibunya lebih dulu meninggalkannya sewaktu dia berusia 5 tahun. Sekarang via hanya tinggal sendiri dikamar kos kos an yang seukuran 4x5 tidak jauh dari sekolahnya. Lumayanlah biayanya agak murah sikit meskipun masuk gang gang kecil.

Sesampainya dirumah sudah hampir jam sebelas malam via langsung bersih bersih lalu istirahat. Jangan tanya soal makan malam, direstoran sudah disediakan makan satu kali buat karyawan baik shif pagi atau siang. Inilah salah satu alasan Via bertahan kerja direstoran paling tidak untuk makan malam terjamin beres. Setiap harinya via harus bangun pukul 04.00 subuh untuk mengerjakan PR nya sebelum kesekolah. Dengan makan roti selai 2 lembar Via berangkat kesekolah dengan sepeda motor kesayangan. Ketika sedang memarkirkan sepeda motornya, via dipanggil oleh salah satu teman sekelasnya.

"Via, tugas Pak Musin uda siap belum,?"tanya Leni.

"Ia kenapa? Jangan bilang mo nyontek, ogah ya" Via mendelik gak suka jika ditanya soal tugas yang ujung ujungnya minta dicontek.

"Jan pelit dong Vi, kita kan besti" dengan gaya centilnya Leni mencoba membujuk Via.

"Gak ya, klo soal tugas kita bukan siapa siapa diluar itu boleh nawar" Via bergegas jalan meninggalkan Lena yang sudah cemberut tidak dikasi nyontek.

Dikelas sudah banyak teman teman yang udah pada datang.

"Pagi Via, hari ini kan ada ulangan Bu Mesti bagi kisi kisinya dong.." Miya teman sebangku Via mencoba peruntungan siapa tau berhasil. Tapi...

"Eh oneng,,ini ulangan dah mau dimulai kok malah sekarang minta kisi kisi?"

"Via sayang,,,masih sempet kok sebutin aja gue tampung"

"Dikira air pake tampung segala"

"Ayola mumpung belum masuk Bu Mestinya"

"Iya iya bentar,,,nih anak disitu mo perang disitupula cari golok"

"Golok apaan, jangan ngadi ngadi ya, udah cepetan"

Akhirnya

"Nih nih nih, cepetan hafalin rumusnya" dengan ogah ogahan Via menandai buku catatan juga buku latihannya.

"muach,,mkasih Via sayang.."

"idihh..gosa rayu rayu! gue masih normal"

"baiklah baiklah, ngambekan amat" Miya berngumam pelan tapi masih terdengar oleh via.

"ngomong apa loh?" Via mendelik tajam

"gak gak kok, nih mau menghafal" Miya menghela nafas ternyata Via klo marah serem juga.

Detik menit berlalu tiba saatnya ulangan pelajaran matematika oleh Bu Mesti dimulai. Tidak butuh waktu lama buat via untuk menyelesaikan ulangannya. Segera via menyerahkan kertas ulangannya dan bersiap keluar kelas.

Bu mesti memperhatikan via yang berjalan kearahnya sambil membawa kertas jawabannya "apa sudah dicek semua jawaban nya via?" sudah tidak heran lagi klo via terkenal pintar juga dapat beasiswa full sejak diterima disekolah elit itu.

"sudah bu" via mengangguk sambil meyerahkan kertas jawabannya. Dia kemudian bergegas keluar menunggu teman temannya selesai.

Sudah seminggu ini sekolah mengadakan ulangan yang membuat para siswa sibuk ditambah lagi tugas yang menumpuk tiap harinya. Via melihat sekeliling sekolah yang sepi dikarnakan para siswa masih ulangan. Berdiri di trotoar memandang sekeliling sekolah membuat gadis cantik itu melamun. Suasana sepi, hening serasa hampa tiba tiba menusuk hatinya, dia merindukan sosok sang ayah. Andai waktu bisa diputar..hahh.

"kamu via kan, anak kelas 2 ipa 1?" Via menoleh mengikuti arah suara. "iah, kakak siapa ya?" melihat tampilan siswa ini sepertinya kakak kelasnya.

Sambil tersenyum mengulurkan tangan "kenalin aku Robi kelas 3 ipa 1"

"oh kak Robi" via menjawab sambil berjabat tangan.

"Sudah siap ulangan juga?" tanya robi.

"ya begitulah" via menjawab seadanya tanpa berniat melanjutkan obrolan. Dia lebih betah sendirian daripada ngobrol dengan orang yang baru dikenal. Gadis dengan lesung pipi itu terkenal introvert dengan orang baru. Tidak ingin berlama lama via berjalan kearah taman tanpa menoleh kearah robi. Robi yang ditinggalpun jadi bingung sendiri baru kali ini ada cewek yang cuek padanya.

Merasa tidak bersalah via duduk dibangku taman dengan santainya tanpa memikirkan pria tampan dibelakangnya yang masih memandanginya. Robi ingin menyusul tapi mengingat kembali gimana via mengabaikannya diapun berbelok kearah kantin. Robi sadar klo via cantik dan terkenal penyendiri, kecuali teman terdekatnya Miya. Sejak via masuk kesekolah elit itu sudah banyak siswa laki laki termasuk Robi ingin mendekatinya. Tapi kembali lagi, gadis cuek itu tidak meresponnya sama sekali.

Bel pun berbunyi tanda ulangan telah usai. Via kembali kekelas melanjutkan ulangan pelajaran lainnya serta mengumpulkan tugas.

Hinggal ulangan berakhir via kembali melajukan motornya pulang ke kos an kecil miliknya. Menunggu waktu untuk pergi bekerja shif sore, via beristirahat sejenak seusai makan siang yang dibelinya dari warung depan gang langganannya.

Berbeda dengan via yang menjalani rutinitasnya dengan santai, disini justru terjadi ketegangan yang menjekik. Gimana tidak sudah beberapa hari sejak diluncurkannya aplikasi pencarian jodoh ideal masih belum ada tanda tanda hasil, yang membuat ruangan itu serasa digudang es, dingin dan mencekik. Al duduk menyilangkan kakinya disofa tunggal ditengah para anggota IT yang sedang berjibaku dengan komputer masing masing sambil berkeringat dingin. Tatapannya layaknya sinar laser yang memindai setiap kepala membuat semua orang yang berada diruangan itu bergidik ngeri.

Sampai tiba tiba tombol merah dilayar komputer induk berkelap kelip menandakan adanya temuan data yang cocok sesuai dengan data induk. Seketika ruangan itu hening berjamaah melihat tanda dilayar utama, hingga tiga detik kemudian sorak sorai terdengar saling menyahut melupakan ketegangan sebelumnya. Al langsung berdiri melihat layar besar itu membaca data yang terpampang jelas dilayar tersebut. Mulai dari nama, usia, golongan darah, pendidikan dll hingga munculnya foto gadis pemilik data itu.

Satu kata yang muncul dalam pikiran Al 'cantik'. Dalam foto tersebut tampak gadis yang tersenyum cantik dengan rambut hitam panjangnya, alis yang rapi, mata yang jernih, hidung yang mancung, bibir merah yang tipis, ditambah lesung pipi dikiri kanan wajahnya sontak membuat orang yang melihatnya terdiam saking terpesonanya. Begitu juga dengan Al yang tidak bisa menutupi kertarikannya akan gadis yang difoto tersebut. Namun dilihat dari usia gadis tersebut sontak membuat kening Al berkerut '15 tahun' apakah sudah pubertas?

"aku ingin semua data gadis ini sudah ada dimejaku 10 menit kedepan" mendengar perintah tersebut sontak menyadarkan mereka dari lamunan akan foto gadis cantik itu.

Al hendak pergi tapi tiba tiba berhenti "alihkan pandanganmu dari gadisku, jangan menatapnya lebih dari tiga detik" belum apa apa Al justru sudah mengklaim bahwa gadis difoto itu, Via adalah miliknya. Yah, gadis difoto itu Luvia Aresta, yang memiliki tingkat kecocokan genetik 98% dengan Al sang genius.

Benar saja semua orang diruangan itu segera mengalihkan pandangannya takut kena marah sang bos.

Al berjalan keluar keruangannya sambil menunggu data gadis yang membuatnya tertarik pada pandangan pertama, meskipun hanya melalui foto. Tapi memikirkan usianya justru membuat Al pusing tidak mungkin bukan dia menikahi gadis dibawah umur?

Setelah duduk Al langsung memanggil asistennya "keruanganku"

Segera gery datang setelah mengetuk pintu

"Tuan muda ada perintah apa?"

"cepat pikirkan cara agar gadis itu mau datang padaku?"

"tuan muda, belum boleh menikahi gadis itu dia masih dibawah umur.." gery ngeri sendiri dengan kelakuan tuan mudanya, yang bisa bisa ingin menikahi gadis 15 tahun, 15 tahun?

huhhh...

"siapa yang bilang aku akan menikahinya? Aku hanya ingin dia tinggal disisiku" dengan keras kepala Al ingin via berada dalam jangkauannya. Meskipun masih 15 tahun tidak menutup kemungkinan nanti akab ada yang mendekatinya. Membayankannya saja membuat emosi Al naik keubun ubun. Sebelum gery menjawab ada ketukan dari balik pintu.

"masuk" Al menjawab dengan kesalnya.

"tuan muda ini data yang anda minta" pak Redo kepala IT dengan hati hati menyerahkan map berisi data diri Via. Al mengambilnya dengan cepat membukanya serta membolak balikkan kertas itu. Setelah selesai membaca semua data tersebut tiba tiba muncul senyuman diwajah tampan itu. Gery dan juga pak redo saling melirik bingung, apa data itu begitu menggembirakan? Tapi mereka tidak cukup nyali buat bertanya. Ditengah keheningan tiba tiba Al berdiri

"Gery siapkan mobil"

"baik tuan muda" segera gery merogoh sakunya mengambil benda pipih untuk menelpon sopir agar bersiap dibawah. Pak redo yang tidak dilirik akhirnya sadar dan langsung kembali keruangannya.

Sesampainya didepan mobil supir sudah siap sedia membuka pintu buat sang tuan muda diikuti dengan asisten gery. Setelah duduk Al menginstruksikan "kesekolah menengah elit internasional"

"baik tuan muda" sopir segera melajukan roda empat mewah tersebut ke alamat yang dituju.

Setuju Untuk Pindah

Perjalanan menuju sekolah tidak memakan banyak waktu, dalam waktu 20 menit roda empat mewah tersebut telah terparkir cantik dilapangan parkir sekolah. Al keluar berdiri menatap sekeliling sekolah, seketika degub jantungnya melonjak cepat padahal dia belum bertemu dengan gadis cantiknya.

"tuan muda lewat sini, saya sudah menghubungi pihak kepala sekolah" gery dengan sigap mengarahkan Al menuju ruangan kepala sekolah, namun kepala sekolah ternyata sudah berdiri di trotoar menunggu kedatangan sang genius tampan itu.

"sungguh kehormatan besar bagi sekolah kami didatangi oleh orang besar dan genius seperti tuan muda Al" sanjungan kepala sekolah membuat Al ingin muntah tapi ditahannya demi menjaga imejnya. Sering kali ada banyak partner bisnisnya yang bersikap seperti kepala sekolah ini demi suatu tujuan, jadi gak heran Al langsung mual saat mendengarnya.

"hmm"

Sambil berjalan kepala sekolah masih saja berceloteh tentang sekolah, siswa dll yang hanya didengar oleh gery yang sesekali dijawab dengan anggukan, sementara Al jangan tanya tetap cuek.

Al kini duduk bersilang kaki disofa ruangan kepala sekolah bersebrangan dengan tempat duduk kepala sekolah yang dibatasi hanya dengan meja kopi. Gery dengan setia berdiri dibelakang sang tuan muda. Sebelum kepala sekolah melanjutkan pidatonya, Al langsung angkat bicara.

"Siswi Luvia Aresta, saya ingin dia tinggal dimansion saya, tentu saja dia tetap bersekolah disini plus sumbangan 5 miliar untuk perbaikan sekolah akan cair saat ini juga" Al tak tanggung tanggung dalam mencapai tujuannya. Uang 5 miliar yang takkan bisa terkumpul seumur hidup rakyat jelata ternyata hanya secuil baginya.

"ini,,apa tidak sebaiknya ditanya lansung pada orangnya?" kepala sekolah ragu membuat keputusan sepihak apalagi menyangkut kehidupan siswanya diluar sekolah, tapi juga tidak berani menolak secara lansung permintaan sang pewaris kaya itu,,huhh aku terpojok, batinnya.

"saya dengar Luvia adalah siswi berprestasi juga yatim piatu tanpa sanak saudara, menurut kepala sekolah bagaimana?"

Kepala sekolah seketika bingung, sebenarnya tuan muda ini ingin dia melakukan apa?

"tuan muda maaf, saya agak kurang paham maksudnya"

Al malas menjawab terlalu lelet pikirnya

"gery jelaskan"

Gery maju menjelaskan titik permasalahan dan juga permintaan sang tuan muda dalam memudahkan rencana mengajak via tinggal dimansion. Dan akhirnya kepala sekolah mengerti karna hanya pihak sekolah yang memiliki otoritas resmi akan Luvia walau dari segi akademik juga merupakan orang yang tepat diminta untuk membantu 'memuluskan' prosesnya. Dengan dalih via memperoleh beasiswa plus biaya hidup tapi dengan tinggal dirumah sang donatur, maka via akan secara otomatis tinggal menetap dimansion, semua pengeluaran akan ditanggung oleh pihak donatur juga semua rencana masa depan luvia akan menjadi tanggung jawab pihak donatur.

Setelah kedua pihak sepakat barulah Al bangkit berdiri hendak keluar tapi tiba tiba Al menoleh kearah jendela dari jendela ruangan tampak luvia sedang berjalan sambil membawa beberapa buku tugas kelasnya yang akan diantarkan kemeja pak musin. Saat itu juga via melihat kedepan hingga bertatap muka dengan Al walau dari jarak yang agak jauh. Merasakan tatapan intens orang yang menatapnya via hanya mengangguk kecil sembari senyum tipis lalu bergegas melewati Al menuju ruangan guru.

Al berdiri mematung setelah pertemuan pertamanya dengan luvia, apakah ini yang namanya cinta pada pandangan pertama?

"tuan muda saatnya kembali keperusahaan, 40 menit lagi ada meeting dengan klien" kata gery disebelah Al yang langsung menarik lamunan Al seketika.

"hmm"

masih dengan jawaban favorit Al 'hmm' dia berjalan menuju parkiran untuk segera kembali keperusahaan.

Disini luvia masih belum tau apa apa, dia masih dengan santainya membaca buku fisika salah satu mata pelajaran kesukaannya sambil mendengar celotehan Miya disebelahnya.

"gantengnya,,,lin yi kuuu ahhh,,,pengen dipeluk ummm,," miya mengusap usap foto lalu menyilangkan tangannya didada sambil memeluk foto aktor muda asal negeri tirai bambu itu sambil membayangkan dirinya sedang dipeluk. Sungguh pemandangan yang sudah menjadi rutinitas luvia semenjak satu meja dengan Miya. Gadis pecinta drama china ini memang sudah lama mengidolakan sang aktor pemain drama put your head on my shoulder itu. Bahkan sebagian besar peralatan sekolahnya seperti pena, penggaris, sampul buku, kotak pensil, tas dll terdapat stiker foto aktor tersebut. Via hanya bisa geleng kepala melihat tingkah teman semejanya itu.

"yaya,,,itu poto bentar lagi benyek loh dipeluk peluk mulu ga bosan apa?" tanya via.

Miya yang mendengar kata 'benyek' sontak melihat foto sang idola, benar saja terdapat lipatan tak sejajar akibat remasan yang berlebihan.

"ahhh my honey Lin yi,,,maafkan aku yang tak sengaja melukaimu,,," kata miya sambil menggosok pelan foto idolanya, via mendengus kesal mendengar celotehan miya. Dasar bucin!

Karna tak digubris oleh miya, via akhirnya kembali fokus pada buku fisikanya sambil mengerjakan latihan soal yang ada dibuku. Hingga tiba tiba terdengar suara radio sekolah memanggil via untuk datang kekantor kepala sekolah. Semua siswa dikelas sontak melihat kearah via yang namanya dipanggil.

"via, kamu gak lagi ada masalahkan?" tanya miya

"gak lah, mungkin ini tentang olimpiade tenang saja" jawab via. Setelah meletakkan bukunya dia berdiri hendak pergi.

"yodah aku kekantor kepsek dulu ya"

"ok"

Via berjalan menuju kantor kepala sekolah sambil bertanya tanya dalam hati ada perlu apa kepala sekolah mencarinya, kalo soal olimpiade sepertinya semua persiapan udah beres deh, jadi apa?

tok tok tok

"masuk" terdengar suara dari dalam ruangan. Via membuka pintu "permisi pak, bapak mencari saya?"

Kepala sekolah mendongak lalu berkata "siswi luvia, kemarila ada yang mau saya sampaikan"

luvia mendekat lalu berdiri diseberang meja kepala sekolah "ada apa ya pak?"

"Begini, nama kamu terdaftar sebagai penerima beasiswa full baik disekolah maupun diluar sekolah artinya selain biaya sekolah digratiskan biaya sehari hari kamu juga ditanggung belum lagi rencana kuliahmu, semua ditanggung" kepala sekolah berhenti sejenak, "Namun ada syaratnya, karna biaya sehari hari kamu juga ditanggung maka diharuskan tinggal ditempat yang disediakan oleh pihak pemberi beasiswa, tentunya tidak terlalu jauh dari sekolah"

Via kaget ada orang yang mau berbagi hingga menanggung semua kebutuhan bahkan tempat tinggal. Ini beneran gak sih ato ada sesuatu? Pikirannya melayang

"ehemm...bagaimana via? Jangan khawatir semua resmi baik beasiswa juga pendanaan diluar sekolah,."

"pak selain nilai saya apa ada syarat lain yang diminta dari saya?" via ragu apa munkin ini ada udang dibalik batu?

"tidak ada, donatur hanya ingin memastikan siswi pintar dan berbakat tidak terhalangi oleh keadaan ekonomi juga hal lainnya. Anggap saja ini sumbangan bagi anak, maaf yatim piatu selain prestasimu" kepala sekolah juga sebenarnya kasihan dengan keadaan luvia, makanya dia inisiatif menjelaskan begitu supaya via tidak curiga. Bukannya kepala sekolah menghalalkan segala cara supaya berhasil mendapatkan sumbangan, tapi justru dia percaya seorang Alzero tidak akan menyia nyiakan masa depan siswi pintar seperti luvia. Karna itu sudah dalam perjanjian antara kepala sekolah dan Alzero.

"baiklah pak, saya setuju namun berikan saya waktu menyelesaikan semua urusan saya sebelum saya pindah, oia bolehkan saya bertemu dengan pihak donatur yang baik itu?"

"tentang itu,,,saya mesti bertanya dulu, karna beliau orang yang sibuk"

"baik pak saya tunggu kabarnya, jika sudah tidak ada lagi saya permisi pak"

"kembalilah kekelasmu" via mengangguk lalu keluar menuju kelasnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!