NovelToon NovelToon

TRANSMIGRASI QUEEN AZURA

Bab 1

Queen Azura adalah sosok gadis yang tangguh dan tidak mengenal arti kata takut. Baginya ketakutan hanya dimiliki oleh orang yang lemah, tumbuh besar di panti asuhan membuat mental Azura menjadi kuat. Tentu saja, di panti tempatnya di besarkan Azura dan beberapa anak lain sering kali mendapat kekerasan dari pengurus panti, dan hal itu tentu tidak di ketahui oleh siapapun. Di depan orang lain Anak-anak panti akan bersikap amat manis tapi di belakang mereka sangat menderita. pengurus panti bahkan mengambil semua uang yang seharusnya untuk mereka. Terlalu serakah memang tapi begitulah terkadang manusia, tidak semua manusia itu baik dan bisa di percaya. Itulah sebabnya Azura menjadi gadis tangguh bahkan cenderung tidak memiliki perasaan.

Azura tidak mengerti arti mencintai dan di cintai karena sepanjang hidupnya Azura terbiasa mengandalkan dirinya sendiri. Azura tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang lain, karena beberapa kali di khianati membuat Azura tidak mempercayai siapapun lagi. Bahkan pada sahabat satu-satunya yang dia miliki pun Azura tidak menaruh kepercayaan penuh. Azura terlalu takut kalau kepercayaannya akan kembali mengkhianati dirinya. Itulah sebabnya Azura menutup rapat-rapat hatinya untuk siapapun. Azura terkenal sebagai gadis dingin bahkan banyak yang menjuluki Azura sebagai Ice Queen. selalu berekspresi datar membuat Azura banyak ditakuti orang, terlebih anak kecil. Apalagi dengan luka di wajahnya, membuat Azura kian terlihat menyeramkan. Tapi Azura tidak perduli tentang itu, di hidupnya hanya ada dua hal yang di perhatikan Azura. Pertama adalah pekerjaannya dan kedua adalah uang. Azura memiliki pekerjaan sebagai seorang petinju wanita, dia selalu memenangkan setiap kejuaraan. Tapi hal itu berubah sejak Azura mengalami cidera parah karena kecelakaan mobil. Tentu saja itu bukanlah kecelakaan mobil biasa, kecelakaan itu sudah di rencanakan oleh pesaing Azura.

setelah pensiun sebagai petinju, Azura saat ini menjadi pengangguran. Dia masih belum menemukan pekerjaan yang cocok untuknya. Selama ini yang dilakukan oleh Azura hanyalah bertarung. Sebenarnya Azura sendiri adalah gadis yang cerdas, dan bukannya dia tidak ingin melamar pekerjaan di tempat lain. Dia sudah melakukan itu tapi semua lamarannya di tolak dengan alasan wajahnya yang terlalu menyeramkan akan membuat semua karyawan menjadi risih dan takut. Jadi Azura pada akhirnya memutuskan untuk tidak lagi melamar pekerjaan di manapun. Tapi jangan berpikir bahwa karena dia pengangguran maka dia akhirnya menjadi miskin. Karena faktanya Azura bahkan sangat kaya, gajinya sebagai petinju cukup besar terlebih Azura juga adalah tipe wanita yang hemat. Dia berbeda dengan gadis lain yang hobinya berbelanja, Azura terlalu malas melakukan hal itu. Baginya berbelanja adalah pekerjaan paling membosankan.

Pekerjaan yang di lakukan Azura di waktu kosongnya saat ini hanyalah menikmati hidup. Dia belum memikirkan rencana selanjutnya, saat ini dia masih ingin beristirahat menikmati uangnya. Nanti setelah dia sudah merasa cukup untuk beristirahat, Mungkin Azura akan mencoba membuka bisnis restoran. Karena walaupun dia adalah mantan petinju bukan berarti Azura tidak pandai memasak karena faktanya Azura bahkan sangat pandai memasak apapun. Hidup sendiri sekian lama mengajarkan Azura untuk mandiri, dia tidak suka bergantung pada orang lain. Bagi Azura selagi dia mampu mengerjakannya sendiri kenapa dia harus bergantung pada orang lain, itu akan sangat merepotkan.

"Malam ini sebaiknya aku masak ayam geprek aja kali ya." Batin Azura sambil memandang minimarket yang ada di sebrang jalan. Hingga tiba-tiba matanya membulat saat melihat seorang anak yang kemungkinan berusia 2 tahun berada di tengah jalan. Entah di mana orang tua anak itu, kenapa mereka bisa lalai menjaga anak mereka sendiri. Sungguh sangat ceroboh sekali, membiarkan anak sendirian di tempat berbahaya begini. Beberapa detik setelahnya, Azura mendengar Ibu anak itu yang berteriak histeris kearah sang anak, ternyata tidak jauh dari sang anak muncul sebuah mobil trek.

"CK bodoh." decak Azura, dia merasa kesal pada ibu anak itu. Bagaimana bisa dia hanya berteriak seperti orang bodoh seperti itu. Seharusnya dia menolong sang anak, bukannya hanya berteriak heboh seperti itu. Lagipula kenapa bisa dia lalai menjaga anaknya sendiri.

"ah begitu rupanya." gumam Azura paham setelah melihat di tangan ibu anak itu sedang memegang sebuah ponsel. sepertinya ibu anak itu baru saja habis menelpon seseorang, dia terlalu asik dengan telpon genggamnya hingga melupakan sang anak yang sudah tidak berada di sampingnya lagi. Jika belum siap bertanggung jawab terhadap seorang anak seharusnya tidak usah dulu memiliki anak. pikir Azura. Walaupun dia terkenal tidak memiliki hati, tapi Azura tidak bisa membiarkan seorang anak manis seperti itu dalam bahaya. Segera Azura berlari kearah sang anak, setelah itu dia segera meraih anak itu. Tapi sepertinya takdir tidak memihak Azura, baru beberapa langkah Trek itu sudah menabraknya. Beruntung Azura sudah mendorong anak itu tadi sedikit menjauh. Semoga saja anak itu baik-baik saja, setidaknya Azura sudah berbuat baik sedikit di sisa hidupnya ini.

"semua uangku."lirih Azura sebelum dia menutup matanya, bahkan di akhir hidupnya pun Azura masih memikirkan uangnya di bandingkan hidupnya yang akan berakhir sebentar lagi. Azura dapat merasakan sakit di sekujur tubuhnya, sepertinya kepalanya juga pecah saat ini.

"semoga di kehidupan selanjutnya aku terlahir kembali sebagai wanita kaya raya." harap Azura sebelum rohnya meninggalkan raganya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

"Ugh!"

Terdengar erangan kesakitan seorang wanita yang saat ini sedang terbaring dengan wajah yang teramat pucat.

"dimana ini?"batin wanita itu sambil mengamati tempatnya saat ini. Bukankah seharusnya dia berada di rumah sakit, tapi kenapa justru dia berada di tempat ini. Dilihat dari bentuknya, Azura tau kalau tempat ini bukanlah rumah sakit. Yah wanita yang baru saja terbangun dari pingsannya itu adalah Azura.

Azura merasa aneh, dengan luka separah itu bagaimana dia masih hidup. Dan tempat ini terlalu bagus di bandingkan kamar rawat rumah sakit. Kamar ini terlalu luas terlebih ranjang yang saat ini di tiduri Azura, ini bukanlah ranjang yang biasa ada di rumah sakit. Ranjang ini terlalu luas, dan juga empuk.

Hingga tiba-tiba Azura merasa sangat kesakitan, rasanya kepalanya akan pecah saat ini. Banyak memori aneh tiba-tiba masuk memenuhi kepalanya. Dan Azura tau itu bukanlah memori hidupnya. Setelah rasa sakit itu mereda, Azura segera turun dari atas ranjang tempatnya berbaring saat ini. Azura berjalan kearah cermin meja rias yang terletak di depan ranjang ini. Azura ingin memastikan sesuatu, walau dia seorang petinju profesional tapi Azura masihlah gadis yang sangat menyukai novel. Tentu dia sendiri juga dulu seringkali membaca novel berbau transmigrasi. Azura ingin memastikan, apakah dia juga saat ini mengalami hal serupa. tapi bagaimana mungkin, sedangkan yang Azura yakini selama ini bahwa transmigrasi hanyalah ada dalam sebuah novel saja dan tidak mungkin ada di dunia nyata. Tapi melihat bayangan wanita yang saat ini ada di hadapannya, lebih tepatnya wanita yang berada dalam cermin itu. Bagaimana bisa Azura menjadi secantik ini, Azura sebelumnya juga cantik tapi tidak secantik ini. Bahkan kulit wanita ini sangat putih, Azura memiliki kulit berwarna coklat. Rambut Azura tidak seluruh wanita di hadapannya ini. Terlebih Azura juga memiliki bekas luka di wajahnya, sedangkan wanita ini memiliki wajah semulus pantat bayi. Sekarang Azura percaya, bahwa dia baru saja mengalami transmigrasi seperti yang ada di novel-novel yang pernah di bacanya dulu. Azura juga menyimpulkan bahwa memori yang ada di otaknya tadi adalah memori wanita yang tubuhnya di pakai Azura saat ini.

"Menyedihkan."gumam Azura, bagaimana dia bisa bertransmigrasi ke tubuh wanita ini. Wanita bernama Nadine Xavia Winata ini terlalu menyedihkan, dan apa-apaan ini. Azura tidak terima dengan semua ini. Rasanya dia ingin protes kepada Tuhan, bagaimana bisa dia bertransmigrasi ke tubuh wanita bersuami seperti Nadine ini. Terlebih nasip Nadine yang terbilang sangat menyedihkan menurut Azura. Sebab Nadine selama ini selalu mengejar-ngejar cinta sang suami dan bodohnya wanita ini walaupun sudah di sakiti baik fisik maupun mentalnya. Nadine tetap bertahan dan tetap memilih mencintai suami brengseknya ini. Yang lebih menyedihkan lagi, ternyata suaminya juga sudah memiliki istri lagi. Yah, suami Nadine sudah menikah kembali setelah 1 bulan dia menikahi Nadine dan yang lebih menyedihkan lagi istri kedua suaminya tidak lain adalah kakak Nadine sendiri. Kakak Nadine menjadi istri yang amat di cintai Alexander berbeda dengan nadine. begitu pula dengan keluarga sang suami yang amat menyukai kakak Nadine sedangkan Nadine sendiri tidak di sukai oleh keluarga suaminya, karena menurut mereka Nadine adalah wanita licik yang akan melakukan apapun agar tujuannya tercapai. Terlebih dari latar belakang mereka, walaupun Nadine dan Sofia bersaudara tapi mereka sangat berbeda. Sofia adalah gadis yang cerdas dan saat itu bahkan dia sudah menjadi seorang desainer terkenal di kotanya, sedangkan Nadine baru saja lulus sekolah. umurnya juga baru 18 tahun saat itu, dan Nadine juga bukan gadis yang cerdas. Dia terkenal sebagai wanita yang suka melakukan bullying terhadap teman sekolahnya. Dia terkenal sebagai gadis yang sombong dan angkuh itulah sebabnya ketiga kakak lelakinya tidak suka padanya. Dia selalu semena-mena terhadap orang lain karena selalu mendapatkan pembelaan dari sang kakek dan nenek. Yah, Nadine adalah cucu kesayangan keluarga Winata. Mungkin karena Nadine adalah cucu perempuan satu-satunya. Yah, Nadine memang cucu satu-satunya keluarga Winata. Sedangkan Sofia hanyalah anak angkat keluarga Winata, dia di adopsi saat berusia 5 tahun. Sofia adalah anak sahabat orang tua Nadine. Sofia menjadi anak kesayangan orang tua Nadine, dikarenakan pembawaannya yang tenang dan juga cerdas.

dikarenakan pernikahan mereka bukan berlandaskan cinta, melainkan sebuah jebakan maka dari itu Alexander selalu mengabaikan keberadaan Nadine dan kedua anak kembarnya yang saat ini berusia 4 tahun.

Bahkan karena pernikahan itu jugalah yang membuat kedua orang tua Nadine menjadi sangat kecewa dan marah. Bagaimana tidak, Alexander adalah tunangan dari Sofia bahkan mereka sudah merencanakan pernikahan mereka kalau bukan karena Nadine. Saat itu Sofia bahkan sampai melakukan aksi bunuh diri dengan mengiris nadinya sendiri itulah sebabnya 1 bulan setelah pernikahan Alexander dan Nadine, orang tua Nadine menyuruh Alexander untuk menikahi Sofia juga. Hal itu dikarenakan keadaan Sofia yang depresi berat sejak menyaksikan Alexander menikahi adiknya. Nadine saat itu sangat kecewa pada orang tuanya, dia mencoba menggagalkan pernikahan itu tapi justru kemarahan sang ayahlah yang harus di terima Nadine. Orang tua Nadine semakin tidak menyukai Nadine, bahkan di saat mereka mengetahui Alexander yang sering menyiksa Nadine mereka seolah menutup mata mereka rapat-rapat. Bagi mereka Nadine sudah bukan lagi putri mereka. Hanya sang kakek dan neneknyalah yang selama ini selalu ada disisi Nadine tidak peduli betapa jahat Nadine selama ini. sebenarnya kedua orang tua itu sudah sering meminta Nadine untuk meninggalkan Alexander tapi karena cinta, Nadine memilih untuk bertahan. Hal itu tentu saja membuat sang kakek menjadi kecewa, itulah sebabnya sang kakek saat ini sudah tidak mau lagi terlalu ikut campur terhadap hidup sang cucu. Bukankah nasip Nadine ini benar-benar menyedihkan dan sialnya Azura harus bertransmigrasi ke tubuh wanita menyedihkan ini. Sepertinya hidup Azura saat ini tidak akan tenang lagi.

BERSAMBUNG.

Bab 2

"Ugh! sial sekali nasip aku." batin Nadine.

(sekarang kita akan memanggil Azura sebagai Nadine).

"Dari sekian banyak manusia di bumi ini kenapa aku harus bertransmigrasi menjadi gadis bodoh ini." ujar Nadine sembari menghela napas kasar. Dia benar-benar kesal saat ini.

"sekarang apa yang harus aku lakukan?" pikir Nadine sambil menatap langit-langit kamarnya.

"ah pusing." ucap Nadine sambil memijat keningnya yang terasa pening.

"udahlah, mau menyesal pun percuma. mau marah juga, marah sama siapa. mungkin ini takdir aku sekarang." ucap Nadine, ah ini adalah kata-kata terpanjang Nadine selama ini. dulu sewaktu dia masih menjadi Azura, dia tidak pernah mengatakan kalimat yang panjang. Mungkin karena sekarang takdir seolah sedang mengejek dirinya maka dari itu Nadine menjadi cerewet sekarang.

"Sekarang bukan saatnya aku merenungi nasip, lebih baik sekarang aku pikirin gimana caranya dapat duit yang banyak biar bisa pergi dari hidup si cowo brengsek itu. Setelah uang aku banyak, aku bakalan gugat cerai tu cowo gila." ucap Nadine.

Saat Nadine masih sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba dia di dikagetkan dengan kedatangan Alexander di kamarnya.

"Saya pikir kamu sudah mati, ternyata masih hidup." ujar Alexander sinis. Hal itu tentu saja membuat Nadine menatap Alexander heran.

"pria gila." batin Nadine.

"ah, apa sekarang kamu jadi bisu setelah aksi bunuh diri kamu itu gagal." Ujar Alexander sambil berjalan menuju Nadine. Dia memandang tajam Nadine yang saat ini hanya menatapnya malas. Nadine sejak tadi terus diam tanpa mengatakan apa-apa. Nadine terlalu malas untuk berbicara terlebih dengan manusia menjijikkan di hadapannya saat ini. Itulah sebabnya Nadine memilih hidup sendiri dulu, karena baginya semua pria tidak ada yang baik. Nadine berpikir seperti itu karena dulu sewaktu dia hidup sebagai Azura, dia beberapa kali di perkosa oleh pengurus panti tempatnya tinggal dulu. Dia masih anak-anak saat itu jadi belum bisa melawan. Setiap kali dia di lecehkan Azura kecil hanya bisa menangis saja. Maka dari itu setelah dewasa Azura menjadi sosok yang membenci kaum pria. Padahal tidak semua pria seperti itu, masih banyak pria baik di luar sana sebenarnya hanya saja Azura enggan mengenal mereka. Saat itu Azura hidup hanya untuk menjadi kuat dan juga uang. Baginya uang adalah segalanya, dulu karena tidak memiliki uang dia sering menjadi bulan-bulanan orang. maka dari itu Azura sangat mencintai uang sekarang. Bagi Azura tidak ada cinta yang tulus di dunia ini, baginya cinta juga hanyalah sebuah perasaan yang membuat orang terlihat bodoh.

Melihat Nadine yang sejak tadi terus diam, tentu saja Alexander merasa keheranan. Biasanya Nadine setiap melihat Alexander akan merengek manja dan akan terus menempeli Alexander seperti anak kera. mungkin Nadine sedang berekting untuk menarik perhatian Alexander, pikir Alexander.

"sebaiknya anda keluar, saya masih ingin beristirahat." ucap Nadine setelah lama terdiam. setelah itu Nadine segera membaringkan tubuhnya dan membelakangi Alexander.

"CK" decak Alexander setelah itu dia memutuskan untuk keluar dari kamar Nadine. Sepertinya dia harus pulang sekarang, dia sudah sangat merindukan keluarga kecilnya yang sudah 1 Minggu tidak dia temui karena perjalanan bisnis. untuk apa juga dia berada di rumah ini, buang-buang waktu saja. Alexander bergegas pulang ke rumah istri keduanya yang saat ini sedang mengandung anak kedua mereka, yah akhirnya Sang istri kembali mengandung setelah kematian putra sulung mereka 1 tahun yang lalu karena lemah jantung. saat ini usia kandungan Sofia menginjak 7 bulan. Dan Alexander sudah tidak sabar ingin menemui mereka berdua.

saat menuruni tangga Alexander tidak sengaja melihat kedua anaknya yang lain sedang menyapu lantai rumah. Yah, inilah yang selalu di lakukan oleh kedua anak malang itu. Mereka di perlakukan layaknya pembantu oleh sang ibu, jika tidak mereka tidak akan di beri makan.

Kedua anak itu memandang Alexander sendu, terkadang mereka berdua merasa iri terhadap anak-anak lain diluar sana. Mereka bisa mendapatkan kasih sayang penuh dari kedua orang tua mereka sedangkan mereka tidak pernah mendapatkan hal itu. Sang ayah selalu acuh kepada mereka berdua seakan mereka tidak pernah ada sedangkan sang ibu selalu melakukan kekerasan kepada mereka. Tubuh keduanya juga amat kurus, seperti anak kekurangan gizi. Bagaimana tidak kurus jika mereka hanya di beri makan nasi putih setiap harinya. Mereka tidak di izinkan memakan satupun lauk yang di masak oleh pelayan. Tapi walau hanya nasi putih saja keduanya tetap bersyukur setidaknya mereka masih bisa makan.

"kak adek capek." ucap gadis kecil yang sejak tadi sibuk menyapu lantai, sesekali gadis kecil itu mengelap keningnya. nama gadis kecil itu adalah Alicia. Mata bulatnya memandang sang kakak sendu.

"Ya udah kamu sekalang istilahat aja, bial nanti kakak aja yang nyapu lantainya." Ujar sang kakak sambil mengusap kepala sang adik dengan lembut. Bagi Alicia sang kakak adalah pahlawannya, karena setiap sang ibu akan menyiksa dirinya sang kakak selalu melindunginya sehingga membuat sang kakak yang pada akhirnya menggantikan dirinya menerima siksaan sang ibu.

Alicia memandang sang kakak sambil tersenyum hangat, dia sangat menyayangi kakaknya ini. Baginya tidak apa-apa ibu dan ayahnya tidak menyayangi dirinya asalkan sang kakak selalu menyayanginya. Tapi jauh dalam hatinya Alicia tetap berharap semoga suatu saat sang ibu berhenti menyiksa mereka. Tidak apa-apa jika sang ibu tetap tidak menyukai mereka berdua asalkan sang ibu setidaknya berhenti menyakiti mereka berdua. Rasanya sangat menyakitkan saat sang ibu mulai memukuli keduanya. Memikirkan hal itu membuat mata Alicia berkaca-kaca. Dia mulai memandang sendu sang kakak. ah semoga saja ada keajaiban suatu hari nanti untuk mereka berdua. Semoga Tuhan sedikit bermurah hati mengurangi cobaan kedua anak kecil itu.

Disisi lain Alexander terus memikirkan Kedua anak kecil tadi, jauh di hati kecilnya dia sebenarnya sedikit menyayangi keduanya. Dia sendri juga menyadari bahwa kedua anak itu hanyalah korban dari keegoisan sang ibu. Tapi Alexander selalu mengenyahkan perasaan itu di saat perasaan itu mulai memenuhi hati kecilnya. Dia tidak mau membuat sang istri sedih hanya karena dia peduli pada kedua anak itu. Yah, Sofia sangat tidak menyukai kedua anak Nadine karena baginya kedua anak itulah yang menjadi alasan Alexander akhirnya menikahi Nadine.

"ngapain aku harus mikirin anak wanita ****** itu." ucap Alexander, Tapi sekeras apapun dia menyangkal perasaan itu nyatanya perasaan sayang itu setiap hari semakin memenuhi hatinya. Biar bagaimanapun kedua anak itu adalah anak kandungnya sendiri. Darahnya mengalir di nadi kedua anak itu.

Alexander selama ini harus berpura-pura membenci kedua anaknya sendiri demi sang istri dan juga sang ibu yang sangat tidak menyukai kedua anak itu karena kedua anak itu terlahir dari rahim wanita yang sangat ibunya benci. Alexander ini memang pria yang sangat bodoh, karena ketidak tegasannya membuat kedua anak kandungnya sendiri tersakiti selama ini.

BERSAMBUNG

Bab 3

Dimeja makan sudah tersedia berbagai hidangan yang tersaji di atas meja. Alicia dan Arion melihat makanan itu hanya meneguk ludah saja, seumur hidup mereka belum pernah merasakan enaknya makanan itu. Hingga mereka berdua di dikagetkan dengan kedatangan Nadine yang berjalan menghampiri mereka berdua. Kedua anak itu hanya diam sambil menundukkan kepala mereka saja, sungguh mereka sangat takut saat ini. Mereka takut sang ibu akan menghukum mereka berdua karena sudah dengan lancang datang keruang makan.

Melihat respon kedua anak itu saat melihatnya, Nadine merasa heran. Apakah dia seseram itu hingga kedua anak itu harus takut padanya. Nadine merasa sepertinya di kehidupan manapun dia akan selalu di takuti oleh anak-anak. Hingga akhirnya Nadine menyadari, apa alasan kedua anak itu takut padanya setelah ingatan milik Nadine yang asli tiba-tiba muncul di kepalanya.

"ingatan yang benar-benar buruk" batin Nadine. Bagaimana bisa ada seorang ibu seperti Nadine ini. Dia menjadikan kedua anaknya sendiri sebagai pelayan di rumah mewahnya ini, dan dia bahkan tidak pernah memberi kedua anak itu makanan yang layak. Dia dulu mungkin seperti wanita yang tidak memiliki hati tapi setidaknya dia tidak pernah berbuat kasar terhadap anak-anak. Sepertinya pemilik asli tubuh yang di tempatinya ini lebih cocok di sebut sebagai ibu tiri di bandingkan ibu kandung. Ah, bahkan ibu tiri saja masih jauh lebih baik darinya.

Nadine memandang kedua anak itu lekat, tubuh kedua anak itu begitu kurus. Mereka seperti anak yang kekurangan gizi, lihatlah tangan mereka yang begitu kecil. Seperti tulang yang hanya di bungkus kulit. Sepertinya kedua anak itu memiliki hidup yang sama sepertinya dulu. Hati kecil Nadine tersentil melihat betapa menyedihkannya kedua anak yang sekarang sudah resmi menjadi anaknya ini. Nadine berkali-kali menghela napas kasar, dia berpikir bagaimana caranya membuat kedua anak ini tidak takut padanya sedangkan Nadine selama hidupnya jarang berinteraksi dengan anak kecil. Dia tidak tau bagaimana cara merawat seorang anak atau bagaimana cara membujuk seorang anak. Dia benar-benar payah untuk hal itu. Tapi Nadine berpikir mungkin dia akan mencobanya, semoga kedua anak itu mau menerima.

"kalian berdua sudah makan?" tanya Nadine sambil tersenyum tipis. Tapi kedua anak itu justru semakin ketakutan, apa dia salah bertanya. kenapa keduanya justru semakin takut.

"ayo kita makan bersama kalian juga bisa duduk dan ikut makan bersama saya." ujar Nadine lalu duduk di salah satu kursi yang ada di situ. Sesaat dia merasa heran dengan kedua anak itu, kenapa mereka berdua justru hanya diam saja. Nadine ini benar-benar payah.

"ayo tunggu apalagi, silahkan duduk dan kita makan bersama. Ini perintah dan kalian harus menurutiku. Kalian berdua paham?" Tanya Nadine tegas. Mendengar itu, Alicia dan Arion akhirnya duduk di kursi yang tidak begitu jauh dari Nadine.

"kenapa tidak makan?" tanya Nadine penasaran. Bagaimana tidak, kedua anak itu hanya terdiam memandang makanan yang berjejer rapi di atas meja itu.

"nggak usah takut, makan aja semua yang ingin kalian makan. saya tidak akan memarahi kalian." ujar Nadine lalu menyendokkan nasi kepiring kedua anak itu lalu mulai mengisinya dengan beberapa lauk. Dia bahkan tidak bertanya apa yang ingin mereka makan.

"Sekarang ayo kita makan, tidak usah takut." ucap Nadine sebelum akhirnya dia mulai memakan makanannya. Nadine tersenyum tipis melihat kedua anaknya yang sekarang juga ikut makan. Dari ekspresi kedua anaknya ini Nadine bisa menyimpulkan bahwa keduanya menyukai makanan yang saat ini mereka santap.

setelah itu tidak ada lagi perbincangan antara mereka, karena Nadine sendiri tidak suka makan sambil berbincang. Baginya itu hanya akan membuang banyak waktu saja.

hanya butuh 10 menit Nadine menyelesaikan makannya. Setelah itu dia hanya duduk sambil menyaksikan kedua anaknya yang saat ini makan dengan begitu lahapnya. sepertinya mulai saat ini Nadine harus terbiasa dengan kedua anak ini, karena bagaimana pun kedua anak ini sekarang sudah resmi menjadi anaknya juga. Nadine juga berpikir, mungkin mulai saat ini dialah yang akan melindungi keduanya. Nadine tidak akan membiarkan kedua anaknya ini terluka. sepertinya setelah ini dia harus mulai memikirkan hidupnya ke depan. Tapi sebelum itu dia harus mencari tau terlebih dahulu, di kota mana dia saat ini terdampar. Semoga saja ini bukan dunia novel seperti di novel-novel transmigrasi yang dulu sering dibacanya.

"licia sudah selesai." ucap Alicia tersenyum hangat. Nadine bisa melihat binar bahagia di mata hazel itu. Kasian sekali, padahal mereka terlahir dari keluarga kaya raya tapi nasib mereka sangat tidak beruntung. Nadine merasa dia dulu masih jauh lebih beruntung di bandingkan kedua anaknya ini. Setidaknya dia masih bisa memakan nasi dan tahu tempe. sedangkan kedua anak ini hanya makan nasi putih yang di campur dengan air hangat.

"Terimakasih makanannya." Ujar Arion sebelum akhirnya dia berdiri dan menyusun piring kotor di atas meja. Melihat hal itu, tentu saja Nadine tercengang.

"nggak usah di beresin, sekarang kalian berdua ikut saya ke atas." ujar Nadine langsung berjalan meninggalkan ruangan makan tanpa menunggu jawaban dari kedua anaknya yang saat ini justru memandangnya dengan horor.

"tunggu apalagi ayo." sambung Nadine lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"kak apa kita akan di hukum lagi sama mommy?" tanya Alicia memandang takut kearah sang kakak. sedangkan Arion memilih diam dengan tangan yang terus mengusap kepala sang adik. Dia sendiri juga merasa takut sejujurnya, tapi dia tidak ingin menunjukan ketakutan itu pada sang adik.

Mata Arion memandang tajam sang ibu yang makin menjauh. kemudian di raihnya tangan mungil sang adik dan mulai melangkah mengikuti sang ibu ke lantai 2 rumah mewah ini. lebih tepatnya mereka akan ke kamar Nadine. semoga saja mereka tidak di hukum lagi kali ini, Arion tidak tega pada sang adik jika mereka akan kembali di hukum.

sesampai mereka di kamar sang ibu, mereka lalu mengetuk pintu. Samar-samar mereka mendengar suara sang ibu yang menyuruh mereka untuk masuk. Kaki kedua anak itu bergetar hebat, wajah mereka bahkan sangat pucat. berbagi pikiran negatif mulai memenuhi kepala mereka.

Di bukanya pintu kamar itu perlahan, mereka tidak ingin membuat sang ibu semakin marah. setelah memasuki kamar sang ibu, Arion dan Alicia berjalan ke arah sang ibu. Sepajang langkah mereka, keduanya terus berdoa semoga saja ibu mereka tidak melakukan hal buruk lagi pada mereka berdua.

"apa aku harus mulai manggil diri aku sendiri mommy ya?" tanya Nadine pada dirinya sendiri. dia terus Memandang kedua anak yang saat ini berjalan menghampirinya.

"silahkan duduk di samping saya." perintah Nadine sambil menepuk sisi kasur di sebelahnya. Kedua anak itu awalnya saling berpandangan sebelum akhirnya mereka sama-sama mengangguk dan mulai duduk di sebelah Nadine. Nadine tersenyum tipis melihat itu, senyum yang sangat tipis hingga tidak terlihat oleh kedua anaknya.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!