NovelToon NovelToon

Dibalik Topeng

DT 1 Dibalik Topeng

Dibalik Topeng (1)

" Farisa, bersiaplah. Besok kamu tidak boleh pulang terlambat. Akan ada orang yang melamarmu."

Jeduarrr

Bak petir di siang bolong. Tanpa ada angin dan hujan sang ayah memberitahukan tentang lamaran dadakan yang akan di adakan besok malam.

" Kenapa tiba-tiba, Yah?," Farisa merasa ada yang janggal dengan keputusan sepihak sang ayah.

" Perusahaan ayah sedang membutuhkan dana besar. Jika tidak mendapatkan dana itu segera, perusahaan yang ayah rintis akan bangkrut." Jelasnya.

" Memangnya siapa yang akan melamar Kak Risa, Yah?," Indira sang adik penasaran saat ayahnya mengungkit masalah dana. Bukankah itu artinya orang yang akan melamar kakaknya bukanlah orang biasa?

Pembicaraan mengenai lamaran ini memang sedang di bahas sekeluarga. Tidak hanya ada Pak Danu dan Risa, namun ada Indira sang adik dan Bu Liliana sang ibu.

" Dia adalah Dhika Ghiandra. Ahli waris perusahaan Ghiandra Global. Perusahaan besar yang cukup di perhitungkan keberadaannya." jelas Pak Danu.

Mendengar kata ahli waris dan perusahaan besar, membuat Indira iri pada sang Kakak. Bagaimana bisa kakak angkatnya seberuntung itu.

" Kenapa ayah malah menyuruh Kak Risa yang menikah dengan orang itu? Kenapa tidak aku saja?," Indira memonyongkan bibirnya kesal.

" Ayah tidak ingin menikahkan mu dengan seseorang yang tidak terlalu ayah kenal. Sekalipun dia kaya raya, namun sosoknya sangat misterius. Tidak ada yang tahu pasti seperti apa wajahnya karena selalu memakai topeng.

Ada rumor yang beredar bahwa wajahnya rusak karena kecelakaan di masa lalu." jelas sang ayah. " Mana mungkin ayah mau menikahkanmu dengan orang yang seperti itu." tambahnya.

Farisa tersenyum getir. Pantas saja ayah menyuruhku yang menikah ternyata... Batin Farisa.

" Pasti itu hanya rumor, Yah. Dia kan kaya. Mana mungkin membiarkan wajahnya tetap rusak. Zaman sudah modern,Yah. Pasti dia akan melakukan operasi. Aku malah yakin wajahnya justru sangat tampan. Saking tampannya dia menutupinya dengan topeng."

Indira menolak mentah-mentah rumor yang beredar. Sangat tidak masuk akal menurutnya.

" Bagaimana kalau benar? Ayah tidak ingin mengambil resiko,Dira." ucapnya lembut tersirat kekhawatiran di dalamnya.

Farisa merasa sakit hati. Untuk sang adik, ayahnya mempertimbangkan apapun. Namun, tidak untuknya.

Di sisi lain, Bu Liliana hanya menghela nafas berat. Ia merasa iba dengan putri sulungnya. Sekalipun hanya putri angkat, namun Bu Liliana sangat menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri.

Pembahasan masalah lamaran ini malah menjadi perdebatan ayah dan anak.

" Ayah, Dira maaf. Kalau aku menyela."

Ucapan Farisa membuat Pak Danu dan Indira berhenti berdebat.

" Kalau Dira menginginkan lamaran ini untuk dirinya aku tidak masalah." Farisa lelah. Tidak hanya tubuhnya yang lelah karena seharian kuliah dan di lanjutkan dengan bekerja. Tapi, hatinya juga.

" Tuh kan,Yah. Aku saja yang menikah jangan kakak " Indira merasa di atas angin.

Belum sempat sang ayah bicara, Farisa sudah mendahuluinya.

" Kalau begitu aku permisi, Yah. Besok ada kuliah pagi." Farisa menganggukkan kepalanya lalu pergi melangkah ke kamarnya.

Pak Danu tidak menghalangi langkah Farisa. Ia malah kembali berdebat dengan Indira.

Farisa hanya menghela nafas. Sabar, Farisa. Ingat posisimu hanya anak angkat. Ayahmu terlalu baik jika menikahkanmu dengan orang kaya yang baik hati.

Hah, ternyata rumornya seperti itu pantas ayah memilihku yang menikah ketimbang Dira. Padahal, perusahaan itu akan di wariskan kepada Indira. Tapi, ayah lebih memilih untuk mengorbankanku.

Perusahaan milik sang ayah memang cepat atau lambat akan di wariskan kepada sang adik. Ya, adiknya lah yang berhak atas perusahaan itu karena status Farisa hanyalah anak angkat. Anak yang di adopsi untuk memancing kehamilan.

Sebuah mitos yang nyatanya benar-benar menjadi nyata. Karena hanya berselang beberapa bulan kemudian, Ibu Liliana sang ibu angkat akhirnya hamil untuk pertama kalinya setelah lima tahun menikah.

Farisa sendiri di adopsi di sebuah panti asuhan saat berusia dua tahun. Catatan di panti asuhan mengatakan dia hanya sebatang kara karena keluarganya meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan yang hanya menyisakan Farisa kecil yang saat itu masih berusia satu tahun.

Namun, semenjak tahu istrinya hamil, Pak Danu yang awalnya menyayangi Farisa mulai berubah. Ia tidak lagi menyayangi Farisa. Baginya, tugas Farisa sudah selesai. Ia pun pernah berniat mengembalikan Farisa ke panti asuhan. Namun mendapatkan penentangan yang keras dari Bu Liliana yang terlanjur menyayangi Farisa.

...**********...

Malam ini, lamaran itu akan di laksanakan. Akhirnya, Dira lah yang akan menggantikan posisi Farisa. Farisa sendiri tidak masalah. Ia tidak merasa iri sekalipun Dira akan menikah dengan orang kaya. Karena menikah, belum ada dalam rencana Farisa dalam waktu dekat ini.

Namun, Farisa tetap pulang cepat karena ini adalah acara keluarga. Dan disinilah ia berada, di dalam kamar sang adik atas perintah ayahnya untuk menemani adiknya.

Ceklek

Pintu terbuka. Bu Liliana datang dengan senyumnya.

" Mereka sudah datang. Ayo ke bawah." Ucap Bu Liliana lembut.

" Aku sudah cantik kan, Bu?," tanya Indira kembali memastikan bahwa ia tampil cantik malam ini di hadapan calon suaminya.

Farisa hanya memutar bola matanya jengah.

" Kamu sudah cantik, sayang." Puji Bu Liliana.

Mereka pun menuju ruang keluarga dimana sudah ada seorang laki-laki paruh baya dengan seorang lagi yang memakai topeng.

Deg

Farisa terkejut saat melihat sosok paruh baya yang tersenyum padanya. Seorang kakek tua yang sering ia temui di tepi danau buatan tempat ia suka melukis.

Indira duduk di tengah-tengah Pak Danu dan Bu Liliana. Sementara Farisa duduk sendiri di sofa single.

" Ini putriku yang akan menikah dengan Nak Dhika." Pak Danu memperkenalkan Indira.

Farisa bisa melihat keterkejutan orang yang ada dihadapannya yang ia panggil dengan sebutan kakek Arya.

" Kenalkan, saya Farisa Wiguna." Indira memperkenalkan diri dengan identitas sang kakak.

Tidak hanya Kakek Arya, Farisa pun kini ikut terkejut saat Indira berpura-pura jadi dirinya.

" Jadi, ini Farisa?," Kakek Arya bertanya pada Pak Danu.

' I_iya betul." Pak Danu menjawab tergagap. Ia agak takut dengan sorot mata Kakek Arya yang mengintimidasinya.

Kakek Arya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Dengan tersenyum. Namun, senyuman yang cukup membuat Pak Danu khawatir.

Keringat mulai membasahi kening Pak Danu. Kalau bukan demi putri kesayangannya, mana mau ia berpura-pura. Ia terpaksa berbohong karena saat pertemuan dengan Kakek Arya, Pak Danu menawarkan Putri sulungnya, Farisa.

" Sekarang aktivitas kamu apa?," tanya Kakek Arya. Ia ingin tahu sejauh mana Indira akan berbohong.

Kakek Arya yang sudah tahu siapa Farisa, tentu merasa aneh dengan pengakuan wanita lain yang ia ketahui sebagai adik Farisa.

" Saya kuliah di jurusan manajemen bisnis. Setelah pulang kuliah saya bekerja paruh waktu di sebuah galeri seni." Indira menjelaskan aktivitas sang kakak yang kini sedang ia pakai identitasnya.

Kakek Arya menarik sudut bibirnya. Ia tidak menyangka gadis di depannya berani berbohong.

"Sekarang, izinkan saya memperkenalkan diri" Ucap pria yang akan melamar Farisa sambil membuka topengnya.

Deg

DT 2 Syarat Menikah

Dibalik Topeng (2)

Pak Danu sekeluarga terkejut saat melihat wajah asli laki-laki bertopeng itu. Wajahnya terdapat bekas luka bakar yang parah.

" Nama saya Dhika Ghiandra. Usia saya 28 tahun. Saya penerus perusahaan Ghiandra Global. Saat ini pun saya sudah menjabat sebagai CEO." Dhika memperkenalkan dirinya dengan identitas yang pastinya sudah diketahui banyak orang.

Dhika tampak biasa saja melihat ekspresi keluarga Pak Danu yang mengetahui wajah aslinya. Dhika sendiri sudah melihat banyak ekspresi orang yang pertama kali melihat wajahnya.

Ternyata rumor itu benar. Batin Pak Danu saat melihat wajah calon menantunya.

Hah, wajahnya benar-benar rusak. Tapi, tidak apa-apa. Dia pasti akan melakukan operasi plastik untuk mengembalikan wajahnya. Mana mungkin dia betah dengan wajah yang seperti itu. Aku saja ji_jik melihatnya. Indira berbicara di dalam hatinya.

Ya, Allah ternyata wajahnya benar-benar rusak. Batin Bu Liliana.

Itu pasti menyakitkan. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana perasaannya saat itu. Batin Farisa merasa iba.

Semua diam. Sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

" Kalian pasti terkejut dengan wajahku. Iyakan?,"

" Maafkan kami. Ini pertama kalinya kami melihat wajah asli anda. Jadi, rumor yang beredar tentang anda itu benar?," Pak Danu akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Ia merasa penasaran.

" Maaf jika saya lancang," tambah Pak Danu.

Dhika tersenyum. " Tidak apa-apa. Saya rasa pertanyaan anda wajar."

Dhika diam sejenak. " Saya memang mengalami luka bakar akibat sebuah insiden. Kalian lihat sendiri kalau luka bakar saya seperti apa."Jawabnya.

" Jadi, apakah kamu tetap akan menerima saya sekalipun wajah saya seperti ini?," tanya Dhika tersenyum sinis ke arah Indira.

Seperti halnya sang Kakek, Dhika pun tahu bahwa orang yang mengaku Farisa adalah Indira, adik angkat Farisa.

Dhika bukan orang bodoh. Dia mencari tahu terlebih dahulu mengenai siapa orang yang akan di jodohkan oleh kakeknya. Juga mengenai keluarganya.

Indira berusaha tetap tersenyum. " Tentu saja. Kenapa tidak?," jawabnya lantang.

" Dengan wajahku yang seperti ini?,' Dhika memastikan.

" Zaman sudah modern. Tentu saja operasi bisa membuat wajahmu kembali seperti semula."

" Tapi, sayangnya aku tidak akan melakukan operasi. Aku akan tetap dengan wajahku yang seperti ini."

" Apa maksudmu?," Indira terkejut. Ia tidak menyangka Dhika mau bertahan dengan wajah yang mengerikan seperti itu.

" Ya, aku tidak akan melakukan operasi kecuali atas keinginanku sendiri. Jadi, kamu harus membiasakan diri dengan wajahku ini," Dhika tersenyum menikmati wajah terkejut Indira dan keluarganya yang lain.

" Kenapa? Hartamu banyak, tidak mungkin kamu tidak akan melakukan operasi kan? Jangan bercanda," Indira mencoba tersenyum. Menganggap perkataan Dhika adalah gurauan belaka.

" Apakah aku terlihat sedang bercanda, Nona?" Suara datar Dhika sangat terdengar serius. Tidak ada kesan bercanda sama sekali.

Glekk

Indira diam. Ia sadar orang yang ada di hadapannya ini serius dengan ucapannya.

" Kenapa Anda tidak ingin melakukan operasi?," Pak Danu kini memberanikan diri bertanya. Ia juga sangat penasaran.

" Apa saya harus mengatakan alasannya? Apa hak kalian ?," tanyanya mulai kesal.

" Maaf. Maafkan kami," Pak Danu akhirnya memilih jalan aman. Jangan sampai uang sepuluh milyar melayang begitu saja.

Satu-satunya alasan Pak Danu menerima lamaran itu adalah untuk mendapatkan uang sepuluh milyar seperti yang di janjikan.

Perusahaan sedang butuh suntikan dana. Ia tidak punya jalan lain selain cara ini. Cara yang paling cepat dan tidak harus di kembalikan juga.

" Jadi?,'. Dhika melihat ke arah Indira.

Indira hanya diam masih sibuk berkutat dengan pikirannya.

" Aku anggap diammu sebagai tanda se.."

" Aku menolaknya." Jawab Indira sebelum Dhika selesai mengatakan ucapannya.

Semua terkejut kecuali dua orang yang hanya tersenyum saja.

" Kenapa? Bukankah pernikahan ini menguntungkan? Kalian mendapatkan sepuluh milyar dengan percuma?" Dhika memicingkan matanya.

" Sepuluh milyar?," tanya Indira terkejut. Ia memang tidak tahu berapa nominal uang yang di tawarkan oleh keluarga Ghiandra untuk bisa meminang Farisa.

" Benar. Ayahmu tidak mengatakannya?,"

Spontan Indira melihat wajah sang ayah yang tajam menatap ke arahnya.

Glekk

Indira merasa takut. Ini pertama kalinya sang ayah terlihat marah padanya.

Flashback on

" Aku tidak mau tahu, Ayah. Pokoknya aku yang harus menjadi pengantin wanitanya. Bukan Kak Risa. Ayah tahu sendiri kekayaan keluarga Ghiandra itu banyak. Jika aku bisa menjadi Nyonya di keluarga itu, sudah pasti kehidupanku sangat amat terjamin," terang Indira tidak mau tau harus bisa menggantikan Farisa.

" Ayah sudah mengatakan pada mereka bahwa Farisa lah yang akan menjadi pengantin wanitanya, Dira. Mereka sudah setuju." Pak Danu memijit pelipisnya merasa bingung dengan keinginan sang putri.

" Aku tidak mau tahu. Kalu perlu aku akan berpura-pura menjadi Kak Risa. Pokoknya aku mau posisi Kak Risa, Ayah." Indira anak yang manja yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Karena itu, ia tidak suka jika tidak bisa mendapatkan yang ia mau.

Ibu Liliana hanya diam mendengarkan perdebatan keduanya. Ia merasa bingung harus bersikap seperti apa. Berbohong pada keluarga yang terkenal seperti keluarga Ghiandra seolah menggali lubang kubur sendiri. Namun, membiarkan Farisa menjadi tumb@l untuk perusahaan juga ia sangat tidak rela. Sekalipun Farisa hanya anak angkat, Bu Liliana sangat menyayanginya.

" Baiklah. Terserah padamu kalau kamu mau berpura-pura menjadi Risa. Namun, jika sampai acara pernikahan ini gagal karena ulahmu. Kamu yaang akan tanggung akibatnya." Putus Pak Danu akhirnya.

Indira tersenyum bahagia karena sudah membayangkan betapa ia akan menikmati gelar baru yang pasti membuat hidupnya bahagia. " Nyonya Muda Ghiandra".

Flashback end

Indira tiba-tiba merasa takut akan ancaman sang ayah.

" Jadi, kamu yakin menolak Nona?," tanya Dhika mengulang perkataannya.

" Ya. Karena aku bukanlah Farisa. Aku adalah Indira adiknya Farisa." Jawab Indira sambil menundukkan kepalanya.

Ia tidak punya cara lain selain jujur.

" Apa maksudmu?," Dhika berpura-pura terkejut.

" Ya. Aku bukan Farisa. Dialah Farisa yang asli!," tunjuk Indira pada sang kakak yang sudah amat sangat terkejut.

" Jadi, kalian main-main denganku? Berkomplot membohongi keluarga Ghiandra!," Suara Dhika menggelegar.

Indira sekeluarga merasa takut akan aura kemarahan Dhika. Namun, Kakek Arya hanya diam menyaksikan apa yang akan terjadi kedepannya.

" Aku,, aku di paksa untuk menggantikan posisi Kak Risa."

Deg

Risa terkejut akan ucapan sang adik. Ia melemparkan kesalahan itu padanya. Padahal, ini rencana Indira sendiri.

"Dia tidak ingin menerima lamaran ini tapi, dia juga tidak ingin kehilangan uang yang kalian tawarkan." ucapnya mulai mengarang cerita.

" Dira! Apa maksudmu?!," Farisa berteriak tidak terima di salahkan.

" Kak. Sudahlah. Mengaku saja. Ini demi kebaikan keluarga kita" Indira mulai memasang wajah menyedihkan.

Farisa sungguh tak percaya adiknya itu akan mengkambinghitamkan dirinya.

" Bohong. Dia berbohong Tuan." Tegas Farisa berani.

TBC

DT 3 Keputusan Farisa

Dibalik Topeng (3)

"Jadi siapa yang berbohong sebenarnya?," Dhika naik pitam.

" Kak Risa jujurlah." pinta Indira berakting menjadi korban disana.

Farisa menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ia tidak ingin di salahkan lagi.

" Aku memang Farisa Wiguna. Dan dia Indira Wiguna adikku." Ucap Farisa .

" Jadi, benar kamu menyuruhnya berpura-pura untuk menjadi kamu?,'

" Aku tidak pernah menyuruhnya. Dia berpura-pura karena keinginannya sendiri. Dia ingin hidup dengan harta dan gelar yang kalian miliki. Karena itu, dia membuat rencana ini."

" Risa!!,"

" Kak Risa!!,"

Pak Danu dan Indira terkejut akan keberanian Farisa. Farisa biasanya tidak seberani itu.

" Ayah, Dira. Kalian jangan melemparkan kesalahan kepadaku. Aku lelah selalu kalian kambing hitamkan."

" Jadi, Anda sendiri di balik rencana ini Pak Danu?!,"

Pak Danu susah payah menelan salivanya. Ia tidak percaya acara lamaran ini akan menjadi berantakan seperti ini.

Kalau sampai aku tidak mendapatkan sepuluh milyar itu, awas saja kau dasar anak tidak tahu balas budi. Geram Pak Danu di dalam hatinya .

Pak Danu menatap tajam Farisa dan itu tidak luput dari pandangan Dhika dan Kakek Arya.

" Maaf. Tapi, anda tidak perlu khawatir. Risa akan tetap menjadi pengantin wanitanya. Maksud saya, Farisa yang asli." Ralatnya.

Farisa mematung. Sang ayah benar-benar tidak ingin kehilangan kesempatan emas.

" Tapi, saya sudah tidak berminat. Kalian pikir saya orang yang berbaik hati memaafkan orang yang menipu saya begitu saja?," Sinis Dhika.

" Bukan begitu. Tapi..." Pak Danu bingung harus berkata apa lagi.

" Saya akan tetap melanjutkan lamaran ini jika Farisa yang asli mau." Kakek Arya yang diam dari tadi angkat bicara.

Dhika memandang kakeknya. Namun, tidak berani membantah.

" Bagaimana, Farisa apa kamu mau menikah dengan cucu saya ?,"

" Emm ... " Farisa melirik ke arah ayahnya yang memberi kode dengan mengedipkan matanya dan menganggukkan kepalanya, agar mau menerima lamaran ini.

Melihat Farisa yang malah melihat terus ke arah ayahnya, Dhika dan Kakek Arya melihat ke arah Pak Danu juga membuat Pak Danu gelagapan.

" Mata anda kenapa, Pak, Danu?," tanya Dhika

" Oh tidak. Hanya sedikit kelilipan. " Pak Danu kini mulai mengucek matanya. Agar kebohongannya tidak di ketahui yang lainnya.

Kamu harus melakukan apa perintahku karena kamu hanya anak angkat.

Kalau bukan karena keluarga ini, hidupmu pasti menderita.

Jadilah berguna di keluarga ini. Jangan hanya jadi benalu!

Semua kata-kata sang ayah terngiang-ngiang di telinga Farisa. Farisa menghela nafas.

Ia pun sebenarnya lelah. Hidup di tengah keluarga itu tidaklah membuatnya senang. Ia harus mematuhi apapun perintah ayah angkatnya.

Semua di atur bahkan ia hanya boleh kuliah di jurusan manajemen bisnis dan bukan di jurusan seni seperti hobinya.

Keterbatasan uang untuknya pun membuat Farisa akhirnya mencari pekerjaan sampingan.

Kemudian ia melihat ke arah Kakek Arya yang tersenyum padanya. Kakek yang beberapa bulan ini selalu ia temui di tepi danau saat ia sedang melukis.

Flashback on

" Lukisan yang bagus!," puji seorang kakek sambil duduk di samping Farisa.

" Terimakasih."

" Kamu suka melukis?"

" Hobi saya memang melukis, Kek." Farisa menjawab sambil tetap menggoreskan kuasnya di atas kanvas.

" Kamu bisa melukis objek yang lain? Manusia misalnya?,"

" Saya lebih suka melukis alam, kek. Atau bangunan dan lain sebagainya. Kecuali manusia dan hewan."

" Kenapa?,"

" Hanya sedikit menakutkan. Saya merasa lukisan saya hidup jika saya melukisnya." sang kakek pun menganggukkan kepalanya.

" Kakek sengaja datang kesini?,"

" Tempatnya menenangkan."

" Kakek benar. Danau ini memang membuat nyaman. Namun, sayang ini danau milik pribadi. Cepat atau lambat kita tidak bisa menikmatinya." Ada rasa sedih.

" Ah, iya. Ini memang di bangun di tanah pribadi. Kamu sendiri kenapa bisa masuk? Bukankah tidak sembarang orang bisa masuk."

" Saya menyelinap, kek." Farisa menggaruk tengkuknya merasa ketahuan diam-diam masuk kesana. " Oh ya, kakek sendiri?,"

" Kebetulan saya kenal pemilik tempat ini. Kalau kamu mau saya akan memintanya untuk mengizinkan kamu datang ke tempat ini tanpa harus menyelinap."

" Banarkah?,'

" Tentu saja"

" Terimakasih, Kek." Farisa tidak akan melewatkan kesempatan ini begitu saja. Mungkin dengan begitu, ia bisa melukis dengan tenang sampai selesai.

Hari itu pun menjadi awal perkenalan bagi Farisa dan Kakek Arya. Mereka mulai sering bertemu di tepi danau dan menjadi akrab.

Farisa yang sudah mulai nyaman pun mulai terbuka tentang kehidupannya. Hingga membuat Kakek Arya merasa iba.

" Percayalah pada kakek. Suatu hari kakek akan membantumu meraih kebahagiaan yang kamu harapkan. Di saat itu tiba, apapun yang kakek lakukan, kamu hanya cukup percaya pada kakek."

Farisa hanya mengiyakan tanpa tahu apa rencana kakek Arya.

Flashback end

Ketika Farisa ingat apa yang pernah kakek Arya sampaikan, Farisa pun mulai yakin tentang keputusan yang harus ia ambil.

" Jadi, bagaimana Farisa?," tanya Kakek Arya penasaran.

Dalam hati, kakek Arya berharap Farisa ingat kata-katanya untuk mempercayai apapun yang akan ia lakukan. Namun, ia khawatir Farisa berubah pikiran saat tahu ia harus menikah dengan Dhika yang berwajah c@cat bahkan bersikeras tidak ingin melakukan operasi pada wajahnya.

Kakek Arya berharap Farisa bisa merubah pendirian sang cucu yang keras kepala itu. Juga bisa mencairkan hatinya yang mulai membeku.

" Baiklah aku setuju."

Jawaban Farisa membuat Kakek Arya lega. Begitupun Pak Danu karena akhirnya bisa mendapatkan uang dengan percuma.

Pada kenyataannya bukanlah percuma, melainkan dengan m3njual masa depan Farisa.

Sedang Indira akhirnya lega karena terbebas dari ancaman sang ayah.

Bu Liliana menggenggam tangan sang anak,merasa iba atas apa yang menimpanya. Namun, ia tak mampu berbuat banyak.

Farisa tersenyum dan membalas genggaman orang yang selama ini telah tulus menyayanginya sekalipun tidak ada hubungan darah di antara keduanya.

" Semua baik-baik,Bu. Ibu tidak perlu khawatir." Farisa menenangkan hati sang ibu.

Dhika sendiri malah termenung. Berpikir tentang alasan apa yang membuat Farisa mau menerimanya. Harta kah atau kedudukan?

" Saya juga punya penawaran menarik untuk anda Pak Danu." Kakek Arya memanggil asistennya yang dari tadi duduk terpisah dengannya.

Asisten Kakek Arya itu pun langsung menghadap dan memberikan sebuah map ke hadapan Kakek Arya.

" Jika kamu bersedia menandatangani ini, saya akan memberikanmu dua puluh milyar rupiah.

Pak Danu tercengang atas apa yang di tawarkan akhirnya, dengan semangat ia meraih map itu. Ternyata, map berisi surat perjanjian.

Pak Danu terdiam.

" Jika saya boleh tahu, kenapa anda sangat menginginkan Farisa?,"

" Saya mengetahui banyak hal tentangnya dan saya tertarik untuk menjadikannya menantuku." Jelas Kakek Arya. " Bagaimana tawaranku?,"

Pak Danu tanpa berpikir langsung menandatangani surat perjanjian itu.

Baginya, Farisa hanyalah alat. Jika dulu ia di jadikan alat untuk memancing kehamilan sang istri, kini ia menjadi alat untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Bu Liliana merasa penasaran. Mengapa suaminya tanpa pikir panjang menandatangani surat perjanjian yang di tawarkan Kakek Farisa.

Karena penasaran, Ia langsung mengambil paksa surat perjanjiannya. Hingga mata Bu Liliana membulat saat tahu poin-poin yang harus di patuhi suaminya jika setuju membubuhkan tanda tangannya.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!