NovelToon NovelToon

Lucifer My Little Son 2

S2 Lucifer: Kembali

...S2 dari Lucifer My Little Son...

Yang mau paham dengan alur cerita ini, silahkan baca terlebih dahulu cerita S1 nya ya. Dengan judul yang ada diatas yaitu LUCIFER MY LITTLE SON.

*****

18 tahun yang lalu, kejadian dimana semua orang turut berduka cita atas kepergian seorang pemimpin dari dunia gelap, dijuluki sebagai KING mafia yang sadis, kejam dan psikopat sejak dini. Kejadian terjatuhnya sebuah mobil kedalam jurang mampu menciptakan percikan api yang begitu besar dan berhasil membakar seluruh area hutan yang ada.

Kecelakaan yang di alami oleh bocah kecil bernama Ersya Melviano Ravindra selaku king dari klan mafia nomor 2 yang telah diakui kehebatannya itu dinyatakan telah tiada, bertahun-tahun berlalu semua orang masih belum bisa melupakannya. Memang hanya anak kecil, tapi bukan sembarangan anak kecil pada umumnya.

Siapa yang tidak kenal dengan nama julukan LUCIFER? Nama lain dari Ersya, king dari klan mafia bernama BLACK BLOODED DEMON. Pastinya semua orang kenal itu, karena pada masanya Lucifer pernah menjadi ketakutan bagi seluruh dunia. Mungkin hanya pemberontakan yang tidak takut karena mereka mengincar tahta yang sudah pasti tidak takut dengan kematian, tapi masa itu telah usai. Masa dimana Lucifer terpandang, walau begitu namanya masih menjadi ketakutan dari dunia gelap yang ada maupun dunia luar sampai detik ini.

Bertahun-tahun telah dinyatakan tiada, kini tiba-tiba ia kembali dengan wujud yang luar biasa. Membawa seorang anak kecil yang mana ternyata adalah ahli waris sah dengan nama Ezra Alfarezel Melviano Ravindra. "Jika bukan karena putraku, aku tidak akan kembali. Bunda" kembalinya Ersya bukan tanpa alasan, demi melindungi putranya ia rela kembali ke dalam dunia gelap, memimpin kembali klan yang sudah lama ia tinggalkan selama belasan tahun itu.

"Aku kembali bukan tanpa alasan, jika bukan demi keselamatan putraku aku tidak akan mungkin menunjukkan sisi buruk ku padanya. Demi keselamatannya maka aku akan kembali terjun kedalam dunia gelap" Kata Ersya.

*****

Beberapa bulan sebelumnya...

"Er-- benarkah kau putraku?" Lirih seorang wanita dengan tubuh bergetar hebat memandang wajah pria tampan yang ada dihadapannya ini.

"Kau tidak perlu mempercayai ucapanku, cukup kau rasakan dari hatimu apakah aku putramu atau bukan, bunda" Balas Ersya tersenyum kecil menatap lirih kearah sang bunda-- Zenitha Merlina Revandra yang sudah lama ia tidak temui, walaupun selalu memantau sang bunda dari jarak jauh tapi Ersya tetap selalu merindukan sosok bundanya itu, sungguh.

Mendengar balasan dari Ersya putra kecilnya yang selama ini pergi sampai belasan tahun tanpa sebuah kabar satu pun membuat hatinya seketika berdenyut sakit. Sakit bagaikan ditusuk dengan ribuan anak panah tepat dihatinya hingga mengenai jantungnya, bagaimana tidak sakit jika melihat putra yang dulu sangat ia sayangkan sewaktu kecil kini sudah tumbuh menjadi pria yang perkasa dan luar biasa, bahkan kedatangannya bukan hanya sendiri. Melainkan bersama dengan cucunya dan bahkan dengan almarhum menantunya yang di perlihatkan melalu sebuah bingkai foto, yang dibawa dan di genggam oleh tangan mungil cucunya.

"Mengapa kau baru menemui bunda Er? Mengapa setelah 18 tahun ini, kau baru mau kembali... Adakah kesalahan bunda yang tidak bunda sadari padamu?" Tanya Zenitha dengan menangis sejadi-jadinya dalam pelukan putranya.

"Maafkan aku, aku memiliki alasan tertentu bunda. Akan aku ceritakan semuanya dari awal jika kau mau, berhenti menangis..." Lirihnya sambil memeluk erat sosok bunda yang selama ini menjadi pantauannya saja dari jauh.

"Bagaimana aku tidak menangis jika putraku telah kembali, kau menghukum bundamu tanpa sebab dengan kepergian mu selama belasan tahun ini... Tau kah kau bahwa bunda mu ini sungguh-sungguh merindukanmu?!"

"Kau pergi tanpa ingin kembali Er, siapa yang akan merindukan mu jika bukan bunda mu ini... Orang tua mana yang tidak menginginkan putranya kembali setelah dinyatakan tiada oleh semua orang" Isak kecil Zenitha.

"Bunda adik ku akan sedih bila melihatmu menangis bagaikan anak kecil, cucumu juga akan ikut merasa sedih bila melihat neneknya menangis karena daddy nya ini" Ujar Ersya menghapus lembut air mata yang terus keluar dari pelupuk matanya itu.

"Kau pergi sendiri tapi datang bertiga (Foto almarhum istri Ersya-- Azra Alfarena Cesca) Dasar anak nakal! Kau menyembunyikan cucu tampan bunda selama ini" Kata Zenitha sambil berjongkok menyeimbangi tubuh tinggi cucunya-- Ezra.

"Eza nak, sapa nenekmu" Tutur lembut Ersya pada sang putra yang mewariskan wajahnya itu, bisa dibilang seperti duplikat.

"Halo nenek" Sapa Ezra dengan suara pelan, entah apa yang dipikirkan oleh Ezra untuk saat ini ketika melihat keluarga besarnya itu.

"Tidak mau memeluk nenek?" Tanya Zenitha dengan penuh kecewa.

"Bolehkah aku memanggil nenek dengan panggilan bunda seperti daddy memanggil nenek dengan panggilan tersebut?" Tanya balik Ezra menampilkan wajah imutnya.

Berbeda dengan Ersya dulu, jika Ersya dulu saat kecil selalu memasang wajah dingin dan datarnya pada siapapun, walaupun Ersya juga dulu sempat bersikap manis hanya untuk menutupi jati dirinya saja. Tetapi Ezra? Putranya Ersya itu justru terlihat lebih ceria dan selalu tersenyum sampai-sampai membuat semua orang merasa gemas akan dirinya yang baru menginjak usia 5 tahun.

"Tentu saja sayang, panggil bunda saja. Nen-- maksudnya bunda tidak keberatan"

"Terimakasih, aku ingin memelukmu. Bolehkah? Daddy bolehkah aku memeluk bunda juga?" Tanya Ezra bocah kecil itu.

"Tentu saja, peluklah"

"Kemari dan peluk bunda!"

*****

...Perhatian: Part ini mengandung unsur kekerasan dan kekejaman harap di skip bila tidak ingin membacanya....

"Maafkan Eza, daddy. Eza tidak mampu membunuhnya" Ujar Ezra dengan lirih.

"Bunuh dan tembakan peluru itu dengan benar Eza, daddy ingin melihatnya" Tutur Ersya dengan wajah tersenyum pada sang putra yang ia sedang latih untuk menembak mati seorang burung.

"Daddy, tapi Ez--"

"Eza ini demi keselamatan mu, jangan berikan alasan bahwa burung itu harus hidup karena kasihan. Ingatlah bahwa burung itu yang telah melukai kakakmu-- Erzeline Merlina Revandra Victor" Terang Ersya pada sang putra yang sepertinya tidak memiliki jiwa seperti dirinya, kemungkinan besar mungkin Ezra seperti almarhum mommy nya itu, memang wajah terlihat duplikat dengannya tapi jiwanya tidak. Sangat bertolak belakang dengan dirinya yang psikopat tanpa ampun sejak dini.

Doorrrrr

Satu tarikan sebuah pelatuk pistol berhasil menembuskan pelurunya pada kepala seekor burung kecil yang dijadikan sandera tadi oleh daddy nya itu. Mati, ya tentu saja! Burung kecil itu mati ditangan mungil Ezra.

"Bagus boy, daddy bangga padamu" Puji Ersya dengan menggendong tubuh sang putra begitu bangganya, walaupun jiwa (Psikopat) nya tidak sama tapi Ersya bangga karena kepintaran dan kecepatan Ezra mengambil darinya. Hanya bagian jiwa psikopat saja yang tidak di ambil oleh Ezra sepertinya.

Jika tidak mengambil sifat psikopat nya, maka ia akan memastikan bahwa putranya akan memiliki jiwa psikopat sepertinya, apapun caranya ia akan membangkitkan sisi gelap dalam jati diri sang putra. Dan itu pasti...

S2 Lucifer: Tanggung jawab

"Daddy, perlukah aku belajar semua ini?" Tanya Ezra dengan memandang berbagai alat jenis senapan dan pisau dengan sejenis lainnya.

"Tentu, bukankah kau ingin melindungi daddy, kakakmu, ayahmu-- Virendra Haitham Victor dan bundamu-- Zenitha? Jika kau ingin melindungi mereka maka kau harus menjadi kuat. Keselamatan semua orang daddy akan serahkan padamu Ezra, daddy percaya padamu" Terang Ersya pada sang putra, walaupun dirinya berkata bahwa keselamatan semua orang ia berikan ditangan Ezra, tapi tidak memungkinkan untuk ia juga tidak menjaganya. Tentunya pasti Ersya juga akan ikut menjaga semua orang selayaknya ia menjaga putranya selama ini dari berbagai orang jahat.

"Aku tidak akan mengecewakanmu daddy, jika memang kau telah menyerahkan seluruh tanggung jawab atas keluarga kita padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab atas semuanya dan aku akal berlatih sebaik mungkin untuk memastikan pada daddy bahwa aku mampu melindungi semua orang dengan tangan kecilku ini" Balas Ezra dengan tersenyum manis.

"Daddy percaya padamu boy"

"Tuan" Panggil James-- tangan kanan Ersya yang sudah ada sejak lama.

"Katakan James"

"Prince Leonard ingin bertemu dengan anda" Ucap James mengabarkan bahwa Leonard ingin menemuinya.

Sejak kepulangan Ersya, memang semua sudah tau dan sudah kembali berjalan bagai semestinya. Ersya bahkan sudah kembali memimpin klan miliknya serta mengambil alih kembali semua aset miliknya yang ada di luar, ia berhasil memang kendali atas semua miliknya lagi, bahkan nama LUCIFER sudah kembali menjadi nama yang ditakutkan oleh semua orang, kembalinya LUCIFER di dunia gelap mampu mengejutkan seluruh dunia gelap, bahkan sempat ada beberapa yang tak percaya dengan kembalinya seorang LUCIFER tapi Ersya langsung menunjukkan dirinya kembali-- menggunakan topeng wajah, pada semua orang.

"Katakan padanya bahwa ia harus menungguku di ruanganku saja" Titah Ersya datar.

"Baik tuan" Balas James setelah itu izin pamit keluar dari tempat pelatihan milik Ezra yang memang dibuat khusus oleh Ersya untuk Ezra.

"Boy" Panggil Ersya.

"Ya, daddy?"

"Temui bunda dan katakan padanya bahwa sudah saatnya ia mengajakmu keluar, kau bosan bukan? Maka kali ini daddy akan mengizinkan mu untuk bermain diluar bersama bunda dan kakakmu. Tapi... Kau harus ingat! Jika pergi tanpa luka maka pulang tanpa luka juga. Mengerti?" Tegas Ersya pada sang putra dimana untuk pertama kalinya ia perbolehkan bermain diluar tanpa pengawasan nya.

"Siap daddy" Ezra tersenyum manis seraya membalas perkataan sang daddy, lalu kemudian mencium bibir manis sang daddy dan setelahnya berlari pergi keluar dengan begitu senangnya.

"Za-- Azra, lihatlah putramu yang manis. Terimakasih atas titipanmu, aku akan dengan sungguh-sungguh menjaganya bahkan jika itu harus mempertaruhkan nyawaku" Gumam Ersya pelan.

*****

"Lucifer" Panggil Leonard.

"Katakan uncle" Ujar Ersya dingin, setelah sekian lama Ersya selalu menyebut namanya saja akhirnya kini Ersya mau berubah nama panggilannya dengan panggilan uncle, karena bagaimanapun juga Leonard tetaplah lebih tua darinya. Walaupun ayah Ersya adalah kakak dari ayahnya dan seharusnya Leonard lah yang memanggil Ersya dengan sebutan paman. Tapi karena Ersya berkata bahwa sepertinya ia tidak cocok dengan panggilan paman, jadi iapun meminta pada Leonard untuk tetap memanggil namanya saja dan justru Ersya lah yang akan memanggil Leonard dengan sebutan paman atau uncle.

Karena Ersya ingin mengikuti umur saja, Leonard lebih tua darinya maka ia akan memanggil uncle saja. Tetapi LIyandra... Ersya tidak mempermasalahkan panggilan yang LIyandra berikan untuknya, lagi pula jika ia menolak panggilan yang LIyandra berikan untuknya maka LIyandra akan tetap dengan keinginannya untuk memanggil Ersya dengan sebutan paman kecil.

Tidak mau di ganggu gugat.

"Keberadaan nya sudah ditemukan, ia berada di negara R selama ini" Ujar Leonard.

"Ya, putraku juga sudah memberitahu lebih dulu. Ia sudah berhasil melacak keberadaan si bangsat itu lebih awal sebenarnya"

"Katakan kau ingin melakukan apa padanya?" Tanya Leonard mengangkat salah satu alisnya karena merasa tertarik dengan sepupunya ini.

"Membunuhnya dengan siksaan yang harus lebih dulu ia lewati, katakan pada beberapa mafioso BBD-- Black Blooded Demon. Untuk pergi ke negara R sekarang juga dan tangkap wanita setan itu untuk ku, aku ingin malam ini juga ia sudah berada di markas utama"

"Baiklah, saat ini juga aku akan menyuruh beberapa mafioso untuk menangkapnya. Datanglah ke markas nanti malam dan sebelum itu lakukanlah pemeriksaan kembali pada para mafioso kita" Tutur Leonard.

"Kenapa?"

"Untuk mafioso lama mungkin takut padamu, tapi untuk mafioso baru? Mereka hanya akan banyak memberontak karena kebanyakan dari mereka adalah mafioso yang kita hancurkan klan aslinya olehku, sebelum mereka bersumpah mati untuk disisi kita sepertinya mereka masih dapat berkhianat" Jelas Leonard yang mendapat anggukan kecil dari Ersya saja.

Leonard tidak memperdulikan seberapa dingin dan datarnya Ersya sekarang, karena sedari kecil juga bukankah memang Ersya seperti itu? Jadi ia sudah tidak asing lagi dengan sifatnya Ersya saat ini.

"Pemberontak perlu mati atau perlu patuh? Kita akan tau nanti" Gumam Ersya sambil tersenyum smirk seraya menandakan bahwa ia tertarik akan para mafioso barunya.

Mafioso lama adalah sebutan untuk para mafioso Black Blooded Demon yang sudah sejak awal bersamaan nya saat ketika dirinya masih kecil, untuk mafioso dengan sebutan baru itu adalah mafioso yang baru bergabung atau baru di ambil beberapa bulan setelah kepergiannya Ersya saat itu. Dibilang sudah cukup lama seharusnya, tetapi statusnya masih menyandang kata baru karena mereka belum di didik oleh Ersya sendiri.

Mafioso lama dan baru mungkin dibilang berbeda dan mafioso lama mungkin lebih dipercayai dari pada mafioso baru, karena memang iya. Memang iya jika dibedakan perihal lama dan baru, mafioso lama sudah mengenal Ersya dan selalu takut akan Ersya bahkan mereka terbilang setia. Tapi untuk mafioso baru? Mereka tidak bisa dikatakan setia karena mereka masih bisa memberontak sekaligus masih bisa berkhianat.

"Ini, dokumen asli yang kau inginkan" Serah Leonard seraya memberikan sebuah dokumen yang berisi informasi yang di inginkan Ersya.

"Menarik."

"Kumpulkan seluruh para mafioso kita, baik yang di negara lain maupun di daerah lain. Aku ingin seluruhnya hadir malam ini" Tekan Ersya pada perkataannya, yang artinya seluruhnya adalah mafioso nya yang berada di semua negara dan setiap sisi wilayah yang ada perihal mafioso nya (Cabang markas) itu,.

"Aku akan meminta mereka hari ini juga dan akan aku minta untuk sore ini mereka sudah sampai"

"Ya"

"Kalau begitu aku pamit terlebih dahulu, aku akan kembali beberapa jam lagi kesini setelah semuanya selesai dan tolong katakan pada Eza bahwa aku uncle nya merindukan nya dan katakan juga padanya bahwa aku akan mengabulkan keinginannya, aku akan memberikannya apapun yang ia mau nanti" Pinta Leonard.

"Hmmm"

"Lucifer kau ingat bukan perkataan ku barusan? Katakan pada putramu nanti! Jangan lupakan itu"

"Ya aku mendengar, setelah ia selesai bermain aku akan memberitahu nya" Ketus Ersya kesal karena Leonard sepertinya tidak mempercayai nya untuk menyampaikan sebuah amanat.

"Aku menunggu kabar dari si kecil"

"Pergilah, kau terlalu berisik. Membuat telingaku sakit saja" Usir Ersya yang mendapatkan kekeh an kecil dari Leonard.

"Baiklah"

*****

Disisi lain...

"Tidak boleh!"

"Kakak aku hanya mengingatkan itu, jika tidak boleh maka aku tidak akan memilih yang lain" Ujar Ezra dengan cemberut.

"Bunda lihatlah adik, ia terus merengek meminta ku untuk membelikannya itu, bunda kau tau bukan adik itu tidak boleh makan sembarangan? Kakak-- Ersya memberitahu ku bahwa aku tidak boleh memberikannya sesuatu yang berasal dari luar, tanpa seizinnya aku tidak boleh sembarangan memberikan apapun karena kesehatan adik sedang tidak dalam kondisi yang baik saat ini, jadi tolong beritahu itu padanya" Terang Erzeline pada sang bunda yang kini tengah mengadu akan kelakuan Ezra yang terus merengek meminta dirinya membelikan sebuah permen kapas di taman yang mereka sedang kunjungi.

"Bunda tolong beritahu daddy bahwa aku menginginkan itu" Tunjuknya pada sebuah permen kapas sambil meminta pada Zenitha yang kini tengah terkekeh akan kelakuan keduanya.

"Zeline sayang, kakak mu sudah mengizinkan adikmu mengkonsumsi itu. Asalkan tidak terlalu banyak maka tidak apa, bunda sudah memberitahu kakak mu mengenai itu. Jadi, pergilah dan belikan itu untuk adik mu" Terang Zenitha.

"Sungguh bunda?" Tanya Erzeline menyelidik.

"Tentu, perlukah bunda menelpon kakak mu?"

"Tidak! Tidak, kalau begitu baiklah"

Erzeline memang lebih tua dari Ezra, karena perbedaan mereka terpaut 3 tahun. Ezra yang berumur 5 dan Erzeline yang berusia 8 tahun, maka panggilan untuk Erzeline seharusnya bibi kecil tapi terganti menjadi kakak karena permintaan dari Erzeline sendiri dan itu tentunya disetujui oleh Ersya dan yang lainnya seperti bundanya dan ayahnya.

"Tunggulah disini Eza, bersama bunda. Biarkan kakak saja yang kesana" Pinta Erzeline.

"Biarkan aku ikut kakak!"

"Tidak boleh!"

"Erzeline" Panggil sang bunda.

"Tapi--"

"Pergilah dan ajak adikmu..."

Erzeline menghela nafasnya, kemudian menjawab sang bunda. " Ya bunda..." Jawabnya.

"Kau yang terbaik kak!" Puji Ezra dengan tersenyum manis.

"Haisssss... Kau ini"

S2 Lucifer: Berbohong

Zenitha terdiam menatap putrinya dan cucunya yang tengah mengantri membeli permen kapas, tanpa sadar air matanya kian menetes dari pelupuk matanya. Melihat wajah Ezra seakan ia melihat Ersya putra kecilnya dulu, seharusnya ia sebagai seorang bunda ia tau masa-masa pertumbuhan putranya tapi karena kejadian lalu, ia tidak bisa menemani putranya tumbuh di masa kecilnya.

Walaupun Ersya berbeda dari anak seumuran nya, tetapi tetap saja bukan pada masa pertumbuhannya itu ia sangat membutuhkan sosok seorang ibu yang baik? Ia gagal menjadi sosok bunda bagi Ersya, tapi Ersya tidak. Selama perpisahan Ersya tetap memantaunya dari kejauhan, tanpa disadari bahkan selama ini Ersya selalu membantunya dari jauh, tapi dirinya? Dirinya tidak.

"Jika bunda gagal menjadi sosok ibu untukmu, maka untuk putramu bunda pastikan tidak"

Zenitha terharu melihat pemandangan cucunya dan putrinya saat ini, bahkan ia tidak henti-hentinya menangis walau ia sudah mencoba untuk menahan air matanya itu. Tapi tetap saja air mata tidak bisa di cegah untuk tidak keluar jika hati dan pikiran masih bersedih.

"Maafkan bunda yang gagal untukmu" Lirihnya pelan sambil menghapus air matanya.

"Kau cengeng sekali, bunda" Celetuk seseorang yang datang mengejutkan Zenitha saat tengah menangis dalam diam ini.

"Er?"

"Kau datang kesini? Ada apa? Apa kau mengkhawatirkan putramu" Spontan Zenitha bertanya sambil menunjukkan air wajah kebahagiaan ketika melihat kedatangan sang putra, padahal ia bersikap seperti itu hanya untuk menutupi kesedihannya pada sang putra yang tiba-tiba saja datang.

"Aku tidak mengkhawatirkan nya karena aku tau dia putraku yang kuat, tapi aku mengkhawatirkan mu bunda. Tebakan dan firasat ku benar adanya ternyata, bahwa kau akan menangis bila melihat Ezra saat bermain, kau pasti akan teringat tentang aku" Jawab Ersya dengan terduduk di samping sang bunda.

"Ibu mana yang tidak akan menangis Er? Aku bundamu seharusnya aku yang memantau mu untuk memastikan keamanan mu, tapi justru malah sebaliknya" Lirih Zenitha pelan sambil kembali memandang Ezra dan Erzeline dari jauh.

"Jangan mengungkit apa yang membuatmu sakit bunda, lupakan dan anggaplah bahwa aku tidak pernah berpisah denganmu"

"Bunda harap bunda bisa seperti itu Er" Gumam Zenitha.

*****

...Perhatian: Part ini mengandung unsur kekerasan dan kekejaman harap di skip bila tidak ingin membacanya....

"Kakak apa ini masih lama? Jika ia, sebaiknya kita kembali saja, aku sudah tidak menginginkannya" Kata Ezra pada sang kakak.

"Sepertinya ia, apa kau ingin membeli yang lain? Hari ini kau di bebaskan oleh daddy mu bukan untuk memakan apapun yang kau inginkan?" Balas Erzeline sambil menengok ke samping kanan dan kirinya untuk melihat para pedagang yang lainnya.

"Iya, mari kita pergi dari sini saja. Ini terlalu lama" Terang Ezra yang diangguki oleh Erzeline sebagai tanda setuju.

Ketika keduanya hendak pergi untuk membeli yang lain, tiba-tiba saja Ezra berhenti dan memperhatikan satu titik dimana mampu membuat Erzeline bertanya-tanya mengapa dirinya berhenti seketika. "Ada apa Eza?" Tanya Erzeline dengan raut wajah kebingungan mencari asal objek yang sedang Ezra lihat.

"Kakak kembalilah dan katakan pada bunda bahwa aku akan pergi ke toilet, pergilah kakak dan sampaikan itu pada bunda agar ia tidak mengkhawatirkan aku" Pinta Ezra dengan nada mendesak untuk membuat Erzeline segera pergi darinya.

"Kau kenapa? Biarkan aku menemanimu saja, lagi pul--"

"Kakak aku tidak ingin ditemani! Kau kembalilah, aku akan segera kembali" Ucap Ezra lalu pergi berlari begitu saja tanpa mau mengajak Erzeline untuk menemaninya.

"EZAAA" Teriak Erzeline memanggil nama sang adik, tapi tidak disahuti oleh Ezra karena ia terus saja berlari entah kemana.

Erzeline tidak yakin bahwa Ezra adiknya itu tau dimana letak toilet umum, karena dirinya yang suka datang ke tempat ini pun tidak tau dimana letaknya toilet umum, jadi ia yakin bahwa adiknya itu berbohong dengan mengatakan bahwa ia ingin pergi ke toilet, tidak membuang waktu lagi Erzeline pun dengan cepat berlari menuju keberadaan sang bunda dan betapa terkejutnya ia ketika melihat sang kakak juga berada di sana.

"Zeline dimana adikmu?" Tanya sang bunda yang berhasil membuatnya diam seketika.

"Bunda, kakak. Maafkan aku" Lirih Erzeline dengan menundukkan pandangan kebawah.

"Ada apa Zeline?" Tanya Ersya dengan santainya.

"Adik tiba-tiba saja pergi berlari entah kemana, ia berkata ingin pergi ke toilet, tapi bukankah ia baru pertama kali datang kesini? Aku rasa ia berbohong. Maafkan aku tidak bisa mencegah nya untuk tidak pergi, karena adik berlari dengan cepat" Adu Erzeline dengan berkata jujur pada sang kakak dan sang bunda saat ini.

"Apa?! Mengapa kau tidak mengejarnya Zeline!" Terkejut Zenitha sampai spontan bangkit dari duduknya itu.

"Bunda, maafkan aku..."

"Zeline kau tau adikmu sedang tidak dalam kondisi baik bukan? Kau tau ia masih belum pulih sepenuhnya dari sakitnya. Mengapa kau ceroboh Zeline! Mengapa kau membiarkan adikmu pergi sendirian di tengah kerumunan seperti ini?!" Marah Zenitha tanpa disadarinya, sampai-sampai membuat Erzeline sangat merasa bersalah atas apa yang terjadi, kini kedua matanya mulai berkaca-kaca... Merasa sedih bahwa ia tidak becus sebagai seorang kakak.

"Maafkan aku, bunda..." Lirih Erzeline.

"Zeline tidak papa, jangan menangis. Kau kembalilah dulu kedalam mobil dan jangan keluar atau pergi kemanapun, tetap berada di dalam mobil dan kakak akan mencari adikmu. Jangan menangis kau adikku yang kuat bukan? Jangan cengeng atau kau bukan lagi adikku" Ancam Ersya yang berhasil membuat Erzeline tidak ingin menangis karena setelahnya Erzeline pun pergi menuju mobil milik nya tanpa ingin menangis.

"Baik, kakak!"

"Bunda kau juga kembali lah, biarkan aku saja yang mencari Ezra. Aku tau dimana ia berada, ia sendiri yang memberikan sinyal lokasi keberadaan nya saat ini padaku" Bujuk Ersya pada sang bunda.

"Biarkan bunda ikut" Pinta Zenitha yang ditolak mentah-mentah oleh putranya.

"Tidak. Kembalilah dan jaga putrimu, bunda. Mintalah maaf padanya karena kau sudah memarahinya barusan. Bunda, Zeline tidak salah tapi Ezra yang bersalah, pergilah dan susul Zeline di dalam mobil. Aku tidak ingin melihat adik perempuan ku menangis atas apa yang bukan salahnya" Ujar Ersya kemudian pergi begitu saja untuk menyusul keberadaan putranya yang tidak jauh darinya ternyata.

Memang benar, Ezra berbohong pada Erzeline tentang keberadaan nya saat ini. Tapi kepergiannya itu tidak ia sembunyikan dari sang daddy, karena Ezra sendiri mengirimkan sinyal lokasi pada sang daddy melalui jam tangan kecilnya, jam tangan yang diciptakan langsung oleh Ersya sendiri.

Ezra pergi secara tiba-tiba karena merasa ada yang aneh dengan dua pria yang terus saja membuntuti seorang wanita, Ezra berniat ingin membantu wanita yang tengah di intai itu oleh dua pria berbadan besar, tapi ketika sampai di tempat terpencil seperti sebuah gang. Justru Ezra malah terkejut ketika melihat wanita yang di intai sejak tadi tengah bertarung hebat oleh dua pria berbadan besar.

Cukup lihai wanita yang di intai oleh seseorang itu saat tengah melawan keras dua orang yang mengikutinya ini, gerakan menghindar dan menangkis setiap pukulan yang akan diberikan oleh dua laki-laki itu berhasil di tepis oleh wanita tersebut. Sepertinya wanita itu sangat kuat dan tidak takut pada dua pria yang berada di hadapannya.

BUGHHH

"Mampus saja kalian!"

Not: Author ingatkan kembali ya, Ezra itu harusnya memanggil Erzeline bibi. Namun karena Zeline tidak ingin dipanggil bibi dan tidak ingin menganggap bahwa Ezra adalah keponakannya. Jadi Zeline memutuskan untuk memanggil Ezra dengan sebutan adik karena Zeline menganggapnya sebagai adik dan bukan sebagai keponakan kecil.

Begitupun Ersya yang tidak ingin di panggil paman oleh Leonard, karena Ersya merasa bahwa ia tidak pantas di panggil paman oleh Leonard yang lebih tua darinya. Untuk itu ia menolak panggilan paman dari Leonard, karena ia lebih suka bahwa dirinyalah yang memanggil Leonard dengan panggilan paman/uncle. Tapi untuk LIyandra sendiri sudah sering di ingatkan agar tidak memanggil Ersya dengan sebutan paman kecil, tetapi karena LIyandra keras kepala jadi Ersya membiarkan LIyandra memanggilnya paman kecil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!