NovelToon NovelToon

Teman Hidupku

Dinyatakan Lulus

Seluruh siswa SMA di HIGH INTERNASIONAL SCHOOL (HIS) kegiran sungguh berbahagia menerima tanda kelulusannya dengan memakai baju wisudanya.

Lain halnya dengan Calista Ginnifer yang menerima tanda kelulusannya terlihat biasa saja tidak seceria teman temannya.

Yang lain pun tidak melewatkan kesempatan itu mengabadikan moment indah itu, mereka berfoto bersama teman dan keluarga.

"Calista, kau mau kemana?" Mama dan Papa nya serta kakaknya Glenka yang ikut hadir menyaksikan acara wisuda kelulusannya, mereka terheran dengan kelakuan Calista yang tiba tiba bad mood.

Mereka salah satu Keluarga Konglomerat pada umumnya, yang mempunyai segalanya bagi mereka uang tak ada gunanya.

Namun dibalik itu mereka kurang beruntung memiliki keluarga yang tidak hangat dan tidak harmonis.

Calista Ginnifer adalah anak kedua dari Marya dan Jhon Gion, ia mempunyai seorang kakak laki laki yang bernama Glenka.

Kehidupan keduanya sungguh sangat berbeda, kakaknya Glenka yang mau menuruti perintah Papanya walaupun perintah yang sungguh berat.

Sedangkan Calista ia selalu membatah, melakukan keinginannya sendiri dan tidak ingin diatur atur oleh Papanya.

Papa Jhon adalah sosok seorang Ayah yang sangat keras dan ketat dengan peraturan.

Ia memiliki kekayaan yang sungguh luar biasa.

Bisnis dan perusahaannya dimana mana terdapat cabangnya.

Calista selalu melawannya karena tidak suka dengan sikap Papanya yang sangat keras, ia selalu membatah dan terkadang sering lari dari rumah.

"Pah, ayo kita pulang saja karena Calista sudah pergi dari sini!" ucap Marya kepada suaminya.

"Lebih baik begitu ayo!" balas Jhon setuju.

Mereka pun ingin melangkah namun mereka dicegah oleh guru kelas Calista.

"Tuan Jhon tunggu!" teriak Guru itu berlari menghampiri mereka.

Serentak mereka menoleh kearah suara itu dan menghentikan langkah mereka.

"Oh ada apa Pak?" tanya Jhon kepada Guru itu.

"Kenapa kalian begitu cepat pulang sementara acaranya belum selesai," balas Guru itu ingin mencegah mereka pergi meninggalkan acara itu.

"Maaf Pak Calista telah pulang duluan, mungkin dia tidak enak badan kami lebih baik menyusulnya!" Jawab Marya menyela.

"Oh Begitu, ya sudah kalau begitu aku selaku Guru kelas Calista mengucapkan selamat untuk Calista yang telah meraih juara 1 berprestasi." ucap Guru itu sembari mengangguk dan tersenyum.

"Terimakasih pak, kami permisi dulu!" jawab Marya ketus, pikirannya sudah tak ada disana ia ingin cepat sampai rumah dan bertanya kepada Calista.

Guru itu tersenyum dan mengangguk.

Tanpa sepatah kata lagi, Jhon dan istrinya serta Glenka berlalu dari sana.

Emosi Jhon yang telah memuncak dengan Calista sudah tidak sabar ingin segera pulang.

Glenka mengendarai mobilnya, Papa dan Mamanya ikut didalamnya.

"Calista masih saja belum puas untuk memancing emosiku, awas saja jika aku bertemu dengannya dirumah!" ucap Jhon yang sangat marah dengan sikap Calista kepada mereka hari ini.

"Papa sabar jangan terbawa emosi lebih baik kita tanyakan kenapa dia cepat pulang" ucap Marya menenangkan suaminya yang tengah marah.

Tidak usah mencegahku, ini juga semua gara gara kau memanjakannya Marya!" balas Jhon semakin marah.

Marya tidak berani berbicara lagi ia kembali diam tidak ingin ikut dimarahi, sama seperti Glenka ia hanya diam dan menyetir dengan hati hati.

Sementara Calista baru sampai didepan pagar rumahnya, ia segera masuk berniat ingin mengambil barangnya dan segera kabur dari rumah.

"Tolong cepatkan sedikit Glenka!" ucap Jhon dengan raut wajah yang sangat emosi.

"Iyah Pah," Glenka menjawabnya dan mempercepat sedikit lajukan mobilnya sesuai perintah Jhon.

Sementara Calista seperti seorang maling yang sedang mencuri, dengan cepat cepat ia memasukan pakaian dan barangnya di dalam koper, dengan jantung yang berdetak kencang dan perasaan takut itu yang sedang beradu didalam hatinya.

Ia menyeret kopernya dengan kasar berlari melewati anak tangga agar dia tidak ketahuan kepada orang tuanya atas kepergiannya ini.

Saat ia hendak menarik gagang pintu, bersamaan Jhon yang telah berada di luar pintu juga ikut membuka pintu rumahnya.

CEKLEK!

(Suara pintu dibuka bersamaan)

Dan

DEG!!

Jantung Calista semakin berdetak kencang saat ia melihat Papanya tengah berada diambang pintu dengan wajah memerah api kemarahan terpancar diseluruh wajahnya, sorot matanya yang tajam tidak lepas di hadapan Calista.

Sementara Calista terdiam mematung melihat Papanya dengan jantung berdetak tidak karuan dan tubuh yang gemetaran.

"Calista sayang," ucap Marya yang terkejut melihatnya membawa koper dan barang barangnya.

Emosi Jhon meledak, dengan cepat ia menghampiri Calista menarik tangan untuk dibawa masuk dan

PLAKK!!

Suara tamparan yang sangat keras melayang dipipi Calista sehingga kepalanya miring dengan berbekas lima jari dipipi.

"Pah," teriak Marya yang melihat Calista dipukul lagi sama suaminya.

Jhon menoleh kearah istrinya saat Marya berteriak, wajah yang masih serem seperti Harimau membunuh.

"Anak ini pantas diberi pelajaran, hari ini ia telah membuatku malu terhadap guru guru disana!" Teriak Jhon ingin mendekati Calista lagi.

Calista yang melihat Papanya mendekatinya lagi ia mundur pelan pelan dengan tangan memegang pipi, ia dapat menahan rasa sakit itu walaupun ia teriksa tangis, perlakuan seperti ini sudah sangat sering ia dapat dari Papa nya sehingga ia kebal saat menghadapi pukulan sesakit apa pun.

"Jangan coba coba pergi dari rumah ini tanpa seizinku!" gertak Jhon lagi menarik rambut Calista dengan mata tajamnya melotot kearah Calista.

Calista terus meringis ia menutup matanya melawan rasa sakit itu.

"Cukup Pah, cukup Papa memperlakukan Calista seperti ini, aku juga ingin pergi, rumah ini seperti neraka bagiku," Calista berani melawan ia membuka suara dan bersikeras ingin pergi dari rumah itu.

"Dasar anak tidak tau diri," balas Jhon semakin geram ia menarik rambut Calista lebih kuat lagi sehingga kepala Calista miring menghadap di lantai.

"Pah berhenti aku mohon, Calista darah dagingmu kenapa Papa memperlakukannya seperti ini," teriak Marya mendekati suaminya melepaskan genggaman dirambut Calista, Marya mulai tak tertahankan air matanya menetes sangat sedih melihat anak gadisnya disiksa seperti itu.

"Diam kau Marya, jangan mencoba menghalangiku!" ucap suaminya menyeret Marya terhempas dilantai.

"Mamah," teriak Glenka menghampiri Marya dan menompangnya ikut membela, bagaimana pun ia tidak mau jika Mamanya di sakiti.

Marya terduduk dilantai dengan penuh tangis dan air mata memenuhi pipinya.

Sama halnya dengan Calista ia memberonta saat rambutnya terus ditarik Jhon semakin kuat.

"Kalian jangan mengundang emosiku," teriak Jhon kepada mereka semua.

PLAK!

PLAK!

PLAK!

Suara tamparan yang terus menerus melayang dipipi Calista, emosinya yang diluar batas tidak menyadari atas perbuatannya itu.

"Hentikan Pah ," Glenka dengan cepat menarik Calista dan memeluk, ia melindungi adiknya tidak tega melihat disiksa seperti itu sama Papanya sendiri.

"Lepaskan dia Glen, apa kau juga ingin dipukul!" teriak Jhon menarik Calista dalam pelukan Glenka, namun Glenka semakin mengeratkan tangannya.

"Tidak Pah, Glenkan tidak mau Papa memperlakukan adikku seperti ini," Dengan cepat ia berlari menarik Calista pergi dari hadapan Jhon ia membawa kelantai atas untuk menyembunyikan Calista dikamarnya.

"Ayo Calista kakak bantu," ucapnya berlari menaiki anak tangga.

Jhon yang melihat Glenka menyelamatkan adiknya dari serangan emosinya, ia mengikuti dengan matanya kearah mereka. Perlahan ia menarik nafasnya dan menghembuskannya kasar.

BERSAMBUNG...

Teriksa Tangis

"Kak," suara Calista serak menangis sesenggukan terharu dengan sikap Glenka yang menyayanginya.

"Sudah Calista disini kamu aman, tidak usah takut kakak akan membelamu," jawabnya dan memeluk adiknya ia mengusap kepala Calista lembut menenagkan agar Calista merasa baikan.

"Terimakasih kakak sudah sayang sama Calista, hikks, hikss," balas Calista menangis tersedu sedu.

"Kakak tidak mau kalau Papah menyakiti kamu terus Calista, kamu dan Mamah perempuan yang paling berharga bagiku, tidak ingin melihat kalian disakiti sekali pun Papah yang melakukannya,"

ucap Glenka sedikit emosi melihat perlakuan Papanya yang sangat kejam itu, ia sebenarnya ingin melawan namun karena Jhon selaku orang tua ia tidak ingin dikatakan seperti anak durhaka kepada orang tua sendiri.

"Kakak sebaiknya pergi kebawah lihat Mamah, Calista takut jika Papa memukulnya," Calista juga tidak tega melihat Marya selalu terlibat dengan masalahnya karena selalu membela.

"Ya sudah Calista tenang yah, kamu sebaiknya istirahat dan jangan lupa pintunya di kunci," balas Glenka mendudukan adiknya ditepi ranjang mengusap kepala sekali lagi setelah itu ia berlalu meninggalkan Calista sendiri dikamar.

Calista mengangguk ia duduk dan memeluk kedua lututnya air matanya susah untuk di cegah tangisnya sangat terharu melihat kakaknya itu, walaupun sebesar apa pun kesalahan yang Calista perbuat kakaknya tetap berpihak padanya.

...----------------...

(Keesokan paginya)

"Kakak kuliah hari ini?" Tanya Marya kepada anaknya Glenka yang sedang menyantap sarapannya.

"Kuliah nanti siang Mah," balas Glenka sambil mengunyah makanan dalam mulutnya.

"Ohh astaga sayang, Calista jam segini masih belum turun," Marya yang baru teringat dengan anak gadisnya itu, Calista yang sehabis dipukuli oleh Papanya dari kemarin sore dan malam masih belum juga kelihatan pagi ini.

"Calista kayaknya masih tidur deh Mah, semalam Glen dengar dia terus menangis pengen samperin tapi tidak enak," balas Glenka yang memang mengetahui Calista terus menangis sedari sore hingga malam.

"Kasihan sekali anak itu, biarkan Mamah bangunkan dulu yah sayang," ucap Marya meninggalkan meja makan tempat Glenka sedang duduk disana.

TOK-TOK-TOK!!

(Mengetuk pintu)

"Calista sayang," seru Marya dari luar sambil mengetuk ngetuk pintu.

"Calista, dek!" panggil Marya lembut sekali lagi.

Sementara Calista yang baru ketiduran sekitar jam 5 pagi masih tidak menyadari jika pagi ini sudah menunjukan pukul 09:00 wib.

Marya terus mengedor pintu kamar namun tidak ada suara sahutan terdengar dari dalam.

"Aduh kenapa anak ini masih saja tidak bangun," ucap Marya bertanya sendiri, ia berdiri bengong sambil mengerutkan kening didepan pintu kamar anak gadisnya.

Karena tidak ada sahutan Calista akhirnya Marya kembali kebawah menghampiri Glenka.

"Kak coba hubungi nomor Calista siapa tau dia terbangun mendengar dering ponselnya nanti," ucap Marya punya ide sendiri kepada Glenka.

"Ohh oke Mah bentar," sahut Glenka segera meraih ponselnya dan menghubungi nomor adiknya.

TING-TING-TING!

(Dering ponsel berbunyi)

Glenka menghubungi nomor Calista beberapa kali tapi ia tak kunjung mengangkat atau ia terbangun.

"Calista tidak menjawabnya juga Mah," ucap Glenka berhenti untuk menghubungi.

"Aduh anak ini, Mamah khawatir adik kamu sakit kalau jam segini belum makan," Marya terlihat cemas memikirkan Calista dari sore sampai malam dan pagi ini lagi ia tak makan sedikit pun.

"Kita tunggu saja ia bangun, bagaimana lagi membangunkannya kamarnya juga sudah dikunci," balas Glenka tidak tau harus berbuat apa.

...----------------...

(Calista di dalam kamarnya)

 Calista menggeliat dan mengucek ngucek matanya serta merenggangkan tangan dan pinggangnya.

Mata yang masih tidak ingin dibuka dengan berat ia memaksakan untuk membuka, matanya sedikit menyimpit lalu ia mengulurkan tangannya membuka nakas yang terletak di samping ranjangnya dan meraih ponselnya.

Calista menyalakan ponsel itu dan melihat sudah jam berapa. "Astaga ternyata sudah jam 10:00 wib," ucap Calista, kembali meletakan ponselnya.

Ia mendudukan tubuhnya ditepi ranjang tempat tidurnya, ia menarik nafas dalam dalam dan mengeluarkannya sangat pelan.

Ia berjalan kearah Walk in closet disana terdapat cermin besar hampir memenuhi tubuhnya dapat terlihat dicermin itu.

Ia sedikit berkaca dan melihat matanya yang sembab karena menangis sepanjang malam. Ia mengusap wajahnya seraya berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

...----------------...

(Sehabis mandi)

Calista telah berpakaian setelah selesai dengan kegiatan membersihkan diri, lalu ia keluar kamar ingin keruang utama untuk memastikan apakah orang rumah masih ada disana.

"Kakak mau kuliah?" tanya Calista saat melihat Glenka sedang memakai sepatunya.

"Eh iyah List, kakak ada mata kuliah siang ini," jawab Glenka tersenyum ke arah adiknya.

"Ohh begitu kak, terus Mamah kemana?" ucap Calista lagi sambil mendudukan tubuhnya di sofa tempat kakaknya berada.

"Mamah mungkin lagi mandi, kamu sebaiknya sarapan List Mamah cemas sedari tadi padamu," balas Glenka menyuruh adiknya untuk segera sarapan.

Ia juga memperhatikan wajah adiknya terlihat pucat dan mata yang sembab.

Calista masih terdiam tanpa menjawab ucapan kakaknya, pandangan nya lurus sambil memegang ponselnya.

"List, kamu dengar kakak kan?" tanya Glenka sekali lagi memukul pelan lengan Calista.

"Ahm iya kak, Calista dengar kok," jawabnya dengan suara terbata bata.

Glenka tersenyum lalu ia beranjak dari duduknya dan mengulurkan tangannya kearah Calista.

"Ayo kakak temani kamu makan," ajaknya kepada Calista.

"Ehm tapi bukannya kakak mau pergi kuliah juga?" tanya Calista ragu ragu.

"Iyah sih tapi kakak pengen saja temani kamu makan, kita ngobrol ada yang kakak tanya padamu," balasnya masih dengan wajah tersenyum dan tangan yang terulur kepada adiknya.

"Ya sudah, okeh," jawab Calista semangat, ia tersenyum dan menyambut uluran tangan kakaknya. Ia beranjak dari duduknya dan segera pergi keruang makan bersama kakaknya.

Calista merasa hatinya adem saat kakaknya terus bersamanya, perasaannya sebenarnya tidak ingin jauh jauh dengan kakak terbaiknya itu, namun terkadang ia muak berada dalam rumah itu karena perilaku Papahnya yang terlalu keras padanya.

BERSAMBUNG...

Ingin Mandiri

"Kakak buatkan kamu susu sebentar, tunggu dimeja makan," ucap kakaknya segera berjalan kerah lemari dan meraih gelas dan menyeduhkan susu untuk Calista.

"Kakak kenapa baik sekali sama Calista?" Calista merasa senang diperhatikan dan dipedulikan oleh kakaknya seperti itu.

"Iyah karena Calista adik kakak, dan karena Papah tidak menyayangi kamu setidaknya kakak masih bisa List," jawaban Glenka membuat Calista bersorak gembira dalam hati mendengar itu.

Calista tersenyum memandang kearah punggung kakaknya yang sedang membuatkan susu untuknya.

"Makasih kak, Calista bahagia punya kakak seperti mu walaupun aku tidak mendapat kasih sayang kepada Papah tapi aku bersyukur masih ada kakak Glen buat aku," balas Calista tersenyum bahagia.

Glenka kembali kerah meja makan dengan senyuman tampannya membawakan segelas susu hangat buat adiknya.

"Sudah lebih baik kamu makan yah, dan ini susunya di minum," ucapnya meletakan gelas susu itu dihadapan Calista, ia menarik kursinya ikut duduk disana.

Calista segera meraih gelas susu itu dihadapannya dan meneguk seraya meraih makanan yang ada diatas piringnya.

Glenka yang memperhatikan adiknya itu dengan pandangan yang tak terlepas keadah Calista sambil tersenyum bahagia.

"Banyak makan List, kamu harus mengisi tenaga untuk melawan cobaan yang tidak henti dari Papah," ucapnya memberi semangat kepada Calista.

Calista mengangkat wajahnya melihat kearah wajah kakaknya.

"Aku ingin pergi dari sini kak," ucap Calista dengan wajah memohon kepada Glenka.

"Kamu ingin kemana?" tanya Glenka ingin menarik cerita dari adiknya itu.

"Mau kemana saja yang penting aku keluar dari rumah ini, aku ingin mandiri tanpa terbeban kepada Papah Mamah," jawab Calista kembali meneguk susunya.

"Jangan berpikiran yang aneh aneh List, lebih baik saran kakak kamu kuliah saja," balas Glenka ingin juga yang terbaik untuk adiknya.

"Calista tidak mau kak," seru Calista segera menyela ucapan kakaknya.

"Kalau kau tidak ingin kuliah Calista Papah mencarikan suami untukmu lebih baik kau menikah," ucap Jhon yang sempat mendengar pembicaraan antara kedua anaknya.

Serentak Glenka dan Calista menoleh kearah Papah Jhon terkejut karena tiba tiba saja menyahuti pembicaraan mereka.

Glenka dan Calista saling memandang setelah itu saat Jhon ikut duduk bersama mereka dimeja makan.

"Papah mau minum teh, kopi atau susu?" ucap Glenka menyela ucapannya, seketika pecah keheningan.

"Papah mau teh Glen," jawab Jhon mengambil makanan keatas piringnya.

Calista yang terlihat gugup ia tidak bisa melihat kearah Papahnya dengan cepat ia meneruskan makanannya.

"Apa kau dengar Calista?" ucap Jhon bertanya dengan nada sedikit meninggi.

"Tapi aku tidak ingin menikah Pah," jawab Calista ketus tidak berani menatap wajah Papahnya tapi ia mampu membantah.

"Terus kau maunya apa?" balas Jhon menatap tajam kearah Calista.

Calista terdiam tidak ingin menjawab karena ia tau jika jawabannya ingin pergi dari rumah pasti Jhon akan marah lagi.

"Calista harus memikirkannya dulu," jawabnya seraya berdiri dari duduknya segera enyah dari sana.

Jhon melihat Calista tanpa segan segan meninggalkan meja makan dengan kasar rasanya tangannya gatal ingin melayangkan tamparan diwajah anak gadisnya yang sangat keras kepala itu.

"Ini Pah tehnya," ucap Glenka meletakan gelas teh dihadapan Jhon.

"Glen, kau bawa Calista dikampusmu daftarkan dia disana," perintah Jhon, mau tidak mau Glenka harus menuruti karena kalau tidak akan berabe.

"Tapi bagaimana kalau Calista tidak mau Pah?" tanya Glenka ragu karena ia tau apa keputusan Calista tidak bisa dibantah.

"Kau coba saja dulu Glen, kalau tidak Papah pasti akan menikahkan dia dengan pria pilihan Papah!" jawab Jhon, ia meneguk tehnya dan menyuapkan makanan kedalam mulutnya.

Glenka menghembuskan nafasnya kasar tidak tau harus berkata lagi. "Ehm kalau begitu Glen pamit dulu Pah," ucap Glenka menyalami tangan Papahnya dan mencium punggung tangan itu.

"Hem, kamu hati hati!" jawab Jhon singkat sambil mengangguk.

Glenka ikut mengangguk dan segera melangkahkan kakinya dari ruang makan.

...----------------...

...----------------...

(Membujuk Calista)

"List kata Papah kamu ikut kakak untuk mendaftar dikampus kakak," ucap Glenka menyampaikan apa yang diperintahkan Jhon padanya.

"Tapi kak, Calista tidak mau kuliah!" tolak Calista tidak berminat untuk kuliah.

"Tapi ini perintah Papah dan katanya jika kamu tidak kuliah kamu nikah Papah nyari calon suami untukmu. Dengarin kakak List atau kamu mau jika kakak dimarahi sama Papah," balas Glenka menakuti Calista agar mau dengan ajakan kakaknya.

" Tidak akan kak semua itu pasti akal akalan Papah saja. Kak Glen lebih baik pergi kekampus saja sendiri nanti kakak terlambat," balas Calista bersikeras tidak mau diperintahkan sama sekali.

"Tapi List,!" ucap Glenka kembali seperti ada rasa geram sendiri kepada adiknya namun ia menahannya.

"Biar Calista ngomong berdua saja sama Papah kak," balas Calista tersenyum meyakinkan kakaknya.

Glenka terdiam dengan pandangan kearah Calista, ia ragu rasa takut menghampirinya.

Kalau sampai Calista tidak menuruti pasti unjung unjungnya ini akan menjadi masalah dan Calista pasti kena pukulan.

"Kakak pergi gih nanti terlambat," Calista mendorong lengan Glenka yang tengah berdiri mematung didepannya.

"Ya sudah kalau begitu kakak pergi, ingat kamu berbicara baik baik sama Bokap agar tidak dipukul. Kakak tidak bisa ada untukmu hari ini," walaupun demikian, Glenka tetap membaik baiki omongannya kepada adiknya walau sedikit kesal dengan sikap keras kepala Calista.

"Oke Bosku," jawab Calista kembali mendorong kakaknya.

...----------------...

(Jhon dibuat emosi)

Jhon selesai kegiatan makannya ia beranjak meninggalkan ruang makan pergi keruang utama untuk memastikan apakah Calista sudah ikut Glenka atau belum.

Calista masuk setelah ia mengantar kakaknya diluar tempat parkiran motor kakaknya, dengan wajah santai ia sempat melihat Jhon diruang utama namun ia bersikap berani dan biasa saja.

"Calista," teriak Jhon saat calista masuk kedalam rumah.

Calista memandang kearah Bokapnya dengan penuh percaya diri ia menghampiri dan ikut duduk disofa yang berbeda di hadapan Jhon.

"Iyah Pah," Calista masih saja memberanikan diri mau berhadapan dengan Jhon meski ia tau semua ini pasti unjung unjungnya ia dimarahi dan dipukuli.

Jhon terlihat wajahnya memerah emosinya menguap melihat Calista seperti memancingnya terus.

Lama lama ia bisa dar tinggi dibuat anaknya yang satu ini.

BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!