"Iya, Pa. Besok kami akan berangkat."
"Bagus, lebih cepat lebih baik. Keluarga mantan suamimu sudah sangat keterlaluan. Perusahaan kita sudah tidak bisa apa-apa lagi."
"Pa, kenapa tidak kalian sudahi saja permusuhan itu?" tanya Sierra memberanikan diri kepada papanya.
"Kamu tidak akan mengerti, sekarang kamu hanya perlu cepat kembali agar perusahaan kita tidak akan hancur untuk selamanya."
Trut
Sierra mematikan panggilan dari papa nya. Dia dipanggil oleh papanya untuk menyuruhnya kembali ke kota x untuk bekerja di perusahaan keluarga mereka, karena keluarga mantan suaminya telah menyerang perusahaan keluarganya dengan habis-habisan, dan dia tahu siapa yang melakukan itu. Ya, dia adalah Dion mantan suami Sierra yang sekarang menjadi pemimpin di perusahaan keluarganya.
Dulu dia menikah dengan Dion karena sama-sama ingin membalaskan dendam keluarga mereka masing-masing, dan ternyata Sierra kalah dalam hal itu, keluarga Dion mampu memporak porandakan perusahaan keluarganya, sampai akhirnya mereka merasa saling tidak membutuhkan lagi dan berpisah.
"Mom..." Suara gadis kecil berambut pirang karena sengaja dia waranai, memakai pakaian jacket kulit dan celana panjang berjalan memdekat ke arahnya.
"Iya, Sayang. Ada apa? Kenapa berlari seperti itu?" Sierra berkata sedikit khawatir melihat putrinya yang berlari sedikit cepat.
"Kapan aku akan bertemu Daddy, Mom?"
Sierra menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dengan keras, karena lagi-lagi itu yang di pertanyakan putrinya kepadanya.
"Sayang, besok kita akan kembali ke kota tempat tinggal Mom, dan di sana ada Daddy."
"Benarkah, Mom?" mata sang putri berbinar mendengar apa yang dikatakan oleh Sierra.
"Ya, besok kita akan kembali bertemu Grandma dan Grandapa."
"Yes, aku senang, Mom. Aku akan tunjukkan kepada teman-teman-ku kalau aku punya Daddy."
Mendengar perkataan putrinya, Sierra sedikit khawatir, karena sang putri tidak tahu jika dia dulunya adalah anak yang tidak diinginkan oleh sang ayah. Sebelum dia bercerai dengan Dion, dia sedang hamil karena pada saat itu mereka berdua sedang mabuk dan tidak menyadari sudah tidur satu ranjang. Dia juga meminta pertanggungjawaban Dion, Dia berpikir dengan dia hamil, dia akan bisa menggunakan itu untuk menekan Dion kembali, dan ternyata dia salah. Dion mengatakan akan mengambil anak itu dan akan tetap bercerai dengannya. Tapi dia tidak mau, dan akhirnya mereka memutuskan untuk mengasuh bayi itu satu per satu, karena Sierra dinyatakan sedang hamil anak kembar.
"Aku tidak peduli dengan bayi yang bersamamu nantinya, dan aku hanya mempunyai satu orang bayi."
Kata itu terngiang di telinga Sierra di saat dia pergi membawa bayi yang dia asuh, dan dia tidak peduli dengan bayi yang di asuh oleh Sierra.
Sierra kembali menarik nafasnya dengan dalam ketika memikirkan ini semua. Dia sengaja bertahan tinggal di luar negri agar tidak bertemu dengan Dion lagi, dia ingin memulai hidup baru setelah bercerai dengan Dion. Tapi sekarang dia harus kembali lagi ke kota yang sama dengan mantan suaminya, dan memungkinkan dia akan bertemu kembali dengan mantan suaminya itu.
Dia juga berfikir mungkin jika Brenda nanti bertemu dengan sang ayah, dia merasa sedikit lega, dan dia bisa lebih tenang dan menerima keadaannya. Semakin lama dia akan semakin tumbuh menjadi besar, dan dia akan terus bertanya tentang sang ayah. Jika dia sudah bertemu dan mengenali ayahnya, mungkin dia juga bisa menerima nantinya. Tapi dia juga takut apa yang nantinya diinginkan oleh Brenda, tidak sesuai dengan yang diharapakannnya selama ini.
"Ayo bantu Mommy untuk bersiap!" perintah Sierra kepada putrinya.
"Baik, Mom. Aku akan mengemasi pakaianku."
Sierra tersenyum mendengar jawaban patuh dari putrinya Brenda. Meskipun anak itu masih berumur 8 tahun, tapi dia sudah seperti orang dewasa. Dia mempunyai kecerdasan yang di atas rata-rata daripada anak seumurnya. Meskipun Brenda anak yang patuh, dia juga anak yang harus dituruti keinginannya. Dia anak yang tidak boleh dikecewakan dalam keadaan apapun. Semua kemauannya harus dituruti oleh Sierra, jika tidak dia akan mengamuk sesukanya. Sierra juga memahami itu sehingga dia tidak pernah ingin mengecewakan putrinya ini.
...----------------...
Di kota lain, disebuah mansion yang sangat besar.
"Rea, kamu hari ini ada kelas belajar, kan?"
"Iya, Nek. "
"Ayo cepat bersiap, nanti kamu akan diantar oleh supir!"
"Baik, Nek."
Gadis kecil yang bernama Rea itu akhirnya menghentikan permainannya dan pergi bersiap ke dalam kamar yang dibantu oleh pelayan di mansion itu.
Setelah bersiap, dia kembali turun menjumpai sang nenek yang duduk di ruang tamu untuk berpamitan.
"Aku berangkat, Nek."
"Ya, kamu harus jadi anak pintar, karena kamu adalah anggota keluarga Barata." sang nenek memegang pucuk kepala gadis kecil itu.
"Tante!" terdengar suara seorang wanita bertubuh tinggi dan berparas cantik menyapa paruh baya itu sebelum si gadis kecil melangkahkan kaki untuk pergi.
"Nancy...kapan kamu kembali, Sayang." Wanita paruh baya itu menyambut dengan senang kedatangan seorang wanita cantik yang bernama Nancy itu.
"Aku baru saja tiba, Tante. Tapi aku sudah sangat merindukan Tante dan gadis kecil ini." Wanita itu berkata sambil memegang pipi mulus Rea si gadis kecil.
"Apa kabar, Sayang?" lanjut dia bertanya kepada Rea.
"Baik, Tante Nancy." Rea berkata sopan menjawab sapaan dari Nancy.
"Kamu ingin pergi ke mana, Sayang?" Nancy bertanya kerena melihat Rea yang sudah rapi dengan sebuah tas di punggungnya.
"Dia ada kelas belajar tambahan hari ini." Sang nenek Rea menjawab pertanyaan dari Nancy.
"Kalau begitu, biar Aunty Nancy menemani." Nancy menawarkan diri untuk menemani Rea pergi belajar tambahan.
"Nancy, nanti itu akan merepotkanmu!"
"Tidak, Tante. Biarkan aku mengantarnya."
"Baiklah, jika kamu tidak keberatan."
"Apa kami boleh pergi jika dia sudah selesai belajar?" tanya Nancy kepada sang nenek yang membuat mata Rea membulat mendengarnya. Dia tidak menyangka Nancy berani meminta itu kepada neneknya. Tapi jika sang nenek mengizinkan, dia juga sangat senang.
"Ehmmmm tidak masalah, tapi dia harus benar-benar selesai belajar dulu," kata sang nenek memastikan.
"Terima kasih, Tante." Nancy memeluk wanita yang dipanggil Rea nenek itu, lalu mengikuti Nancy keluar dari mantion karena Nancy yang akan memgantar dia pergi ke kelas belajar tambahannya.
"Apa kamu senang?" tanya Nancy saat dia dan Rea sudah berada di dalam mobil.
Rea mengangguk dengan cepat.
"Ehmmm Aunty sudah janji akan membawa kamu pergi bermain. Tapi kamu harus janji satu hal dulu." Nancy berkata memberi tahu.
"Janji apa, Aunty?" tanya Rea, dan dia juga mengetahui apa janji yang akan diminta Nancy kepadanya.
"Kamu harus mengajak Daddy untuk pergi bersama."
"Tapi Daddy sedang bekerja." Jawab Rea sedikit menolak, karena setiap syarat yang diajukan oleh Nancy, pasti berhubungan dengan daddynya. Meskipun dia anak kecil yang masih berumur delapan tahun, tapi dia bisa melihat bahwa Nancy menyukai Daddynya.
"Kalau begitu, kita tidak akan pergi!" ancam Nancy kepadanya.
Rea hanya pasrah dan menyetujui permintaan Nancy, karena dia juga tidak ingin cepat kembali ke rumah. Jika dia di rumah, pasti sang nenek akan terus menyuruhnya untuk selalu belajar dan hampir tidak ada waktu bermain untuknya, dengan adanya tawaran dari Nancy, maka itu adalah suatu kesempatan baginya untuk terlepas dari sang nenek untuk sementara waktu.
BARATA GRUP
"Maaf, Tuan. Ini adalah berita terbaru hari ini." Seorang pengawal Dion memperlihatkan kepada Dion sebuah berita terbaru melalui ponsel yang dia pegang.
Dion mengambil ponsel itu dari tangan sang pengawal, lalu membaca berita itu dengan cepat.
"Nyalakan televisinya?" suruh Dion kepada sang pengawal.
Tidak lama kemudian televisi yang menempel di dinding ruangannya sudah menampilkan gambar seorang wanita sedang diwawancarai oleh banyak para reporter yang baru saja tiba di bandara kota x.
"Apa tujuan dari pewaris Sahila Group muncul kembali ke kota x setelah berapa tahun lamanya? "
"Aku ingin merebut kembali apa yang menjadi milik Sahila Group dari tangan orang lain."
Dion menatap tajam wanita yang sedang diwawancarai oleh para reporter di layar televisi tersebut.
"Berita tidak penting. Kenapa para reporter bodoh itu masih ingin mengetahui perusahaan yang sudah diambang kehancuran." Dion mengumpat sendiri.
"Matikan!" perintah Dion kepada pengawalnya.
"Tunggu." Dion menghentikan pergerakan pengawalnya untuk mematikan televisi tersebut. Sang pengawal menjadi sedikit bingung, karena Dion sendiri yang menyuruhnya untuk mematikan televisinya, tapi sekarang dia juga yang ingin menghentikannya.
Dion kembali menatap tajam televisi itu ketika kamera para wartawan mengarah kepada seorang anak perempuan yang sangat mirip dengan anaknya Rea dalam versi yang berbeda.
anak itu terlihat sedang bermain dengan sebuah permen karet di mulutnya.
"Aku sudah menduganya," kata Dion sambil menyunggingkan senyum mengejek di bibirnya.
Klek
Pintu ruangan Dion terbuka.
"Daddy." Seorang anak perempuan berjalan ke arah Dion dan di belakangnya diikuti oleh seorang wanita yang berpenampilan menarik berjalan sambil melenggokkan tubuhnya.
"Kenapa kamu bawa dia ke sini?" Dion bertanya kepada wanita itu sambil memberikan kode kepada sang pengawal untuk mematikan televisinya.
"Rea mengatakan dia ingin bertemu Daddy nya, benarkan Rea?" kata wanita itu sambil melihat ke arah Rea dengan tatapan penuh maksud.
"Daddy, aku ingin mengunjungi taman bermain di kota x, temanku mengatakan di sana banyak sekali permainannya." Rea berkata kepada Dion.
"Siapkan mobilnya!" perintah Dion kepada pengawal, karena dia tidak ingin membuat putrinya kecewa.
"Terima kasih, Dad." Rea berkata senang sambil memberikan ciuman di pipi Dion.
Wanita yang datang bersama Rea itu pun ikut tersenyum mendengar bahwa Dion setuju untuk diajak oleh Rea anaknya pergi menemaninya ke taman bermain.
"Aunty Nancy juga ikut bersama kita, Dad." Rea kembali berkata yang membuat raut wajah Dion sedikit berubah.
"Aunty Nancy ada pekerjaan, Sayang."
"Tidak, Aku hari ini sedang tidak ada jadwal syuting," potong Nancy langsung, karena dia tidak ingin melewatkan kesempatan yang sudah ada.
"Mobilnya sudah siap, Tuan." Sang pengawal telah kembali untuk memberitahu bahwa mereka sudah bisa berangkat sekarang.
Dion berdiri dari tempat duduknya lalu menggandeng tangan putrinya untuk pergi berjalan keluar dan diikuti oleh Nancy yang berjalan di samping mereka.
Di saat mereka berjalan beriringan begitu, mereka terlihat seperti keluarga yang sempurna, karena Dion dan Nancy terlihat sangat cocok jika disandingkan. Dion yang tampan dan Nancy yang cantik, apalagi dilengkapi dengan seorang gadis kecil berusia 8 tahun yaitu Rea yang terlihat mirip dengan sang ayah.
...----------------...
"Mom, kapan aku bisa bertemu dengan Daddy?" seorang gadis kecil yang sedang mengunyah permen karet di mulutnya bertanya kepada sang ibu karena dia merasa mereka telah sampai di kota sang ibu.
"Sabar, Sayang. Akan ada waktunya kamu bertemu dengan daddy. Sekarang kita harus bertemu Grandma dan Grandpa dulu." Sierra berkata kepada putrinya.
Hari ini dia dan putrinya Brenda sudah menginjakkan kaki di kota x kembali. Sesuai dengan permintaan sang papa yang menyuruhnya kembali untuk menyelamatkan perusahaan keluarga mereka dari kehancuran. Dia juga tidak tahu apakah dia bisa melakukan itu, tapi tidak ada lagi orang yang bisa melakukan itu selain dirinya, karena dia adalah satu-satunya pewaris dari Sahila Grop milik keluarganya.
Di saat mereka di bandara, mereka langsung dikerumumi oleh beberapa wartawan dan reporter, karena berita kepulangannya sudah tersebar di mana-mana. Dulu keluarga mereka sering masuk ke dalam topik berita utama karena perusahaan milik keluarganya merupakan perusahaan besar yang ada di kota x ini bersama dengan perusahaan keluarga mantan suaminya. Keluarga mereka tidak pernah lepas dari incaran para wartawan karena orang-orang sudah mengetahui bahwa dia perusahaan itu sudah saling bermusuhan sejak dulu dan saling bersaing. Apalagi melihat keadaan sekarang yang perusahaan keluarganya diambang kehancuran.
Chiiiiiiit
Suara rem mendadak dari mobil yang mereka naiki tiba-tiba berhenti.
"Kenapa berhenti?" Sierra berkata dengan sedikit marah karena kepalanya hampir terbentur.
"Maaf, Nyonya. Di depan tiba-tiba saja ramai para wartawan.
Sierra mengerutkan keningnya, lalu melihat ke arah depan. Dia tidak menyadari karena sebelum kejadian, dia melihat ke arah Brenda yang duduk di sampingnya.
Sierra melihat banyak sekali para wartawan berlari ke sebuah tempat. Dia mengarahkan matanya untuk melihat tempat itu, ternyata itu adalah sebuah tempat taman bermain yang sangat besar.
"Siapa yang ada di taman itu?" Sierra bertanya kepada dirinya sendiri. Dia sudah mengerti jika ada banyak para wartawan disekitar sebuah area, itu berarti ada seseorang yang mereka ikuti untuk mendapatkan sebuah berita.
"Sepertinya itu tadi adalah Tuan Dion pemilik perusahaan yang terbesar di kota ini, Dia datang bersama putri dan kekasihnya." Sajg supir menjawab, meskipun Sierra tidak menanyakan hal itu kepadanya.
Deg
Jantung Sierra berdetak saat mendengar nama Dion disebut oleh sang supir. Setelah itu wajahnya berubah menjadi marah, sampai dia mengepalkan tangannya.
"Cepat jalankan mobilnya!" perintah Sierra kepada sang supir.
"Jalannya macet, Nyonya." Jawab sang supir karena di depan mereka orang-orang semakin bertambah banyak dan membuat jalan menjadi macet.
"Putar arah saja!" Sierra berkata kembali.
"Maaf, Nyonya. Sepertinya kita terjebak di sini dan tidak bisa berputar arah lagi.
Sierra melihat ke sekeliling mereka, ternyata benar kata sang supir bahwa mereka terjebak di tengah.
Huffffff
"Mom, ayo kita ke taman itu saja!" tiba-tiba Brenda bersuara karena mendengar mereka akan terjebak macet.
Mata Sierra melotot mendengar permintaan putrinya. Mereka tidak mungkin masuk ke dalam taman itu, karena dia tahu sekarang Dion ada di sana.
"Sayang, di sana sedang banyak orang, mungkin sangat berdesakan, dan itu tidak baik untuk kamu."
"Tapi aku ingin ke sana, Mom. Sepertinya taman bermain itu menarik."
"Tidak, kita tunggu di sini dulu. Mom janji, akan membawamu ke sana, tapi tidak sekarang!"
Sierra berkeras tidak akan mengizinkan Brenda untuk pergi ke taman itu, dia membiarkan Brenda yang kebosanan menunggu di dalam mobil, tidak seperti biasanya yang selalu menuruti keinginan Brenda.
"Grandma...." Panggil Brenda riang setelah mereka sampai di sebuah rumah mewah orang tua Sierra.
"Brenda...Jangan berlari!" Sierra berkata lantang karena sangat ngeri melihat Brenda yang berlari.
Seorang wanita dan lelaki paruh baya menyambut kedatangan mereka dengan bahagia.
"Hai, Sayang. Apa kamu baik-baik saja? Grandma sangat merindukanmu." Wanita paruh baya itu memeluk tubuh Brenda ketika sudah sampai didekatnya.
Brenda beralih kepada lelaki paruh baya yang berdiri di samping wanita yang dia panggil Grandma itu.
"Hemmmmm kamu tumbuh semakin cantik." Lelaki paruh baya itu juga memeluk Brenda sambil mencium pucuk kepalanya.
Sierra melirik kearah sang papa yang mencium putrinya. Dia tersenyum samar, karena dia tahu apa yang dilakukan oleh sang papa hanya pura-pura.
"Bagaimana perjalanan kalian, Sayang?" sang mama melihat Sierra dengan raut wajah prihatin nya.
"Yah, cukup melelahkan, Ma. Mama tahu, gadis kecil ini tidak akan pernah diam jika dia pergi ke suatu tempat."
Sierra sedikit mengeluh kepada sang Mama, karena sejak mereka di dalam pesawat terbang, Brenda tidak pernah bisa duduk dengan tenang. Dia berjalan mengitari seisi pesawat yang mereka naiki.
"Kalian istirahat dulu, pasti kalian lelah!"
Sierra akhirnya memilih untuk beristirahat, tapi Brenda tidak ingin ikut dengannya.
Belum sempat Sierra merebahkan tubuhnya di atas ranjang, tiba-tiba Brenda masuk ke dalam kamar.
"Mom, kapan aku bertemu daddy? Sekarang kita sudah sampai di kota nya mom."
Sierra memicingkan matanya sambil menarik nafas.
"Brenda, bagaimana kalau kita istirahat dulu!" ajak Sierra kepada sang gadis kecilnya.
"Mommy mengatakan daddy ada di kota ini. Sekarang kita sudah di sini Mom. Kenapa daddy tidak datang menyambut kita bersama Grandma dan Grandpa?"
Sierra terkejut mendengar pertanyaan Brenda. Dia tidak menyangka Brenda akan berharap seperti itu. Selama ini Brenda juga belum mengerti bagaimana sebenarnya hubungan dia dengan mantan suaminya. Dia hanya tetap menanyakan sang ayah karena semua teman seusianya mempunyai seorang ayah, sedangkan dia tidak memilikinya.
"Sayang... daddy sekarang sedang sibuk bekerja, dia juga tidak tinggal di sini."
Sierra tidak tahu harus memberi alasan yang bagaimana lagi.
"Apa Mommy membohongiku?" Brenda sudah mulai emosi.
"No, Mom tidak berbohong, Sayang."
Sierra menjawab dengan cepat, dia takut Brenda akan mengamuk.
"Ehmmmm, Mom ada satu ide." Sierra ingin mengalihkan pembicaraan sebentar agar Brenda tidak memaksanya menjawab pertanyaan yang dia belum bisa lagi merangkai jawabannya.
Brenda hanya melihat ke arah Sierra yang berkata dengan raut wajah yang seperti memiliki sesuatu hal yang menarik.
"Bagaimana kalau besok kamu akan Mom bawa untuk melihat kota di sini?"
Mata Brenda langsung bersinar mendengar perkataan Sierra.
"Apa di sini banyak hal yang menarik?" Brenda seolah ingin memastikan bahwa kota yang dia tinggali saat ini lebih menarik dari kota mereka tinggal sebelumnya.
"Hemmmm, di sini terlalu banyak hal yang menarik yang bisa kamu lihat nantinya."
"Baiklah, aku akan tunggu Mom membawaku." Brenda berjalan keluar dari kamar meninggalkan Sierra yang sudah merasa lega karena Brenda bisa diajak kompromi saat ini, dan dia tidak tahu apakah besok dia akan bisa mewujudkan itu, karena orang tuanya juga sudah memekasanya untuk langsung datang ke perusahaan mereka. Sekarang yang terpenting dia bisa terus bebas lebih dulu dari permintaan Brenda.
Ketika malam tiba, Sierra menemui papanya yang sedang duduk di ruang tamu bersama mamanya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Sierra mendudukkan tubuhnya di hadapan dua orang paruh baya itu.
"Sekarang sedang ada proyek besar dari luar negri sedang mencari beberapa perusahaan di sini untuk bekerjasama. Jika kamu bisa membuat perusahaan kita terpilih sebagai salah satunya, kemungkinan Sahila Group akan bisa bangkit kembali."
"Seburuk apa keadaan perusahaan itu sekarang?"
Sierra penasaran dengan keadaan perusahaan keluarganya itu sekarang.
"Para karyawan sudah banyak yang mogok bekerja karena gaji mereka selama beberapa bulan ini belum terbayarkan. Sekarang banyak para investor yang mengundurkan diri dan perusahaan-perusahaan memutuskan kontrak kerjasamanya."
"Bukankah mereka tahu jika Sahila Group juga bisa dipercaya, bahkan perusahaan itu pernah menduduki posisi pertama." Sierra hampir tidak percaya mendengar penjelasan papanya.
"Sekarang tidak ada yang ingin percaya lagi karena mantan suamimu itu menarik mereka semua, semua kerjasama, para investor beralih ke Barata Group yang dipimpin oleh mantan suami brengsekmu itu." Raut wajah papa Sierra telah berubah karena marah mengingat itu semua.
"Aku juga tidak berjanji bisa melakukan itu, Pa." Sierra meragu dengan kemampuan dirinya.
"Kamu harus bisa melakukannya, apa pun caranya, jangan sampai perusahaan yang telah aku bangun itu hancur sia-sia."
Dari tempat duduknya, sang mama hanya bisa memperhatikan putrinya tersebut. Dia tahu jika Sierra sedang tertekan dengan beban pekerjaan yang diberikan oleh papanya. Tapi dia juga tidak bisa membantu apa-apa.
Dug
Pintu kamar yang di tempati oleh Brenda saat ini terhempas karena dia baru saja masuk kembali kekamar itu.
Dia berlari menuju meja kecil mengambil ipad miliknya, lalu membawanya ke atas ranjang tidurnya. Tangannya mulai bergerak menyentuh layar ipad tersebut dan mengetik sesuatu di pencarian Barata Grup Matanya sedikit melebar melihat apa yang dia lihat saat ini di layar ipadnya.
"Dion Agara Barata seorang pimpinan perusahaan Barata Grup yang merupakan perusahaan nomor satu di kota x."
"Nancy Alia seorang model papan atas yang merupakan kekasih dari Dion, dan Rea Agara Barata, putri kecil Dion."
Brenda terus menggeser layar ipad nya, semakin ke bawah, dia semakin banyak menemukan informasi tentang pemimpin Barata Grup yang baru saja dia tidak sengaja dengar saat ingin turun ke bawah menemui mommynya. Dia mendengar sang kakek menyebut mantan suami dari mommynya dan sebuah nama perusahaan yaitu Barata Grup.
Sesuatu yang membuat dia lebih terkejut lagi adalah saat menemukan gambar seorang gadis kecil yang seumuran dengannya dan wajahnya sangat mirip dengannya.
Sekarang dia sedikit mengerti kenapa dia tidak pernah bertemu dengan daddynya, bahkan setelah mereka sampai di kota ini, sang ayah juga tidak datang menemuinya.
...----------------...
"Dad, apa aku punya Mommy?" tanya Rea di saat Dion datang ke kamarnya malam ini. Biasanya, Dion akan selalu melihat dia sebelum tidur.
"Kenapa, hem?" sambil memeluk kepala Rea.
"Ehmmm, teman-temanku di sekolah mereka punya Mommy."
Dion sedikit mengerutkan keningnya, baru kali ini Rea bertanya tentang mommy nya. Biasanya dia tidak pernah menanyakan perihal tentang ini.
"Kenapa, hem?" Dion ingin memastikan apa penyebab gadis kecilnya ini bertanya tentang mommynya.
"Temanku bertanya kemana momku, karena mereka semua sering diantar oleh mommy mereka pergi ke sekolah."
"Kenapa kamu tidak katakan kalau kamu diantar oleh Daddy, hem?"
Dion merasa iba kepada gadis kecilnya itu. Dia berfikir apa dia harus menikah untuk memberikan gadis kecilnya ini seorang mommy? Tapi sampai saat ini masih belum ada wanita yang bisa membuat dia tertarik. Meskipun sekarang dia tahu bahwa mamanya mencoba mendekatkan dia dia dengan Nancy. Sekarang Dion merasa marah mengingat siapa ibu dari anaknya yang dia tahu sekarang sudah kembali ke kota ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!