NovelToon NovelToon

Virus Zombie : Kesempatan Kedua

Bab 1 Kembali Hidup

Bab 1 Kembali Hidup

Tanggal 15, Bulan mei, Tahun 2243, tepat dua tahun setelah terjadinya hujan merah darah yang terjadi diseluruh dunia menyebabkan muculnya wabah virus yang menakutkan mengubah manusia menjadi zombie.

Begitu banyak keluarga yang hancur akibat wabah tersebut, entah itu dikorbankan untuk kelompok ataupun menjadi korban dalam peristiwa kelam itu.

Pada saat itu hanya mereka yang kemiliki kemampuan lah yang selamat, hanya mereka yang licik dan membuang hati nuraninya saja yang selamat.

Bagaimana tidak saat itu semua manusia hanya memikirkan keuntungan bagaimana agar mereka bertahan, bagaimana mereka menggunakan sesama mereka untuk tetap hidup dan bergantung pada mereka yang lebih kuat.

Terdengar sura lemah dari seorang wanita yang memiliki tubuh kurus ketika sebilah pisau menancap tepat di perutnya, dengan mata membelalak seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dia dengar dengan telinganya sendiri.

"Mengapa? Apa salahku?"

suara itu terdengar begitu lirih, seolah dunia menertawainya yang begitu naif selalu berfikir masih ada orang baik di dunia yang kacau ini.

Dengan tatapan terbelalak seolah tidak percaya rena menatap orang yang berada di depannya dengan penuh tanya.

"kamu mau tau kenapa, tentu saja karna kebodohanmu sendiri Rena bagaimana bisa kamu begitu bodoh menghadapi dunia yang gila ini."

Suara dingin itulah yang didengar rena dari pria yang ada di depannya ini sekaligus menyadarkannya akan kebodohan dan harapan yang selalu dia percayai.

Namanya adalah Reno rekan seperjuangan yang selalu dipercayai Rena dan telah dianggap sebagai sosok pahlawan dalam hidupnya.

Ketika tidak ada kelompok yang mau menampungnya maka reno adalah orang yang mengulurkan tangannya untuk membantu rena saat itu seorang wanita dianggap beban jika berada dalam sebuah kelompok apa lagi kondisi rena yang lumayan kurus dalam dunia yang kacau ini.

"kamu tau kenapa aku menampungmu di sini, tentu saja saat itu kamu bisa menjadi umpan dalam kelompokku, kamu bisa menjadi mangsa yang cocok untuk mengalihkan perhatian para zombie."

Jika dipikirkan lagi kelompok yang menampungnya memanglah sekelompok pengecut licik yang mengorbankan orang lain untuk mencapai tujuan mereka kemudian ketika tujuan itu tercapai mereka akan menyingkirkan orang tersebut.

Persis seperti yang tengah Dia alami saat ini.

Mereka selalu meminta Rena untuk memeriksa zombie yang ada di sekitar tempat yang akan mereka jarah, membuat para zombie itu mengejarnya dan memudahkan kelompoknya untuk mencari perbekalan namun dengan resiko nyawa yang dimilikinya.

"kamu cukup tangguh selama ini berlarian dengan zombie yang selalu mengejarmu.

Aku kira kamu akan cepat mati namun lagi lagi kamu berhasil selamat."

Kata kata yang dilontarkan pria itu benar benar menusuk hatinya bagaimana tidak selama ini dia berjuang agar kelompoknya bisa tetap hidup ternyata perjuangannya dan kehadirannya tetap saja tidak dianggap.

"kamu tau? perbekalan yang terkumpul cukup untuk beberapa tahun mendatang dan kamu sudah tidak lagi di butuhkan dalam kelompok ini. Oh apa kamu tau Rena kamu itu benar benar merusak pandangan mataku."

Perbekalan yang mereka miliki memang cukup untuk beberapa tahun kedepan dan juka pun ada yang ingin merampok dari kelompok mereka hal itu akan sangat sulit karena ruang penyimpanan mereka ada dibawah tanah dengan pintu masuk yang tersembunyi.

Kelompok mereka tinggal dirumah berlantai satu yang memiliki ruang bawah tanah tersembunyi yang terletak dipinggiran kota.

Pria itu kemudian pergi meninggalkan rena yang sekarat akibat luka tusukan yang ada di perutnya.

Begitulah akhir kisah hidup Rena yang menggantungkan harapan pada kelompok yang beranggotakan lima orang tersebut dengan harapan bisa bertahan dalam dunia yang sudah kacau ini namun nyatanya semua tidaklah sesuai dengan apa yang di harapkannya.

Dalam rasa takutnya dia memberanikan diri menjadi umpan agar tidak dianggap beban dalam kelompok kecil yang mau menampungnya, mulai memberanikan dirinya bertarung dengan para zombie yang mengejarnya namun tetap saja dia tidak dianggap dalam kelompok tersebut.

Dengan sedikit sisa kesadarannya serta nafas yang sudah semakin melemah Dia memandangi langit malam yang bertabur bintang berharap agar dapat kembali mengulang waktu dan tidak lagi mengulangi kebodohan dan kenaifan yang sama agar tidak lagi ingin dimanfaatkan.

perlahan mata yang menatap bintang itu terpejam bersama nafas yang sudah tidak lagi ada lagi.

...

Butir keringat membanjiri kening seorang gadis cantik yang tengah gelisah dalam tidurnya, entah mimpi buruk apa yang tengah ia alami dalam mimpinya tersebut.

Tiba tiba saja mata gadis cantik itu terbuka dari tidurnya, entah apa yang ada dalam fikirannya saat itu.

'Apa yang terjadi? Bukankah aku sudah mati? Apakah ini hanya ilusi sebelum kematian? Tapi kenapa ini terasa nyata?'

Dengan raut kebingungan sambil memperhatikan seluruh ruangan kamar yang ditempatinya. Perlahan namun pasti dia menyadari dimana dia berada sekarang.

Ruangan ini adalah kamar yang telah ditempatinya selama delapan belas tahun hidupnya sebelum bencana melanda dunia dengan wabah yang perlahan menurunkan jumlah populasi manusia.

Dengan rasa yang bercampur aduk dalam hatinya, perlahan dia melihat kalender yang terpajang di dinding kamarnya yang tengah menunjukknan tahun 2241 pada tahun kalender tersebut dengan bulan mei tanggal 13, tepat dua hari sebelum bencana melanda.

Bagaimana rena tau bahwa itu adalah tanggal 13, bulan mei? Itu semua dikarenakan hobinya yang mencoret tanggal di kalender di setiap malam ketika akan tidur.

Dengan perasaan yang campur aduk, Rena seketika berlari ke arah pintu dengan tangannya yang bergetar menggenggam gagang pintu dan perlahan dia membuka pintu tersebut.

Rena seakan menemukan harapan ketika menemukan keluarganya sedang berada di meja makan menunggunya untuk sarapan pagi.

Benar!. Ini adalah rutinitas keluarganya setiap pagi yang akan sarapan bersama sebelum melakukan kegiatan disetiap hari.

Rena tertegun di depan pintu kamarnya dengan mata yang berkaca kaca berharap semua yang dia lihat saat ini benar benar nyata.

"putri cantik kita sudah bangun."

Suara ayah yang begitu dirindukan rena membuat air mata yang ditahannya mengalir deras membasahi pipinya.

Sapaan Ayahnya yang dulu biasa terdengar saat dia keluar dari kamarnya di pagi hari kini dapat kembali didengarnya.

Ibunya yang tengah membawa piring untuk saparan terkejut ketika melihat putri yang disayanginya itu tengah menatapnya dan suaminya dengan berderai air mata.

Sontak saja ayah dan ibu rena saling menatap dengan perasaan kawatir terhadap putri satu satunya itu.

Secara tidak terduga rena kemudian berlari kearah orang tuanya dan langsung memeluknya dengan erat sambil terisak, hal ini menyebabkan kekawatiran yang ada pada orangtuanya semakin bertambah.

"Rena kenapa, Nak? Mengapa menangis?"

Dengan nada cemas ibunya bertanya kepada rena yang masih memeluknya sambil terisak. Perlahan rena melepaskan pelukannya sambil melihat kedua orangtuanya.

"Re-Rena rindu, Ibu dan Ayah!" Dengan sesegukan rena menjawab pertanyaan sang ibu.

Rena berharap waktu berhenti saat ini juga agar halusinasi sebelum kematian ini tidak akan pernah musnah.

Rena masih belum menyadari bahwa dia benar benar telah kembali hidup pada waktu beberapa hari sebelum bencana yang mengubah dunia.

Ayah dan ibu rena saling tatap dengan bingung, kemudian tiba tiba saja ayah dan ibunya tertawa terbahak bahak karena tingkah aneh putri semata wayangnya tersebut.

Bagaimana tidak, tiba tiba saja Rena yang baru bangun pagi menangis dan mengatakan merindukannya seolah sudah lama tidak bertemu saja, padahal setiap hari mereka selalu bersama.

"sudah sayang, lebih baik kita sarapan, hari ini Ibu memasak masakan kesukaan Rena bukankah tadi malam kamu sangat menginginkannya?" Ibu rena mengusap punggung rena yang masih sesegukan, mencoba menenangkan putrinya yang tiba tiba bertingkah aneh pagi ini.

Pagi ini ibu rena memasakkan sup ayam kesukaan rena, karena tadi malam rena merengek meminta dibuatkan sup ayam mengingat dia akan pergi ke kota untuk menempuh pendidikan.

Rena kembali mengingat sebelum bencana dia memang pergi ke kota meninggalkan orang tuanya di kampung untuk melanjutkan pendidikannya namun semua itu harus pupus begitu virus zombie datang dan memisahkannya dengan orang tuanya.

Sambil melangkah ke meja makan rena kembali berfikir dengan semua yang terjadi dengannya saat ini.

'Benar!. Aku dulu memang meminta dimasakkan sup ayam pada ibu sebelum kepergianku ke kota, semua ini terasa persis sama seperti dulu. Tunggu! Jika ini bukan halusinasi sebelum kematian, apa aku benar benar kembali hidup?'

Air mata yang tadinya menghiasi wajah rena perlahan berhenti menetes digantikan dengan senyuman tipis yang jika tidak di perhatikan dengan benar maka tidak akan ada yang menyadari senyumannya itu.

Melihat Rena yang sudah berhenti menangis orang tua rena kemudian meberikan piring yang sudah diisi dengan nasi lengkap dengan lauk pauknya di hadapan rena.

Bab 2 Persiapan

Bab 2 Persiapan

Setelah sarapan dengan orang tuanya Rena kembali memasuki kamarnya untuk memikirkan langkah apa yang akan diambilnya kedepan.

Memikirkan kehidupannya yang menyedihkan setelah baru beberapa hari pindah ke Kota untuk melanjutkan pendidikannya serta berpisah dengan kedua orang tuanya membuat hatinya terasa begitu sakit.

Berharap dapat membanggakan orang tuanya dengan pendidikan yang tinggi namun malah dunia tidak mengizinkannya dengan datangnya bencana virus zombie yang menghancurkan harapannya dan memisahkannya dengan kedua orangtuanya hingga akhir hidupnya di kehidupan sebelumnya.

Rena bertekad kali ini di kehidupan keduanya Dia tidak akan lagi pergi ke Kota.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.

Rena kemudian membuka pintu kamarnya menemukan Ibunya di depan pintu yang ingin berpamitan pergi ke kebun untuk bekerja.

"Rena, Ibu akan pergi ke kebun. Apa kamu telah selesai mempersiapkan barang bawaan yang akan kamu bawa ke kota?" tanya sang Ibu.

Mendengar pertanyaan Ibunya Rena kemudian menjawab, "Belum Bu, aku akan berangkat empat hari lagi saja, lagian awal masuk semester kan dimulai satu minggu lagi."

Mendengar jawaban rena ibunya jadi bingung, bukankah kemaren anaknya itu bersikeras ingin pergi cepat yang katanya ingin beradaptasi dengan lingkungan baru.

Meskipun begitu Ibunya tetap berfikir positif, mungkin saja anaknya itu masih ingin menghabiskan beberapa hari dengan mereka. "Baiklah kalau begitu. Apa kamu mau ikut ibu ke kebun? Hari ini ayah dan ibu akan memanen semua ubi dan jagung yang ditanam benerapa bulan lalu."

Mendengar ajakan ibunya, Rena dengan gembira langsung menjawab. "Tentu aku akan ikut Bu, tunggu sebentar aku ganti baju dulu bu."

Ibunya hanya mengangguk sebagai jawaban disertai dengan senyuman melihat tingkah putrinya itu.

Rena buru buru mengganti pakaian daster rumahannya dengan pakaian yang cocok digunaka untuk kekebun, setelah itu mereka segera berangkat kekebun.

Melihat ayahnya yang tidak berangkat bersama mereka rena kemudian bertanya kepada ibunya "Ayah mana Bu? Kenapa tidak berangkat dengan kita kekebun?"

Mendengar pertanyaan putrinya sang ibu langsung menjawab "Ayahmu sudah berangkat sehabis sarapan."

Rena hanya menanggapinya dengan anggukan kepala, karena dia pun tau jika ketika panen butuh beberapa gerobak untuk mengangkut hasil panen, dan untungnya kebun memiliki lokasi yang tidak begitu jauh dari rumahnya.

Setelah sampai dikebun, hamparan pohon jangung dan singkong melambai tertiup angin yang seolah memanggilnya untuk segera memetik semuanya.

Ketika seseorang kembali mendapat kesempatan kedua mereka mungkin akan segera menjual habis harta bendanya untuk membeli makanan dan perlengkapan yang nanti akan dibutuhkan.

Namun tidak dengan Rena, Dia yang seorang anak petani tentu saja akan memanfaatkan hasil kebunnya sendiri apalagi di rumahnya terdapat ruang bawah tanah yang digunakan menyimpan hasil panen serta peralatan berkebun dan bibit bibit tanaman.

Tentu saja dia bisa sedikit bersantai mengenai makanan, sedangkan untuk senjata dia perlu membelinya dipasar nanti malam.

Rena dan kedua orangtuanya mulai memanen hasil kebun yang dirawatnya selama beberapa bulan ini. Biasanya hasil panen sebagian akan dijual dan sebagian lagi akan disimpan untuk dikonsumsi keluarga kecil mereka.

Setelah semua jagung dan singkong dipanen, Rena dan orang tuanya segera membawa hasil panen pulang untuk kembali diolah.

Melihat hasil panen yang melimpah pada panen kali ini memberikan kebahagiaan tersendiri pada kedua orang tua Rena. Seperti pada petani pada umumnya yang juga akan merasa puas jika tanaman yang dirawat dengan sepenuh hati memberikan hasil panen yang melimpah.

Sebelum hasil panen dijual, biasanya akan diolah terlebih dahulu supaya memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Biasanya jagung dan singkong diolah dalam bentuk tepung dan untungnya di zaman yang semakin canggih ini semua petani memiliki mesin yang dapat mengolah hasil panen dengan mudah serta lebih hemat waktu yang hanya akan membutuhkan beberapa jam saja dalam setiap pemprosesan.

Mesin pertanian ini berada di tempat kusus dibelakang rumah Rena. Mesin tidak begitu banyak menghabiskan lahan sebab memiliki ukuran mesin yang kecil.

Selain agar memiliki nilai jual yang tinggi, pengolahan hasil panen menjadi tepung juga memungkinkan usia penyimpanan akan bertahan lebih lama.

Pada malam harinya Rena berpamitan kepasar pada kedua orangtuanya.

Dengan berbekalkan uang tabungannya rena kemudian segera memborong semua yang dia rasa sangat diperlukan pada saat bencana nanti. Rena memulainya dengan membeli berbagai bumbu masakan dalam jumlah banyak seperti garam, gula, merica dan bumbu lainnya.

Setelah puas berbelanja bumbu masakan Rena kemudian berpindah membeli senjata.

Senjata yang dibeli Rena adalah sebuah Panah sekaligus anak panahnya dalam jumlah yang banyak. Rena membeli senjata ini mengingat dia pernah mengikuti kelas memanah di sekolahnya dulu.

Pada kehidupan pertamanya Rena juga menggunakan panah sebagai salah satu senjatanya ketika melawan zombie, namun Dia jarang menggunakannya sebab Dia lebih sering diminta untuk mengalihkan perhatian zombie.

Senjata berikutnya adalah samurai yang jika dilihat sekilas maka akan terlihat seperti mainan karna sarungnya yang memiliki motif yang indah namun memiliki bilah yang tajam, sebab samurai tersebut terbuat dari tamahage.

Tidak ada pedang samurai tanpa Tamahagane. Sebuah bahan nan kuat yang membuat samurai jadi pedang mematikan. Tamahagane adalah jenis baja yang berasal dari Jepang untuk memproduksi pedang klasik. Logam ini tersusun dari karbon dan bijih baja. Bijih baja berasal dari pasir besi, sedangkan karbon dari arang.

Samurai sudah seperti sahabatnya, dulu di saat para zombie mengejarnya untuk mengalihkan perhatian kelompoknya yang tengah menjarah entah itu rumah atau toko, namun Dia malah berakhir ditangan kelompoknya tersebut.

Melihat tabungan yang telah dikumpulkannya sejak sekolah dasar masih tersisa setelah membeli bumbu dan senjata kemudian Rena bergegas kearah toko yang menjual makanan instan.

Rena tidak membeli banyak makanan instan sebab uangnya yang hampir habis dan hanya menyisakan untuk ongkos pulangnya saja.

Rena yang membeli dalam jumlah yang banyak memilih layanan pengantaran langsung ke rumahnya dan untungnya setiap toko yang dikunjunginya memberikan layanan ini secara gratis.

Setelah puas berbelanja Rena kemudian bergegas pulang kerumahnya.

Melihat putrinya yang membawa tiga bungkus bakso setelah pulang dari pasar membuat Ibunya tersenyum kemudian bertaya. "kamu kepasar cuman kepengen bakso, Ren?"

Rena yang sedang menuangkan bakso dimasing masing mangkok yang telah diambilnya dari dapur mendengar pertanyaan Ibunya lantas meberikan satu mangkok bakso kepada Ibunya Sebelum menjawab pertanyaan Ibunya tersebut.

"Tidak Bu, Rena tadi juga beli beberapa bumbu buat dibawa ke Kota sekalian untuk stok di rumah." Jawab rena kepada ibunya, kemudian dia memanggil ayahnya yang tengah menonton televisi di ruang keluarga untuk menyantap bakso bersama sama.

keesokan harinya barang barang yang dibeli rena telah sampai di rumahnya bertepatan dengan kepergian orang tua Rena ke sawah untuk memanen padi.

Dengan tidak adanya orang tuanya di rumah memudahkan Rena menghindar dari berbagai pertanyaan yang tentu saja akan dilontarkan oleh orangtuanya mengingat banyaknya barang belanjaannya.

Sebagian bumbu Rena simpan dikamarnya dan sebagian lagi disimpannya di dalam gudang bawah tanah, tentu saja ini untuk menghindari pertanyaan orang tuanya jika nanti dia melihat tumpukan bumbu masakan di gudang ketika menyimpan hasil panen. sedangkan senjata tentu saja dipajangnya didalam kamarnya.

Bab 3 Hujan Merah

Bab 3 Hujan Merah

Langit mendung menghiasi pagi ini.

Suasana pagi yang biasanya disambut kicauan burung yang bersahut sahutan serta langit yang cerah berganti dengan awan mendung disertai angin yang makin lama makin kencang, pertanda akan datangnya hujan.

Rena yang tengah berdiri di dekat jendela kamarnya memandangi cuaca pagi yang sudah di prediksinya, langit pagi yang diselimuti awan gelap perta hujan namun bukan hujan yang akan mendatangkan berkah, namun hujan yang akan mendatangkan bencana yang akan merusak peradaban dunia, atau mungkin kita sebut saja seleksi alam namun dalam versi tersadisnya.

Dalam ingatannya orang yang berubah menjadi zombie kebanyakan adalah mereka yang terkena air hujan ini. Entah kandungan apa yang ada di air hujan ini yang akan mampu mengubah dan membuat orang orang kehilangan akal sehat yang mereka miliki.

Memikirkan ini tiba tiba saja sebuah ide terlintas dalam fikiran Rena 'bukankah semuanya berawal dari hujan ini! Bagai mana jika menampung sedikit air hujan ini, mungkin saja suatu hari nanti akan berguna'.

Rena kemudian pergi ke kedua orang tuanya yang tengah bersantai di teras depan ditemani teh dan roti.

Melihat itu timbul rasa hangat dalam hatinya, yahh beginilah seharusnya kehidupan berjalan, bukan dikejar zombie dan bertahan dengan orang yang dalam hatinya penuh akan kelicikan.

Ketika sampai diteras yang memang disediakan meja dan kursi untuk bersantai itu Rena langsung saja duduk serta mecomot roti yang ada diatas meja.

Orang tuanya sudah terbiasa dengan tingkah anaknya itu.

Rena memang sengaja duduk di dekat orang tuanya untuk meminta mereka masuk kedalam rumah di karenakan cuaca yang tidak bersahabat pagi ini, tidak mungkin Dia mengatakan hujan ini akan menjadi bencana bisa bisa Dia hanya akan ditertawakan dan dianggap terlalu banyak menghayal atau membaca cerita fiksi.

Rena sengaja bertingkah biasa saja dan tidak menunjukkan kepanikannya didepan orang tuanya atau mengatakan yang sesungguhnya pada orang tuanya, Dia menebak jika orang tuanya tau yang sesungguhnya maka mereka akan lebih panik dari dirinya sendiri atau jika pun tidak percaya mereka pasti hanya akan tertawa mendengar ceritanya.

Seperti di saat Dia sedang bersiap untuk membeli kebutuhan pada masa kekacauan nanti Dia sengaja menyembunyikan semua yang di rasanya sangat diperlukan nantinya.

Tidak seperti yang Dia baca di novel kesukaannya yang memiliki ruang penyimpanan atau apapun itu namanya ketika dihidupkan kembali, Rena hanya memiliki sedikit pengetahuan saja akan kehidupan gelap yang akan menimpa bumi kelak.

Ketika sedang asik memakan roti yang dicomotnya tiba tiba saja ayahnya bertanya padanya yang membuatnya sedikit terkejut karena dia yang memang sedang melamun "Rena, bukankah kamu akan berangkat ke Kota nanti sore?."

Mendengar pertanyaan Ayahnya yang tiba tiba itu Rena mengatakan kepada Ayahnya "Ayah bagaimana jika Rena berangkatnya ditunda saja lagi satu hari kan masih ada beberapa hari lagi sebelum mulai semester ini, melihat cuaca hari ini aku jadi malas ke Kota." Rena memberikan alasan yang sekenanya pada Ayahnya.

Mendengar itu ayahnya terlihat berfikir sebelum mengatakan "memang benar semester dimulai beberapa hari lagi, tapi apa kamu nanti tidak kelelahan setelah perjalanan jauh kesana?" tanya Ayahnya.

Mendengar nada kekawatiran ayahnya, Rena langsung saja mengatakan kepada Ayahnya "tidak ayah kan masih ada waktu dua hari lagi buat Rena istirahat kalau Rena perginya besok."

Melihat anaknya yang di matanya seakan enggan berpisah dan mengulur waktu keberangkatannya ke Kota itu Ayahnya tersenyum dan mengatakan "baiklah jika memang begitu terserah kamu saja."

Rena memang sengaja terus mengulur waktu keberangkatannya karna besok akan diumumkan jika semester akan ditunda sebab bencana zombie akan di mulai besok pagi yang akan menggemparkan dunia.

Rintik hujan mulai perlahan turun membasahi bumi dengan warna yang berbeda dari biasanya.

Dalam hatinya Rena berkata 'sudah dimulai kah! Sebuah awal baru yang sungguh mengerikan. Awal suatu kehancuran manusia.'

Melihat hujan yang mulai turun Rena meminta kedua orang tuanya untuk segera masuk kedalam rumah. "Ayah Ibu ayo kita masuk hujannya mulai turun nanti kita semua bisa kena flu, apalagi ini masih pagi dan suhu udara terasa semakin dingin."

Melihat kekawatiran putrinya mereka langsung saja bergegas masuk kedalam rumah. Apalagi besok putrinya itu akan berangkat ke Kota untuk mengejutkan pendidikannya, mereka tidak mau jika putrinya itu dalam kondisi yang buruk ketika berangkat nanti.

Melihat orangtuanya yang langsung masuk kedalam rumah setelah Dia meminta mereka masuk dengan alasan yang dirasa masuk akal Rena bernafas lega.

Menatap air hujan yang berwarna merah mulai menghujani bumi Rena teringat jika dia ingin menampung sedikit air hujan itu, dia pun bergegas mencari jas hujan yang dirasa aman dari cipratan hujan, kemudian dia bergegas mencari ember yang berukuran sedang untuk menampung air hujan. Setelah semua yang dibutuhkannya tersedia dia mulai memakai jas hujan dan membawa ember ke belakang rumahnya untuk menampung air hujan.

Setelah selesai menampung air Dia menyimpannya di dalam kamarnya tepatnya dikamar mandinya dia meletakkannya disudut ruangan dan menutupnya dengan koran bekas agar orangtuanya tidak mengetahuinya.

Setelah dirasa cukup aman Rena bergabung dengan orangtuanya yang sedang berada diruang keluarga sedang menonton televisi.

Ketika sedang asik menonton serial pagi tiba tiba saja Breaking News mengejutkan orang tuanya dengan berita yang mengatakan bahwa hujan merah darah telah terjadi di berbagai belahan dunia yang mengejutkan kedua orang tuanya. Seakan tak percaya dengan berita yang di dengarnya, kedua orang tua rena langsung saja berlalu kearah jendela kaca untuk melihat air hujan.

Melihat orang tuanya yang bergegas ke jendela membuat Rena panik dengan fikirannya, bagaimana jika orang tuanya nanti tiba tiba saja membuka jendela dan mereka terkena hujan bisa bisa nanti mereka berubah menjadi zombie dan akan sia sia saja kehidupan keduanya itu.

Melihat itu Rena segera berlari kearah kedua orang tuanya yang ternyata baru saja ingin membuka jendela. Dengan cepat Rena menutup jendela yang baru terbuka sejengkal itu membuat kedua orang tuanya terkejut.

Melihat putrinya yang terlihat panik ketika menutup jendela yang terbukti dengan wajah pucat Rena serta suara pintu jendela yang tertutup dengan suara yang terbilang nyaring, Ibunya langsung saja bertanya. "Rena kenapa kamu terlihat panik dan pucat begitu? Dan juga kenapa kamu menutup jendelanya begitu?" tanya ibunya curiga, seolah putrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka.

Menyadari kepanikan yang tengah melandanya Rena mencoba menenangkan dirinya, karena Dia baru menyadari tingkahnya yang tergesa gesa tadi membuat orang tuanya kaget. Melihat itu langsung saja Rena memutar otaknya untuk menjawab. "Rena hanya kawatir Ayah dan Ibu nanti kedinginan jika membuka jendela. Lagian kan air hujannya masih bisa di lihat dari jendela ini Bu, walaupun jendelanya tidak dibuka kan kacanya jernih."

Mendengar alasan itu Ayah dan Ibunya membenarkan apa yang dikatakan Rena, kemudian mereka kembali melihat kehalaman melalui jendela, untuk melihat genangan air yang terlihat memiliki warna yang berbeda dari biasanya ketika turun hujan.

Melihat pemandangan itu Ayah Rena tiba tiba saja berkata "Loh, beneran warna merah air hujannya, tapi tadi kan terlihat seperti air hujan biasanya?" dengan raut yang bertanya tanya ayah Rena melirik Istrinya dan Anaknya tersebut yang tampaknya juga sedang kebingungan.

Mendengar itu rena kemudian langsung saja mengatakan pendapatnya. "Ayah, mungkin saja tadi airnya memang sudah merah tapi kitanya saja yang kurang memperhatikan warnanya karena kan tadi baru mulai turun hujannya."

Mendengar apa yang dikatakan Rena masuk akal, ayahnya langsung mengatakan. "Benar, mungkin saja kita yang tidak begitu memperhatikannya tadi."

Sebenarnya dulu Rena juga terkena sedikit percikan air hujan secara tidak langsung yang mengembun, namun dia beruntung tidak berubah seperti mereka yang bermain air hujan secara langsung.

Mengingat itu Rena kemudian berfikir mungkin saja itu adalah alasan Dia dulu memiliki kemampuan air. Benar dia dulu memiliki kemampuan bisa mengendalikan air yang disadarinya sebulan sebelum kematiannya, karena sebelumnya dia hanya berfikir bahwa itu semua hanya ilusinya karena kehausan dan kelaparan semata.

Namun ada satu hal yang belum Dia ketahui tentang kemampuannya sesungguhnya pada masa lalu, sebab sebelum Dia mempelajari kemampuannya Dia terlebih dahulu tewas.

Kemampuan yang sebenarnya Dia miliki bukanlah air namun fikiran, yap! benar kemampuan fikiran langka yang jarang dimiliki bahkan tidak ada yang memilikinya selain dirinya, sebab dengan kemampuannya dia dapat memanipulasi apapun itu.

Dulu Dia mengira bahwa Ia hanya memiliki kemampuan air sebab Ia selalu berfikir dan berharap air yang digunakannya dapat berlipat ganda dan itu benar benar terjadi beberapa kali.

Dulu beberapa orang selamat yang beruntung memang memiliki kemampuan seperti petir, air, api dan beberapa kemampuan lainnya, dan bodohnya Dia dulu terlambat menyadari kemampuannya.

Seingatnya kemampuan ini akan meningkat seiring dengan seringnya kemampuan ini digunakan.

Jika memang benar dengan hanya sedikit cipratan yang berbentuk embuan itu yang membuat beberapa orang memiliki kekuatan super maka dia beruntung karena sempat terfikirkan untuk menampung sedikit air hujan ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!