NovelToon NovelToon

Istri Rahasia Sang Aktor

#1

#1

Di tengah hiruk pikuk keramaian ibu kota, ada seorang gadis yang tengah berjuang, melawan keras nya kehidupan ibu kota, setelah siang hari ia habiskan waktu untuk kuliah, maka sore hingga malam hari ia bekerja di salah satu restoran pizza, agar mendapatkan tambahan biaya hidup, setidaknya tak akan terlalu memberatkan sang ibu, yang bekerja keras membiayai dirinya sejak kecil, tepatnya sejak bapak nya meninggal. 

“Ay … kamu pulang sekarang?” tanya kak Ami rekan kerja nya di restoran.

“Iya Kak … tapi aku mau mandi dulu, biar sampe kost an tinggal belajar.” jawab Aya enteng.

“Ami … ada orderan terakhir, tapi delivery, barusan masuk.” Seno yang di depan monitor bertanya sebelum menyetujui orderan yang baru saja masuk tersebut.

“Waduh … harus nya kan udah close order, kalo delivery.”

“Iya … aku lupa nutup aplikasinya tadi.”

“Ada apa kak?” tanya Aya sembari melepas celemek nya.

“Ini ada orderan delivery masuk, padahal harus nya sudah close sejak satu jam yang lalu.” Jawab Ami.

Aya mengamati alamat sang pemesan, “oh … itu deket sama kost an aku, biar aku antar sekalian pulang.”

“Beneran ga papa Ay?” tanya Seno dengan raut wajah penuh rasa bersalah.

“Iya … siapin aja, aku mau bersih bersih dulu sebelum pulang.” Jawab Aya sesantai itu.

Gadis itu pun menuju ruang ganti, kemudian menyegarkan diri di kamar mandi karyawan, sebelum kembali ke kost an nya, alasan Aya sederhana, di kamar mandi karyawan ada air hangat, jadi Aya tak perlu merebus air lagi setiba di kost an nya, karena mandi malam hari dengan air dingin tak baik untuk kesehatan.

usai mandi dan berganti dengan Hoodie kesayangannya, Aya menghampiri meja kasir.

“Ini … COD yah.”

“Lho … gak dibayar via aplikasi.”

“Entah … pemesannya ingin COD.”

Sebenarnya agak malas menunggu, belum lagi jika nanti ternyata sang pemesan mengelak dan enggan mengakui makanan yang ia pesan, Aya harus berusaha ekstra keras, bahkan tak jarang mengganti, yang pastinya akan mengurangi uang jajannya yang berharga, tapi karena sudah terlanjur setuju, jadi mau tak mau Aya pun mengantar pizza tersebut.

“Langsung ke unit nya aja mbak, tadi saya diberitahu orangnya masih di perjalanan.” sang security menjawab pertanyaan Aya, sembari menyuruhnya langsung ke unit apartemen si pemesan.

Aya pun mengangguk, menghampiri kotak besi yang akan membawanya ke lantai 20 apartemen tersebut.

Pintu terbuka, Aya langsung berhadapan dengan satu pintu unit Apartemen sesuai alamat yang tertera di struk pembelian.

“Ah … orang kaya emang suka bikin susah rakyat jelata.” gerutu Aya yang tak menemukan apapun di depan unit Apartemen, Aya sungguh lelah ingin duduk.

Gadis berhoodie merah muda itu menunggu di depan kaca besar transparan, yang menampakkan pemandangan ibu kota, serta kelap kelip lampu jalanan.

10 menit menunggu … pintu Lift terbuka, Aya menoleh karena yang ia tunggu sejak tadi akhirnya tiba, tapi …

“Aya…” seru nya ketika Aya berbalik menatap nya.

Aya yang tak menyangka akan bertemu dengan Darren kembali masih diam dengan perasaan aneh, setahun tak bertemu, nyatanya membuatnya cukup canggung.

“Waaaahh … surprise banget, kamu kerja di pizza yess!! sekarang?” Tanya Darren basa basi.

Aya mencium aroma tak asing yang kini menguar di udara, yah … dirinya adalah mahasiswa fakultas kedokteran, mencium aroma ini adalah hal biasa, yah ini adalah aroma alkohol, “Kamu habis minum?” tanya Aya tanpa sungkan.

Darren mengusap tengkuknya, dengan senyum canggung, “hehehe … yah begitulah … biasa ketemu temen temen sefrekwensi pasti gak jauh dari minum, tapi aku minum dikit kok, dan tadi juga aku pulang diantar sopir, jadi aman.”

Aya hanya manggut manggut, terlalu ikut campur pun tak baik, karena ia memang tak sedekat itu dengan Darren. “Nih pesanan kamu,”

“Ow .. thanks yah … masuk yuk,” ajak Darren basa basi.

“Nggak … udah malem, aku harus belajar untuk ujian besok.” tolak Aya yang tiba tiba merasa serba tak nyaman, terlebih Darren habis minum.

“Ah … gak terima penolakan, udah setahun kita gak ketemu loh …” Darren menjawab dengan acuh nya, kemudian menekan password pintu apartemennya, dan masih ngeyel membawa Aya masuk.

“Serius Dare … aku harus pulang.” Aya mati matian menolak, tapi Darren tetap tak peduli, ia ingin sekedar ngobrol dengan Aya, karena sudah lama ia tak mendengar kalimat kalimat Aya yang terkesan pedas, dingin, dan cuek, belum lagi wajah Aya yang kemerahan jika Darren sengaja membahas topik 21+.

“Ntar aku anter, beneran deh.” 

“Aku bawa motor.”

“Ya udah aku ikuti dari belakang pake mobil, atau motor kamu di tinggal aja di sini, besok baru diambil.”

“Makin repot, besok ada matkul pagi.” gerutu Aya.

“Ya udah makanya ayo masuk … aku mandi dulu, trus makan, baru aku antar pulang.” 

Aya pun akhirnya pasrah, dan mengikuti Darren masuk ke apartemen pria tersebut, sembari menunggu diantar pulang, entah alibi atau memang demikian adanya niatan Darren.

“Duduklah … anggap rumah sendiri … Ambil minum sendiri di kulkas yah, tapi sorry … cuma air putih.”

“Hmmm …” jawab Aya canggung … entah apalagi yang Darren katakan, Aya tak lagi mendengarnya, karena ia tengah sibuk memperhatikan seisi apartemen Darren, benarkah ini apartemen Darren? kenapa terlihat biasa saja. 

Menuruti kehendak hati, dan memang Aya sedang kehausan, maka ia pun menghampiri lemari pendingin, benar saja lemari bersuhu rendah tersebut hanya berisi air mineral kemasan, tak masalah apapun itu, Aya hanya perlu membasahi tenggorokannya.

Beberapa saat kemudian Darren sudah keluar dari kamar nya, wajah dan tubuh nya kembali segar usai beraktivitas seharian, karena ia baru menyelesaikan aktivitas mandi nya.

Masih dengan bathrobe ia kembali ke ruang tamu tempat Aya menunggu nya, tapi rupanya Aya sudah tertidur di sofa ketika Darren kembali. 

Darren mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil, kemudian duduk tepat di sebelah Aya, di tatapnya gadis yang pernah menjadi guru private nya tersebut, Aya terlihat lelah, dan tanpa bertanya Darren tahu apa penyebabnya, Aya kuliah di siang hari, kemudian lanjut bekerja hingga malam, jadi wajar ketika tidur Aya terlihat sangat lelah.

Darren menata bantal di sofa, kemudian membaringkan tubuh Aya agar bisa berbaring dengan nyaman, ketika dalam posisi memeluk kepala Aya, tanpa sengaja inderanya mengendus aroma sabun wangi menggoda  menguar dari balik Hoodie yang Aya kenakan, mendadak sekujur tubuh Darren terasa panas tak karuan.

“Sial kenapa tubuhku tiba tiba panas, padahal aku baru selesai mandi?” Darren pun merasa sejak tadi ia baik baik saja, tapi kini instingnya lelakinya mulai bergejolak, melihat penampilan Aya dari atas kepala hingga ujung kaki, kecuali kepala semuanya serba tertutup, karena Aya mengenakan hoodie longgar dan celana bahan yang tak bisa di bilang ketat, tak mungkin jika itu terlihat menggoda, tapi Darren merasa ia ingin menuntaskan sesuatu yang berasal dari dalam tubuhnya.

Mungkinkah ketika bertemu teman temannya tadi, ada yang sengaja mengerjainya? dengan memasukkan sesuatu ke gelas minumannya, sudah sangat jelas pasti karena itu, tapi siapa pelakunya? pikiran Darren benar benar kalut, tak sempat lagi ia memikirkan yanga lain, karena kini sibuk memikirkan tubuhnya yang menunjukkan reaksi berlebihan hanya karena melihat Aya tidur lelap, otak dan hatinya benar benar sedang tidak sinkron, hingga keinginan itu ingin segera ia lakukan saat ini juga.

Tarik nafas dulu, sebelum lomPat ke bab berikutnya, dukungan kalian, membuat othor bisa gajian di novel ini , hehehe...kita saling menguntungkan 😁

Yang belum like? Plis tolong di like 😊

Komen? Bebas asal sopan, othor terbuka untuk kritik dan saran juga kok 🥰

Vote? Seikhlas dan ridho nya kalian 🤗

Mohon maaf jika seandainya di novel ini nanti, retensinya tak sesuai standar editor, mungkin novel ini bakalan HIATUS 🤓

Terima kasih 🙏

💙

#2

#2

Beberapa jam sebelumnya. 

Darren tiba di night club tempat ia janji menghadiri acara ulang tahun Baldi, walau lelah usai menyelesaikan pekerjaannya hari ini, tetap ia sempatkan datang demi teman temannya yang sudah menunggu. 

Setahun telah berlalu sejak pemuda ini memutuskan tinggal terpisah dari orang tuanya, kini ia menempati Penthouse mewah seorang diri, ia mempercayakan semuanya pada Mas Dion asistennya, begitupun urusan bersih bersih, ia percayakan pada istri sang manager, yang biasanya mengawasi pekerja yang khusus datang seminggu sekali untuk membersihkan tempat tinggal Darren, 

Intinya jauh dari kedua orang tuanya, membuat Darren terlena, ia bebas, leluasa, melakukan apa saja, selama tak melanggar etika Darren tak pernah membatasi pergaulan, toh yang ia lakukan sebatas nongkrong sambil menikmati hentakan musik, dan sesekali mencicipi minuman beralkohol dalam dosis rendah. 

Hanya demi mengikuti seorang Clara, tanpa sadar mengubah gaya hidup Darren, kini ia pun tergabung dalam circle pertemanan Clara, sang cinta pertama yang memang punya hobi nongkrong di club serta minum. 

Pelan tapi pasti Darren melupakan ancaman saudara kembarnya, ia benar benar di butakan cinta, asalkan bisa mendapatkan hati Clara, tak mengapa Darren ikut dalam pergaulan gadis itu. 

Hingga malam hari Darren masih terlena bersama teman teman barunya. 

Merasa sudah mulai sedikit kliyengan, dan mengingat jadwal syuting esok hari, Darren pun pamit lebih duluan, tanpa sadar bahwa teman temannya tengah sedikit jahil mengerjainya. 

Aya memang teramat sangat lelah secara fisik, karena sebagian besar waktunya ia habiskan untuk kuliah sambil bekerja, jadi jika di malam hari ia bisa tidur sejak jam 12 malam, sudah sangat ia syukuri, karena biasanya ia baru bisa tidur setelah jarum jam bertengger di angka 2, jika bukan karena rasa cinta pada pendidikan yang saat ini ia jalani, tentu rintangan ini tak akan mudah ia lalui. 

Saking lelah nya Aya tak menyadari jika kini Darren tengah menggendongnya ke kamar, pria itu benar benar sedang tak bisa berpikir normal, yang ia pikirkan saat ini hanya bagaimana caranya agar bisa melepaskan rasa panas dan desakan yang keluar akibat obat laknat yang tak sengaja ia konsumsi. 

Darren semakin bahagia manakala satu persatu kain yang menutupi tubuh Aya berhasil ia singkirkan, dan tak ingin menunggu lama, ia segera bergerak melepaskan semua yang kini bersarang di kepalanya. 

Menyadari ada yang aneh dengan dirinya Aya, perlahan kesadaran Aya pun kembali, bahkan dirinya seperti tak leluasa bergerak akibat beban berat yang menimpa sebagian besar tubuh mungilnya. 

Sementara Darren yang tengah di bawah pengaruh obat merasa semakin tertantang manakala lawan mainnya menggeliat ingin melepaskan diri. 

"Darren STOP!!" Pinta Aya yang masih kewalahan melawan dengan sisa sisa tenaga lelah nya, air matanya mengalir deras. "Darren tolong berhenti, ini gak bener." 

Tak ada satu katapun yang keluar dari bibir Darren, rintihan Aya seperti pemacu gai Rah baginya, membuatnya semakin bersemangat menyesap setiap titik sensitif gadis yang kini tak berdaya dibawah kungkungannya. 

"Tolong !! Tooo …" Suara Aya terhenti karena Darren dengan beringas menyumpal bibirnya, bahkan ia  menyelipkan lidah nya demi Menyempurnakan permainan bibir nya, bagi si pemain ahli yang sudah malang melintang di dunia perfilm an remaja ini, berciuman dengan lawan jenis sudah menjadi hal lumrah dan dianggap biasa, bahkan film romansa ala ala remaja, tanpa bumbu ciuman rasanya akan hambar dan ditinggalkan pemirsanya, maka sesuatu yang mudah bagi Darren yang kini membuai Aya dengan ciumannya. 

Tapi bagi Aya, apapun yang kini Darren lakukan seperti siksaan bagi tubuh nya, Ia terus memberontak hingga keringat mulai membanjiri tubuh nya, Aya tak bisa bisa berteriak, karena setiap membuka mulut, Darren akan langsung ******* bibir nya. 

Lelah melawan, tenaga pun sudah habis tak tersisa, hanya air mata dan sumpah serapah yang mampu ia luapkan dalam hatinya, Darren benar benar gelap mata, tak mendengar rintih tangis kesedihan, yang keluar dari bibir mungil Aya, hingga dengan gagah perkasa ia merampas kembang yang masih perawan tersebut, sesuatu yang Aya jaga dengan segenap jiwa dan raga, karena suatu saat akan ia persembahkan pada pria yang akan menjadi suaminya. 

Dunia Aya runtuh seketika, hanya tangis dan air mata yang mampu mewakili perasaannya, hancur sudah, hancur raganya tak sebanding dengan hancurnya perasaan seorang Cahaya, kini tak ada lagi yang bisa ia banggakan dari dirinya, kini ia bahkan merasa tak layak menyandang namanya sendiri, ia merasa jalan yang ada di hadapannya tiba tiba gulita tanpa penerangan, gelap segelap masa depannya. 

Darren terjatuh lemas setelah menyelesaikan aksinya, kini kepalanya terasa seringan kapas, perasaan nya lega luar biasa, entah obat speprti apa yang ia konsumsi, hingga tiba tiba bereaksi manakala dirinya melihat Aya, begitu panas, dan mendamba, padahal selama perjalanan pulang dari klub tubuhnya biasa saja. 

Sementata Darren merasakan kelegaan luar biasa dalam sisa sisa angan Kesadarannya, kemudian ia tertidur pulas tanpa menoleh pada gadis yang telah ia hisap sari madu nya, Aya duduk meringkuk di ujung ranjang menangisi mahkota dirinya yang hilang sia sia. 

Seketika kekagumannya pada sosok Darren yang low profile dan mandiri, kini menguap sudah berganti dengan kebencian dan dendam membara di sela sela jiwa raga nya, yang tersisa hanya puing puing nestapa berbalut duka lara. 

Gadis itu memunguti pakaiannya yang berserakan, cepat cepat ia menutupi tubuhnya yang entah sudah seperti apa bentuknya, langkah nya tertatih, perih, ketika keluar meninggalkan tempat yang kini terlihat bagai neraka baginya. 

Sepanjang perjalanannya, air matanya terus berlinang, ia menangis pilu, bingung, tak tahu harus seperti apa menghadapi ini semua, beruntung rumah kost nya tak ada pembatasan jam malam, jadi ia bisa leluasa kembali kerumah sementara nya, padahal waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam, Aya langsung berbaring, menangis, meraung meringkuk di balik selimut, menumpahkan segala tangis kesedihannya. 

Aya bahkan tak lagi bisa memejamkan mata di sisa penghujung malam, karena peristiwa itu terus berputar di kepalanya, bagai video yang otomatis mengulang dengan sendirinya. 

Pagi hari menyapa, Darren menggeliat terbangun, dengan tubuh bugar dan prima, ia sedikit kaget dengan kondisi tubuhnya yang tidak mengenakan apa apa, selain selimut yang membalut tubuh bagian bawah nya. 

Sayup sayup ia mengumpulkan keping keping ingatannya, sebelum tiba di apartemen dan melihat Aya berdiri dengan senyum di wajahnya, dan selanjutnya semua berputar secara alami seperti kaset rekaman, "sh1t… jadi yang semalam bukan mimpi?" Umpat Darren seorang diri, ia tergugu menyesali diri, apa yang sudah ia lakukan pada Aya sungguh tak beradab, bahkan Darren berkali kali memukul kepalanya sendiri, tapi sungguh pada awalnya ia sama sekali tak berniat melakukannya, semuanya terjadi begitu saja karena ia mendadak merasakan dorongan has rat yang begitu besar menguasai dirinya. 

Ponselnya berdering, karena tak ada siapaphn di dalam ruangannya, Darren berjalan mondar mandiri tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuh polosnya, rupanya Baldi yang menghubunginya. 

"Yo…  mamen… gimana semalam? Apa kamu menikmati hadiah dariku?" Sang pelaku tiba tiba unjuk gigi. 

.

.

Yang belum like? Plis tolong di like 😊

Komen? Bebas asal sopan, othor terbuka untuk kritik dan saran juga kok 🥰

Vote? Seikhlas dan ridho nya kalian 🤗

Mohon maaf jika seandainya di nupel ini nanti, retensinya tak sesuai standar editor, mungkin novel ini bakalan HIATUS 🤓

Terima kasih 🙏

💙

#3

#3

Ponselnya berdering, karena tak ada siapapun di dalam ruangannya, Darren berjalan mondar mandiri tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuh polosnya, rupanya Baldi yang menghubunginya. 

"Yo…  mamen… gimana semalam? Apa kamu menikmati hadiah dariku?" Sang pelaku tiba tiba unjuk gigi. 

Rahang Darren mengeras ia sungguh marah, "apa maksudmu?" Tanya Darren berpura pura tak tahu situasi sebenarnya. 

"Oh come on it's just having fun… sekali kali tak masalah, jangan terlalu dipikirkan, kami semua bahkan pernah mencobanya, bukan hanya sekali, beberapa kali dengan gadis yang berbeda beda pula, dan sungguh aneh, karena pria setampan dirimu tak pernah mau mencobanya." 

'Dasar tuyul…' maki Darren dalam hati, bukan hanya itu, serentetan isi kebun binatang pun ia absen satu persatu, bagaimana mungkin S3 xs dijadikan bahan candaan, apa dia tak tahu efek sampingnya jika sudah kecanduan, hingga berganti ganti pasangan? 

"Jadi dengan siapa kamu melakukannya semalam?" Tanya Baldi lagi. 

Darren masih diam, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar, "jangan bilang kamu melakukannya dengan ART yang ada di apartemenmu, hahahaha apa kata dunia, Darren sang aktor tenar, having S3 xs dengan ART di apartemennya, pasti akan jadi berita luar biasa hahahaha." 

Suara tawa yang jelas sangat bernada ejekan tersebut menggema bagai suara petir di telinga Darren, ingin marah rasanya, "sebaiknya bungkam mulutmu dengan baik, atau aku akan menghajarmu."

"Huuuu ada yang marah rupanya, tenang saja… aku akan merahasiakannya dari Clara." Bisik Baldi dari ujung sana, "sebaiknya kamu pikirkan saja reputasimu di dunia hiburan, jika sampai berita tak senonoh ini tersebar."

Dan kemudian panggilan pun berakhir begitu saja. 

Pagi itu ketika cairan bening membasahi tubuhnya, banyak sekali yang berkecamuk dalam pikiran Darren, dirinya sangat tahu apa resiko utama dari hasil perbuatannya semalam, tapi di zaman modern seperti saat ini hal itu lumrah terjadi, anggap saja semalam adalah latihan untuknya, bukan tidak mungkin jika Aya pun pernah melakukannya sebelum kejadian semalam, padahal semalam ia sudah mati matian menolak minum, tapi Baldi memaksa, dan akhirnya harus berakhir dengan tragedi mengerikan. 

Usai mengeringkan rambut, Darren melempar handuknya nya begitu saja ke atas kasur yang masih tak karuan bentuknya, wujud betapa perkasa perbuatannya semalam, namun betapa terkejutnya ia ketika menemukan bekas noda darah yang cukup mencolok, seketika pemikiran buruknya tentang Aya luntur begitu saja, dengan frustasi Darren menggulung sprei beserta selimutnya, ia akan membawanya ke basement nanti untuk dibuang, agar ia tak lagi terbayang bayang perbuatannya semalam. 

Walau Darren mencoba mengelak dari semua fakta, ia tetap tak bisa membohongi nuraninya, ia begitu penasaran tentang keadaan Aya sekarang, tapi dimana gadis itu tinggal ia sama sekali tak tahu. 

Kembali ponsel Darren berdering, "iya mas?" 

Sekali lagi Darren memastikan penampilannya, "oke mas, aku turun sekarang." Darren meninggalkan apartemennya, yang mungkin tak akan ia sambangi beberapa pekan ke depan, karena ia tak ingin mengingat kejadian semalam bersama Aya. 

Begitupun apa yang akan terjadi kedepan, tak lagi Darren pikirkan.

Sementara Aya menyambut pagi dengan pikiran kacau tak karuan, tubuhnya masih ngilu sisa kejadian semalam, tangisnya pun masih pilu namun tak punya lebih tepatnya tak berani mengadu, salah salah justru dirinya yang akan menerima hujatan, mengingat siapa pelaku yang dengan kejam merenggut mahkotanya. 

Dengan langkah berat serta nyeri sangat di bagian intinya, Aya membawa tubuh mungilnya ke kamar mandi guna membersihkan diri, ini kali pertama ia tak bersemangat menjemput pagi, padahal ia sangat antusias dengan pendidikan yang kini susah payah ia jalani, harapan dan bayangan masa depan cera adalah penyemangat utama, belum lagi sebaris untaian doa dari sang ibu yang membuat Aya tak pantang menyerah menghadapi kerasnya hidup di ibu kota. 

Suara vibrasi ponsel dari dalam tasnya, sejak pulang kerja Aya melempar begitu saja barang barangnya, bahkan benda kesayangan sejuta umat pun ia abaikan, dan kini benda itu menuntut perhatian darinya. 

Hatinya semakin teriris perih ketika melihat siapa yang menghubunginya, satu satunya orang yang mencintainya tanpa syarat, "halo bu…"

"Assalamualaikum nak? Kok suaramu lain dari biasanya?" 

"Eh… waalaikumsalam buk…" Jawab Aya ketika menyadari kekeliruannya. "Nggak kok bu… ini baru bangun tidur." Bohongnya. 

"Jam segini baru bangun? Gak kayak biasanya?" Tanya nyak Leha dengan nada penuh khawatir, karena Aya termasuk anak yang rajin bangun pagi. "Kamu sakit?"

"Oh… eh… iya bu… sepertinya hari ini mau izin gak masuk kuliah dan kerja dulu." 

Di ujung sana tanpa bisa Aya lihat, sang ibu tengah mengusap air mata nya, "maaf kan ibu yah, karena ibu tak bisa menghasilkan banyak uang, kamu harus bekerja keras demi menutupi kekurangan biaya yang ibu berikan." Ungkap nyak Leha penuh sesal, sekuat apapun nyak Leha bekerja, tentu tak akan sanggup membuat Aya hidup mewah layaknya seorang putri, mengingat profesinya yang hanya seorang penjaga kantin sekolah, itu pun Aya sudah mendapatkan beasiswa karena prestasinya. 

"Ibu gak salah apa apa, kenapa harus minta maaf?" Tanya Aya sambil sekuat tenaga menahan air mata, rasanya ingin sekali ia berkeluh kesah, tapi tak sanggup berkata, takut hanya akan menambah beban duka di pundak nyak Leha. "Belakangan anginnya dingin, jadi sekarang aku sedikit pilek dan gak enak tenggorokan, nanti Aku beli obat bu, ibu jangan khawatir." Walau Aya tengah merasa hancur, ia tak ingin ibunya ikut hancur, karena seorang ibu akan lebih merasa kesakitan, ketika melihat anaknya sakit. 

"Nanti malam, ibu ke kost an kamu yah?" Tawar Nyak Leha. 

"Eh nggak usah bu, nanti ibu malah cape, janji habis ini aku ke apotik beli obat, ibu jangan khawatir, besok juga sudah bisa kuliah lagi," 

Tanpa Aya sadari semakin panjang ia beralasan Nyak Leha semakin merasa ada yang ditutupi oleh Aya, tapi apakah itu entahlah. 

Ya sudah kalo itu maunya kamu, Janji yah, kalo ada masalah, cerita sama ibu." Pinta Nyak Leha, apapun itu mungkin belum saatnya Aya cerita, hibur nyak Leha dalam hatinya. 

"Iya bu… ibu juga harus sehat biar bisa dengar ceritaku." Sekuat tenaga Aya menahan agar tangisannya tak sampai terdengar ke telinga Nyak Leha. 

"Ya sudah ibu, mau lanjut siap siap buka kantin, istirahat, dan makan yang banyak, biar badanmu nggak kurus kurus amat." 

"Beres… ibu tenang aja." 

Aya kembali meringkuk memeluk selimut nya, harusnya sekarang ia bangkit dan melakukan visum, agar punya cukup bukti jika ingin mengajukan tuntutan ke kantor polisi, demi melaporkan perbuatan bejat sang aktor, tapi lagi lagi ia merasa tak punya cukup keberanian. 

Kembali ia menangis, memukuli bantal berkali kali, bahkan mulai jijik pada tubuhnya sendiri, tadi ketika mandi ia melihat betapa mengerikan penampakan dirinya yang kacau, bahkan banyak bekas tanda merah di sepanjang leher, pundak serta wilayah d a d a nya. 

Kini ia tak akan bisa berdiri tegak dan dengan bangga menatap dunia, ia bagai kerdil di tengah raksasa, bernoda diantara hamparan putih nan indah, "Brengsek kamu Darren, aku tak menyangka sebegini bejat perlakuanmu padaku, lihat saja aku akan membalasmu, HARUS!!!" 

Yang belum like? Plis tolong di like 😊

Komen? Bebas asal sopan, othor terbuka untuk kritik dan saran juga kok 🥰

Vote? Seikhlas dan ridho nya kalian 🤗

Mohon maaf jika seandainya di nupel ini nanti, retensinya tak sesuai standar editor, mungkin novel ini bakalan HIATUS 🤓

Terima kasih 🙏

💙

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!