Seorang wanita terlihat sedang duduk sendiri di bangku hijau bersama sebuah buku di tangannya. dia terlihat begitu serius membaca lembar demi lembar buku tersebut, hingga mengabaikan akan kehadiran Jackson yang sedari tadi hanya memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Hallo cantik, kamu lagi apa?" tanya Jackson kemudian mengulurkan tangannya.
Clarisa tidak menyahut sama sekali, bahkan dia mengabaikan uluran tangan Jackson sehingga Jackson seperti menjabat angin. Dia menunggu cukup lama sampai Clarisa menyelasaikan bacaannya. Namun beberapa menit berlalu. Clarisa masih terlihat fokus dengan buku-buku di tangannya. Jackson yang merasa diabaikan pun akhirnya tidak tinggal diam. Dia langsung mengambil buku di tangan Clarisa secara paksa.
"Heiii!!!!" Teriak Clarisa karena merasa terusik.
"Apa? kamu tuli ya? Sedari tadi aku itu ajak kamu bicara, tapi kamu malah diam saja" kata jackson.
"Lalu?" Tanya Clarisa tanpa rasa bersalah.
"Hahaha, kamu tidak tahu siapa aku?" Tanya Jackson
"Tidak, dan aku tidah berniat untuk tahu, berikan bukuku, aku tidak suka berbicara dengan orang asing sepertimu. maaf, aku pergi dulu" Kata Clarisa dan mengambil bukunya di tangan jackson, kemudian hendak berlalu pergi. Namun tangan jackson menghentikan langkahnya.
"Ada apa lagi?" Tanya Clarisa yang mulai kesal.
"Aku Jackson, aku harap kamu mengingat namaku, dan nanti jika kita bertemu lagi. Aku pastikan kamu akan mengemis untuk mendapatkan perhatianku" Kata Jackson dan menyeringai.
"Males banget, ternyata masih saja ada stock orang stress seperti dia di dunia ini, astagfirullah" gumam Clarisa dan berlalu pergi.
***
-Keesokan paginya-
Mata Clarisa mengerjap pelan, ketika cahaya matahari menembus gorden kamarnya.
Kring Kring,
Sebuah Notifikasi pesan singkat masuk di Hp nya.
"Selamat pagi, Cantik"
Jackson
"Si laki-laki aneh" Gumam Clarisa dan langsung membuang sembarang Hpnya ke kasur.
Dia pun bergegas ke kamar mandi, karena hari ini adalah mata kuliah yang paling menakutkan. Telat sedikit saja, langsung diusir keluar ruangan, dan itu pastinya bisa membuatnya mengulang mata pelajaran tersebut tahun depan.
-Di kampus-
"Hallo cantik" Kata Jackson yang tiba-tiba sudah ada di samping Clarisa.
"Apa lagi sih? aku telat ini, tolong minggir" Kata Clarisa kesal.
"Tadi kenapa kamu tidak membalas chatku?" Tanya Jackson.
"Maaf aku tidak biasa bales chat dari orang asing" Kata Clarisa ketus.
"Sombong sekali, aku bukan orang asing, aku teman kelasmu Clar!!" Kata-nya mulai kesal.
"Hmm hmm, i-itu, maaf aku tidak tahu, aku sudah telat, tolong minggir" Kata Clarisa dan langsung bergegas pergi.
Jackson hanya diam menatap kepergian Clarisa sambil terus mengulas senyum di wajahnya. Baru pertama kalinya dia bertemu dengan cewek se-aneh itu. Berani menolaknya dan bahkan tidak mengetahuinya sama sekali.
Clarisa memang cewek populer di kampus itu. Dia tidak hanya populer karena kecantikannya, tapi karena sifat pendiam, lugu, dan sangat misterius.
"Sebentar lagi aku yakin pasti bisa meluluhkan hatimu Clarisa, berani sekali kau tidak mengetahuiku. Cewek aneh, tapi ini cukup menantang" Kata Jackson
kemudian menyusul Clarisa ke ruang perkuliahan.
Clarisa memang tidak tahu tentang Jackson sebelumnya. Bahkan dia tidak tahu jika Jackson teman kelasnya. Clarisa adalah cewek pendiam, dan sangat anti-sosial. Para laki-laki di kampus X banyak yang diam-diam mengaguminya. Tapi mereka sangat takut untuk mendekatinya, karena Clarisa juga merupakan anak dari orang yang paling disegani di sana.
Hanya Jackson laki-laki pertama yang berani berinteraksi dan mendekatinya. Laki-laki playboy, yang suka sekali gombalin cewek, tapi tak ada satupun yang dijadikan pacar alias laki-laki tukang PHP. Dia mengetahui semua informasi tentang Jackson dari pengawal pribadinya yang dia mintai informasi jackson saat pertama kali mereka bertemu.
Kalau bukan karena sebuah taruhan, Jackson mungkin tidak akan senekat ini sampai membuatnya harus berurusan dengan Clarisa yang dia anggap merupakan perempuan paling aneh.
***
-Di Kantin-
"Bro, bisa tidak taruhannya diganti saja?" tanya Jackson pada dua sahabatnya yang sejak tadi sedang sibuk dengan makanan mereka.
"Maaf bro, bukannya kamu yang membuat taruhan konyol itu?" kata Ferdi.
"Iya bener, ini anak dari kemarin mengeluh terus, padahal dia sendiri yang membuat dan setuju dengan taruhannya, kena batu kan sekaran" kata Anton.
"Tapi ini di luar ekspektasiku, kenapa harus cewek itu sih yang duduk di bangku itu kemarin" kata Jackson dengan wajah kesalnya.
"Hahaha, itu derita kamu je" kata Ferdi disusul gelak tawa Anton.
"Haha, iya bener banget, kamu itu seharusnya bersyukur je, secara Clarisa itu kan cewek paling cantik di kampus ini, selain itu dia juga pinter dan kaya lagi" kata Anton
"Cantik sih cantik, tapi sikap dingin, misterius, aneh, apalagi ditambah sama kata-katanya yang lumayan ketus bikin kepalaku migran, semua kata-kata gombal yang mau aku bilang untuk meluluhkan hatinya, langsung hilang seketika. Bahkan kalau aku mengajak dia berbicara, dia selalu mencari alasan untuk pergi" kata Jackson, lalu meminum air yang ada di depannya.
"Woy, itu minumanku, astaga, awas saja, kalo kamu ketularan virus dariku, aku tidak akan mau bertanggung jawab" kata Anton.
"Pelit banget sih, sekali doang, habisnya aku udah mau nyerasa saja rasanya sama cewek itu, dia itu susah untuk didapetkan, otakku langsung pusing kalau Inget dia lagi" kata Jackson sambil memegang kepalanya.
"Lebay banget kamu. haha, awas hati-hati nanti kamu malah jatuh cinta" kata Ferdi
"Tidak akan ada yang bisa menggantikan Vera di hatiku, Inget itu. Aku males bicara sama kalian, Aku pergi dulu!!" kata Jackson kemudian berlalu pergi meninggalkan teman-temannya dengan amarah.
Jackson selalu akan menghindar seperti itu ketika pembahasan mulai tentang Vera. Vera adalah sahabat sekaligus cinta pertamanya. Namun hubungan mereka akhirnya berpisah, karena sebuah kecelakaan mobil yang merenggut nyawa Vera 2 tahun lalu. Sejak saat itulah, Jackson menjadi laki-laki yang terlihat Playboy. Gonta ganti perempuan. Namun tidak ada satupun yang sampai menjadi pacarnya. Karena tujuannya hanya ingin move on dari Vera. Tapi disisi lain, bayang-bayang Vera masih terus menghantuinya.
"Kamu sih Fer" kata Anton.
"Udah, biarin saja, nanti juga dia baik sendiri" kata Ferdi kemudian melanjutkan makannya.
-Di Taman-
Jackson yang saat itu sedang kesal, terus mengumpat mengabsen semua nama hewan di otaknya. Orang yang mendengarnya pun akan merasa kesal dengan kata-kata Jackson itu.
"*****, kenapa aku harus terlibat dengan cewek aneh itu, apa aku culik ke mars saja, siapa tau dia bisa suka sama aku, haha, dan.." kata Jackson yang saat itu sedang di taman tepatnya di depan pancuran. Dia mengabaikan tatapan orang-orang yang mungkin sedang menganggapnya orang gila. Dia bahkan mengabaikan sepasang mata yang sedari tadi terus menatapnya. Namun belum selesai dia menyelesaikan kalimatnya, sebuah suara menarik perhatiannya
"hmmmm" kata Clarisa.
Jackson pun langsung menoleh ke arah sumber suara itu.
"Se-sejak kapan dia disini, jangan-jangan dia mendengar semua umpatanku tadi" gumam Jackson dalam hati.
"Ha-hai Cantik, sejak kapan kamu disini?" kata Jackson terlihat ramah seperti tidak terjadi apapun sebelumnya, sambil mencoba mengendalikan emosinya, karena sadar orang yang sedari tadi dia bicarakan sendiri sekarang ada di depannya, dia mencoba bersikap sewajar mungkin.
Namun Clarisa tidak menjawab. Dia pun beranjak dari duduknya hendak pergi dari sana. Namun Jackson dengan cepat menariknya untuk duduk kembali.
Hingga mereka berduapun duduk berdekatan saling menatap satu sama lain.
"A-apa?" tanya Clarisa gugup.
"Kamu kalau diajak ngomong itu, jangan diam saja, bisa-bisa orang menganggapmu bisu" Kata Jackson mencoba berbicara selembut mungkin, berharap misi nya kali ini akan berhasil. Dia mulai melupakan semua amarah dan kekesalannya pada Clarisa, digantikan dengan pikiran jahil ingin menggoda Clarisa lebih jauh.
"Aku harus bisa mendapatkannya secepat mungkin, supaya aku bisa segera terbebas dari orang aneh ini" kata Jackson dalam hati.
"Maaf, aku pikir kamu sedang marah, kata mamiku, kalau orang lagi marah itu, tidak boleh diganggu" Kata Clarisa dengan tangan yang masih gemetar.
"Dasar anak mami" batin Jackson
"Ini pertama kalinya kamu bicara sepanjang ini, wah wah, apa karena ocehanku tadi? kalau begitu aku seperti itu saja besok-besok kalau di depanpun, supaya aku bisa mendengar suara indahmu ini" kata Jackson mencoba tersenyum semanis mungkin.
"Maaf aku harus pergi dulu, permisi" kata Clarisa dan langsung beranjak pergi meninggalkan Jackson yang terlihat takjub dengan sikap Clarisa.
"Itu cewek makan batu mungkin, diajak ngomong susah banget, kalau kayak gini terus, kapan aku bisa ajak dia jalan, setelah itu menelantarkannya" kata Jackson sambil menarik rambutnya frustasi.
Disisi lain, Clarisa yang sudah merasa jauh dari Jackson langsung berhenti dan memegangi dadanya
"Ada apa ini? kenapa jantungku kayak habis lari marathon gini, sepertinya aku harus ke Dokter" kata Clarisa dan berlalu pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
Disisi lain, Clarisa yang sudah merasa jauh dari Jackson langsung berhenti dan memegangi dadanya
"Ada apa ini? kenapa jantungku seperti baru selesai lari maraton, sepertinya aku harus ke Dokter besok" kata Clarisa dan memilih mengabaikan perasaannya yang berkecamuk kemudian pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
Di perjalanan pulang, Clarisa tak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri karena sedari tadi terus memikirkan Jackson. Apa aku jatuh cinta? Tapi ini sangat mustahil, aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya pada laki-laki. Tapi kata orang-orang dan novel yang pernah aku baca. Ketika jatuh cinta, kita akan bereaksi seperti ini pada orang yang kita cintai. Tapi tidak mungkin aku bisa jatuh cinta secepat ini. dan kenapa aku merasa tidak asing ketika melihat wajahnya. Ahh sudahlah. Aku tidak boleh memikirkan laki-laki itu. Dia kan playboy. Jadi wajar dia mencoba mendekatiku. Jangan baper tolong. Batin Clarisa.
Ini adalah kali pertama Clarisa berinteraksi dengan laki-laki selain keluarganya atau pun pengawal ayahnya. Sejak kecil dia selalu diikuti pengawal, untuk itulah tidak ada satupun laki-laki yang berani mendekatinya. Hingga suatu malam, sekitar 2 tahun yang lalu, saat Clarisa akan mendaftar ke Kampus X. Dia memberanikan diri menemui ayahnya.
#FLASHBACK
-Ruang Kerja-
Tok tok
"Masuk" kata Arya dari dalam. Clarisa pun masuk ke ruangan kerja ayahnya yang serba putih dengan balutan motif hitam di beberapa sisinya.
"Ada apa nak?" tanya Arya.
"Hmmm, ja-jadi gini Pa" kata Clarisa gugup.
"Duduklah dulu" kata Arya.
Clarisa pun duduk, namun entah kenapa rasanya lidahnya kelu untuk mengatakan maksudnya.
"Aku pasti bisa, semangat Clarisa" gumam Clarisa dalam hati.
"Kamu mau ngomong apa nak?" Tanya Arya yang sudah tidak sabar. Marena ini pertama kalinya anaknya menemuinya seperti ini.
"Ja-jadi gini Pa, a-pa boleh Clarisa tidak menggunakan pengawal lagi. Clarisa ingin hidup normal Pa seperti temen-temen Clarisa kebanyakan" kata Clarisa namun tidak berani menatap papanya.
Arya menghembuskan nafas berat.
"Kamu anak satu-satunya papa Clarisa. Papa tidak mau kamu kenapa-kenapa. Kamu satu-satunya penerus papa. Papa sangat menyayangimu. Jadi dengan berat hati. Papa tidak bisa memenuhi keinginan kamu" kata Arya.
Clarisa mencoba menahan rasa sedihnya dan hanya bisa meremas rok yang dia pakai.
"Tapi Pa, karena pengawal-pengawal itu, tidak ada satu orang pun yang mau berteman dengan Clarisa" kata Clarisa, hingga bulir bening mulai membasahi pipinya.
Arya sangat tidak suka ketika melihat anak semata wayangnya menangis, dia pun menghembuskan nafas beratnya lagi.
"Baiklah, begini saja. Tetap ada pengawal. Tapi kamu harus diantar jemput mereka. Jika kamu tidak mau. Ya sudah, papa tidak akan menuruti permintaanmu. Karena diluar sana terlalu bahaya untuk penerus papa" kata Arya.
"Hmmm, Baiklah pak, Clarisa setuju, makasi ya pa. Clarisa sayang banget sama papa." kata Clarisa dan langsung memeluk papanya. Arya yang sudah sejak lama tidak diperlakukan seperti itu oleh anaknya, langsung mengembangkan senyumnya dan membalas pelukan Clarisa.
"Sama-sama nak, Papa juga sangat menyayangimu" Kata Arya sambil mengusap sebening kristal yang keluar dari pelupuk matanya.
***
Tutt tutt
Suara HP memberhentikan Clarisa dari kesibukannya saat ini. Dia pun menutup buku yang ada di tangannya dan langsung menggeser tombol hijau di HP nya.
"Hallo" Kata Clarisa.
"Hai Cantik" Sapa seseorang di seberang telepon.
Dahi Clarisa langsung berkerut, memikirkan sebuah nama yang mulai tidak asing di telinganya.
"Jackson?" Tanya Clarisa.
"Wahh, ternyata kamu sudah mulai mengingatku, haha" Kata Jackson.
"Ada apa?" Tanya Clarisa.
"Tidak ada, aku hanya merindukanmu" Kata Jackson
Tanpa pikir panjang, Clarisapun menutup panggilan itu dan langsung memegang dadanya.
"Apa-apa an dia, jantungku mulai berulah lagi kan. Aku harus benar-benar menjauhinya, apa aku blokir saja nomornya? hmmm, Tapi, dia juga kan teman kelasku. Siapa tau ada hal penting nanti. Ya sudah lah, aku hanya perlu mengabaikannya" kata Clarisa dan langsung menyimpan HP nya yang sebelumnya diubah ke mode pesawat agar Jackson tak bisa menelponnya lagi.
Clarisa pun bergegas menuju ke kantin karena dia merasa lapar saat itu. Dia memesan mie ayam dan es jeruk kemudian mengambil bangku di paling pojok. saat sedang asik makan, tiba-tiba suara pecahan piring menarik perhatiannya.
"Kamu punya mata tidak? kamu tahu berapa harga baju yg aku gunakan sekarang? gaji orang tuamu selama setahunpun tidak akan mampu membeli ini, dasar anak kampung" Kata Rosa sambil mendorong Sindi yang merupakan anak culun dan anti sosial angkatan 2017, satu angkatan di bawah Clarisa dan Rosa. Sifatnya 11:12 hampir mirip dengan Clarisa.
"Maaf Kak Rosa, tapi tadi kakak yang tiba-tiba datang dan menabrakku" kata Sindi tertunduk dengan tangan bergetar.
"Apa kamu bilang, kamu menyalahkanku? Yang perlu kamu tahu disini aku tidak pernah salah. Kamu meminta maaf pun tidak bisa mengembalikan semuanya seperti semua, dan perlu kamu tahu maaf tidak akan bisa membuat bajuku kembali seperti semula. Aku tidak mau tahu, Kamu harus ganti." Kata Rosa yang langsung membuat Sindi pucat seketika.
"Maaf Kak, tapi aku tidakk punya uang sebanyak itu untuk mengganti baju kakak, Itu juga bukan salah aku sepenuhnya" Kata Sindi yang kemudian membuat Rosa semakin murka.
"Uppsss aku hampir lupa. Petempuan kere kayak kamu tidak akan mungkin bisa membeli baju seperti ini. Hmmm, mumpung aku sedang baik. Sebagai gantinya, aku mau kamu bersujud di kakiku sekarang juga. Baru aku akan memafkanmu" kata Rosa.
"Cukup Ros" Timpal Clarisa yang mulai geram dengan sikap angkuh Rosa.
"Jangan ikut campur anak mami. Ini urusanku dengan dia. Kamu diam saja" kata Rosa.
"Aku sudah sangat bosan melihat kelakuanmu seperti ini Ros. Sampai kapan kamu seperti ini?" Kata Clarisa
"Diam, aku tidak membutuhkan ceramah darimu" Kata Rosa
"Atau mungkin kamu mau aku adukan pada mamamu?" Kata Clarisa.
Rosa sangat takut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan mamanya. Jadi tanpa pikir panjang dia pun langsung pergi sambil menghentakkan kakinya karena kesal.
"Urusan kita belum selesai" kata Rosa sambil menunjuk Sindi.
"Awas kamu" kata Rosa tanpa mengeluarkan suaranya sambil menatap sinis Clarisa.
"Terima kasih kak" Kata Sindi pada Clarisa.
"Sama-sama, kamu tidak apa-apa?" Tanya Clarisa yang kemudian dibalas anggukan oleh Sindi.
Sedari tadi ada sepasang mata yang terus menatap adegan tersebut. Dia terlihat begitu kagum pada Clarisa. Dia selalu berpikir bahwa Clarisa adalah gadis pendiam dan lugu. Tapi ternyata dia juga perempuan baik dan pemberani. Sang pemilik mata tersebut tersenyum dan berlalu pergi ketika keributan berhenti.
Tidak ada yang berani melawan Rosa. Karena dia merupakan anak salah satu Dekan di kampus itu. Namun Clarisa yang merupakan anak pemilik saham terbesar di kampus itu, tidak pernah mau ikut campur dengan urusan Rosa dan memilih diam dan tidk ingin sok berkuasa seperti Rosa. Untuk itulah Rosa menjadi kelewatan batas seperti itu. Clarisa bisa saja mengadu pada papanya akan kejadian di kampusnya. Tapi dia tidak ingin melakukan hal seperti itu. Dia memilih acuh dan karena tujuannya kuliah hanya ingin lulus dan kemudian nanti akan melanjutkan perusahaan papanya.
Sedari tadi ada sepasang mata yang terus menatap kejadian tersebut. Dia terlihat kagum pada Clarisa. Dipikarannya Clarisa adalah gadis pendiam dan lugu. Tapi ternyata dia juga perempuan baik dan pemberani. sang pemilik mata tersebut tersenyum dan berlalu pergi meninggalkan kantin ketika adegan tersebut berhenti.
"Jack kamu tahu tidaj kejadian di kantin tadi, wah hebat banget, tadi pertama kalinya aku melihat cewek sekeren Clarisa, dia hebat banget menurutku. Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya jika perempuan lugu seperti dia bisa seberani itu, wah wah, sepertinya aku akan mengidolakan nya mulai hari ini" Kata Anton antusias.
"Memang anak judes dan sok lugu itu melakukan apa?" Tanya Jackson mulai kesal saat mendengar nama Clarisa.
"lah kamu tidak tahu? bahkan dia sudah menjadi tranding 1 di berita harian Kampus hari ini, Vidio nya sudah tersebar kemana-mana bro, Fer ceritain fer" kata Anton.
"kamu saja, aku sedang sibuk" kata ferdi yang sedang sibuk dengan Hpnya.
Anton pun yang melihat Ferdi, langsung merampas Hp dari genggaman Ferdi. Dia melihat sederet Chat di Hp Ferdi. Keningnya langsung berkerut ketika melihat nama perempuan yang sedang dibicarakannya.
"Wah wah, kamu ngapain ini? kamu chat sama Clarisa? kamu naksir dia fer?" kata Anton.
Jackson yang mendengar itu pun pura-pura tidak peduli, namun telinganya berusaha menguping pembicaraan kedua sahabatnya itu.
"Hmm.. mm... memang kenapa kalau aku suka Clarisa?" kata Ferdi.
"kamu masih ingat kan taruhan kita?" tanya Anton.
"Masih, tapi itu bukan urusanku, bukannya yg kalah taruhan itu, Jackson. Aku tidak ada sangkut pautnya disini. Dan mulai hari ini aku akan mendekati Clarisa. Aku juga tidak akan ikut campur masalah Jackson." tegas Ferdi.
"Wahhh gila kamu fer. kamu mau bersaing dengan Raja nya wanita. Aku salut dengan tekadmu. Ini pasti akan menjadi sangat seru" kata Anton antusias.
"Aku tidak peduli kamu mau suka atau tidak pada perempuan itu. Kamu mau ambil, silahkan. Tapi tunggu aku menuntaskan taruhan ini. Oke bro. Aku mau pergi dulu, bye." kata Jackson sambil memegang bahu Ferdi dan berlalu pergi.
***
"Clarisa cantik" sapa Jackson
namun Clarisa hanya diam.
"Ini cewek tuli mungkin ya" kata Jackson dalam hati. Namun, dia mencoba menahan kekesalannya. Dia pun memilih duduk di dekat Clarisa. Dekat sekali sampai bahu mereka saling bersentuhan.
"A-ada apa?" Tanya Clarisa
"Tidak ada, aku hanya ingin dekat denganmu saja" Kata Jackson.
"Ma-maaf aku sibuk, kamu bisa pergi tidak?" kata Clarisa gugup, karena memang dia tidak pernah sedekat ini dengan laki-laki manapun sebelumnya.
"Kamu mengusirku?" Tanya Jackson sambil memasang wajah sedih.
"Bu-bukan begitu Jackson. Tapi aku memang sedang sibuk" Kata Clarisa pelan.
Plaakkkk
Tiba-tiba sebuah tamparan keras memecah gendang Clarisa. Mata Clarisa berhasil membulat sempurna. Pipinya terasa perih sekali. Dia memegang pipinya yang sudah memerah karena tamparan tiba-tiba dari seorang perempuan yang dia pikir gila.
"Upss, sorry. Tangan aku tiba-tiba gatel mau menampar cewek keganjenan seperti kamu." Kata Rosa.
"Apaan kamu Ros, berani sekali kamu menampar Clarisa" Kata Jackson tak terima.
"Maaf ya Nona Rosa terhormat. Aku tidak pernah berpikir sedikit pun untuk menggoda kekasihmu ini. Aku tidak serendah itu, dan untuk kamu Jackson. Tolong jangan ganggu aku lagi." Kata Clarisa dan berlalu pergi dari tempat itu.
Dada Clarisa terasa sangat sesak saat itu. Dia terus memegangi dadanya. Berusaha sekuat tenaga menahan air matanya dan terus berjalan cepat. Hingga tiba-tiba.
Brukkk
Tubuhnya menabrak seseorang. Keseimbangannya menghilang. Dia hampir saja jatuh. Namun dengan sigap tangan kekar menariknya hingga dia pun tidak terjatuh.
Hari apa ini? tadi aku ditampar, sekarang aku ditabrak. batin Clarisa sambil memegang bahunya.
"Lain kali hati-hati Clarisa. Kalau aku tidak sigap tadi. Mungkin kamu sudah terjatuh, dan aku tidak bisa membayangkan setelahnya" kata Ferdi.
"Maaf" kata Clarisa tertunduk dan hendak berlalu pergi. Namun Ferdi menahannya.
"Kamu kenapa?" tanya Ferdi karena tidak sengaja melihat cairan bening mulai membasahi pipi Clarisa.
"Tolong lepaskan aku" Kata Clarisa sambil mengusap air matanya dan berlalu pergi ketika Ferdi melepaskan tangannya.
Ferdi mengeryit heran melihat Clarisa.
Dia kenapa, aku tidak salah lihat kan, dia sedang menangis. Ingin sekali aku menemuinya dan menenangkannya. Tapi itu tidak mungkin, dia pasti akan langsung menjauhiku karena dia tidak mengenalku. Tapi aku tidak bisa melihat perempuan menangis. Kenapa Cinta seribet ini. Batin Ferdi sambil menarik rambutnya frustasi.
***
"Kamu apa-apa an Ros?" Tanya Jackson pada Rosa yang sekarang duduk di sampingnya.
"kamu pacarku Jackson. Aku tidak suka kamu dekat-dekat dengan perempuan lain" Kata Rosa.
"Hahaha, pacar? sejak kapan kita pacaran?" Tanya Jackson.
"Bukannya kamu sering bilang sayang ke aku dulu, itu artinya kita pacaran kan?" Kata Rosa.
"Haha. Jangan mimpi kamu bisa jadi pacar aku. Aku bilang sayang bukan hanya padamu. Cewek murahan. sudah lah. Aku tidak betah duduk di dekatmu. bye" kata Jackson dan beranjak dari duduknya.
Deg..
Hati Rosa seperti di tikam pisau. Rasanya sesak sekali. Baru pertama kalinya ada laki-laki yang menolaknya seperti ini dan bahkan mengatakan dirinya murahan.
"Awas saja kamu Jackson. Aku pastikan kamu akan bertekuk lutut di kakiku dan memohon-mohon cintaku" kata Rosa dengan dipenuhi amarah.
Jackson tak mengindahkan perkataan Rosa dan berlalu pergi hingga tak terlihat. Rosa terlihat begitu kesal saat itu. Teriakan cacian dia layangkan untuk Jackson untuk melampiaskan kekesalannya.
Jackson memang terkenal playboy. Tapi itu dia lakukan hanya untuk senang-senang belaka. Dia jarang memacari perempuan-perempuan yang dia dekati. karena saat dia memutuskan pacaran. Dia akan sangat setia pada pasangannya. Dia pernah ditinggal perempuan yang sangat dia sayangi sebelumnya. Untuk itulah dia sangat takut untuk berkomitmen dan menaruh hati pada satu perempuan lagi.
Saat sedang melangkah pergi, berusaha menjauhi Rosa. Kaki Jackson tiba-tiba berhenti ketika mendengar suara isakan wanita yang berasal dari toilet wanita. Dia seperti mengenal suara itu hingga dia pun memutuskan untuk menunggu di depan toilet sampai wanita itu keluar.
Kenapa dia menangis. Apa karena kejadian tadi? kenapa aku merasa bersalah. Bukannya pada dasarnya aku mendekati dia karena taruhan. Owhh astaga, kenapa aku jadi baper begini. Tidak-tidak ini tidak boleh terjadi. Batin Jackson
Beberapa menit berlalu, suara tangisan itu menghilang digantikan dengan suara keran air. Dan ketika pintu toilet terbuka. Dua pasang mata bertemu dan saling menatap untuk waktu yang lama.
"Ja-jackson, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Clarisa
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!