NovelToon NovelToon

My Ex Crush

Dirayu sahabat sahabat lama

Zoya Putri Sasmita adalah seorang gadis cantik, modis, pintar dan memiliki dua kakak laki laki yang sudah bekerja di perusaahaan BUMN yang sangat terkenal dan bonafid.

Kakak laki laki pertamanya namanya Erwin, selisih umur dengannya enam tahun. Sekarang sudah bekerja di perusahaan oil and gas. Sedangkan kakak laki laki keduanya, namanya Dirga, selisih umur empat tahun, bekerja di perusahaan batu bara.

Orang tuanya mengelola restoran steak dan punya banyak cabang di beberapa kota.

Dulu saat SMP, SMA, bahkan kuliah, Zoya sangat pintar. Saking pintarnya, Zoya Putri Sasmita berhasil lompat kelas ketika SMA. Zoya juga berhasil menyelesaikan kuliahnya di bidang akuntansi hanya tiga tahun saja.

Sebenarnya bukan jurusan yang Zora inginkan. Karena dulunya dia ingin kuliah di jurusan pariwisata, sesuai hobinya. Tapi dilarang orang tuanya karena mereka ingin putrinya melanjutkan bisnis restoran steak yang sudah memiliki cukup banyak cabang.

Dengan kuliah di jurusan akuntansi, tugas Zoya lah yang mengurus pembukuan, pajak, penggajian pegawai, merekap debet dan kredit restoran, serta bonus bonus mereka.

Selama tiga tahun ini Zoya sudah membuktikannya dengan memberikan kesuksesan dan keuntungan besar. Mama, papa dan kedua kakaknya semakin yakin untuk menyerah mandat kepemilikan restoran padanya.

Dan yang disyukurinya, karena restoran orang tuanya ada di beberapa kota yang berbeda hingga memudahkannya untuk menyalurkan hobi travelingnya. Kedua kakaknya pun ngga segan segan memberikan banyak uang jajan untuknya.

Jadi tiga tahun setelah selesai kuliah, Zoya menghabiskan waktunya membantu restoran orang tuanya sekaligus travelling.

Hari ini restoran lagi rame ramenya saat jam makan siang. Hari awal kerja setelah weekend.

Dan mantan teman teman dekatnya saat SMA dulu, seperti biasa tiap hari ini, Senin, sesuai kesepakatan akan makan siang di restonya.

Rutinitas ini juga baru satu bulan ini saja mereka lakukan, karena mereka ngga sengaja bertemu dengannya.

Seperti biasa juga, Zoya menemani keempat teman dekatnya makan siang di ruang privat.

Cleora, Indri, Moana dan Freya. Mereka semua anak crazy rich. Tapi yang paling super crazy richnya adalah Cleora. Dia adalah pimpinan mereka dulu.

'Cle, si Nathan gimana itu? Dia mecat personal asistennya lagi," keluh Moana setelah menelan potongan steak terakhirnya.

Nathan. Nama yang mulai sering dia dengar sejak satu bulan ini.

Sudah hampir terlupakan.

Sejak lulus SMA, kuliah, dan bekerja di restoran keluarganya, nama dan sosoknya ngga pernah Zoya jumpai lagi.

Laki laki yang ngga pernah tersenyum padanya. Tatap matanya selalu terlihat marah membuat Zoya enggan memupuk rasa sukanya lebih dalam.

Dialah yang ngga pernah menerima kehadirannya sejak dia jadi anak baru di SMPnya saat kelas 3. Juga saat mereka juga masuk di SMA yang sama.

Jujur Zoya akui, langsung tertarik saat pertama kali melihat cowo itu. Wajahnya sangat tampan. Walaupun selalu dingin, tapi itu seperti daya magisnya.

Nathan cowo favorit dan seperti umumnya terjadi, Nathan digilai hampir semua teman teman perempuannya. Adik kelas bahkan kakak kelasnya. Dia yang siswa baru saja sulit meredam degup jantungnya yang selalu ngga menentu saat melihat Nathan. Apalagi mereka yang lebih dulu mengenalnya.

Tapi sayangnya cowo itu seperti membencinya. Sejak SMP hingga SMA. Tapi ngga tau sekarang, karena ngga pernah ketemu lagi. Dan bukan saingan lagi.

Tapi beda dengan kembarannya, Cleora, dia sangat baik dengannya. Termasuk ketiga csnya. Jadilah dulu mereka selalu bersama sama.

"Ngga tau siapa lagi yang bisa cocok bekerja dengannya. Selalu saja ada yang kurang," timpal Freya dengan wajah kesalnya.

"Dia nyebelin banget. Untung saudara kamu. Juga untung ganteng banget," canda Indri membuat mereka berempat tergelak.

"Daddy juga sudah pusing banget dengan kelakuannya. Sekarang lagi buka lowongan lagi tuh. Aku sampai bosan," celoteh Cleora mengomel setelah tawa mereka reda.

"Si paling perfeksionis, sih. Susah lah," timpal Moana sambil menusukkan garpunya pada potongan steak terakhirnya.

"Kalian ngga berani melamar?" pancing Cleora sambil menatap ketiga temannya.

"Kan, bisa lebih dekat," canda Cleora melanjutkan, kemudian terkekeh melihat ekspresi malas mereka.

"Are you kidding me? Aku masih ingin kerja bareng kamu. Aku ngga mau dipecat sama Nathan," seru Moana ngga rela. Nathan sudah menjelma menjadi sosok yang kejam sekarang.

Bukan papinya ngga punya perusahaan buat nampung dia, tapi Moana dan kedua temannya yang lain itu juga ngga mau berpisah dengan Cleora. Bestie mereka sejak dulu kala.

"Aku juga ngga nau," tolak Indri. Selain ngga mau berpisah dengan Cleora dan dua temannya yang lain, Indri juga masih betah melihat wajah tampan Nathan. Sebagai moodboosternya. Hihihi...

"Kenapa bukan Zoya aja. Dari dulu, kan, cuma dia yang bisa ngalahin Nathan," seru Freya mengingatkan sahabat sahabatnya.

Karena itu dia membenci aku, batin Zoya tersenyum geli.

Cleora tergelak. Moana, Indri dan Freya akhirnya pun tergelak juga. Zoya pun jadi ngga sungkan mengembangkan senyumnya lebih lebar.

"Memang harusnya kamu yang jadi asistennya Nathan," tukas Moana dalam tawanya yang terlihat sangat bahagia.

"Malah turunlah derajatnya. Harusnya Nathan yang jadi asisten kamu, Zoy," kikik Cleora sangat senang. Dan tawanya benaran keluar dari lubuk hatinya

"Betul. I agree," timpal Indri ngakak.

"Bisa dipecat kalian kalo Nathan dengar," kekeh Freya sangat geli.

"Ngawur," sela Zoya dalam tawanya.

Zoya tau, ini adalah kesenangan hakiki Cleora dalam menjatuhkan wibawa Nathan. Mungkin karena itu juga laki laki itu sangat membencinya. Ngga tau sekarang. Karena sampai detik ini Zoya belum pernah bertemu Nathan.

Tapi ada yang salah dalam ucapan mereka. Mungkin kalo sekarang kepintaran mereka diadu lagi, dia pasti akan kalah.

Selepas SMA, Nathan bersama Cleora melanjutkan kuliahnya di Havard. Setelah lulus, keduanya langsung menghandle perusahaan perusahaan keluarganya yang tersebar di beberapa negara.

Nathan dan Cleora baru baru ini pulang ke kota kelahiran mereka.

"Zoy, kamu udah pernah ketemu Nathan belum?" tanya Indri membuat tiga pasang mata menatap serius ke arahnya.

"Belum," sahut Zoya sambil menggelengkan kepalanya.

"Ooo... Dia belum pernah mampir ke sini? Padahal udah aku kasih tau loh kalo kamu di sini," cetus Cleora heran.

"Ooo...," senyum Zoya berusaha tampak biasa di tengah jantungnya yang mendadak tantrum.

"Eh, Cleo, gimana kalo Zoya aja yang jadi asisten Nathan," usul Indri.

"Setuju," sahut Freya dan Moana berbaringan.

Cleora terdiam, tapi sorot matanya fokus pada Zoya yang reflek menggelengkan kepalanya.

"Aku ngga bisa. Kan, ngurus restoran," tolak Zoya cepat. Dia juga alergi ketemu Nathan.

Bertahun tahun dia sudah berusaha melupakan cowo dingin dan selalu menatapnya benci itu. Dia takut tambah goyah kalo nanti ketemu Nathan. Sekarang aja baru dengar namanya saja jantungnya sudah tantrum.

Cleora terdiam sebentar.

"Ngga bisa juga, sih, langsung terima Zoya. Soalnya Daddy sudah buat announcement resmi. Tapi ngga ada salahnya, kan, dicoba Zoy. Gede loh gajinya," rayu Cleora dengan mata puppy icenya.

"Tiga tahun ngurus restoran, apa ngga bosan, Zoy?" Indri ikut membantu Cleora mempengaruhi pikiran Zoya.

"Di coba aja dulu. Keterima syukur, ngga ketrima balik lagi ngurus restoran," timpal Freya memberikan umpan.

"Iya. Dicoba dulu aja. Aku rasa tante sama om ngga apa apa. Kan, belum pasti keterima juga," lanjut Indri lagi mengompori.

"Lagian sayang dengan otak encer kamu. Harusnya kamu ikut ke Havard. Kita bisa kerja sama ngalahin Nathan di sana," tukas Cleora dengan semangat menggebu gebu dan selanjutnya tawanya dna ketiga temannya yang lain pecah.

Zoya pun ikut tergelak gelak.

Mereka sepertinya minta dipecat Nathan, batinnya ngakak.

Zoya masih betah ngurus restoran keluarga. Jam kerja pun terserah dia. Ngga ada yang berani memerintahnya. Dia lah bosnya.

Dan yang paling penting, Zoya bisa menyalurkan kegiatan travellingnya jjka sedang pergi ke cabang cabang restorannya.

"Ayolah, Zoya. Kamu pintar banget. Kamu yang paling cocok banget jadi personal asistennya Nathan," rayu Moana setelah puas tertawa.

"Kamu juga bisa selamatin kami loh. Nathan tuh kalo lagi bete suka nyuruh kita lembur," sambung Indri lagi ikut memohon dengan tatapan memelasnya.

Apalagi dari beberapa hari yang lalu sampai beberapa hari ke depan, kerjaan mereka pasti akan semakin nambah. Karena asistennya sudah dipecat Nathan. Otomatis kerjaan personal asistennya dilimpahkan pada mereka.

"Mau ya, Zoy," bujuk Cleora sambil memegang tangan Zoya penuh harap. Moana, Indri dan Freya juga ikutan menempelkan tangan mereka pada Zoya.

Zoya agak oleng. Memang bekerja di perusahaan Nathan dan Cleora sangat diidamkan banyak orang. Gengsi dan popularitas akan langsung terangkat. Begitu juga dengan jumlah followers. Apalagi sampai bisa menampilkan foto Nathan di akun sosmed. Dijamin viewers akan semakin nambah banyak dalam waktu singkat

Kisi kisi

"Kita nunggu kabar baik dari kamu, ya," putus Cleora ketika melihat keterdiaman Zoya.

"Kita akan bantu semaksimal mungkin agar kamu diterima," dukung Freya sangat serius.

"Betul. Pokoknya kamu harus bisa jadi personal asistennya Nathan," sambung Indri dengan semangat empat lima.

"Kita akan bantu apa pun kesulitan kamu nanti kalo udah sah diterima," tambah Moana ngga mau kehilangan momentun.

Loh, gimana, sih. aku ngga mau diterima, kok, tolak Zoya dalam hati.

"Karena tes ini sifatnya terbuka, kita hanya bisa bantu do'a. Tapi aku akan coba nyari kisi kisinya," pungkas Cleora lagi.

Dia akan merayu daddynya nanti saat pulang ke.rumah.

Rasanya hanya Zoyalah yang ngga nungkin akan dipecat Nathan dengan mudah.

Daddynya pasti mau. Apalagi kalo tau Zoya mau ikutan tes. Mamanya juga pasti senang dan mendukung seribu persen.

Kedua orang tuanya memang agak aneh. Mereka sangat menyukai Zoya karena sudah berhasil mengalahkan anak kembar mereka. Terutama Nathan.

Selama ini, dari TK, SD hingga SMP kelas dua, Cleora selalu jadi buntut Nathan dalam hal per rangkingan kelas. Selalu nomer dua.

Tapi sejak Zoya pindah di kelas tiga SMP, posisi Nathan yang ngga pernah tergeser sekalipun harus mental. Selama masih ada Zoya, Nathan akan jadi nomer dua, dan dirinya tetap nomer tiga menjadi buntut setia Nathan.

Begitu seterusnya hingga mereka melanjutkan di SMA yang sama.

Sayangnya Zoya ngga mau ikut ke Havard bersama mereka.

Cleora paham, karena keadaan ekonomi Zoya ngga sebanding dengan keluarganya, walaupun Zoya dan keluarganya bukan termasuk kategori miskin.

Cleora sudah memaksanya mengambil beasiswa karena menolak uluran bantuan keluarganya.

Dia butuh sekutu untuk selalu bisa menjatuhkan kembarannya yang sok itu. Dan Zoya adalah sekutu yang sangat ditakuti Nathan.

Tapi sayangnya Zoya tetap menolak. Dan memilih kuliah dalam negeri saja. Dia pun menoleh tawaran bekerja di perusahaan daddynya, karena diminta orang tuanya mengurus restoran steak keluarga.

Tapi sekarang Zoya ngga boleh menolaknya. Ini kesempatan Zoya untuk menduduki jenjang karir yang sangat diimpikan banyak orang.

"Yes. Kalo udah dapat kisi kisinya, akan makin gampang buat Zoya," kata Freya manggut manggut setuju.

"Mau, ya, Zoy," mohon Indri masih dengan suara dan tatap mata memelasnya.

"Tapi..... ' Zoya masih ragu.

"Dua tahun. Kamu bisa keluar setelah dua tahun," tegas Cleora memberi solusi.

Moana, Indri dan Freya ganti menatap Cleora dengan tatapan ngga mungkin.

Kenapa Cleora seyakin ini.

Apa bisa selama itu Zoya bertahan dari amukan Nathan?

"Tapi......" Tetap aja Zoya masih ragu.

"Oke. Satu tahun. Kalo perlu aku akan ngomong sama tante dan om," pungkas Cleora lagi. Sangat tegas dan ngga mau dibantah.

Moana, Indri dan Freya saling tatap dengan batin yang sama.

Cukup masuk akal. Pasti Zoya bisa bertahan.

Kemudian ketiganya menatap penuh harap pada Zoya yang masih tetap tampak bimbang.dan ragu.

"Kapan testnya?" tanya Zoya akhirnya menyerah.

"YEESSS!" teriak Moana, Indri dan Freya berbarengan. Seakan mendapat sentuhan angin surga.

"Rabu besok. Secepatnya aku akan kirimkan kisi kisinya."

Haahh.

Ngga becanda?

"Rabu? Itu terlalu mendadak, Cleo," kaget Zoya. Dikiranya Rabu minggu depan.

"Gimana lagi, Zoy. Lowongannya udah dibuka minggu kemarin," sahut Indri memberi tau.

"Tapi aku yakin pasti kamu bisa," sambungnya lagi.

Dia tentu ngga bisa melupakan keenceran otak Zoya.

Nathan berhasil dia kalahkan dulu. Walau skornya tipis, ngga seperti Cleora yang masih menampakkan selisih nilai yang cukup kentara saat berada di bawah Nathan.

"Pasti kecil buat kamu walaupun kamu ngga dapat kisi kisinya. Otak kamu sangat encer," puji Freya tulus.

Teringat betapa kagetnya dia dan teman teman sekelasnya dulu saat wakil kelas mereka mengumumkan pemilik juara tiga.

Cleora.

Mereka masih ngga berpikir Nathan akan menempati posisi kedua yang selama ini milik Cleora.

Kelas kembali heboh saat Nathan yang ngga disangka sangka turun derajatnya.

Dan jadi geger karena Zoyalah yang meraih juara satu tempat yang selalu menjadi milik Nathan.

Dan seperti kutukan, di SMA pun, Nathan harus menelan kekecewaan demi kekecewaan karena ngga bisa meraih posisi miliknya kembali.

"Aku yakin kamu pasti bisa. Zoy. Setahun juga ngga lama, loh," hasut Moana.

Dia menunggu dengan ngga sabar itu terjadi. Bagaimana Zoya menaklukkan macam kumbang yang sangat garang itu.

"Tante dan Om pasti setuju. Ngga lama juga. Lagian kamu kan masih bisa merekap data restoran kalo udah pulang kerja," rayu Indri.

"Sabtu minggu libur. Juga ada hari libur nasional," sambung Freya tambah membuat Zoya gamang.

Masalahnya bukan itu. Zoya sudah alergi ketemu Nathan. Kalo nantinya keterima dia akan terus berinteraksi dengan Nathan yang selalu menampiilkan wajah masamnya.

Apa dia akan kuat. Setahun itu dua belas bulan. Satu bulan tiga puluh hari. Satu hari minus sabtu dan minggu serta libur nasional, ada sembilan bahkan mungkin lebih dari sepuluh jam jika lembur. Dan selama itu mereka akan bersama?

TIDAAAKKK!

Tanpa sadar Zoya menggelengkan kepalanya berulang kali.

Lebih baik bantu pegawainya manggang steak lah. Karena mereka akan melakukannya dengan full senyum.

"Diiih.... Jangan nolak lagi, dong, Zoy. Aku janji akan bantu kamu jika Nathan macam macan ntar," bujuk Cleora benar benar memohon.

"Tenang, Zoy. Mami sama Daddy Cleo pasti dukung kamu lah. Nathan ngga bakalan bisa macam macam." Moana ikutan membujuk

Pokoknya harus berhasil, tekatnya membatin. Ini juga demi keberlangsungan kerjaan mereka ke depannya nanti.

Zoya mengusap wajahnya berulang kali.

Susah kali rasanya menolak mata mata pupies yang menyorot tanpa kedip di depannya ini.

Lagi pula mereka berempat telanjur dekat sejak SMP hingga SMA. Keterikatan emosi yang cukup dalam sudah terjalin di antara mereka sejak dulu.

Berpisah enam tahun, dan baru sebulan ini bertemu lagi. Dan pertemuan itu pun sangat heboh. Menarik perhatian sejumlah pengunjung resto.

Sejujurnya Zoya juga rindu dengan kebersamaan mereka dulu. Jika dia diterima, mereka berempat akan bisa hang out bersama seperti dulu lagi.

Dan lagi gaji yang pasti sangat besar menunggunya. Berlipat lipat dari insentifnya mengurus restoran.

Zoya pun ngga akan mengeruk dompet kedua kakak laki lakinya lagi walau mereka memberinya dengan ikhlas

Mungkin sekarang tinggal meyakinkan mama dan papanya saja.

Restoran pun ngga akan dia tinggal begitu saja. Dia masih cukup punya waktu untuk mengawasinya.

Hanya setahun. Setelahnya dia akan balik lagi ke restorannya. Lagi pula mana betah dia bertahan lama di sana.

Sesekali ngerasa bagaimana rasanya bekerja di perusahaan segede itu, boleh juga. Memakai seragam dan punya jam tetap. Dan kalo nanti diterima bakal harus sabar selama setahun mendapat omelan Nathan yang jadi bosnya. Dan juga wajah masamnya.

Bisa jadi pembandingnya juga nanti setelah kembali ke restorannya.

Zoya pun bisa melakukan promosi terselubungnya untuk lebih memakmurkan restorannya.

Tambah cabang kalo perlu menjadi targetnya kini. Sekali dayung dua tiga pulau terlampau.

Pasti klien perusahaan daddy Cleora kelas crazy rich semua.

Membayangkan semua keuntungan yang akan dia.peroleh membuat Zoya beneran oleng.

"Oke. Aku coba."

"YEESSS!" sorak Moana dan Indri berbarengan. Keduanya pun bangkit dari kursi sambil menari nari riang. Ala tarian Rose dan Jack di film Titanic.

"Kamu memang sahabat yang bisa diandalkan," seru Freya ngga kalah hebohnya.

"Aku pasti akan bantu kamu. Aku janji," seru Cleora sambil memeluk Zoya dengan hati diliputi perasaan yang riang gembira.

Kamu harus bisa tahan, Zoy, kalo keterima, batin Zoya menguatkan.

Terbayang lagi wajah masam Nathan membuatnya nyalinya sedikit ciut.

Dukungan Keluarga Zoya

"Ma, aku boleh ngga melamar kerja di perusahaan daddynya Cleo?" tanya Zoya sambil bergayut manja di lengan mamanya. Dia dan keluarganya baru selesai makan malam.

"Mau Kerja?" tanya Erwin terkekeh.

Begitu juga Dirga, mama dan papanya.

"Setelah tiga tahun, dek," gurau Dirga dalam tawanya.

"Kirain udah betah jadi menejer resto," sambung Erwin juga tergelak.

"Papa juga ngirain begitu," kekeh papanya

Zoya menatap bingung.

Maksudnya apa ya?

Mama pun membelai rambut putrinya lembut.

"Kirain kamu mau langsung papa wariskan saja restorannya," kilah papa geli.

Zoya menatap papa, mama dan kedua kakak laki lakinya yang sama sama tertawa senang. Seakan akan ucapannya barusan adalah kabar yang sudah lama mereka tunggu tunggu.

"Maksudnya Zoya boleh kerja di tempat lain?" tanyanya surprise. Dikira Zora, dia.akan selamanya mengurus restoran keluarga aja.

Kembali tawa mereka berderai derai.

"Ini yang kita tunggu tunggu. Kapan mulai kerjanya?" tanya Dirga tertarik.

"Yeeiii..... Ini juga mau ikut test," cebik Zoya sebal.

"Lho, kok, test? Emang daddynya Cleo masih meragukan kamu?" tanya Erwin-kakak pertamanya ngga percaya.

"Ngga mungkin. Kamu aja selalu ngalahin anak anaknya. Apalagi Nathan," sambung Dirga juga masih ngga percaya.

Jika saja orang tua mereka mengijinkan Zoya kuliah di Havard bareng si kembar itu, pasti adiknya sudah bergabung di perusahaan bilioner itu.

"Iya.... Mungkin karena kamu sibuk ngurus restoran jd agak diragukan," sambung Dirga lagi meledek, yang langsung mendapat pelototan Zoya.

"Bukan karena itu. Tapi karena waktu pertama ketemu aku udah ngasih tau kalo kerjaan aku ngurus restoran," jelas Zoya sewot.

"Ooohhh..." gelak Dìrga diikuti Erwin.

Mama dan Papa terpaksa menahan tawanya melihat wajah putri kecilnya yang tambah manyun.

"Papa kirain kamu memang suka ngurus restoran. Apalagi sekalian traveling, kan," sambung papanya dengan tatap lembutnya.

Zoya terdiam.

Oo begitu, batinnya mengerti. Ternyata dia sudah paham.

"Oh, jadi lagi ada lowongan kerja di perusahaan daddynya Cleo? Kamu pengen ngelamar gitu?" tanya mamanya ingin tau.

Beliau, suami dan dua anaknya tentu heran. Tiba tiba saja Zoya ingin melamar kerja. Kirain udah betah kerja di restoran. Bukan sekali dua kali kedua kakaknya memberi tau ada lowongan. Bahkan langsung diterima. Ya, sedikit memanfaatkan jaringannya. Zoya juga pasti ngga akan memalukan mereka, karena dia sangat pintar. Tapi selalu ditolak mentah mentah putrinya.

Alasannya lebih suka di restoran. Karena jadi bos. Ngga disuruh suruh kerjaannya. Jam kerja bebas. Seperti apa yang selama ini dilakukan Zoya. Makanya ini keajaiban, Zoya mau melamar kerja. Ini jadi tanda tanya besar.

"Kata Cleo, Nathan berulah. Dia terlalu sering mecatin personal asistennya. Jadinya Daddy buka lowongan," jelas Zoya disambut anggukan mereka.

"Ooo, karena itu kamu nawarin diri?" ledek Erwin penuh arti. Bakal patah hati lagi nggak? batinnya tergelak.

"Cieee.... Jadi kamu pengen jadi asisten pribadi Nathan," tawa berderai keluar begitu saja dari mulut Dirga.

Kalo bisa, Dirga ingin punya adik ipar seperti Nathan. Dari sekian banyak laki laki yang dia kenal, ngga ada yang pantas menurutnya buat adikbya selain Nathan.

Tapi itu hanya impiannya saja. Memang keluarga mereka yang bukan siapa siapa ini dulu cukup dekat dengan keluarga daddy Cleo.Terutama saat SMA.

Tapi keluarga Cleora pindah ke Amerika, begitu si kembar dan adiknya lulus.

Baru baru ini juga adiknya bertemu lagi dengan Cleora. Dan mereka akrab kembali seperti dulu bersama tiga perenpuan lainnya.

"Bukan begitu. Sembarangan, ih, kalo ngomong," bantah Zoya sengit. Wajahnya sampai merona.

Lagi lagi Zoya ngga bisa mengendalikan denyut jantungnya jika mendengar nama Nathan disebutkan.

"Jadi....? Mama penasaran, nih?" tanya Mama sambil memberikan isyarat pada kedua anak laki lakinya yang suka sekali menggoda Zoya.agar ngga menyela.

Zoya menhembuskan nafas panjang sambil mendelikkan matanya kesal pada kedua kakak laki lakinya yang kini memberikan cengiran menyebalkannya.

"Cleora, Moana, Indri, dan Freya yang minta aku melamar. Nanti Cleo mau nanya kisi kisinya pada Daddynya."

"Kisi kisi? Kayak mau ujian masuk kuliah aja," celutuk Dirga ngga tahan lagi untuk menggoda adiknya.

Kembali dia menyatukan kedua telapak tangannya ke atas kepalanya ketika mendapat lirikan larangan mata mamanya.

Kakaknya Erwin sampai memalingkan kepalanya untuk menyembunyikan tawanya.

"Anak papa, ya, ngga butuh kisi kisi. Papa yakin, kamu pasti diterima," ucap papanya sangat yakin.

"Papa yakin banget. Padahal selama tiga tahun ini aku, kan ngurusin steak aja. Ya aku perlu lah, pa, kisi kisinya," kilah Zoya ngga pede.

Agak gentar juga mengingat lagi perusahaan yang akan dia lamar, mempunyai banyak cabang hingga di luar negeri. Perusahaan multi nasional yang membawahi banyak perusahaan besar lainnya. Pastilah yang melamar juga bukan dengan kualifikasi sembarangan. Pasti berkualitas tinggi semua. Mereka yang melamar juga tentunya sudah tau bakal jadi apa dan berhubungan dengan bos yang seperti apa.

Kali ini senyum mama dan papa pun menyeruak, sangat manis.

"Tenang. Akan abang carikan buku buku buat tes. Sebaiknya abang pergi sekarang, ya," ujar Erwin berinisiatif. Dia pun bangkit berdiri. Belum terlalu malam. Masih banyak mall yang buka. Jika saja adiknya mengatakan siang tadi, pasti ngga nyampe sejam buku buku tes psikologi itu sudah ada di pangkuannya

Mata Zoya berbinar. Ini yang dia suka dari abangnya. Selain uang jajannya yang sangat sering dia dapatkan dalam jumlah besar, juga dukungannya.

"Makasih, Kak," senyum Zoya sangat lebar.

"Ayo, Dir. Ngapain lo masih nemplok aja,' tukasnya sambil menyentakkan tangan adik laki lakinya yang telihat ingin membuka mulutnya menggoda Zoya lagi.

"Oke oke," tawamya berderai kembali terdengar.

"Jangan banyak banyak, bang. Kan, tesnya lusa," kata Zoya mengingatkan.

"Wow, cuma ada waktu sehari," seru Dirga dengan hati sangat tertarik dan penasaran. Tapi tetap aja ada keyakinan dalam hatinya.

Apalagi kalo Cleora mengatakan pada Daddynya kalo adiknya akan ikut test juga.

Dirga makin penasaran dan ngga sabar nunggu hasil akhirnya.

Apalagi adiknya akan jadi asisten pribadi Nathan. Berinteraksi dengan cowo yang selalu dia hindari. Senyum smirk terukir di wajahnya.

"Besok kamu libur kerja, ya. Buat persiapan tes," saran papanya.

"Tapi, pa, restoran gimana?" Zoya benaran khawatir. Dia kepikiran bagaimana nanti harus ninggalin restoran mereka selama setahun.

"Yakin keterima?" goda mamanya sambil mencubit ujung hidung putrinya gemas. Papa pun tertawa. Untung kedua kakak laki lakinya sudah pergi. Kalo engga, pasti putri cantiknya akan digoda lagi.

Sementara itu senyum lebar terkembang begitu saja di bibir Zoya. Parasnya pun menjadi kemerah merahan.

"Iya ya ma," sahutnya dengan tersipu.

Kini mama pun ngga bisa menahan tawa gemasnya lagi melihat putrinya yang jadi salah tingkah karena malu.

Spil dikit ya...... Nathan sama Cleora anaknya Kalil dan Khanza♡♡

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!