"Pak tungguuuuuu!!!!" teriak Alea dengan berlari sekencang kencangnya. Satpam sekolah yang sudah hafal dengan Alea yang hampir tiap hari telat hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Makasih pak." ucap Alea dengan menghela nafasnya lega
Mungkin setelah berhasil melewati gerbang ia berfikir semuanya sudah berakhir dan dia hanya perlu ke kelas saja, tapi nyatanya tidak sepolos yang dia kira. Di hadapannya sudah berdiri seorang pria tinggi tampan dengan tatapan datarnya yang tengah menatap Alea.
"Gue sampe bosen liat Lo. jongkok 50 kali." kata Regantara yang membuat Alea terkejut
"Banyak banget. Kurangin dikit lah, lagian gue juga telat 1 menit doang loh." kata Alea mencari pembelaan.
"jongkok 51 kali." kata Regantara.
"Itu mah di tambahin. 20 kali aja lah." kata Alea
"55 kali." kata Regantara yang membuat Alea berdecak kesal.
"Kenapa sih loh suka banget hukum gue, padahal gue cuman telat satu menit, paling lama ya cuman telat 10 menit doang." kata Alea yang sudah mulai jongkok
"Gue ngga suka siswa yang ngga disiplin." kata Regantara.
"Emang Lo sedisiplin apa sih." gum Alea
"Lo bilang apa??" kata Regantara dengan dinginnya.
"Enggak, nggak bilang apa-apa." ucap Alea.
"53...54...55." Alea mengatur nafasnya yang terengah-engah, sementara keringat juga sudah keluar banyak.
"Kalau ngga mau di hukum jangan telat. Biasakan hidup disiplin dan tepat waktu." kata Regantara dengan berlalu pergi.
Alea pun bergegas menuju kelasnya. sesampainya di kelas ia langsung duduk dengan kaki lurus terlentang. Nafasnya tersengal-sengal dan mengusap keringatnya.
"Al Al tiap hari Lo telat mulu deh heran gue." kata Lila
"Tadi malam gue ngga bisa tidur mangkanya gue telat bangunnya." kata Alea.
"Lu hobi begadang sih." ujar Lila dengan berdecak.
Pelajaran pun di mulai tapi Alea nampak sibuk mengobrak abrik tasnya karena mencari bukunya tak tak kunjung ketemu. Perhatian Bu Karmila pun teralihkan pada Alea kemudian ia menghampiri gadis itu.
"Mana tugas kamu yang kemarin ibu suruh bikin? yang lainnya udah semua tinggal kamu aja." kata Bu Karmila.
"Bentar buk, ini tadi aku inget udah aku masukin tapi kok ngga ada ya." kata Alea yang masih sibuk mencari bukunya di tas.
"Bilang aja kamu belum ngerjain." kata Bu Karmila dengan menggelengkan kepalanya saja. Baginya hal seperti ini sudah biasa di lakukan oleh para siswa terutama Alea yang memang sering sekali beralasan seperti itu.
"Udah kamu keluar dan ngga usah ikut pelajaran ibu hari ini." kata Bu Karmila.
"Beneran buk, tadi pagi udah aku masukin. bentar deh aku cari." kata Alea dengan terus mencari bukunya.
"Mana? ada ngga? ngga ada? Keluar kamu, ibu ngga suka ya kalau ada murid ibu yang menyepelekan tugas." kata Bu Karmila yang akhirnya membuat Alea mau tak mau menurut.
Kini Alea duduk lesehan di depan kelas dengan mengumpat kesal. pasti ada saja masalah jika begadang malam dan paginya sekolah. Dari kejauhan Regantara yang melihat gadis yang tadi dia hukum duduk di depan kelasnya pun langsung bisa menebak jika gadis itu pasti membuat masalah lagi.
Ia hanya melewatinya saja tanpa menyapa begitupun juga dengan Alea yang tidak menghiraukan kehadiran Regantara. Karena tidak ada aktivitas apapun akhirnya Alea memutuskan untuk pergi ke atap dan tidur di sana karena jujur saja ia masih sangat mengantuk.
"Nahh gini nih baru nyaman."ucap Alea dengan tersenyum lebar.
Tanpa sadar sudah pukul 1 siang dan Alea benar-benar tertidur pulas tanpa mengingat jika dirinya masih berada di sekolah. Ia bahkan tidak mengikuti pelajaran keduanya karena tertidur di atap sekolah.
Sinar matahari yang terik dan menyilaukan membuat gadis itu mengerjapkan matanya dan bangun dengan terkejutnya ketika melihat sudah jam berapa. ia buru-buru beranjak tapi ketika membuka pintu ia di kejutkan oleh Regantara yang sudah berdiri di depannya. Tak hanya Alea saja yang terkejut tapi Regantara juga sama terkejutnya.
"Ngapain Lo disini? Lo bolos?" tanya Regantara yang membuat Alea gugup.
"enggak!!! minggir ah gue mau turun." kata Alea dengan mendorong tubuh Regantara tapi justru pria itu sengaja menghalangi jalan Alea.
"Lo bolos kan?" tanya Regantara.
"Enggak!!" kata Alea.
"Terus ngapain Lo disini? Ini masih jam sekolah dan Lo malah disini? Lo ngga bosen ya di hukum terus. ikut gue ke ruangan BK." Kata Regantara dengan menarik tangan Alea.
"Sakit Rey, gue bisa jalan sendiri kali ngga perlu Lo tarik-tarik." kata Alea dengan kesalnya tapi tidak di hiraukan oleh Regantara.
"Al Lo kemana aja sih kok ngga balik ke kelas lagi. Terpaksa deh Lo di Alfa sama Bu Pratiwi." kata Lila yang membuat Regantara menatap Alea.
"Ssstttt diem Lo..." ucap Alea dengan suara pelannya.
"Lo masih ngga ngaku kalau Lo bolos." kata Regantara yang membuat Alea hanya tersenyum kecil saja kemudian menatap Lila dengan kesalnya.
"Rey, Lo mau bawa Al kemana?" tanya Lila.
"Bukan urusan Lo." jawab Regantara dengan terus berjalan menarik tangan Alea
Sesampainya di ruangan BK, Alea duduk sementara Regantara keluar tapi beberapa saat kemudian dia kembali bersama Bu Henny, salah satu guru BK yang paling di takuti semua siswa.
"Bener yang di bilang Rey?" tanya Bu Henny dengan menatap tajam Alea.
"Saya ngga sengaja Buk ketiduran di atap." jawab Alea dengan menundukkan kepalanya.
"Kenapa kamu di atap saat jam pelajaran?" tanya Bu Henny.
"Saya lupa membawa buku jadi saya ngga di bolehin ikut pelajaran Bu Karmila, yaudah deh dari pada ngga ngapa-ngapain saya ke atap dan tidur karena saya ngantuk." jawab Alea .
Bu Henny pun mengambil 1 lembar buku dan meletakkannya di depan Alea dengan satu bolpoin juga.
"Buat keterangan menyesal 1000 kata dan selama 2 minggu kamu harus membersihkan semua toilet di sekolah. Jika kamu membantah maka ibu akan menambah hukuman kamu. sebelum pulang sekolah ibu mau kertas itu sudah ada di tangan ibu dan lengkap dengan kata menyesal mu." kata Bu Henny dengan berlalu keluar sementara Alea hanya benar-benar frustasi karena terus mendapatkan hukuman.
Alea menatap Regantara dengan kesalnya, sementara pria itu hanya menatapnya saja sekilas kemudian berlalu pergi.
"Kenapa Lo?" tanya Lila yang melihat Alea keluar dari ruangan BK.
"Gara-gara Regantara nih gue di hukum Bu Henny. Kenapa sih dia jadi ketua OSIS disini. Udah jutek ngga ngerti toleransi, sok cool banget lagi. Kesel gue." kata Alea dengan mengeluarkan unek-uneknya.
"Ngapain Lo ngatain gue, ngga terima dapet hukuman? Itu karena Lo ngga disiplin dan ceroboh. Kalau masih ngga berubah gue pastiin besok dan seterusnya Lo bakal dapet hukuman lebih dari ini." kata Regantara yang ternyata sudah berada di belakang Alea.
"Aaaaakhhh gue cuman bercanda!!! Lo ngeselin banget sih sumpah yaa!!" seru Alea dengan memukuli Regantara.
"Apaan sih Lo, ngga jelas banget. gue tambah hukuman Lo mau??!" kata Regantara dengan memegangi tangan Alea membuat gadis itu hanya mengerucutkan bibirnya saja dengan kesal.
"Al Al udah yok masuk ke kelas, pelajaran udah mau di mulai nih, jangan sampai Lo di hukum lagi." kata Lila.
"Masuk." kata Regantara.
"Ngga perlu Lo suruh gue juga mau masuk. Dasar muka datar, suka semena-mena sama orang lain huuuuu." kata Alea dengan menatap kesal Regantara.
Di tengah-tengah pelajarannya, Alea berpura-pura mengeluh jika perutnya sakit. Ia melakukan itu karena ia belum menulis surat keterangan menyesal satu pun di kertas yang di kasih Bu Henny.
Kini dia berada di perpustakaan dan menulis semuanya dengan teliti dan cepat. Hitungan demi hitungan membuat mulutnya benar-benar sangat lelah begitupun juga tangannya yang terus menulis hingga setelah beberapa saat berlalu kini ia pun sudah berhasil menyelesaikan dalam 890 kata.
"Ayo semangat Al, Lo bisa!!!" ucap Alea dengan menyemangati dirinya sendiri walaupun tangannya benar-benar pegal tapi ia tidak di buat rasa dari pada dia harus kena hukuman lagi.
"Akhirnya......" kata Alea dengan menyelesaikan hukumannya. Tangannya sampai merasa keram dan seperti tidak bisa di gerakkan. Bertepatan dengan itu bel sekolah pun berbunyi sehingga ia bergegas menuju ruangan Bu Henny untuk menyerahkan kertas itu.
"Sebentar ibu hitung dulu." kata Bu Henny yang curiga jika jumlah kata masih kurang.
Alea menunggu dengan berdiri. Begitulah para siswa yang masuk ke ruang BK dan harus berurusan dengan Bu Henny. Kaki Alea sudah terasa sangat pegal tapi Bu Henny masih fokus dengan hitungannya.
"masih kurang 3 kata, tapi ngga papa. ingat 2 Minggu kamu bersihin toilet jadi jangan pulang sebelum bersihin toilet." kata Bu Henny yang membuat Alea bernafas lega.
Kini ia membawa satu ember berisi peralatan bersih-bersih toilet dan mulai membersihkannya di mulai dari toilet pria. Ternyata bukan cuman dirinya saja yang mendapatkan hukuman membersihkan toilet, di sana juga ada beberapa siswa.
"Itu bagian Lo." kata Bagas dengan menunjuk 3 toilet yang belum di bersihkan dan ada salah satu pintu yang tertutup.
"kalian udah selesai?" tanya Alea yang di angguki oleh kedua pria itu.
"Yahh masa gue sendirian disini. Temenin gue dong." kata Alea.
"ogah gue. Gue udah selesai. toilet putri tinggal yang paling pojok dua." kata Bagas yang kemudian pergi di susul temannya.
"Ck semua ini karena si muka datar." gerutu Alea yang mulai membersihkan toiletnya.
2 toilet sudah selesai di bersihkan tapi masih ada 1 toilet lagi yang pintunya masih tertutup. Karena tidak mau menunggu akhirnya ia pun memutuskan untuk membersihkan toilet putri saja.
Beberapa saat kemudian ia sudah selesai dengan semuanya hanya tingga satu toilet saja yang belum dia bersihkan. Ia kembali ke toilet pria dan melihat jika pintu itu masih tertutup. Alea yang merasa curiga pun langsung mengetuk pintu dengan pelannya tapi tidak ada jawaban apapun sehingga membuatnya mengintip dari sela-sela bawah pintu yang ternyata ada kaki.
"kok kaya sepatu yang di pakai muka datar." gumam Alea dengan terkejutnya kemudian berusaha membuka pintunya tapi tidak bisa karena di kunci dari dalam.
Ia pun akhirnya mencari sesuatu agar bisa naik dan melihat siapa yang ada di dalam. sesaat kemudian ia berhasil mendorong kursi dan langsung naik kemudian ia bisa melihat yang di dalam toilet itu adalah Regantara.
"Rey...." seru Alea dengan paniknya kemudian memanjat pintu dan turun tepat di depan Regantara setelah itu ia pun membuka pintu.
"Rey bangun!!! Lo kenapa hah!!!!" kata Alea dengan menepuk pipi Regantara yang pingsan entah apa sebabnya.
Ia pun membawa Regantara dengan merangkulnya. Tubuh berat Regantara membuat Alea kesulitan berjalan tapi ia tetap memaksa membawa Regantara ke UKS.
"Dia kenapa Buk?" tanya Alea pada salah seorang suster yang memang tengah bertugas di sekolahnya.
"Dia ada magh dan asam lambung. Mungkin dia telat makan jadi pingsan." kata suster yang membuat Alea mengangguk paham.
Beberapa saat kemudian Regantara bangun dan melihat jika ada Alea yang duduk di sampingnya sambil menatap ke arah jendela. Buru-buru dia bangun yang membuat Alea terkejut.
"Mau kemana Lo?" tanya Alea.
"pulang." kata Regantara.
"Lo harus makan dulu Rey. Gue udah beliin buat Lo." kata Alea dengan menyodorkan makanannya pada Regantara.
"Ngga perlu. gue ngga butuh." kata Regantara dengan menepis tangan Alea yang membuat makanannya jatuh.
"Udah gue tolongin bukannya terimakasih kek apa kek Lo malah ngga ngehargaiin sama sekali. tau gitu gue biarin aja Lo di toilet sampai besok." kata Alea dengan kesalnya kemudian pergi begitu saja sambil sengaja menyenggol bahu Regantara menggunakan bahunya karena kesal.
"Emang gue nyuruh Lo buat nolongin gue? Gue ngga nyuruh Lo. Lain kali kalau Lo liat gue pingsan lagi udah biarin aja ngapain nolongin gue. gue bisa ngurus diri gue sendiri." kata Regantara yang membuat Alea berhenti dan berbalik dengan menghampiri Regantara.
"Lo dengerin baik-baik ya. Gue nolong Lo karena gue masih punya nurani, gue punya rasa kemanusiaan, ngga kaya Lo." kata Alea dengan menekankan kata-katanya.
"Apa maksud Lo?" tanya Regantara dengan dinginnya.
"Pikir aja sendiri." kata Alea kemudian berjalan pergi meninggalkan Regantara.
Walaupun hampir setiap hari dia kena hukuman tapi bagi Alea sendiri hanya hari ini saja yang rasanya benar-benar membuat dia sangat kesal dan marah terlebih lagi dengan Regantara.
Regantara sendiri hanya menaikkan bahunya saja dengan bodo amat setelah itu ia juga ikut pergi.
pria itu juga tidak sadar kalau dirinya sampai pingsan di toilet. Seingatnya setelah dari ruangan guru, ia merasakan perutnya yang benar-benar sakit dan langsung berlari ke toilet karena tidak mau ada orang lain yang tahu, tapi ternyata ia di temukan oleh gadis yang sering dia hukum dalam keadaan. pingsan.
Setelah pulang sekolah seperti biasanya Alea hanya akan bersantai di balkon rumahnya sambil mendengarkan musik. gadis itu memang lebih sering menghabiskan waktunya di rumahnya. Ia adalah anak kedua dari dua bersaudara. kakaknya bernama Laurent Sherina sudah menikah dan menetap di California bersama suaminya dan Alea seperti menjadi anak tunggal di rumahnya. Ayahnya adalah seorang pimpinan di salah satu perusahaan taksi dan bus yang cukup terkenal di kotanya.
Alea adalah anak yangs sederhana dan tidak suka kemewahan walaupun jika dia mau dia bisa saja menunjukkan pada teman-temannya. ia juga lebih memilih jalan kaki di bandingkan naik kendaraan ketika ke sekolahnya, hal itu ia lakukan karena jarak antara sekolah dan rumahnya cukup dekat.
Di bandingkan dengan kakaknya Laurent, ia adalah anak yang bodoh karena tidak pernah mendapatkan prestasi apapun di sekolahnya. Berbeda dengan Laurent yang memang anak cerdas di sekolahnya dulu. Terlepas dari itu semua, Alea sangat pandai menggambar dan ia juga punya mimpi menjadi seorang desainer terkenal.
"Al!!" sebuah suara memanggilnya beberapa kali tapi Alea tidak mendengar karena sedang memakai earphone dengan volume tinggi.
"Kamu ya Al!!! Kebiasaan banget kalau di panggil ngga pernah nyaut. Mami sampai harus nyamperin kesini terus." kata Citra dengan melepaskan earphone Alea.
"Apaan sih mi, aku lagi gambar nih, ganggu aja deh." kata Alea dengan kesalnya.
"Kamu ngga denger mami panggil dari tadi?" tanya Citra.
"enggak lah orang aku lagi dengerin musik kok." kata Alea.
"Besok ke dokter THT mami takut kalau telinga kamu bermasalah karena keseringan dengerin musik sampai ngga denger di panggil-panggil. Kalau mami marah, mami buang semuanya Al tau ngga." kata Citra.
"Ada apa sih?" tanya Alea.
"Bapakmu mau bicara sama kamu." kata Citra yang membuat Alea hanya menghela nafasnya saja.
"Bukannya Daddy di kantor?" tanya Alea dengan bingungnya.
"Ya karena itu kamu ke kantor." kata Citra.
"Aaahh males lah mi. Ngapain sih ke kantor segala, kan nanti kalau Daddy pulang bisa bicara di rumah." kata Alea.
"Kata bapakmu penting makannya kamu suruh ke kantor." kata Citra.
"Yaudah Al ganti baju dulu." kata Alea dengan berlalu pergi.
Tak butuh waktu lama kini Alea pun sudah siap dengan daster pendek selutut yang membuat Citra hanya menggelengkan kepalanya saja karena gadis itu benar-benar tidak memperhatikan penampilannya.
"Al. Pakai baju yang bagus dong, bukannya kamu punya banyak baju ya. kapan hari itu mami juga beliin 3 loh buat kamu." kata Citra.
"Sama aja lah mi." kata Alea dengan memakai sendal jepitnya sambil mengikat rambutnya sembarang hingga membentuk cepol kemudian mengambil Tote bagnya.
"Terserah kamu lah Al, capek mami sama kelakuan kamu. udah sana berangkat." kata Citra.
Ia ke kantor ayahnya dengan di antar sopirnya. Penampilannya sekarang memang seperti bukan anak orang kaya tapi itulah Alea, ia hanya akan memakai baju yang membuatnya nyaman saja.
Tak berselang lama kini ia sampai di depan kantor ayahnya. ia turun dari mobil yang membuat beberapa orang langsung berbisik-bisik tapi ia tidak menghiraukannya.
"Eh ada mbak Al." kata Alice dengan tersenyum ramah.
"Iya mbak. Daddy ada ngga?" tanya Alea.
"Ada mbak di ruangannya, langsung aja naik." kata Alice yang di angguki Alea.
"Makasih mbak. Oh ya mbak, nanti aku ada pesen makan banyak, tolong di bagiin buat karyawan lain ya. nanti kalau kurang bilang aku aja. Suruh langsung di makan biar ngga dingin." kata Alea yang membuat Alice tersenyum mengangguk.
"Makasih ya mbak Al." kata Alice
"Kenapa kak? tumben mbak Al ke kantor?" tanya Renata dengan penasaran begitupun juga beberapa rekannya.
"Ngga tau mungkin ada perlu sama pak Jeremy." kata Alice.
"Mbak Alice itu ada yang bawa makanan yang di pesan mbak Alea banyak banget loh. emang mbak Al disini ya?" tanya Andre yang tiba-tiba datang
"Lah udah dateng? Yaudah bawa masuk aja Ndre terus bagiin ke semua karyawan." kata Alice yang membuat Andre mengangguk.
"Mbak Al yang pesen kak?" tanya Okta.
"Iya tadi bilang sama gue suruh bagiin ke karyawan disini. belum pada makan kan?" tanya Alice.
"Boro-boro makan kak banyak banget nih kerjaan." timpal Rendi.
"Yaudah sekalian istirahat sama makan. Cepetan deh ambil satu-satu." kata Alice.
"Baik banget mbak Al deh. kayaknya tiap kesini dia pasti bagi-bagi makanan ya." kata Viona.
"pantes jadi anak pak Jeremy hehehe." timpal Merry.
"Mbak Al tuh sederhana banget orangnya, gue ngga pernah liat tuh dia ke kantor pakai pakaian kaya anak-anak orang kaya lain, pasti makainya itu itu mulu tapi emang dasarnya cantik ya tetep cantik sih, apalah gue yang buluk dekil ini." kata Renata dengan meratapi nasibnya.
....
"Dad...." ucap Alea dengan mengetuk pelan pintu ruangan ayahnya.
"masuk Al." kata Jeremy
Ketika masuk ia di buat terkejut ketika ada tamu ayahnya. menyesal ia tidak mendengarkan perkataan ibunya untuk memakai pakaian yang bagus tapi karena sudah terlanjur jadi ia hanya bersikap biasa saja dan menyapa dengan senyum ramahnya.
"Sore Om..." kata Alea dengan tersenyum dan duduk.
"Ini anak mu Jer?" tanya Erlangga dengan menatap Alea dan Jeremy bergantian.
"Yooo... gimana? cantik kan anak gue." kata Jeremy.
"perasaan terakhir kali gue liat anak Lo masih segini loh, kok sekarang udah besar banget, cantik lagi. pasti Rey suka." kata Erlangga dengan tersenyum sementara Alea hanya menyimak saja dengan tidak mengerti.
"Al, kamu inget om Erlangga ngga, sahabatnya Daddy." kata Jeremy yang membuat Alea mengangguk.
"Inget Dad." jawab Alea.
"Hahaha udah lah gue bawa pulang aja ya anak Lo ya ngga sabar buat jadi anak gue.'" kata Erlangga dengan tertawa.
"Maksudnya apa ya Dad?" tanya Alea .
"Jadi gini sayang, sebenarnya sejak dari kandungan kamu sama anak om Erlangga udah di jodohin. Dan sekarang kayaknya umur kalian udah cukup." kata Jeremy yang membuat Alea terkejut.
"Maksudnya?" tanya Alea dengan tidak paham.
"Ya kamu bakal nikah sama anak om Erlangga." jawab Jeremy yang membuat Alea terkejut.
"Kamu mau kan, menikah sama anak om, dia ganteng loh dan udah bisa pimpin perusahaan sendiri." kata Erlangga.
"Maaf om sebelumnya, tapi aku masih sekolah dan belum mikir sampai ke hal itu." kata Alea.
"Anak om juga masih sekolah. Kamu sekarang umur berapa?" tanya Erlangga.
"17 om." jawab Alea.
"Seumuran sama anak om dong. Namanya Rey. Sayang sekali om ngga punya fotonya karena dia ngga pernah mau di foto. Cuman foto masa kecilnya aja yang om punya." kata Erlangga.
Alea menatap Jeremy dengan meminta penjelasan. Ia benar-benar tidak mengerti dengan semua yang di bicarakan ayahnya dan sahabatnya. Jeremy sendiri tahu bagaimana karakter anaknya, mungkin di kantor dia hanya akan diam menurut tapi nanti lihat saja jika sudah di rumah, sifat pemberontak yang di miliki Alea akan terlihat.
"Anak gue pasti suka lah. Siapa sih yang ngga mau sama bos muda kaya anak Lo. Yakan Al, kamu mau kan." kata Jeremy tapi Alea hanya tersenyum kecil saja menanggapi semua itu.
Dan benar saja sampai di rumah, Alea langsung membanting tasnya di sofa ruang tamu dengan wajah kesal dan marahnya. Sementara Jeremy yang ada di belakangnya hanya memperhatikan saja dan menyuruh Alea untuk duduk.
"Duduk kamu." kata Jeremy
"Dad maksudnya apa coba? Al ngga suka ya. Aku masih sekolah dan belum lulus." kata Alea.
"Kamu tau kan Daddy ngga suka penolakan, Daddy ngga suka anak Daddy ngebantah perkataan Daddy. Kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan. Jangan bikin Daddy marah." kata Jeremy.
"Tapi ya masa aku nikah di usia yang masih muda banget dad. Ngga mau lah. Daddy tau kan cita-cita aku sejak kecil jadi desainer. Itu belum tercapai loh Dad, dengan aku nikah di usia sekarang itu udah jelas jelas ngga bakal tercapai." kata Alea.
"Daddy bakal pastiin kamu bakal jadi desainer. Calon suami kamu walaupun masih sekolah, dia udah mampu jadi pemimpin perusahaan loh. Daddy tau mana yang terbaik buat kamu sayang." kata Jeremy.
"Ya tapi kan tetep aja Dad. Aku ngga kenal sama anak om Erlangga. Daddy juga belum tau kan gimana." kata Alea.
"Eeettss kata siapa, beberapa kali loh Daddy meeting bareng anaknya om Erlangga. Daddy kenal banget, dia anaknya baik." kata Jeremy.
Membayangkan saja membuat Alea sudah merinding sendiri. Ia bahkan belum terpikirkan untuk menikah di usia muda seperti sekarang, apalagi menikah dengan pria yang tidak ia kenal.
"Tapi Al takut Dad. aku ngga mau nikah di usia muda kaya kini. apa kata temen-temen Al nanti kalau tahu aku udah nikah coba. Oh ya dan udah pasti Al ngga akan bisa sekolah lagi dong." kata Alea dengan mata yang sudah memerah menahan tangis.
"Siapa yang bilang anak Daddy ngga bisa sekolah lagi. Kamu bisa tetap sekolah kaya biasanya, cuman setelah nikah kamu harus bisa jaga diri dari cowo lain." kata Jeremy.
"Aaaaakhh Daddy, ngga mau lah, Alea takut." kata Alea
"Daddy sama om Erlangga yang bakal atur semuanya yang terpenting kalian udah nikah dulu baru kita para orang tua lega." kata Jeremy.
"Aaahhhh ngga tau lah, Daddy suka semena-mena emang sama aku." kata Alea berlalu meninggalkan Jeremy dengan kaki di hentak-hentakkan layaknya anak kecil yang marah.
Di sisi lain tepatnya di rumah Regantara, tampak pria itu juga tengah duduk diam seribu bahasa setelah mendengar perkataan ayahnya.
"Kamu punya pacar? Papa sudah bilang sama kamu jangan pacaran karena kamu udah papa jodohin dari kecil. Putusin pacar kamu sekarang juga." kata Erlangga dengan marahnya.
"Telpon dia!!! bilang di depan papa." kata Erlangga yang membuat Regantara hanya menurut saja karena hanya akan sia-sia dia melawan ayahnya.
Ia pun menelpon kekasihnya dan langsung mengutarakan maksudnya di depan Erlangga. Setelah itu ia mematikan hp nya dan menatap Erlangga dengan tajam.
"Udah kan." kata Regantara.
"Jangan temui dia lagi, karena kamu akan segera menikah. Besok papa bakal atur pertemuan sama keluarga sahabat papa." kata Erlangga.
"Terserah papa." kata Regantara dengan cueknya.
setelah ayahnya pergi, ia langsung menghubungi kekasihnya lagi dan mengajaknya bertemu di taman tempat mereka jadian.
"Apa maksud kamu ngomong kaya gitu? Ngga lucu ya!!" kata Livy dengan marahnya.
"Dengerin aku dulu aku mau ngomong. kamu mau nunggu aku kan." kata Regantara.
"Apa kenapa?" tanya Livy.
"Aku di jodohin sama orang tua ku." kata Regantara.
"Terus kamu mau?" tanya Livy.
"Aku ngga ada pilihan lain Li. Tapi percaya deh itu cuman terpaksa dan aku bakal tetap sama kamu." kata Regantara.
"Ngga mungkin Rey!!! Kamu tega ya sama aku. Udahlah terserah kamu aja. emang dari dulu cuman aku yang berjuang, kamu ngga pernah." kata Livy dengan menghapus air matanya sambil pergi.
"Li tunggu!!!" teriak Regantara tapi Livy malah berlari.
.
.
.
Pagi ini Alea telat ke sekolah lagi dan ia harus memanjat pagar belakang sekolah agar tetap bisa masuk. Semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan perkataan ayahnya yang ingin menjodohkan dirinya.
"Hufftt akhirnya..." ucap Alea ketika berhasil turun dengan sempurna.
"Bangga banget ya, udah masuk sekolah telat, pake manjat pager belakang sekolah." kata seorang pria yang sudah berada di belakangnya sehingga membuat dia terlonjak kaget.
"Ngagetin aja sih Lo. kenapa sih dimana mana selalu ada Lo? kayaknya emang bener deh sekolah ini milik keluarga Lo ya. Ayolah kita damai ya Rey, sumpah gue ngga ada tenaga buat debat sama lo. gue langsung ke kelas ya." kata Alea
Di lihat dari raut wajah Regantara membuat Alea mengerti jika sekarang bukan waktunya untuk bercanda. entah Rey sedang ada masalah atau apa tapi Alea memilih untuk menurut saja walaupun ia juga sebenarnya lemas.
"Lo di hukum sampai istirahat." kata Regantara dengan berlalu pergi.
Alea mendongak menatap bendera yang tertiup angin dan berkibar dengan indahnya. Ia mulai hormat di tengah-tengah halaman sekolah. Bukan hanya dirinya saja, tapi ada beberapa siswa juga yang tengah berlari mengelilingi halaman.
pelajaran pertama pun sudah berlalu dan Alea masih stay di depan tiang bendera dengan hormat. Terik matahari dan keringat sudah membahasi tubuhnya. Kaki yang pegal tidak ia rasakan. sesekali ia juga mengelap keringat.
Sebuah tangan yang memegang minuman tiba-tiba saja ada di samping Alea.
"Lo kok seneng banget sih di hukum kaya gini. Padahal rumah Lo Deket kan dari sekolah." kata Iyan yang membuat Alea langsung meminumnya dengan habis.
"Ngga tau gue. makasih ya hampir aja gue mati kehausan .'' kata Alea.
"Udah lah balik ke kelas aja yok. Ntar gue yang bilang ke Rey." kata Iyan yang memang teman sekelas Alea.
"Bentar lagi kelar kok. gue mau langsung ke kantin kalau udah istirahat." kata Alea.
Iyan yang melihat Regantara pun langsung menghampirinya membuat Regantara hanya menatapnya saja sekilas.
"Siapa Lo? Pacarnya? Ya kalau Lo mau gantiin ya silahkan." kata Regantara dengan berlalu pergi.
"Lo ngapain disini sih, udah sana masuk." kata Alea.
"Lo yang masuk ntar dehidrasi. Gue udah bilang ke Rey kalau gue yang bakal gantiin Lo." kata Iyan.
"Enggak lah mana bisa. gila Lo ya!! Udah sana abis ini istirahat, kita makan di kantin." kata Alea.
"Lo aja sana." kata Iyan.
"Sumpah ya kalau Lo masih kekeh, gue beneran marah ya." kata Alea tapi tidak di hiraukan oleh Iyan justru pria itu tetap berdiri yang membuat Alea menghela nafasnya saja.
Kriiingggg
Keduanya langsung berlari menuju kantin dan memesan minuman dingin kemudian menghabiskannya dalam sekejap terlebih Alea yang kelihatan sangat kehausan.
"huffftt akhirnya." ucap Alea.
"Lahh kalian berdua disini?" tanya Lila dengan herannya.
"iya nih ni anak malah ikut-ikutan gue di hukum. Aneh emang." kata Alea.
"Namanya juga cinta Al." kata Lila dengan terkekeh.
"Sembarangan kalau ngomong." seru Iyan dengan menatap Lila tajam.
"Yeeee marah Lo." kata Lila yang ikut bergabung bersama mereka.
"Coba deh Al, lu stel alarm biar bangun Lo ngga kesiangan. heran gue deh keknya sehari aja Lo ngga di hukum kayanya ngga mungkin. pasti adaaaa aja masalah yang Lo bikin." kata Lila.
"Ya gimana dong, yang lainnya buat prestasi, gue buat masalah pfffttt." kata Alea dengan menahan tawanya.
"aneh banget sih Lo." kata Lila.
Memang sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Alea jika mendapatkan hukuman. orang tuanya juga sering kali menasehatinya dan menyarankan agar berangkatnya tidak jalan kaki, tapi bukan Alea namanya jika hanya mengiyakan begitu saja. Ia sudah terbiasa dengan hukuman semacam itu jadi ia tidak masalah jika pun setiap hari harus mendapatkan hukuman.
"Gue ke toilet dulu ya, kebelet." kata Alea dengan berlari.
ia terus berlari hingga saat akan berbelok dia menabrak seseorang yang membuatnya terjatuh begitupun orang yang di tabrak.
"Lo gimana sih hati-hati dong!!" kata Regantara dengan kesalnya.
"Sorry Rey gue buru-buru. Sorry sorry." kata Alea dengan berlalu pergi
Regantara hanya berdecak kesal saja sambil mengambil tasnya. Ia buru-buru pergi karena ia mendapat telepon dari ayahnya ada perubahan schedule secara mendadak dan ia harus segera meeting dengan client.
tidak ada yang tahu jika Regantara sudah menjadi bos muda di usia yang masih sangat muda. Mereka hanya tau jika pria itu kerap kali ijin pulang lebih dulu karena suatu urusan. Walaupun begitu kepala sekolah hanya membiarkannya saja. Terlepas dari Regantara yang memang siswa pintar dia juga anak dari donatur tetap sekolahnya jadi apapun yang di lakukan Regantara tidak membuat kepala sekolah atau guru yang lainnya menegur atau menghukumnya, tentu mereka tidak sebodoh itu.
Saat hampir sampai di toilet, Alea baru sadar ternyata dia membawa kertas yang entahlah apa itu. Ia tidak tahu bagaimana bisa dia membawa kertas tersebut tapi yang jelas ia hanya bertabrakan dengan Regantara saja.
"Ahhh bodo amat lah yang penting gue keluarin dulu." ucap Alea .
Di dalam toilet ia membaca kertas itu yang ternyata dokumen perusahaan. Ia buru-buru pergi karena ia merasa jika kertas itu sangat penting apalagi ketika dia ingat jika Regantara membawa tas juga. Tapi ia masih bertanya-tanya kenapa pria itu membawa dokumen perusahaan ke sekolah.
Ia berlari mencari Regantara tapi tak menemukan pria itu hingga ia akhirnya sampai di parkiran dan ada mobil yang akan pergi. Alea langsung berlari dan berdiri tepat di depan mobil Regantara, sementara pria itu terkejut bukan main karena jika ia tidak langsung menginjak remnya, sudah pasti Alea tertabrak sekarang.
"Gila Lo ya!!! Ngapain berdiri di situ, gue buru-buru minggir." kata Regantara dengan membuka kaca mobilnya.
"Ini punya Lo kan?" tanya Alea dengan memberikan kertas itu pada Regantara.
"Dari mana Lo dapetin ini?" tanya Regantara dengan terkejut.
"Jatuh tadi. mangkanya hati-hati Lo udah tau penting malah di bawa ke sekolah." kata Alea.
"Thanks ya....udah minggir gue buru-buru." kata Regantara yang membuat Alea langsung minggir dengan wajah bingung dan kagetnya
"tuh orang kesambet apaan yak, seumur-umur baru denger dia bilang makasih." kata Alea yang kemudian menggelengkan kepalanya saja karena tidak ingin terlalu memikirkan hal yang menurutnya tidak penting.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!