NovelToon NovelToon

Gagal Move On, Dosenku Suamiku

Alamat email

Senin pagi yang cerah, Seorang mahasiswi tergesa gesa menyusuri koridor kampus. Ia melihat jam di pergelangan tangan. Jam 8. 40 WIB. Masih ada sisa dua puluh menit sebelum kelas dimulai.

" Untung saja " ucapnya sambil mengambil nafas lega saat mencapai pintu kelas.

" Tugas lo mana Ca ? " todong ketua kelas saat melihat kehadiran Danisha. Begitu nama gadis dengan rambut yang selalu menggerai rambut ikalnya itu.

" Tugas ? tugas apaan ? kok gue nggak tau "

" Tugas yang dikirim sama dosen pengganti ke email kita, kan gue udah wa kalian semua untuk kirim alamat email " jawab Wandi, sang ketua kelas sambil mengumpulkan makalah teman temannya.

" Gue udah kirim, tapi nggak ada email masuk "

" Cek lagi gih, siapa tau alamat email lu salah "

Danisha merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih itu. mencari ikon pesan hijau dan mencari pesan yang ia kirim ke Wandi.

" Astaga ! ada satu huruf yang ketinggalan "

Wandi mengangkat bahu.

" Itu bukan urusan gue lagi, lo mesti ketemu pak Reyhan, dosen pengganti bu Jelita "

Reyhan ? seperti nama yang sangat familiar. Tapi nama Reyhan berseliweran di mana mana. Nggak penting juga diingat, yang penting adalah tugas yang belum masuk.

Ancamannya nggak main main langsung dapat C kalau nggak ngumpulin tugas yang diberikan dosen baru itu. Percuma juga kuliah satu semester kalau akhirnya dapat nilai C.

" Buruan gih temuin dia diruangannya "

Danisha mengikuti langkah Wandi ke ruang dosen. Danisha terbelalak saat membaca name tag di papan yang terpajang di atas pintu.

M. Reyhan Danu Subakti SS, M.hum.

Nama itu sangat mirip, apa mungkin ada nama orang yang punya kesamaan. Sama persis muka depan belakang.

semua kemungkinan itu pasti ada. Danisha mengetuk pintu, padahal tadi Wandi sudah masuk duluan. Ia hanya menjaga adab kesopanan, tak ingin dianggap selonong boy.

" Masuk ! " Perintah dari dalam. Danisha masuk dan terkejut, sungguh amat terkejut. melihat sosok di belakang meja yang sedang bicara dengan Wandi.

" Silahkan tunggu saya bicara dengan ketua kelas anda, baru kita bahas masalah anda "

Danisha mengangguk hormat, tapi dalam hati merutuki siapa yang lihat hari ini.

hampir lima belas menit ia disuruh berdiri.

" Silahkan duduk " titah sang dosen pada Danisha setelah Wandi pergi. Danisha menggigit bibirnya. .

" Ada perlu apa? " tanya dosen muda itu. Danisha merasa bibirnya seakan membeku. Masa ia tak dikenali lagi setelah empat tahun bersama. Sang dosen itu adalah mantannya. mantan terindah.

" Maaf pak, saya.., saya belum dapat kiriman tugas karna ada satu huruf yang lupa saya tuliskan dalam email saya " ucap Danisha tergugu. Gugup juga ditatap tajam oleh sang dosen.

" Apa itu kesalahan saya ? " tanyanya jutek. Danisha meremas tangannya. Ia sering berhadapan dengan dosen killer tapi ini kenapa terasa sadis, apa karna dia mantan ?

" Eng..gak pak, itu salah saya "

" Kalau itu karna kesalahan anda, anda harus terima resikonya "

" Tapi pak, beri saya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan saya..." Danisha memelas, demi nilai dan tak ingin mengulang lagi di semester berikutnya, tak apalah walau terkesan mengemis.

" Hmm..." Reyhan, dosen muda itu melipat tangan di dada. menatap si mantan tak berkedip. Jantung Danisha berdebar tak karuan.

" Saya pernah mendengar kalimat ini tapi dimana...ya, saya lupa tapi sudahlah itu terlalu sakit untuk diingat " Danisha menunduk semakin dalam, itu kalimat terakhir Reyhan saat Danisha menyatakan putus.

" Tapi jangan hubungkan antara studi dan masalah pribadi dong pak " Danisha hanya bisa menjerit dalam hati.

" karna tak ada yang harus di bahas lagi, silahkan keluar dari ruangan saya, masih banyak yang harus saya kerjakan, anda sudah paham kan dengan keputusan saya ? "

Danisha mengangkat wajahnya, reflek menatap intens pada mata sang dosen yang menatapnya dingin.

Kesal, marah, sedih bercampur aduk di hatinya. Sebenarnya ada juga rasa bahagia karna rasa itu belum sepenuhnya hilang. Danisha rasanya ingin menggebrak meja Reyhan.

' kira kira dong ngasih sikap, bagaimanapun gue mantan lo, mantan yang pernah buat lo bahagia '

Untung hanya dalam imajinasi, kalau fakta bisa di Do aku, pikir Danisha. Ia beranjak dari kursi dan melangkah ke pintu.

" Danisha ! " panggil Reyhan. Danisha menoleh kebelakang.

" Apa huruf yang kamu lupakan R..R untuk Reyhan ? "

Danisha tercekat, ternyata sang mantan masih ingat dengan alamat email yang pernah mereka buat bersama danishalover@gmail.com.

" Nggak apa apa pak, saya terima kok di kasih nilai C " ujar Danisha sambil membuka pintu dan tak menatap Reyhan lagi.

Ia menyusuri koridor kampus dengan hati pilu, bukan hanya karena tak diberi kesempatan untuk memperbaiki nilai tapi karena teringat kisah cintanya yang masih melekat kuat dihatinya, sosok yang masih membuat rindu muncul lagi.

Andai Reyhan tahu kalau keputusan untuk putus itu bukan keinginannya tapi ada sebab lain yang memaksanya melakukan itu.

" Ca..lo.nangis " tegur Sisi saat melihat Danisha duduk di pelataran parkiran. ia melihat Danisha duduk sambil memegang helm dengan terpekur.

" Pak Reyhan tak ada toleransi buat Ica.., doi nggak mau kasih Ica kesempatan memperbaiki nilai " jawab Wandi sambil menghampiri motornya.

" Jahat juga sih dosen tampan itu, sudah Ca. semester depan lo kan bisa ngulang lagi. bisa kecengin tu dosen, siapa tau dia naksir "

" Apaan sih lo, siapa lagi yang naksir dosen kejem kaya dia "

" Ekhm ! " suara deheman membuat kedua mahasiswi itu menoleh.

" Bisa minggir dari mobil saya " Sisi yang tadi bersandar di depan mobil Pajero hitam serasa mau mati berdiri karna di hadapannya sekarang ada Reyhan.

" Sore pak " sapa Sisi. Danisha tak menyapa, ia kembali menenggelamkan kepala di antara dua lututnya.

" Tugas kamu sudah saya kirim. Besok saya tunggu di ruangan saya " Danisha mendengar Reyhan bicara tapi bicara dengan siapa, ia tak peduli.

" Danisha ! apa kamu nggak mendengar saya " bentak Reyhan. Danisha reflek mengangkat kepalanya. Ia melihat Reyhan berada di depannya.

" Eh...iya pak, maaf mata saya kelilipan " tanggap Danisha gugup.

" Jangan lupa untuk menjawab pertanyaan tambahan dari saya " Danisha berdiri dan mengangguk hormat.

" Pasti pak, makasih sebelumnya " ucap Danisha.

ketika Reyhan sudah masuk mobil dan mobil sudah bergerak, Danisha mencari ponsel dalam saku celana. ia membuka email dan ternyata benar email Reyhan dan nama email itu masih sama reyhanford@gmail.com.

Danisha menyipitkan mata melihat pertanyaan no. 6.

Kenapa kamu putuskan saya tanpa sebab ?

Danisha menutup mulutnya. pertanyaan ini tak bakal ditemukan referensinya di perpus, atau toko buku terlengkap sekalipun, capek capek bongkar buku seken, nggak bakal nemu jawabannya.

Referensinya hanya satu, hati Danisha, hati yang masih memendam rindu.

" Kenapa Ca..lo kok kaya orang panik gitu " tanya Sisi heran melihat Danisha yang terus menggusar rambutnya.

" Tu dosen ga kira kira ngasih pertanyaan " jawab Danisha jujur. Sisi yang penasaran ingin melihat pertanyaan yang diberikan Reyhan yang membuat Danisha panik.

" Sori..Si gue cabut dulu " Danisha buru buru memasukkan ponselnya kedalam tas dan berlari ke arah motornya.

Aku nggak bisa jawab kak, karna ini menyangkut seseorang yang juga punya rasa sama kakak.

Sudah lupakan saja

Danisha berhasil menyelesaikan tugasnya sampai tengah malam. Ia sampai terkantuk kantuk untuk bisa bertahan pada penyelesaian makalah.

Danisha tertidur hingga bangun kesiangan untung ia ada kelas setelah jam makan siang. Jadi tak perlu buru buru ke kampus. Dari rumah mungilnya di sudut kompleks, ia melangkah gontai menuju fotokopi.

Danisha terkejut ketika melihat Reyhan juga berdiri disampingnya beberapa saat setelah ia sampai di kedai foto kopi.

" Siang pak " sapa Danisha formal. beberapa mahasiswi melirik Reyhan tersenyum malu malu. maklum dosen muda itu membuat mereka tersepona karena ketampanannya. tinggal di pasang kaca mata hitam saja, biar terlihat silauuu..

" Siang " jawabnya pendek.

" Mau dibawakan ke atas mobil pak " tawar pegawai kedai foto kopi melihat tumpukan foto kopian, sebuah buku yang dijilid tebal.

" Tidak usah, ada mahasiswi saya yang akan membawakan, ya kan Danisha.." Reyhan menunjuk Danisha. Danisha juga menunjuk hidungnya dengan mulut ternganga.

" Kopiannya biar saya yang bayar " ucap Reyhan sambil melenggang menuju mobilnya.

Danisha menghela nafas, anjritt, ni dosen tidak ber pri ke laki lakian. Gerutu Danisha lengan kekar ngapa dianggurin pak.

" O..ya pak, sekalian sama bon saya minggu kemaren sama minggu minggu sebelumnya totalnya satu juta " teriak Danisha sengaja biar Reyhan dengar dan tidak jadi menyuruhnya membawa setumpuk kopian itu

Reyhan tertegun sejenak di pintu mobil, Danisha tersenyum karena pasti Reyhan akan menyuruh pegawai foto kopi untuk membawa kopiannya.

" Nggak masalah, nanti uangnya saya transfer ya Jo " ujar Reyhan santai, Danisha..gubrak.

" ni mbak " pegawai foto kopi meletakkan tumpukan kopian diantara dua Lengan Danish a. gadis itu merengutkan bibir. Reyhan membukakan pintu belakang mobil dan membiarkan Danisha meletakkan kopiannya di jok belakang.

" kalau mau bantu itu yang ikhlas, jangan cemberut. cepat berkerut kamu muka dilipet begitu "

" he..he.." Danisha menunjukkan cengiran terpaksa.

" udah kan pak, terima kasihnya saya terima " ujar Danisha sambil menutup pintu mobil. Ketika Danisha beranjak kedepan pintu mobil depan menghalanginya. Reyhan seperti sengaja membuka pintu.

" Masuk ! " titahnya sambil menajamkan pandangan. Danisha merasa terintimidasi, ia menuruti perintah Reyhan. Kedekatan itu seakan berputar lagi. Reyhan akan menjadi komando dalam hidup Danisha, seorang anak piatu yang menjadi anak asuh keluarga Reyhan.

" Gimana kabar kamu ? " tanya Reyhan setelah beberapa lama mereka terdiam.

" baik " jawab Danisha pendek.

" Bapak ? "

" Sudah ga sekuat dulu, sekarang jualan depan rumah saja " Danisha menjawab tanpa melihat Reyhan. ada gugup yang menjejal hatinya, dulu ia selalu menghindari pertemuan dengan Reyhan dengan berbagai alasan. Meski hatinya tak menginginkan itu tapi ada satu realita yang tak bisa ia pungkiri. Ia hanya anak seorang penjual mainan keliling dan Reyhan berasal dari keluarga berada.

" Eh..kita mau kemana pak ? " tanya Denisha melihat arah jalan Reyhan bukan menuju kampus.

" Makan siang "

" Tapi pak, mahasiswa bapak akan mengira kita ada apa apa kalau ketauan kita makan siang berdua " protes Danisha dengan memegang lengan Reyhan. Reyhan melihat ke arah tangan Danisha yang berada di lengannya.

" Maaf pak " ucap Danisha dengan rasa bersalah.

" Ca..., saya ingin tahu kenapa kamu menghindari saya, apa salah saya Ca ? "

Danisha melipat bibirnya, tiga tahun yang lalu Danisha memang di jodohkan dengan Reyhan, anak yatim piatu dari seorang keluarga berada. Waktu Reyhan berumur dua belas tahun, kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Ia di asuh oleh neneknya.

Nenek Reyhan menjodohkan mereka berdua karena ibu Denisha masih tergolong kerabat ayah Denisha. Tapi sebanyak dukungan yang mereka dapat, sebanyak itu pula tantangan yang Danisha hadapi.

Mereka sudah menjalankan hubungan lebih sebatas teman itu sejak Danisha naik ke kelas tiga dan Reyhan berada di tingkat akhir. Saat Reyhan melanjutkan kuliah S2, Denisha mengatakan mereka harus putus tanpa pernah ada pertengkaran sebelumnya.

Itu yang Reyhan ingin tahu kenapa Danisha menghindarinya.

" Bapak ga salah apa apa, cuman..."

" Mau bilang kalau saya terlalu baik untuk kamu dan kamu ga pantes buat saya " Danisha tercekat, persis itu yang mau dijawabnya.

" Ah..bapak nyontek jawaban saya " dengus Danisha.

" Ah..sudahlah pak, lupakan saja. yang jelas bapak baik baik saja dan saya juga baik baik saja. buktinya bapak sukses jadi dosen, ga galau galau amat karna saya putusin. bapak sendiri yang bilang fokus dulu sama studinya jangan pikirkan pacaran atau apalah namanya..kalau jodoh nggak akan kemana " cerocos Danisha, Reyhan hanya bisa memiringkan senyumnya, dari dulu ia pasti kalah debat dengan Danisha.

" Oke..saya setuju, tapi kamu jangan menghindari saya terus " sergah Reyhan sambil membelokkan mobil ke sebuah restoran mewah.

Danisha bersamaan turun dengan Reyhan. Saat mereka berjalan menuju pintu masuk restoran Danisha melihat Kristi, si biang gosip kampus sedang keluar bersama pacar CEOnya.

Kristi punya sedikit masalah dengan Danisha karena Danisha mengadukan tindakan plagiat Kristi pada dosen

Danisha menyembunyikan tubuhnya di belakang Reyhan.

" Pak.., saya mau ke ke kampus dulu ada janji sama anak anak di sekre " Danisha buru buru keluar restoran saat mereka baru beberapa langkah masuk restoran setelah Kristi masuk mobil.

" Caca !" cegah Reyhan tapi langkah Danisha terlalu lebar dan cepat untuk di cegat Reyhan.

Gadis itu sudah naik ojol.

Saat Reyhan memasuki kelas, ia mengamati semua mahasiswanya. ia mulai mengabsen satu persatu mahasiswa dan ketika nama Denisha di sebut, ketua kelas memberikan sebuah surat padanya.

" Danisha izin pak karena dia jadi panitia di acara LDK mahasiswa baru " ujar Wandi sambil menyerahkan surat izin dari fakultas.

" Dimana kegiatannya ? " tanya Reyhan sambil mengamati surat izin yang di serahkan Wandi

" Di hutan lindung pak, tidak jauh dari kampus "

Api unggun kenangan

Derik api terdengar bersama keriuhan yel yel mahasiswa baru. Mereka membuat kelompok melingkari api unggun. Danisha merasa ada yang menepuk bahunya.

" Ca.., lo bagian konsumsi kan. buat kopi sana untuk dosen penanggung jawab kegiatan mahasiswa. Mereka baru datang " ujar Anto, ketua panitia.

" Oke..." Danisha membulatkan jari.

Sebuah tenda besar memang di sediakan untuk senior dan alumni serta dosen yang datang di acara LDK. Danisha melihat satu rombongan dosen memasuki tenda.

Danisha bersama tiga temannya membawa baki yang berisi kopi dan camilan.

" Ca.., gue lihat dosen baru yang ganteng itu dateng, sayang dia bawa ceweknya " bisik Nadin saat mereka mendekati tenda.

" Siapa ? Pak Bayu "

" Bukan, pak Bayu mah dah kawin "

" pak Reyhan, ntu yang pakai baju biru "

Danisha mencari sosok yang di maksud Nadin. ia melihat Reyhan sedang berbincang sambil bisik bisik dengan seorang perempuan yang berpenampilan modis, kulit putih dan hidungnya sangat bangir.

Danisha terpaku sejenak lalu menepis sesuatu yang ga enak singgah di hatinya. Bagaimana rasa itu belum hilang dan sebenarnya masih utuh. Laki laki itu belum tergantikan di hatinya.

" Kenapa emangnya, suka suka dialah mau bawa cewek apa enggak, bukan urusan kita " ujar Danisha terdengar sedikit sewot.

" Kabarnya, dia dosen juga tapi di universitas lain, klop ga tuh. pagi ngomongin teori Semantik, siang ngomongin Pragmatik, malam bahas sastra Shakespeare dan praktik biologi " tutur Nadin sambil tergelak. Danisha masam dan memutar bola mata malas.

" Bacot " rutuk Danisha.

Ia dan Nadin meletakkan gelas gelas kopi kehadapan para dosen. Nadin benar, wanita disamping Reyhan memang cakep luar biasa. kulitnya putih mulus, ga seperti dirinya yang agak butek dan sisikan.

" Tugas kamu belum ada di meja saya, saya akan kirim lagi ke email kamu " tegur Reyhan ketika Danisha meletakkan kopi di hadapan dosen sekaligus mantannya itu.

" itu pak, tugasnya ketinggalan di mobil bapak " bisik Danisha agar Nadin ga denger ia tadi numpang mobil Reyhan saat mau ke kampus.

Reyhan tak menanggapi, ia memberikan ponselnya pada Danisha.

" masukan no kamu, nanti saya message, kamu kirim balik email kamu ke saya " titah Reyhan saat hpnya sudah di tangan Danisha.

" Tapi alamat email saya sudah ada sama Wandi pak, bapak bisa tanya dia " ucap Danisha ragu ragu memasukkan nonya ke no kontak Reyhan. Firasat Danisha ini berbau bau modus. Modus introgasi polisi cinta dan pertanyaannya cuma satu.

' apa salahku Ca ? '

" kok kamu ngatur ngatur saya, yang dosen saya apa kamu ? "

eit dah...kena marah juga akhirnya, perkara masukin nomor ke hp Reyhan bakal menghancurkan misi menjauh dari Reyhan. Itu sudah Danisha tekadkan untuk tak lagi bertemu Reyhan dan menolak mentah mentah perjodohan dengan dosen itu. Demi menjaga perasaan seseorang. Kalau diingat momen itu rasanya sakit.

" Sudah belum, karatan hp saya di tangan kamu " sentak Reyhan sambil mengetuk hpnya yang masih dipegang Danisha.

Dengan menghela nafas Danisha memasukkan nomor hpnya di wa Reyhan.

Danisha menyusul Nadin yang terlebih dulu meninggalkan tenda dosen.

hp Danisha berderit. ia memang sengaja mengatur model getar saja di hpnya agar rapat panitia berjalan kondusif.

[ Sori..tadi tugas kamu di duduki teman saya yg tadi numpang, bentuknya ancur. tapi lebih hancur hati saya sih waktu kamu bilang kita udahan ]

[ Kirim lagi soft kopinya ke email saya, biar saya yang jilid ]

Danisha menyipitkan matanya membaca pesan Reyhan dan membalas dengan hati dongkol.

[ Masalahnya soft kopinya sudah saya hapus pak, memori laptop kepenuhan film korea ]

Nadin memperhatikan dua insan yang saling berbalas pesan, keduanya menghindar dari keramaian, nyari tempat di semak semak, apa ga takut kesambet. Tapi ga mungkin Danisha chat sama pak Reyhan. pikir Nadin.

[ Ketik ulang saja. lumayan kan belajar biar pinter, jangan nonton drakor mulu..tar korengan kamu. Nonton sambil garuk garuk kaki kan ]

[ 😠 ]

[ 🤣😃😃😃😋 ]

Wanita yang di maksud Nadin tadi menghampiri Reyhan. Ia melihat teman satu angkatannya itu senyum senyum sendiri sambil mengetik pesan.

" Rey..kita sudah di tunggu panitia " ujar Lady, begitu nama gadis cantik yang berprofesi pegawai kedutaan itu.

Reyhan menyimpan hpnya yang baru saja berdenting. Untuk saat ini ia rasa tak perlu mengumbar masa lalunya dengan Danisha.

Semua mahasiswa berkumpul mengitari api unggun. Danisha berkumpul bersama panitia lainnya. Reyhan dan Lady yang datang belakangan ikut di barisan Danisha. Dosen itu menyusup antara Denisha dan Rio, ketua panitia. Danisha mencoba tersenyum formal tapi Reyhan membalasnya datar. Padahal dalam hati tersenyum, komunikasi yang pernah hilang itu tersambung lagi. Walau saat ini ia tak mengerti kenapa Danisha menjauhinya.

" Bapak suka acara api unggun ini pak ? " tanya Rio sambil melirik Danisha yang tengah berbicang dengan Lady.

" Ya..saya punya banyak kenangan tak terlupa saat acara api unggun " Danisha yang berdiri di samping Reyhan reflek menoleh pada dosen yang sedang menatap lurus api unggun, seolah pikirannya sedang memutar memori lama.

Danisha mengigit bibirnya, apa Reyhan ingat acara api unggun acara perpisahannya di SMA. saat itu Reyhan jadi pembina pramuka sekolah Danisha dan di hari itu Reyhan meminta hubungan special mereka.

" Saya juga mau buat kenangan pak disini, saya mau nembak cewek yang saya suka selama ini "

" O..ya " tanggap Reyhan antusias dan senyum senyum

" Ya pak, saya mau nembak Danisha " jelas Rio membuat Reyhan menarik senyumnya.

" Kayanya dia juga punya rasa sama saya "

Reyhan tertawa sambil menepuk bahu Rio dibarengi helaan nafas kasar.. dalam hati berpuisi cerita ' kita berdua belum usai bro..'

Acara api unggun berlangsung khidmat, Reyhan yang ditunjuk sebagai alumnus berprestasi memberikan wejangannya, begitipun lady. rupanya mereka diisukan sebagai pasangan paling populer di kampus.

Hampir semua dosen mengelu elu mereka untuk naik pelaminan.

Danisha menghindari kerumunan, pergi ke tendanya dan menghabiskan sebotol air mineral. apa yang ia lihat tadi membuat hatinya gersang.

" Ca..lo di dalam ? " teriak Nindi.

" Ya gue dalam tenda " jawab Danisha, ia membuka resleting tenda.

" kenapa ? lo sakit ? " tanya Nadin memeriksa kening dan tangan Danisha.

" tangan lo dingin banget " ungkap Nadin khawatir.

" Ga pa pa, mungkin gue kecapean aja gara gara angkat air " ujar Danisha beralasan padahal hatinya panas dingin melihat Reyhan bersama wanita lain.

" Ya udah, lo istirahat dulu ya, jam 12 nanti ada kejutan buat lo " ucap Nadin sambil menutup tenda.

" Nadin ! kejutan apaan sih maksud lo ? " tanya Danisha tapi Nadin keburu menjauh.

Jam 11 malam acara untuk mahasiswa baru sudah usai, mereka sudah ada di tenda masing masing. begitupun para dosen.

Reyhan masih betah kumpul dengan anak anak Hima, minum kopi sambil menikmati lagu yang dinyanyikan asal oleh panitia.

Tepat jam 12 Malam, Danisha di bangunkan Nadin. Nadin menutup mata Danisha dengan scraf.

" Mau kemana sih ? " tanya Danisha cemas.

" pokoknya lo liatin aja " jawab Nadin sambil menuntun jalan Danisha.

Sementara Reyhan dimintai tolong sama anak anak Hima untuk memegang sebuah karton yang di gulung.

Nanti dibuka, jika orang yang mereka maksud sampai depan api unggun.

Reyhan merasakan perasaannya tidak enak, ia sangka ucapan Rio tadi main main.

" Taraaaaa....." ucap Nadin setelah sampai di depan Reyhan.

" buka pak " bisik Rio ketelinga Reyhan. Meski angin buruk bertiup di hatinya. Reyhan membuka juga gulungsn karton. dejavu. inikan cara dia nembak Danisha dulu..

" Ca..selama ini gue punya rasa yang gue pendam untuk lo, lo.mau kan menjadi teman special gue ? "

" Terima...terima..."

" bilang iya bilang iya "

Danisha menghela nafas, ia lihat Reyhan menatapnya tajam

" aku Nggak bisa jawab sekarang, sori.."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!