NovelToon NovelToon

Istri Rahasia Kapten Liang

IMTMKL – 1

Di negara Taiwan yang pada saat itu dikenal dengan angkatan yang sangat disegani dikarenakan dipimpin oleh seorang kapten yang dipanggil Kapten Liang oleh bawahannya. Kapten Liang dikenal sebagai seorang yang berhati kejam, dingin sehingga tidak ada satu pun wanita yang berani mendekatinya meski ingin bermalam satu hari saja dengannya, tegas, cuek dan tidak mentolerir siapa pun yang berbuat salah terutama berkhianat kepadanya maupun kepada negara langsung dihukum mati.

Saat ini kapten Liang yang sudah memasuki usia kepala tiga dipanggil ke kediaman Liang yang sudah dikenal menghasilkan kapten-kapten terbaik sepanjang masa. Sehingga dari pagi dirinya pergi menuju ke kediaman tua Liang dikarenakan panggilannya yang mau tidak mau dihadiri karena kalau tidak maka dirinya akan diganggu.

“Siapkan aku mobil karena aku mau mengunjugi pria tua yang kesepian di mansionnya daripada aku diganggu olehnya maka mau tidak mau aku datang karena panggilannya sudah sekitar seratus,” ucap Liang yang menyuruh asisten sekaligus tangan kanannya untuk menyiapkan dirinya mobil karena dirinya hendak pergi mengunjungi pria tua yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakek sendiri dikarenakan ayah Liang pergi meninggalkan dirinya yang masih berusia 10 tahun karena meninggalkan di medan perang.

“Baik tuan muda Liang, akan saya siapkan mobil untuk Anda dan apakah Anda ingin membawa mobil sendiri atau saya yang mengemudikannya?” ucap sekretarisnya yang akan merangkap menjadi sopir pribadinya ketika atasannya memilih untuk tidak membawa walaupun sebenarnya sudah ada sopir pribadi sendiri.

“Aku minta kamu yang menyopiri mobilnya,” ucap Liang yang menjawab karena dirinya akan menjawab jika dipanggil sesuai dengan permintaannya seperti misalnya ketika berada di kediaman pribadinya maka Liang akan meminta para bawahannya memanggilnya dengan sebutan ‘tuan muda Liang’ dan jika di markas militer maka dirinya akan meminta dipanggil ‘Kapten Liang’ sehingga bawahannya akan mematuhi perkatannya jika tidak maka dia tidak akan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh bawahannya sampai bawahannya memanggil dengan peraturannya.

“Baik tuan muda Lian, akan saya persiapakan mobil untuk Anda, Anda bisa bersiap-siap terlebih dahulu,” ucap sekretarisnya menundukkan kepalanya dengan hormat lalu bergegas pergi menuju pakiran bawah tanah yang terdapat banyak sekali koleksi mobil mewah maupun mobil sport yang dimiliki oleh Liang dan sekretarisnya memilihkannya yang akan dibawa menuju ke tempat kediaman tuan tua Liang. Setelah memilih kendaraan yang akan dipakai oleh tuannya dengan segera menyalakan mesinnya dan menjalankan menuju halaman mansion tuan mudanya.

Sementara itu sepeninggal sekretarisnya, Liang Chen mulai bersiap-siap pergi untuk mengunjugi kediaman kakeknya dan berdiri di depan pintu masuk kediamannya yang amat mewah sembari menunggu asistennya menyiapkan mobil, dirinya sudah menyuruh bawahannya untuk mencari seorang gadis yang sudah dia kirim foto gadis tersebut ke bawahannya.

Kalian cari gadis ini sampai dapat dan bawa ke kediamanku.

Setelah mengetik kalimat tersebut, dikirimnya oleh Liang Chen ke bawahannya beserta foto yang dia kirim agar bawahannya mencarikan seseorang yang ingin dia temui sesegera mungkin dan melihat jika asistennya sudah membawa mobilnya hingga ke halamannya.

Sementara itu asistennya keluar membuka pintu mobilnya dan berjalan menuju kursi penumpang dan membukakan pintu untuk tuan mudanya agar bisa masuk dengan mudah. “silakan masuk, tuan muda Liang,” ucapnya sambil menghormati tuannya hingga Liang Chen masuk ke dalam mobil setelah itu asistennya menutup kembali pintu tersebut dan kembali membuka pintu pengemudi lalu masuk kedalamnya.

Mobil mewah milik Liang Chen yang terdapat logo angkatan mengauringi jalan raya yang luas menuju kediaman tua milik kakek Liang Chen.

......................

Sementara di kediaman tua milik kakek Liang Chen, kakek Liang Chen terlihat menelepon mantan bawahannya dengan raut wajah yang sedikit senang.

“Bagaimana dengan perjanjian kita? Aku sudah menyuruh Liang Chen untuk kemari agar bisa bertemu dengan putri kesayanganmu dan aku sudah tidak sabar menjadikannya sebagai menantu cucuku,” ucap kakek Liang Chen berbicara dengan pihak di baling panggilan tersebut yang sepertinya sudah memiliki gadis impian kakek Liang Chen untuk menjadi nyonya Liang selanjutnya.

“Aku tidak bisa menyuruhnya pergi karena bisa-bisa dia diculik karena dia sangat menggemaskan,” ucap orang di balik panggilan tersebut memberi tahu jika dia melarang putrinya pergi hari ini karena dia takut akan membuat putrinya terkena masalah karena keimutannya.

”Ah… begitu ya, aku akan membicarakannya kepada cucuku karena cucuku sudah telanjur datang kemari,” ucap kakek tersebut yang mengetahui kondisi putri dari orang yang dibalik panggilan tersebut.

“Ya, sudah kapan-kapan bisa kau bawa putrimu berkunjung kemari nanti aku minta cucu durhakaku kemari lagi,” ucap kakek tersebut sembari menunggu cucunya pulang ke kediamannya.

......................

Sementara itu di perjalanan menuju kediaman tua milik kakek Liang. Liang yang saat ini sudah berada di dalam mobil mewahnya sibuk melihat laptop miliknya untuk meninjau kembali tugas-tugas dan berkas-berkas yang sudah dikirimkan oleh bawahannya hingga mobilnya berhenti karena lampu merah.

“Kamu, berhenti sebentar di tempat itu karena biasanya kakek sangat menginginkannya,” ucap Liang yang melihat ke arah jendela tepat pada saat mobil berhenti sehingga dirinya melihat ada toko buah-buahan dan menyuruh asistennya untuk menuju ke sana dan menghentikan mobilnya untuk parkir ke toko tersebut.

“Baik, tuan muda, akan mobil ini akan saya setir ke sana, dan akan saya belikan sesuai dengan keinginan tuan tua,” ucap asisten tersebut yang mengambil tempat untuk berpindah lajur karena ingin ke toko yang diperintahkan tuannya tersebut. Mobil sudah ke arah toko tersebut dan sesampai di toko tersebut, sang sopir memakirkannya dan turun dari mobilnya dengan keadaan mesin yang dia matikan agar tuannya bisa membuka kacanya.

Sementara asistennya turun untuk membeli oleh-oleh yang akan dia berikan kepada kakeknya, Liang sedang mencari foto gadis yang akan dia incar sebelum sang kakek akan menjodohkan dengan wanita yang sudah dia ketahui ciri-cirinya membuatnya sangat membenci dengan wanita. Pada saat sibuk mecari, tiba-tiba saja notif panggilan berbunyi membuat Chen menghentikan kegiatannya dan segera mengangkat panggilan yang rupanya dari kakeknya yang membuat panggilan nomornya.

“Halo Kek, mengapa kau meneleponku? Tenang saja aku akan ke tempat kakek,” ucap Chen yang menenangkan si kakek agar kakeknya tidak meributinya karena dirinya yang tidak sampai-sampai juga.

“Dasar bocah durhaka, mengapa kau menolakku meneleponmu? Aku sudah tahu jika kau akan datang ke tempatku,” ucap kakeknya yang tidak habis berpikir mengapa cucu durhakanya melarang dirinya untuk menelepon padahal hanya ingin mengingatkan saja untuk segera sampai ke kediamannya.

“Lalu mengapa kau masih meneleponku?” tanya Chen yang tidak habis pikir jika kakeknya akan berpikir jika dirinya akan kabur dan tidak mau datang ke kediamannya.

“Aish, kau ini, aku menyuruhmu cepat datang jangan membuatku menunggu, mengerti kau?” ucap kakeknya yang membuat Chen langsung saja menutup panggilannya secara sepihak dan menelepon asistennya agar cepat kembali ke mobil.

...****************...

Note : Selama novel ini berlangsung Author tetap akan menggunaka bahasa Indonesia setiap percakapan walaupun latar negara sedang berada di negara Taiwan.

Dukung karya Auhtor selalu ya. Xie xie dan pay pay.

IMTMKL – 2

“Dasar bocah durhaka, mengapa kau menolakku meneleponmu? Aku sudah tahu jika kau akan datang ke tempatku,” ucap kakeknya yang tidak habis berpikir mengapa cucu durhakanya melarang dirinya untuk menelepon padahal hanya ingin mengingatkan saja untuk segera sampai ke kediamannya.

“Lalu mengapa kau masih meneleponku?” tanya Chen yang tidak habis pikir jika kakeknya akan berpikir jika dirinya akan kabur dan tidak mau datang ke kediamannya.

“Aish, kau ini, aku menyuruhmu cepat datang jangan membuatku menunggu, mengerti kau?” ucap kakeknya yang membuat Chen langsung saja menutup panggilannya secara sepihak dan menelepon asistennya agar cepat kembali ke mobil.

“Hey, halo…” ucap kakeknya yang menyadari jika panggilannya sudah diputus oleh cucunya sendiri. “Aish… dasar cucu durhaka, aku ini memberikanmu istri mungil kamu malah menutup teleponmu,” ucap kakeknya yang hendak bersiap-siap mengganti bajunya dengan baju yang lebih informal.

...----------------...

Sementara di lain tempat, di kediaman yang bertingkat dua dengan ukuran luas bangunan dengan ukuran 200 meter persegi dan luas tanah adalah 300 meter tersebut terlihat seorang gadis yang sedang berkebun di taman kecil yang disediakan oleh kedua orang tuanya karena hobinya yang suka berkebun.

Gadis tersebut memiliki badan mungil sedang berjongkok untuk mengaduk tanah karena dirinya akan berkebun dan menanam bibit yang baru saja dia beli di pasar bunga karena di komunitas yang dia ikuti mengatakan bunga tersebut sangat cocok ditanam di kebun bunga.

Gadis itu terlihat senang karena bersenandung kecil sambil mengaduk-aduk tanah supaya hasil bunga yang akan dirinya tanam bisa bertumbuh dengan baik dan menghasilkan bunga yang indah.

Sementara disaat dirinya berkebun, adik laki-lakinya keluar menuju halaman belakang dan mendapati kakak perempuannya yang manis sedang berkebun didekatinya sang kakak untuk menawarkan bantuannya.

“Kak, apakah kau memerlukan bantuan karena kulihat kau kesusahan mencangkul tanahnya?” tanya adik laki-lakinya yang hanya berpaut tiga tahun lebih muda dari kakak perempuannya.

“Hei, adikku yang baik hatinya, aku kesusahan, bantuin dong cangkul tanahnya,” ucap sang gadis tersebut yang meminta bantuan kepada adiknya yang selalu saja menawarkan bantuan kepada kakaknya.

“Baik, baik, kakakku yang manis dan menggemaskan, bagaimana dengan perjodohanmu?” ledek adiknya yang sembari membantu kakaknya mengcangkul tanah kosong yang sudah disiapkan oleh ayah mereka untuk kakaknya bisa menanam bunga yang indah.

“Hei, ayah tidak memberi tahuku dan jangan menjodohku, dasar adik bodoh,” ucap kakaknya yang cemberut menggemaskan karena adiknya membahas mengenai perjodohannya yang diatur oleh ayah mereka.

“Tunangan kakak setahuku sangat dingin dan tegas sekali, kak, jika ayah menjodohkan kakak dengannya membuatku khawatir,” ucap adiknya yang benar-benar mencemaskan kakaknya apakah bisa menyesuaikan dirinya di tempat tunangannya nanti karena kakaknya akan dipertemukan dan disuruh tinggal di rumah tunangannya.

Gadis tersebut langsung menjetikkan jarinya ke kening adiknya yang tampan dikarenakan adiknya banyak cerewetnya dan adiknya memprotes tindakan kakaknya yang membuat keningnya terasa sakit karena tangan mungil kakaknya yang melakukan selentik di keningnya.

“Aw… Kak, mengapa kau menselentik keningku? Ini sakit sekali,” ucap adiknya yang memegang keningnya yang tampak memerah akibat selentikan kakaknya dengan nada yang protes karena tidak terima kakaknya memberi selentikan di keningnya.

“Sudah kah kamu cerewetnya? Aku bilang hentikan jangan bahas itu lagi tahu, aku malu jadinya,” ucap kakaknya yang membuat adiknya tersenyum penuh makna namun tidak ditunjukan secara langsung ke kakaknya yang sangat menggemaskan.

...----------------...

Liang Chen akhirnya tiba di kediaman sang kakek yang juga sama-sama megahnya dengan mansion miliknya. Dibukanya pintu tempat dia duduk oleh asistennya dengan hormat sembari sudah membawakan oleh-oleh yang akan diberikan kepada kakek Liang Chen.

“Selamat datang, tuan muda Liang, tuan besar sudah menunggu Anda di ruang keluarga, akan saya tunjukkan jalannya,” ucap kepala pelayan yang melayani kakek Liang sejak pada masa muda kakek Liang.

“Hmm… tunjukan saja biar aku dan sekretarisku akan mengikuti Anda,” ucap Liang Chen dengan sopan santun dan mengikuti arah jalan kepala pelayan yang mengantar mereka hingga ke ruang keluarga.

Sementara di ruang keluarga terlihat jika pria tua sedang menunggu kedatangan cucu semata wayangnya sembari menonton TV dan terdengar suara ketukan dengan suara pria yang dia kenali.

“Tuan besar, tuan muda sudah tiba bersama dengan sekretarisnya, saya pamit dahulu karena tugas saya mengantar tuan muda sudah selesai,” ucap kepala pelayan yang mengentarkan tuan mudanya ke tempat tuan besarnya menunggu kedatangan tuan mudanya.

“Baiklah, terima kasih telah merepotkanmu,” ucap kakek Liang yang membuat kepala pelayan membungkuk dengan sopan dan menutup pintu ruang keluarga demi menjaga rahasia yang akan disampaikan oleh tuan besarnya.

Setelah sepeninggalan kepala pelayan yang sudah menutup pintu ruang keluarga, kakek membalikkan badannya untuk memastikan cucu durhakanya tiba di depan matanya.

“Halo kakek, sudah lamakah Kakek menungguku?” tanya Liang Chen tanpa bersalah sembari mendaratkan bokongnya dan duduk dengan gaya bosnya tersebut sembari menatap kakeknya.

“Kakek menunggumu sampai hampir tua rasanya,” ucap kakeknya yang mengomel karena menunggu kedatangan cucunya yang tergolong lama hingga dia hampir saja mati kebosanan.

“Bukannya kakek sudah tua ya, apa kakek masih merasa muda?” cibir sang cucu yang mengetahui jika kakeknya tidak ingin dibilang tua dan berusaha untuk tampil muda dan fresh.

“Kamu ini, malah menghina kakekmu nanti kalau dapat istri imut biarin kamu buda cinta dan rela dihina dia,” ucap kakeknya yang ingin melihat bagaimana jika cucunya takluk kepada seorang gadis yang merupakan idaman cucunya.

“Wan, kamu serahkan oleh-olehnya ke kakek supaya tidak lupa dan kakek, aku ada sedikit oleh-oleh jadi terimalah,” ucap Liang Chen menyuruh sekretarisnya yang bernama Wan untuk menyerahkan bungkusan oleh-oleh yang baru mereka beli pada saat perjalanan menuju ke kediaman kakeknya membuat Wan melakukan perintah dari atasannya dengan patuh.

Diberikannya bungkusan tersebut kepada tuan tua Liang yang merupakan oleh-oleh dari cucunya yang disesuaikan dengan keinginan kakek Liang.

“Tuan tua Liang, ini bingkasan oleh-oleh yang dibawakan oleh tuan muda, mohon diterima bungkusannya, tuan tua,” ucap Wan memberikan bungkusan kepada kakek Liang dengan sopan dan hormat. 

“Angkat kepalamu, Wan, aku udah kamu anggap sebagai adik dari Chen jadi jangan membungkuk karena kamu juga anggota keluarga Liang,” ucap kakek Liang yang menyuruh asisten cucunya untuk mengangkat kepalanya agar tidak muda menundukkan kepalanya kepada orang lain dan juga menerima bingkisan yang diberikan dari Wan. “Terima kasih ya Wan, tahu saja kamu sama kesukaan kakek.”

“Kakek, siapa sih cucumu ini? mengapakau berterima kasih kepadanya padahal aku yang menyuruhnya membeli untuk kakek,” ucap Chen yang tanpa dia sadari jika dirinya keceplosan mengenai pemberian yang diterima kakeknya. 

......................

Hayo keceplosan tuh tuan muda Chen dan siapa ya gadis tersebut? Apakah tunangan Liang Chen?

Note : Selama novel ini berlangsung Author tetap akan menggunaka bahasa Indonesia setiap percakapan walaupun latar negara sedang berada di negara Taiwan.

Dukung karya Auhtor selalu ya. Xie xie dan pay pay.

IMTMKL – 3

“Tuan tua Liang, ini bingkasan oleh-oleh yang dibawakan oleh tuan muda, mohon diterima bungkusannya, tuan tua,” ucap Wan memberikan bungkusan kepada kakek Liang dengan sopan dan hormat. 

“Angkat kepalamu, Wan, aku udah kamu anggap sebagai adik dari Chen jadi jangan membungkuk karena kamu juga anggota keluarga Liang,” ucap kakek Liang yang menyuruh asisten cucunya untuk mengangkat kepalanya agar tidak muda menundukkan kepalanya kepada orang lain dan juga menerima bingkisan yang diberikan dari Wan. “Terima kasih ya Wan, tahu saja kamu sama kesukaan kakek.”

“Kakek, siapa sih cucumu ini? mengapakau berterima kasih kepadanya padahal aku yang menyuruhnya membeli untuk kakek,” ucap Chen yang tanpa dia sadari jika dirinya keceplosan mengenai pemberian yang diterima kakeknya. 

Mendengar perkataan dari cucunya yang memprotes keceplosan membuat kakeknya hanya tersenyum mendengarkan yang dikarenakan dirinya sudah mengetahui jika cucunya pasti akan membukakan rahasianya yang sudah ditutup rapat-rapat oleh cucunya dan akan mengancam asistennya untuk tidak membocorkannya.

”Apa kau ingin mengadu, Chen? Yang membeli dan memberikannya kepadaku Wan maka aku berterima kasih kepadanya,” ucap kakeknya yang menjawab pertanyaan dari cucunya.

Sementara Wan yang mendengar jika atasannya tidak ingin kalah dengan dirinya hanya bisa tersenyum samar tanpa mempertunjukkan keduanya karena atasannya pasti akan salah paham dengannya jika dirinya ketahuan tersenyum.

”Astaga Kakek, Kakek mengira jika aku anak kecil sampai tidak terima kakek pilih kasih?” tanya Chen kepada kakeknya yang masih mengelak jika dirinya tidak butuh pengaduan yang menurutnya tidak masuk akal.

”Kakek rasa kau seperti anak kecil,” ucap kakeknya yang tersenyum menghina cucunya yang masih tidak ingin menunjukkan jika dirinya anak kecil membuat cucunya ingin sekali memaki karena kakeknya suka sekali menggodanya.

”Sudahlah Kek, jangan dibahas lagi dan katakan untuk apa kau memanggilku? Aku juga tidak kebanyakan waktu untuk hal yang tidak berguna Kakek,” ucap Chen yang berusaha ke topik utama membuat kakeknya membulatkan mata mendengar jika mengunjunginya termasuk membuang waktu yang tidak berguna. 

”Hey, dasar cucu durhaka, kau bilang mengunjungiku itu sama saja menghabiskan waktu yang tidak berguna, aish…” ucap kakeknya yang marah mendengarkan ucapan cucunya yang sama sekali tidak menghargainya.

”Tenang, tenang dahulu Kek, aku belum selesai bicaranya,” ucap Chen yang berusaha meredakan amarah kakeknya agar dirinya tidak harus berlama-lama di tempat kakeknya.

”Tenang apaan, kamu sudah membuatku marah masih mau melanjutkan bicaramu,” ucap kakeknya yang sudah mengambek akibat ulah cucunya tersebut membuat Chen harus menyuruh asistennya untuk berbicara mewakilinya.

”Wan, kau kemari,” ucap Chen yang memanggil asistennya dengan nada pelan dan nyaris berbisik untuk mendekat kepadanya supaya dirinya bisa memberikan perintah kepada asistennya membuat Wan segera mendekat ke arah tuan mudanya supaya tuan muda bisa memberikan dirinya perintah untuk dia ucapkan.

”Kamu bilang ke kakek untuk tidak aneh-aneh sikapnya dan katakan tujuannya dan maunya memanggilku? Terserah kamu mau menggunakan kata apa pokoknya aku mau kamu membuat kakek berbicara mengenai alasannya,” ucap Chen yang membuat Wan harus berpikir keras untuk melunakkan tuan tuannya dikarenakan tuan tuanya pasti tidak akan berbicara kepadanya dikarenakan tuan mudanya. ”Sudah sana, cepat laksanakan perintahku!” ucap Chen dengan nada memerintah membuat Wan mau tidak mau melakukannya sembari mendengus kesal tanpa sepengetahuan tuan mudanya.

Tuan muda selalu saja melimpahkan kesalahannya kepadaku, bagaimana caranya aku bisa melunakkan hati tuan tua?

Batin Wan seketika mendekat ke arah tuan tuannya untuk berbicara sesuai dengan permintaan atasannya. Sementara kakek Liang mengetahui maksud Wan mendekat ke arahnya.

”Tuan tua, ada yang perlu saya bicarakan kepada tuan tua,” ucap Wan yang mendekati kakek Liang dengan sopan dan sabar meski dirinya tahu jika kakek tidak akan menanggapinya dikarenakan tuan mudanya yang sudah berbuat salah kepada tuan tuannya.

Sementara kakek Liang tidak memedulikan kedatangan Wan yang sudah dia ketahui apa yang akan dibicarakan oleh asisten cucu durhakanya dan tanpa sengaja kepala pelayannya mengetuk pintu ruang keluarga karena ada yang menelepon tuannya.

”Permisi tuan besar, mohon maaf saya mengganggu kenyaman Anda untuk berbicara dengan tuan muda namun ada telepon untuk Anda dari seorang gadis.” ucap kepala pelayan yang memberi tahu dari luar ruangan tersebut membuat kakek Liang berdiri dengan wajah yang senang mendengar jika ada yang menelepon dirinya membuat Wan dan Chen bertanya-tanya siapa yang menghubunginya.

...----------------...

Di tempat lain tempatnya kebun kecil yang terlihat sepasang muda-mudi yang sedang melakukan perkebunan.

”Bagaimana, kau capai tidak?” tanya gadis tersebut kepada adiknya yang membantu mencangkulkan tanahnya untuk dia tanamkan benih yang dia beli ketika melihat adik tampannya mengusap keringat di keningnya.

“Ah… rasanya badanku pegal semua, apakah masih belum selesai, kak?” tanya adiknya yang berharap jika tanah yang ingin dicangkul oleh kakaknya sudah selesai dicangkulnya membuat sang kakak menertawakannya yang sudah penuh dengan mandi keringat.

“Begitu saja kamu sudah tidak sanggup, bagaimana jika kamu menjagaku dari orang jahat?” tanya kakaknya yang membuat adiknya tidak jadi mengomel karena mendengar pertanyaan kakaknya.

“Aku sanggup menjaga kakak dari segala bahaya bahkan dari tunangan kakak,” ucap adiknya yang tidak mau kalah dari perkataan kakaknya mengenai dirinya yang bisa diandalkan dalam menjaga kakaknya dari orang jahat yang memiki niat buruk kepada kakaknya yang polos dan lugu.

Sementara dari dalam rumah mereka terdengar panggilan dari ayah mereka membuat dua anak menghentikan kegiatannya dan masuk ke dalam rumah untuk menghampiri ayah mereka yang sudah memanggil mereka.

“Ada apa Yah, memanggil aku dan Kakak?” tanya adik laki-lakinya yang bersuara terlebih dahulu setelah mereka menghadap ayah mereka yang memanggil mereka.

“Ayah mau memberi tahu kepada Shenzen jika Ayah suruh kamu menelepon teman ayah sekarang karena teman ayah ingin mendengarkan suaramu,” ucap ayahnya yang membuat gadis yang bernama Shenzen langsung membolakkan matanya sehingga menambahkan kegemasan di wajah imutnya.

Sementara adiknya tidak kalah terkejutnya ketika ayah mereka menyuruh kakaknya menelepon teman ayahn mereka yang tidak pernah dilihatkan bentuk dan model teman ayah mereka.

“Mengapa kakak yang harus menelepon teman Ayah?” tanya adiknya dan diangguk oleh sang kakak yang sepertinya ingin memprotes keinginan ayah mereka.

“Ayah… Ayah… Shenzen kan tidak mengenal teman ayah,” ucap Shenzen dengan menolak yang menggunakan suara menggemaskan dan muka yang imut membuat kedua laki-laki yang berbeda usia hanya bisa melihat perempuan mungil yang merupakan anak dan kakak.

“Aduh… begini punya nasib kakak yang menggemaskan sekali,” batin adiknya yang hanya bisa menatap gemas kakaknya yang menolak kuat untuk menelepon teman ayahnya.

“Temanku pasti senang jika menantu cucunya seimut dan semenggemaskan seperti ini,” batin ayahnya dan pada akhirnya mengalah. ”Baiklah, Ayah akan menelepon dahulu lalu kamu yang bicara dahulu sekalian perkenalan,” ucapnya membuat kedua anaknya mau tidak mau mengiyakan permintaan ayah mereka.

......................

Siapa yang menjadi teman ayah Shenzen? Penasaran siapa yang menelepon kakek Liang?

Note : Selama novel ini berlangsung Author tetap akan menggunaka bahasa Indonesia setiap percakapan walaupun latar negara sedang berada di negara Taiwan.

Dukung karya Auhtor selalu ya. Xie xie dan pay pay.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!