Prancis.
Malam hari
Di malam itu angin bertiup kencang serta hujan deras membanjiri jalan yang sepi dan gelap. Terdapat seorang pria dan wanita yang mengendong bayi yang sedang menangis dengan suara yang kuat. Wajah bayi tersebut tersiram air hujan yang dingin itu membuat sang bayi semakin menangis dan kedinginan. Terlihat bibir sang bayi mungil itu sedang gemetar.
"Kita letakan saja di sini," ujar pria itu yang adalah ayah dari sang bayi tersebut. pria itu sambil memegang payung.
"Malam ini hujannya sangat deras, kenapa kita harus meninggalkan dia di sini?" tanya wanita itu yang sedang mengendong bayinya.
"Biarkan saja! Lagi pula dia adalah hasil dari hubungan gelap kita, Jangan sampai ada yang tahu," jawab pria itu yang mengendong bayinya dan meletakan di pinggir tong sampah.
"Dia akan mati kedinginan, di sini tidak ada orang," ucap wanita yang menangis sedih.
"Kamu hanya ada dua pilihan, pilih dia dan kamu akan diusir oleh keluargamu. Pilih kedua kamu akan kembali ke keluargamu dan mulai dari awal. Jangan lepaskan harta warisan orang tuamu demi anak ini," kata pria itu yang sama sekali tidak peduli dengan tangisan bayi malang itu.
"Tapi, dia adalah anak kita, kita melahirkan dia dan membuangnya. Bukankah ini adalah suatu kesalahan besar?"
"Meliza, jangan pikir sembarangan lagi! Lakukan saja seperti apa yang aku katakan, Anak ini datang di waktu yang salah. Kalau kita pertahankan dia... kamu akan kehilangan semuanya. Jangan sampai orang tuamu tahu kalau kamu sudah pernah melahirkan anak sebelum menikah," kata pria itu.
"James, aku... "
"Cepat kita pergi, Hidup atau mati itu adalah nasibnya!" Ajak pria itu yang menarik tangan wanita itu.
Bayi yang ditinggalkan menangis dengan histeris, tubuh mungil bayi tersebut kedinginan dan wajahnya semakin pucat. Pasangan itu yang melakukan hubungan terlarang rela mengorbankan darah daging sendiri kekayaan orang tuanya pihak keluarga wanita.
Malam itu mereka pergi begitu saja tanpa menyesal atau menoleh ke belakang.
Mansion mewah milik keluarga Unique.
Seorang pria berkaca mata sedang membaca koran dan ditemani oleh istrinya yang duduk di sampingnya. Tidak lama kemudian putri mereka kembali ke rumahnya.
"Pa, Ma," seru wanita muda itu dengan raut wajah sedih.
"Meliza, kenapa wajahmu pucat? Ada apa denganmu? Belakangan ini mama sering melihatmu lebih sering tidur. Apakah kamu sakit?"
"Ma, aku tidak apa-apa, Hanya sedikit tidak enak badan," jawabnya yang menahan air mata.
"Duduk!" titah pria itu.
Meliza dengan patuh duduk di hadapan ayahnya. disebabkan dirinya adalah putri tunggal sehingga kedua orang tuanya selalu memanjakan dia.
"Apakah kau masih menjalin hubungan dengan pria miskin itu?" tanya ayahnya.
"Iya, Pa. Dia serius denganku dan ingin menikah denganku."
"Menikahimu atau menikahi harta kita?" tanya ayahnya lagi yang sama sekali tidak percaya dengan pria itu.
"Pa, kami saling mencintai, tolong restui hubungan kami!" pinta Meliza.
"Meliza, sekian banyak pria yang bisa kamu pilih, kenapa harus pilih dia?" tanya mamanya.
"Ma, hanya dia yang baik padaku, dan yang aku cintai. Aku hanya akan bahagia saat bersamanya," jawab Meliza.
"Eric, bagaimana kita restui saja hubungan mereka!"
"Eline...," ucap Eric yang terhenti.
"Aku tahu apa yang kamu cemaskan, Aku yakin James serius dengan hubungan mereka," kata Eline.
"Meliza masih belum tamat, Kenapa harus begitu cepat membahas urusan asmara," kata Eric.
"Setelah aku tamat, James akan melamarku. Pa, tolong izinkan aku menikah dengannya!" pinta Meliza.
"Baiklah, kalau begitu. Papa ingatkan kamu! Jangan pernah menyesal dengan hubungan kalian!" jawab Eric.
"Terima kasih, Pa," ucap Meliza dengan senyum bahagia.
"Bagaimana dengan kondisi putriku? Apakah ada yang menemukan dia? Seharusnya aku meninggalkan dia di depan rumah orang. malam ini hujan begitu deras. Tubuhnya yang begitu lemah tidak mungkin bisa bertahan. Maafkan mama, Putriku! Mama tidak boleh membawamu pulang. Kalau tidak, mama akan kehilangan segalanya. dan mungkin saja hubungan mama dan papamu akan dibantah langsung oleh kakekmu," batin Meliza.
5 Tahun kemudian
Sebuah perdesaan yang hanya dihuni oleh warga yang hidup sederhana dan jauh dari kota. terdiri dari beberapa warga yang tinggal di sana selama puluhan tahun lamanya.
Suatu malam hujan sangat deras, angin bersepoi-sepoi meniup kencang pohon-pohon dan atap-atap rumah. malam itu semua warga tinggal di dalam dan tidak ada yang berani keluar. air hujan membanjiri setiap jalan di desa itu.
Sepasang suami istri sedang bertengkar hebat dan saling melempar barang-barang rumah sehingga jatuh berserakan di lantai. dan di saat yang sama seorang anak perempuan yang baru berusia lima tahun sedang menangis karena takut dengan keributan yang terjadi.
Anak perempuan itu menangis sambil memanggil mamanya akan tetapi wanita yang sedang emosi itu mengabaikan putrinya.
Sang suami bernama Lucas Famosa, sedangkan istrinya bernama Jessica.
"Dasar suami tidak berguna! begitu teganya kau menjalin hubungan dengan tetangga, apa kau sudah lupa dengan istrimu sendiri?" tanya wanita itu sambil menangis.
"Memang kenapa kalau aku tertarik padanya? lihatlah dirimu seperti apa sekarang? mirip seorang perempuan tua, selalu tidak pernah mengurus diri. kau lihat saja Natalie, dia begitu cantik dan memiliki tubuh yang ramping. aku adalah pria normal sudah wajar kalau aku tertarik padanya, " bentak Lucas dengan nada tinggi.
"Kau adalah pria bajingan yang tidak tahu diri, apakah kau mampu membiayaiku? untuk makan saja harus aku yang bekerja, sementara kau hanya mabuk setiap hari. dan kini kau begitu tidak tahu malu berhubungan dengan janda itu," bentak Jessica yang begitu kecewa.
"Kalau kamu tidak puas, silakan pergi dari rumah ini!" bentak Lucas yang melempar gelas ke arah istrinya.
Bruk
Lemparan gelas yang mengenai kepala Jessica dan kemudian gelas itu pun terjatuh ke lantai
Prang...
Suara pecahan gelas yang berserakan di lantai.
"Kau bajingan! Aku telah bekerja keras untukmu, tapi kalau melakukan tindakan kekerasan padaku, sudah berapa lama kau menjalin hubungan dengan janda itu?" tanya Jessica yang kesakitan. kepalanya mengeluarkan darah hingga mengalir ke wajahnya.
"Mama...," tangisan anak gadis kecil itu yang melihat ibunya disakiti.
"Aku menjalin hubungan dengan dia selama sebulan, dan setiap malam aku dan dia bersenang-senang di atas kasur. Aku muak saat pulang melihat perempuan tua sepertimu, menjijikan," jawab Lucas.
Bagaikan disambar petir yang dirasakan Jessica yang harus mendengar setiap ucapan yang menyakitkan itu.
"Bagus sekali! selama ini aku pergi bekerja dari pagi hingga malam. tidak peduli hujan ataupun panas, aku tetap bekerja untuk menanggung biaya kita. Tapi, kau malah bersenang-senang dengan janda itu. kalian sangat tidak tahu malu," teriak Jessica yang histeris.
"Dasar perempuan tua! memang siapa yang peduli dengan semua itu, suka tidak suka, terserahmu saja!" ketus Lucas.
"Aku sudah banyak berkorban demi kamu, tapi kau begitu tega padaku. siapa aku bagimu sebenarnya?" tanya Jessica dengan emosi.
"Kamu harus sadar diri, kau bukan yang dulu lagi. pria tertarik pada wanita lain ini adalah hal yang wajar. kalau istri sendiri saja sudah tidak bisa merawat diri. Maka, aku bahkan tidak selera untuk menyentuhmu. berbeda lagi dengan Natalie yang setiap malam selalu saja membuat aku puas. dan aku sangat menikmatinya," kata Lucas.
Perasaan Jessica semakin sakit bagaikan ditikam belati.
"Baiklah! kalau aku juga tidak dihargai lagi, Maka, aku juga tidak akan menghargaimu. aku akan pergi!" bentak Jessica.
"Mama, jangan pergi! tolong jangan tinggalkan aku!" tangisan gadis kecil itu yang memeluk kaki ibunya.
"Molly, jangan salahkan mama meninggalkanmu, semua ini karena ulah pria jahat ini, dia mengusirku. mulai hari ini kau harus jaga dirimu sendiri," ujar Jessica yang melepaskan tangan putrinya. Jessica melangkah masuk ke kamarnya dan menutupi pintunya. ia mengemas pakaiannya dan nekad ingin meninggalkan rumah.
Sementara Molly yang baru berusia lima tahun mengetuk pintu kamar sambil menangis memohon ibunya agar tidak pergi.
"Mama, jangan pergi! jangan tinggalkan Molly!" tangisan Molly dengan histeris.
"Diam! kalau dia ingin pergi, biarkan saja!" bentak Lucas yang mendorong putri kecilnya hingga tersungkur. kepala gadis itu terbentur lantai akibat perbuatan Lucas yang bagaikan kerasukan setan.
Bruk...
"Papa...," tangisan Molly yang kesakitan pada kepalanya. gadis kecil itu kembali duduk dan sambil memegang kepalanya yang mengeluarkan darah akibat benturan.
"Diam! kau sama saja dengan ibumu yang jal*ng itu, dasar anak sampah!" bentak Lucas yang menepuk kepala Molly dengan keras.
Plak...
Molly yang kesakitan dan takut ia menangis semakin histeris. wajah gadis kecil itu dipenuhi air mata yang mengalir begitu deras.
Tidak lama kemudian Jessica keluar dengan membawa tas pakaian dan melangkah keluar dari kamarnya. Ia mengabaikan putrinya yang sedang menangis dan terluka.
"Pergi dan jangan pernah kembali lagi!" teriak Lucas dengan nada tinggi.
"Aku juga tidak ingin melihatmu lagi," bentak Jessica.
"Lebih baik kau cepat pergi, karena aku bisa mulai hidup baru dengan wanita yang aku cintai," teriak Lucas.
Molly yang melihat ibunya pergi, ia langsung berdiri dan mengejar langkah wanita itu sambil berteriak," Mama, Mama...."
"Mama, jangan pergi! jangan tinggalkan Molly! Molly takut dengan papa!" tangisan Molly yang sedang mengejar ibunya.
Jessica melangkah dengan cepat agar tidak terkejar oleh putri kecilnya. di hujan yang deras gadis kecil itu yang kedinginan tidak putus asa sama sekali ingin mengikuti ibunya.
Jessica yang sakit hati ia tidak peduli lagi dengan putrinya yang mengejarnya hingga jauh ke puluhan meter. ia sama sekali tidak memandang ke belakang dan hanya maju terus melangkah pergi.
"Mama, jangan pergi! Molly ingin ikut mama!" tangisan Molly yang mengejar tanpa berhenti.
Hujan deras telah membanjiri jalan sehingga akhirnya Molly terjatuh dan terendam air.
"Aahh...," jeritan Molly yang dalam posisi telungkup. ia melihat ibunya pergi begitu saja tanpa peduli padanya. perasaan gadis kecil itu hancur ditinggalkan begitu saja. akan tetapi tidak membuatnya putus asa. walau kepala dan kakinya sakit. ia tetap berusaha berdiri dan mulai mengejar lagi ibunya itu.
Jessica berjalan semakin jauh semakin cepat, Molly semakin ketinggalan jauh dan berusaha berteriak ibunya. berlari di jalan yang dipenuhi air membuat gadis kecil itu kesulitan dan kemudian lagi-lagi terjatuh akibat licin.
Bruk..
"Mama! Mama!" tangisan Molly yang jatuh bangun mengejar ibunya di tengah-tengah hujan deras.
Selama beberapa menit Molly mengejar wanita itu dan juga berulang kali dia terjatuh dan menahan sakit di kedua lututnya. hingga pada akhirnya gadis kecil itu tidak sanggup lagi berdiri karena kedinginan hingga gemetar di seluruh tubuhnya.
Dan tiba-tiba tangan seorang pria yang menarik lengan gadis itu dengan erat sehingga membuatnya mengerang kesakitan.
"Sakit!" tangisan Molly.
"Papa!" teriak Molly yang menangis sambil melihat ke arah ibunya yang sudah semakin jauh.
"Papa, tolong suruh mama pulang!" pinta Molly.
"Jal*ng itu sudah pergi, dan kau harus patuh! jangan seperti wanita itu, dasar sampah!" ketus Lucas yang mengangkat tubuh Molly ke atas pundaknya.
"Mama! Mama!" tangisan Molly yang melihat ke arah ibunya yang pergi begitu saja.
"Diam! mulai hari ini dia sudah mati, Natalie adalah ibumu mulai hari ini," bentak Lucas sambil berjalan menuju ke rumahnya.
"Mamaku hanya satu! Papa, tolong turunkan Molly!" tangisan Molly menangis tanpa henti.
Lucas yang kesal langsung membanting putri kecilnya ke jalan yang dibanjiri air itu.
Bruk...
"Arrgh...."
Molly yang kesakitan semakin menangis dengan histeris.
Molly semakin takut dengan perlakuan keras dari ayahnya itu, tubuh mungilnya selain kedinginan ia juga kesakitan. gadis kecil itu berusaha merangkak pergi akan tetapi lengannya ditarik oleh pria yang berhati iblis itu.
"Pa, sakit!" tangisan Molly.
"Diam! kalau kau tidak ingin dihukum, lebih diam!" bentak Lucas yang menarik putrinya dengan kasar.
Di malam itu terjadi perpisahan orang tua Molly yang telah bersama selama enam tahun. karena perselingkuhan yang dilakukan oleh Lucas Famosa telah menyebabkan istrinya pergi dan putrinya harus kehilangan kasih sayang dari seorang ibu.
Molly menangis di sepanjang jalan pulang ke rumahnya. setelah tiba di rumah. Lucas membawa gadis kecil itu ke kamar dan menghempaskan ke kasur busa tipis yang di lantai itu.
"Aahh...," jeritan Molly yang kesakitan.
"Dengar baik-baik! jangan mencari wanita itu lagi, dia tidak menginginkanmu dan kau juga jangan pernah mengungkit namanya lagi. dia sudah pergi jauh. kalau kau masih ingin tinggal di sini maka lebih baik kau patuh. kalau tidak, aku tidak akan ragu mengusirmu dari rumah ini," bentak Lucas dengan nada tinggi sehingga membuat gadis kecil itu ketakutan.
Sesaat kemudian Lucas keluar dari kamar itu. sementara Molly ditinggalkan begitu saja. pria itu sama sekali tidak peduli putrinya yang terluka, kedinginan dan ketakutan sehingga menangis tidak berhenti.
"Mama! Mama! jangan pergi!" tangisan Molly yang duduk sambil memeluk kedua lututnya. tubuhnya yang mungil mengigil kedinginan dan dalam keadaan basah. setelah setengah jam kemudian Molly ketiduran karena dirinya yang sudah mengantuk.
Keesokan harinya.
Lucas membawa janda beranak satu masuk ke dalam rumahnya, wajah pria itu kelihatan sangat bahagia karena ia kini bebas bersama wanita cantik itu.
"Natalie, mulai hari ini kamu dan Jacob akan tinggal di sini," kata Lucas dengan senyum.
"Lucas, apakah kamu yakin istrimu tidak akan kembali?" tanya Natalie.
"Tidak akan! kamu tenang saja! perempuan tua itu sudah pergi aku juga tidak butuh dia lagi," jawab Lucas
"Aku akan tidur di kamar mana?" tanya Jacob yang adalah putra Natalia yang berusia dua belas tahun.
"Ikut dengan paman sini!" ajak Lucas yang membawanya menuju ke kamar Molly.
Klek.
Lucas membuka pintu dan melangkah masuk. ia melihat putrinya yang masih belum bangun.
"Hei! Anak sampah! cepat bangun!" bentak Lucas dengan menendang tubuh mungil putrinya.
Akibat tendangan keras dari ayahnya, Molly terbangun dan kondisi tubuhnya yang sangat lemas.
"Papa, apakah mama sudah pulang?" tanya Molly yang berbaring di kasur busa itu.
"Sudah kukatakan jangan ungkit dia lagi, apa kau sudah bodoh!" ketus Lucas yang menepuk kepala gadis kecil itu.
"Aargh," rintihan Molly yang memegang kepalanya.
"Mulai hari ini kau tidur di gudang, dan kamar ini akan digunakan oleh kakakmu," ketus Lucas pada putrinya.
"Namamu adalah Molly? mulai hari ini aku adalah kakakmu, karena aku lebih tua darimu maka kau harus mengalah," kata Jacob.
"Papa, jangan suruh Molly tidur di gudang, di sana sangat gelap. Molly sangat takut, Pa! pinta Molly yang memohon pada ayahnya.
"Lucas, jangan memaksanya, biarlah putraku tidur di gudang yang gelap dan kotor itu," ujar Natalie yang sengaja.
"Tidak bisa! biarkan saja anak sampah ini yang tidur di sana," jawab Lucas yang menarik tangan putrinya dan pergi menuju ke gudang.
"Papa, Molly tidak mau ke sana! Molly mohon jangan biarkan Molly di sana," tangisan Molly yang dipaksa ikuti langkah ayahnya itu.
Lucas tidak peduli sama sekali dengan tangisan gadis kecil itu dan tetap membawanya ke gudang itu dengan paksa.
Klek.
"Mulai hari ini tidur di sini dan jangan keluyuran di luar!" bentak Lucas yang mendorong putrinya sehingga terkapar ke lantai yang dingin dan ruang yang gelap.
Bruk
"Papa, tolong jangan kurung Molly di sini!" tangisan Molly yang ketakutan. gudang itu sama sekali tidak dipasang lampu ataupun jendela. kondisi dalam sangat gelap dan sempit serta banyak debu karena gudang itu tak pernah digunakan.
"Untuk anak sampah sepertimu, hanya cocok tidur di sini," ketus Lucas menepuk kepala gadis kecil itu hingga kesakitan.
Plak.
Molly berjongkok sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya yang mungil itu. ia menangis terisak karena ketakutan dan sedih yang dia alami.
"Selain menangis apa lagi yang kamu tahu," bentak Lucas yang kemudian melangkah keluar dan menutup pintu itu.
Molly yang sangat takut dengan keadaan gelap, ia menangis dan tidak berani mengeluarkan suara. ia merangkak ke sudut ruangan itu dan menutup mata dengan kedua tangannya.
"Mama! cepat pulang! Molly sangat takut di sini sendirian. di sini sangat gelap. Molly sangat lapar, Ma. Molly ingin makan bubur yang mama masak," tangisan Molly sambil menutup matanya.
"Mama, tolong pulanglah, Molly akan patuh dan berbakti pada mama," tangisan Molly yang memejamkan matanya. tubuh gadis itu gemetar karena ketakutan yang berlebihan. tidak ada yang bisa mengeluarkan dirinya dari genggaman ayahnya itu.
Sementara Lucas dan Natalie tersenyum bahagia karena bisa tinggal bersama tanpa gangguan.
"Lucas, aku akan menyiapkan makan siang untukmu," ucap Natalie dengan senyum.
"Aku tidak sabar ingin makan masakanmu," kata Lucas yang menyentuh punggung wanita itu.
"Apa yang dimakan Molly? mungkin aku akan masak untuknya?"
"Tidak usah! kita berikan saja makanan sisa atau roti saja, tidak perlu bersusah payah memasak makanan dia!" jawab Lucas.
"Kamu cukup kejam dengan putrimu sendiri, dia masih kecil dan usianya baru 5 tahun," ujar Natalie.
"Dia seharusnya beruntung karena aku tidak mengusirnya, dan masih memberi dia makan. sebenarnya dia hanya anak yang kami ambil di samping tong sampah. oleh karena itu dia lebih cocok dipanggil sampah," jawab Lucas.
Di siang hari itu Lucas bersama Natalie dan Jacob sedang makan siang. mereka tersenyum bahagia dan sangat menikmati makanannya.
Sementara Molly yang dikurung di gudang yang gelap tergeletak di lantai dingin sambil mengigil di seluruh tubuhnya.
Gadis itu demam akibat kehujanan dan tidak berganti pakaian semalaman. tubuh mungilnya sangat lemas dan mulai pucat. gudang itu hanya tersimpan barang yang tidak berguna dan tidak memiliki bantal, selimut dan alas tidur.
"Mama! Mama!" ucap Molly yang merindukan sosok wanita yang selama ini sangat menyayanginya akan tetapi kini telah meninggalkan dirinya akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh ayahnya itu.
"Mama, Molly lapar dan dingin!" ucap Molly.
Lucas dan wanita itu sama sekali tidak peduli dengan gadis kecil itu, mereka hanya peduli dengan diri sendiri. makan yang kenyang, bercanda, saling bersulang. itulah yang mereka lakukan. Lucas seakan telah melupakan putrinya yang dia kurung ke dalam gudang sempit dan gelap itu. ia juga tidak peduli sama sekali apakah putrinya lapar atau tidak.
Malam hari.
Molly mulai merangkak sambil mencari di mana arah pintu. ia tidak bisa melihat apapun karena tanpa sedikitpun cahaya di ruang tersebut.
"Papa! Papa! Molly demam dan lapar! Molly mau makan bubur!" pinta Molly yang sambil merangkak ke arah pintu yang jaraknya sudah tidak jauh darinya.
Dalam situasi gelap gadis kecil itu mencari pintu untuk memanggil ayahnya yang seharian belum memberi dia makan.
Setelah menyentuh pintu, Molly duduk di sana sambil mengetuk pintu.
"Papa, Molly lapar, Pa," panggil Molly sambil mengetuk pintu.
Tok...Tok...
"Papa, Molly lapar," seru Molly yang mengeluarkan air mata.
Setelah memanggil selama dua puluh menit akhirnya seseorang membuka pintu tersebut.
Klek.
Lucas melangkah masuk dan membawakan semangkok makanan dan melempar ke lantai sehingga makanan itu tumpah berserakan di lantai.
"Papa, Molly ingin keluar," pinta Molly yang sedang menangis.
"Kamu lapar? makan sayur ini sampai habis, hanya makanan ini yang cocok untukmu, jangan berharap bisa makan bubur atau apapun yang kamu inginkan. apapun yang aku berikan kau harus merasa puas," ketus Lucas
"Papa, Molly demam. tubuh Molly sangat panas," tangisan Molly yang mendekati kaki ayahnya itu. gadis itu memaksakan diri berdiri dekat dengan pria berkepala batu itu.
"Demam? pergi cari obat sendiri, kalau tidak, jangan berharap aku akan mengurusmu," bentak Lucas yang mendorong gadis kecil itu dengan keras.
Bruk
Molly lagi-lagi tersungkur dan menahan sakit, tubuhnya yang semakin lemah dan demam panas hanya bisa bertahan dan pasrah.
"Habiskan sayur ini! mama tirimu sangat baik padamu, karena dia yang merebus sayur ini untukmu," bentak Lucas yang kemudian melangkah keluar dan tidak menutupi pintu.
Molly yang kelaparan hanya bisa mengutip sayur itu dan memasukan ke mulutnya. sayur rebusan yang tidak ada rasa sama sekali harus dipaksa kunyah dan ditelan demi mengisi perutnya.
Gadis kecil itu sambil menangis di saat makan makanan yang dikutip di lantai. ia merindukan mamanya yang sering menyuapinya di saat makan. akan tetapi, kini ia bukan saja diabaikan. tapi dia juga harus makan makanan yang berserakan di lantai.
"Mama...," ucap Molly sambil mengunyah sayur yang setengah matang itu. Air mata mengalir dengan deras sambil segugukan.
"Kenapa papa berubah dan memanggilku anak sampah," batin Molly yang sangat terluka
Walau hanya lima tahun, Ia bisa merasakan betapa sakitnya saat diperlakukan dengan buruk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!