Rio: "Saya terima nikah dan kahwinnya Kirana Fatima binti Setiawan dengan emas kawin sebesar 50 gram dibayar tunai."
Ustadz: "Bagaima saksi? Sah?"
Saksi: "Sah!"
Ustadz dan saksi: "Alhamdulillah."
~
.Flashback on.
Kirana: "Assalamualaikum." Salam gadis itu memasuki rumahnya sepulang dari caffe miliknya yang selama ini dikelolanya berdua dengan adiknya Karina.
Hari ini dia bekerja sendiri di caffe karena adiknya sedang berlibur ke Puncak bersama keluarga calon suaminya.
Setiawan, Darmawan, Rio: "Waalaikumsalam."
Kirana melihat bahwa ayahnya sedang kedatangan tamu. Kirana menghampiri ayahnya dan teman ayahnya yang di kenalnya sebagai Om Darmawan untuk menyalim tangan kedua bapak-bapak itu, sedangkan kepada laki-laki muda yang berada di sebelah Om Darmawan dia hanyak mengangguk sambil tersenyum yang dibalas oleh laki-laki itu dengan anggukan kepala dan senyuman juga.
Setiawan: "Kirana, ayah mau bicara sebentar nak sama kamu!"
Setiawan memanggil Kirana anaknya yang kebetulan baru pulang bekerja, untuk bergabung duduk di ruang tamu bersama mereka.
Kirana: "Ada apa yah?" Tanyanya kepada ayahnya, sambil mengikuti permintaan ayahnya duduk untuk bergabung dengan tamu-tamu ayahnya itu.
Setiawan: "Nak, kenalin ini Mario Syafiq anaknya Om Darmawan."
Lelaki bernama Mario itu mengajak Kirana berjabat tangan.
Kirana: "Kirana." Kata Kiran membalas jabatan tangan lelaki itu.
Rio: "Panggil saja Mas Rio." Katanya sambil tersenyum.
Kirana hanya mengangguk.
Darmawan: "Nah nak Kiran, kedatangan kami kesini bermaksud untuk mendiskusikan tanggal pernikahan nak Kiran dan Rio."
Kirana yang terkejut langsung melirik ke arah ayahnya.
Setiawan: "Ayah dan Om Darma sudah setuju untuk menikahkan nak Rio dengan kamu!" Jelasnya kepada putrinya.
Kirana: "Bisa kita bicara berdua sebentar ayah?"
Darmawan dan Mario mengangguk. Setiawan dan Kiran berjalan menuju ruang keluarga.
Setiawan: "Ayah harap kamu gak akan menolak! Sudah saatnya kamu melepas masa lalumu dan memulai kehidupan rumah tangga yang baru kembali! Mario anak yang baik, dia juga baru lima bulan ini ditinggal meninggal istrinya karena pendarahan saat melahirkan. Ayah yakin dia bisa menjadi imam yang baik untukmu, tidak seperti Syahdan!"
Jadi dia sudah punya anak, batin Kirana.
Kirana: "Tapi kenapa ayah gak bilang dulu ke Kiran?"
Setiawan: "Karena hal ini bukan untuk diperbicangkan Kirana, tapi untuk dijalankan. Percayalah perkataan ayah, dia akan menjadi imam yang baik untukmu dan ayah harap kamu juga bisa menjadi istri yang baik untuknya dan ibu yang baik untuk anaknya serta anak kalian kelak!"
Kirana tahu bahwa keputusan ayahnya kali ini tidak bisa dibantah lagi, akhirnya dia memutuskan untuk menerima keputusan ayahnya itu. Lagi pula Kirana telah melakukan kesalahan sekali dalam hal pernikahan, dia pernah menikahi laki-laki yang tidak disetujui ayahnya dan akhirnya laki-laki itu menjatuhkan talak kepadanya tanpa memberikan alasan dan kabur entah kemana.
Kirana: "InsyaAllah yah. Kirana akan berusaha menjadi istri yang solehah."
Setiawan memeluk putri sulungnya itu.
Setiawan: "Semoga kali ini pernikahanmu bahagia nak, hingga akhir hayat."
Kirana meneteskan air matanya, bahagia karena sang ayah mendoakan hal baik untuknya tapi juga takut karena dia masih mencintai Syahdan mantan suaminya.
Kirana: "Apakah laki-laki itu tahu bahwa kiran pernah menikah?" Tanya Kirana dengan ragu kepada ayahnya setelah mereka melepaskan pelukan mereka.
Setiawan: "Tahu! Ayah dan Om Darma sudah menceritakan semua kejadiannya pada Mario, bagaimana laki-laki itu menikahimu dan malamnya menalakmu tanpa alasan dan kabur entah kemana." Kata Setiawan murka.
Kirana: "Alhamdulillah kalau dia sudah tahu dan tetap mau menerima Kirana. Mari kita kembali ke ruang tamu yah! Kasihan Om Darma dan Mas Rio sudah menunggu lama."
Mereka pun kembali berkumpul dan membicarakan waktu pernikahan yang akhirnya disepakati akan dilangsungkan dua minggu kemudian.
.Flashback off.
Acara pernikahan sederhana yang diadakan Darmawan dan Setiawan untuk putra-putrinya pun sudah selesai dengan lancar.
Karina: "Teh selamat ya! Karin senang teteh sudah syah menikah dengan seorang laki-laki yang soleh seperti Mas Rio sebelum Karin menikah dengan Mas Fahri." Ucap adiknya tulus. Ya memang Karina lima bulan lagi rencananya akan menikah, makanya Setiawan segera menjodohkan dan menikahkan putri sulungnya itu dengan Mario putra sahabatnya ketika dia mendengar curhatan hati sahabatnya yang khawatir pada Mario karena harus kehilangan istri dan mengurus anaknya yang baru lahir sendirian.
Rio dan Kirana akan bermalam selama semalam di hotel yang telah disediakan oleh Pak Darmawan sebelum kembali ke rumah yang sudah Rio beli untuk mereka berdua tempati besok.
Sedangkan Tia sudah mengisi rumah tersebut terlebih dahulu bersama Bi Inem asisten rumah tangga keluarga Darmawan yang sudah membantu almarhum mama Rio mengurus rumah tangganya sejak awal pernikahannya dengan Pak Darmawan dan juga menggantikan almarhum Alesha merawat Tia semenjak lahir, dia sudah menjadi kepercayaan keluarga Darmawan.
Selama Rio dan Kirana menginap semalam di hotel, Bi Inem ditemani oleh Marina adik Rio satu-satunya dan suaminya Gibran.
Gibran dan Marina menikah enam bulan yang lalu dan sekarang Marina sedang mengandung anak Gibran, usia kandungannya baru jalan dua bulan.
Rio: "Kamu gak mau ganti baju Ran?"
Kirana yang sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri tersadar dan menatap suaminya.
Kirana: "Ehh.. Iya maaf, mas gak mau duluan?" Tanya Kirana yang melihat bahwa suaminya juga belum mengganti pakaian.
Rio tersenyum menghampiri Kirana lalu duduk di samping istrinya sambil menggenggam tangan wanita itu, dia tahu Kirana sedang memikirkan sesuatu.
Rio: "Kamu dulu aja sayang, kalau kamu udah selesai nanti baru aku."
Kirana tersenyum.Dalam hati dia mengucap syukur kepada Allah karena telah memberikan dia suami seperti Mas Rio yang sangat baik dan pengertian, walau dia tahu Mas Rio juga pasti belum mencintainya sama seperti dia belum mencintai Mas Rio.
Kirana: "Sebelum aku ganti pakaian, boleh aku bertanya sesuatu pada mas?"
Rio mengangguk.
Kirana: "Mas Rio tahu kan status Kirana sebelum nikah sama Mas Rio?"
Rio: "Tentu saja mas tahu, kalau gak tahu mana mungkin kita bisa nikah? Kenapa gitu sayang?"
Kirana: "Mas gak masalah dengan itu? Jujur aku masih mencintainya, tapi aku janji InsyaAllah aku akan berusaha untuk menjadi istri yang soleh untukmu dan ibu yang baik bagi Tia dan anak-anak kita kelak."
Ya Kirana memang sudah bertemu dan melihat anak Rio dan Alesha (almarhum istri Rio) yang bernama Quenara Artia Darmawan satu minggu sebelum pernikahan dilaksanakan, Kirana yang melihat bayi mungil berusia kurang lebih enam bulan itupun langsung jatuh hati pada Tia. Maka dari itu selama seminggu sebelum pernikahannya dengan Rio dia habiskan untuk membantu Bi Inem merawat Tia. Rio yang mengetahui hal itu makin kagum dengan sosok Kirana, dia memang belum bisa mencintai wanita itu tapi dia yakin bahwa dia akan bisa mencintai wanita itu, lagipula perasaan sayang kepada wanita itu memang sudah tumbuh sejak mengenalnya.
Rio menatap Kirana tersenyum dan mengecup lembut kening istrinya itu.
Rio: "Aku tidak masalah sayang. Kamu wanita yang soleh, aku yakin kamu akan bisa membimbing aku, anakku dan anak-anak kita kelak. Memang aku belum mencintaimu, begitu pula sebaliknya. Tapi maukah kamu belajar untuk mencintaiku? Sama seperti aku akan belajar untuk mencintaimu."
Kirana meneteskan air mata terharu, dia sangat bersyukur atas kehadiran Rio dan Tia di kehidupannya. Mungkin memang sudah saatnya aku untuk melupakan Mas Syahdan, batin Kirana.
Kirana: "Aku akan belajar mas, ajari aku!" Jawab Kirana sambil memeluk suaminya yang tersenyum menatapnya.
Rio: "Ya udah sekarang kamu cepat ganti pakaian, aku pengen ganti pakaian nih! Setelah itu kita shalat ya sekalian shalat ra'kaat."
Deg.. Shalat ra'kaat? Apakah dia ingin meminta haknya hari ini? Tanya Kirana dalam hati.
Rio: "Kamu siap kan sayang kalau aku mau minta hak aku malam ini? Malam pertama kita?" Tanyanya ketika dia melihat istrinya terkejut dan tahu apa yang ada dipikiran istrinya itu. Sebenarnya dia hanya ingin menggoda istrinya saja.
Kirana: "Sakit gak mas?" Tanyanya polos, sambil malu-malu menatap suaminya.
Rio yang mendengar pertanyaan istrinya itu menatap istrinya kaget. Sakit? Apakah dia belum pernah melakukannya dengan mantan suaminya dulu? Tanyanya dalam hati.
Kirana: "Katanya mas udah tahu! Aku belum pernah melakukannya mas, Mas Syahdan menjatuhkan talak kepadaku dua jam setelah ijab qobul dan sebelum resepsi diadakan. Setelah itu dia kabur entah kemana!" Jelas Kirana ketika melihat suaminya itu terkejut.
Astaqfirulloh, batin Rio. Betapa kejamnya laki-laki bernama Syahdan itu!
Rio: "Ya aku hanya tahu bahwa kamu sudah pernah menikah dan diceraikan oleh suamimu yang kabur setelah menikahimu. Berarti kamu adalah wanita yang ditinggalkan mempelai prianya ketika menikah itu?" Kata Rio tak enak karena secara tidak langsung dia mengingatkan Kirana pada masa lalunya yang belum lalu-lalu banget sih, tapi kelamnya kebangetan.
Kirana: "Astaqfirulloh al'adzim... Mas! Masa mas ngatain aku wanita yang ditinggal mempelai prianya ketika menikah, kaya gitu sih?" Rajuk Kirana Kesal.
Rio tertawa. Dia senang melihat wajah Kirana yang lucu saat merajuk dan yang terutama dia bahagia karena dia akan menjadi pemilik satu-satunya istrinya itu secara utuh.
Rio: "Maaf, itu kata ayah! Waktu itu ayah pulang dari kondangan anak temannya dan bercerita bahwa pengantin wanitanya ditinggalkan suaminya." Kata Rio terkekeh. "Aku gak nyangka itu kamu, soalnya kan kata ayah wanita itu ditinggal mempelai prianya. Sedangkan beliau hanya ngomong kalau kamu sempat menikah."
Kirana: "Ya setelah ijab qobul, laki-laki itu menalakku dan meninggalkan aku tanpa melaksanakan resepsi yang sudah disiapkan." Cerita Kirana sedih, matanya mulai berkaca-kaca.
Rio yang mendengar itu menangkupkan wajah Kirana dengan kedua tangannya dan menatap mata Kirana lekat-lekat.
Rio: "Jangan bersedih sayang, lupakanlah semua itu! Sekarang kamu milikku dan aku milikmu, aku tidak suka kamu bersedih untuk pria lain dan aku janji aku akan memberikan kebahagiaan untukmu dan anak-anak kita dengan seluruh hidupku. Kamu percaya kan sama aku?"
Kirana mengangguk sambil menangis terharu mendengar ucapan laki-laki yang baru menjadi suaminya itu, dia memeluk Rio dan membenamkan wajahnya di dada laki-laki yang adalah suaminya itu.
Kirana: "Makasih mas! Kiran percaya sama mas. Kiran sayang Mas Rio."
Rio tersenyum.
Rio: "Aku juga sayang sama kamu Kiran!" Jawabnya sambil memeluk istrinya itu erat.
Kirana: "Mas apa gak sebaiknya kita pulang saja?" Tanya Kirana sambil melepaskan pelukan suaminya itu.
Rio: "Kenapa?" Tanyanya kecewa.
Kirana: "Aku kepikiran Tia." Jawab Kirana jujur.
Rio tersenyum. Dia menyesal karena sempat berpikiran yang tidak-tidak pada istrinya, tapi ternyata istrinya malah mengkhawatirkan anaknya.
Rio: "Ada Marina yang akan menginap semalam untuk menemani Bi Inem. Gak usah khawatir, lekas ganti pakaian! Lalu kita nikmati malam ini."
Kirana mengangguk dengan wajah yang memerah karena malu, sebagai wanita dewasa dia tahu arti kata "nikmati" yang di maksud oleh Rio itu apa.
Setelah selesai membersihkan badan dan berganti pakaian, Mario melihat Kirana yang sudah tidur dengan nyenyak diatas ranjang kamar hotel mereka. Istrinya itu menggunakan piyama warna pink dengan motif hellokitty, dan menempati dirinya dengan posisi membelakangi teman tidurnya.
Mario naik keatas ranjang dengan pelan-pelan karena tidak mau membangunkan istrinya, tapi tubuh Kirana bergetar secara refleks ketika menyadari Rio naik ke ranjang dan hal itu disadari oleh Rio.
Rio: "Hmmm rupanya pura-pura tidur. Aku jahilin ah!" Batin Rio.
Rio mulai memeluk Kirana dari belakang, dirasakannya Kirana bergidik tegang. Rio yang jahil lalu mengarahkan tangannya ke salah satu payudara Kirana dan meremasnya pelan.
Kirana terperanjat kaget karena ulah Rio, dia langsung membalikkan badannya, menutup kedua payudaranya dengan tangannya dan menatap Rio sambil melotot.
Rio tertawa melihat wajah istrinya yang marah itu.
Rio: "Kenapa pura-pura tidur hah? Kan belum shalat!"
Kirana menenggelamkan wajahnya yang sudah memerah ke dalam bantal, dia memang hanya pura-pura tidur untuk menhindari suaminya. Dia tahu itu tidak akan mudah karena waktu masih menunjukkan pukul tujuh malam dan Kirana tahu Rio suka malam kalau tidur, tapi dia pikir bisa kalau dia pura-pura tidur sampai suaminya tidur suaminya itu tidak akan tega membangunkannya.
Mario mendekap Kirana ke dalam pelukannya.
Mario: "Gak mau jelasin?" Tanyanya lembut.
Kirana: "Ma...maaf?"
Mario: "Untuk?"
Kirana mengangkat wajahnya, melonggarkan pelukan mereka lalu menatap Mario.
Kirana: "Aku bukannya gak mau. Tapi aku takut.." Jujur Kirana.
Rio terkekeh.
Rio: "Kita shalat aja dulu yuk! Nanti kita omongin lagi."
Kirana hanya bisa mengangguk pasrah dan mengikuti suaminya.
"Kalau gak dimulai, apakah rasa takut itu bisa hilang?" Tanya Rio seusai shalat dan mereka berdua tiduran di rajang dengan Rio merangkul Kirana.
Kirana menggeleng. Ya sebelum dilakukan, untuk pertama kali pasti aja ada rasa takut.
Rio: "Berarti sekarang takut, nanti juga takut?"
Kirana mengangguk lagi.
Rio: "Terus kalau gitu apa bedanya?"
Kirana diam tidak bisa menjawab pertanyaan suaminya itu.
Kirana: "Gak ada. Tapi apakah gak apa-apa jika kita melakukannya sekarang, tanpa belum adanya rasa cinta?"
Rio: "Justru karena itu aku mau melakukannya segera! Aku ingin menanamkan benih cinta padamu, dengan harapan perasaan cinta itu akan segera hadir pada kita."
Kirana: "Maksud mas?"
Rio: "Aku ingin segera punya anak darimu sayang."
Kirana: "Tapi mas..."
Mario mengecup bibir Kirana kilat.
Rio: "Dengan begitu kita punya alasan terkuat untuk dimiliki dan memiliki, dengan begitu kita akan menemukan alasan untuk saling mencintai dengan cepat. Lagian aku dan kamu udah halal ini!"
Kirana terkekeh, dia baru tahu kalau Mas Rionya itu adalah tipe orang yang memiliki jalan pikiran yang menakjubkan (jalan pikiran yang aneh, tapi benar.)
Rio: "Kenapa tertawa?" Tanya Rio heran, perasaan gue gak lagi ngelawak! Batinnya.
Kirana: "Ternyata kamu punya jalan pikir yang unik juga ya?"
Rio terkekeh
Rio: "Ya begitulah!" Katanya sambil menggaruk kepalanya yang gak gatal.
Kirana: "Ya udah ayo!"
Rio memposisikan wajahnya diatas wajah Kirana agar dapat menatap wajah istrinya itu.
Rio: "Serius?"
Kirana mengangguk.
Kirana: "Tapi pelan-pelan ya!"
Rio langsung mencium bibir istrinya itu dengan lembut.
Rio: "Makasih sayang!" Katanya di sela-sela ciuman mereka.
Rio kembali mencium bibir istrinya itu, diresapinya bibir Kirana yang terasa manis itu untuknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!