Di pagi hari yang cerah, aku "Raphael Ignite" ingin memulai lagi hari ini dengan berangkat ke Sekolah. Tahun ini di Tahun 2110, usiaku sekarang 17 Tahun. Itu usia dimana kamu bisa mendaftar sebagai seorang Ranker. Mungkin banyak orang yang tahu kalau aku berasal dari keluarga terpandang. Keluarga "Ignite".
Namun, walau diriku berasal dari keluarga terpandang, skill yang kumiliki hanyalah sekelas Rank F. Skill "Manifestation Equipment" Itu hanyalah skill sampah yang hanya bisa digunakan ketika dirimu ingin memakai sebuah Equipment.
Aku sungguh iri kepada para leluhurku yang kebanyakan menjadi Top Ranker pada zamannya.
Sambil berjalan menuju Sekolah, aku biasa memakai Earphone di Telingaku. Sebenarnya tidak ada gunanya, tapi entah mengapa mendengarkan musik seperti menjadi hobiku sehari-hari.
Di Tengah Perjalanan, kebetulan aku bertemu dengan Gadis dari Kelasku. Dia merupakan Primadona di Kelasku saat Ini. Namanya "Rodselwiese Adrianne".
Mulai dari Rambut, Mata, Tubuh serta Kakinya memiliki postur yang sempurna. Mungkin inilah perwujudan para Bidadari. Aku tidak terlalu dekat dengannya. Tapi, rasanya aku ingin menyapanya.
"Hai Adrianne." Ucap diriku yang ingin menyapa dia.
Dia melihatku dengan tatapan sinis, yah ini sudah ada dalam pemikiranku sih. Mana Ada Orang yang Ingin Menyapa Seseorang yang Tidak Dikenalnya. Lagi pula Aku Hanyalah Siswa Rata-Rata Di Sekolahku. Bagaimana Mungkin Dia Ingin Bersapa Denganku.
Aku Melanjutkan Perjalanan Ke Sekolahku, Memang Agak Terlihat Lama Karena Stasiun Dengan Sekolahku Berjarak 3km. Transportasi Yang Bisa Kugunakan Hanyalah Kereta yang Ada di Stasiun Freiburg. Karena Sekolahku Berada di Holvenheim Mau Bagaimana Lagi.
Daerah Holvenheim Terkenal dengan Kecilnya Daerah Ini. Akan Tetapi, Sekolahku Yaitu Highschool Of The Holvenheim Merupakan SMA Terbaik Ke 3 Nasional.
Tak Lama Kemudian.
Akhirnya Aku Sudah Berada di Depan Gerbang Sekolah. High school of The Holvenheim Memiliki Gedung Berisi 4 Lantai dengan Lapangan yang Sangat Luas. Serta dilengkapi dengan Fasilitas Penunjang Siswa yang Ingin Menjadi Rankers.
Lekas Aku Bergegas Ke Kelasku Karena Jam Menunjukkan Bahwa Sekarang Sudah Hampir Masuk Jam Kelas. Aku Berada Di Kelas 11-A.Sistem Kelas Disini Terbagi Menjadi 3 Kategori Yaitu A, B dan C. Kelas A Merupakan Kelas yang diisi Oleh Murid-Murid yang Memiliki Potensi Tinggi dan Berasal Dari Keluarga Terpandang.
Aku Masuk ke Kelas 11-A ya Karena aku Berasal Dari Keluarga "Ignite". Andaikan Saja Kalau Diriku bukan Berasal Dari Keluarga "Ignite". Mungkin, aku Bakal Berada di Kelas 11-C yang Isinya adalah Siswa-Siswi yang Minim Potensi dan Tidak Terpandang.
Disaat Aku Masuk ke Kelas, Tidak Sengaja Aku Menabrak Teman Sekelasku.
"Aww, Bisakah Kamu Memakai Matamu Ketika Berjalan?" Ucap Teman Kelasku yang Ku Tabrak.
"Aku Minta Maaf, Apakah Kamu Baik-Baik Saja?".
"Sedikit Sakit, Tapi Aku Baik-Baik Saja."
Aku Bangun Dari Jatuhku dan Wow, Sungguh Terkejutnya yang Aku Tabrak adalah Orang yang Kusuka. Dia adalah Teman Kelasku yang Sangat Cantik Menurutku. Dia berasal dari Keluarga "Arizen".
Namanya "Novaria Arizen". Aku Suka Rambutnya yang Berwarna Biru Muda dan Matanya yang Berwarna Coklat Tampak Cocok dengannya.
Aku Bergegas Meminta Maaf Kepada Novaria.
"Novaria, Aku Minta Maaf Ya. Aku Benar-Benar tidak Sengaja Saat Menabrakmu. Sungguh Aku tidak Melihatmu saat Keluar Dari kelas."
"Iya, Tidak apa-apa Raphael. Lain kali Hati-Hati ya." Ucap Novaria dengan nada lembutnya.
"Iya, Sekali Lagi aku Minta Maaf, Novaria."
Setelah Itu, Aku Bergegas duduk ke tempat duduk ku. Disaat aku duduk, Teman Kelas Cowok ku Menghampiriku dengan Menepuk Pundakku.
"Oeyy Raphael, Apakah Kamu Melihat Berita Hari ini? sang Top Rankers Saat ini Katanya Habis Menyelesaikan Raid Dungeon Class-S."
"Ohhh Iyakah? Coba aku Lihat Vincent."
Aku Menatap Berita Tentang Penyelesaian Raid Dungeon Class-S Oleh Top Rankers Saat Ini Yaitu Kyle Roswell.
• Wah, Kyle Lagi-lagi Menyelesaikan Dungeon Class-S. Sudah Berapa bnyk yang dia selesaikan? Apakah dia Adalah Pahlawan Masa Kini?
36 Detik yang Lalu | Melaporkan
Balas.
• Apakah Dia Seorang Utusan Dewa?
1 Menit yang Lalu | Melaporkan
Balas.
• Sungguh Irinya Aku, Andaikan Aku Memiliki Skill Seperti Kyle. Mungkin Akulah Saat Ini yang Menjadi Top Rankers.
3 Menit yang Lalu | Melaporkan
Balas.
Melihat Komentar Seperti Itu, Aku Berfokus Pada Komentar Seorang Netizen yang Menurutku Rada Aneh.
• Hey, Kyle Hanya Mendapat Skill Itu dari Sebuah Shop di Kota Burlinsen. Andai kalian tahu Itu.
17 Menit yang Lalu | Melaporkan
Balas
"Hey, Vincent, Orang ini Menurutmu Bercanda Atau Serius?" Sambil menunjuk ke arah Komentar tersebut.
"Sudah Pasti Bercanda lah, Mana Mungkin Skill Se Overpower begitu Hanya Beli Dari shop Kota Burlinsen. Lagi pula Kota tersebut Memiliki Tingkat Kriminalitas yang Tinggi." Dengan Nada Bercandanya Sambil Tertawa Sedikit.
"Hahaha, sudah pasti sih. kayaknya ini orang termasuk kedalam Hatersnya Si Kyle.".
10 Menit Kemudian. Akhirnya Guru Masuk Kedalam Kelas.
"Anak-Anak, Silahkan Duduk Ke Tempat Kalian Masing-Masing. Pelajaran Akan Segera Dimulai." Ucap Guruku Sembari Memegang Buku Pelajaran.
"Baik Guru."
Semua Murid Akhirnya Duduk Sambil Memperhatikan Pelajaran.
45 Menit Berselang, Akhirnya Pelajaran Pertama Pun Selesai. Kini Lanjut Pelajaran Mapel Kedua Yaitu Mapel Skill Analyst. Pelajaran Ini Adalah Pelajaran yang Kusuka. Karena Di Pelajaran Ini kamu Bisa Menganalisis Skillmu Agar Naik Level.
Murid-Murid Bergegas Pergi Ke Skill Analyst Room. Di Ruangan itu banyak Sekali Fasilitas Untuk Mendukung Skill-Skill para Murid. Ada Analyst Machine, Skill Upgrade, Analyst System dan Show Stats.
Pertama-tama Murid Diwajibkan untuk Menggunakan Show Stats. Cara Kerjanya Begitu Mudah, Hanya Tempelkan Tanganmu diatas Mesinnya.
Disaat Para Murid sedang Menshow Stats Mereka. Tiba-Tiba Saat Seorang Siswa Menshow Statsnya, Alangkah Terkejutnya Semua Murid. Karena, Stat Murid Itu Sungguh Tak Masuk Akal.
"Bagaimana bisa dia memiliki stats seperti itu?"
"Gila, Durability Kelas S, Strength S, Speed S, Agility S.Ini Benar-Benar Tidak Masuk Akal.Semua Statsnya Menyentuh Rank-S."
Sontak Murid-Murid Tersebut Sungguh Terkejut dengan Stats tersebut. Akupun Sama Terkejutnya. Dengan Stats Seperti Itu Mungkin Dia Adalah Top Ranker Masa Depan.
"Hey, apakah kau mengenal dia?" Ucap Murid-Murid Kepada Para Teman-temannya dengan Berbisik.
"Dia Adalah Adam Roswell. Adik Dari Kyle Roswell."
"Apaa???Kyle Mempunyai Adik? SUNGGUH Keluarga Tidak Masuk Akal." Dengan Ekspresi Terkejut.
Adam Roswell, Dia Murid Terpintar di Kelasku yang Pertama. Aku baru tau Bahwa dia Adalah Adik Kyle. Kukira dia Hanya Termasuk ke Keluarga Cabang Roswell. Sungguh Keluarga yang tidak bisa diganggu.
Tampaknya Adam Mendapatkan Perhatian Dari seluruh siswa.
Aku Akhirnya Dipanggil Untuk Melakukan Show Stats Juga. Aku Segera Menempelkan Tanganku diatas Mesin Itu. Saat Mesin Itu Menunjukkan Stats ku, Aku Terdiam Sejenak karena Stats ku.
"...., Bagaimana Bisa???Semua Statsku Memiliki E-Class."
Tampaknya Sebagian Murid Menatap ku Seperti Menatap Seekor Lalat yang Menjijikan. Namun, Ada beberapa orang yang menatap ku dengan Tatapan Biasa.
"Hah, Beginikah Nasibku? Sepertinya Aku Hanya Seekor Buangan Dari Keluarga Raphael." Sambil Menghela Nafas Sebentar.
Temanku, Vincent Astroze Menepuk Pundakku Seperti Ingin Membuat ku Tenang.
"Raphael, Tenanglah.Seingatku Stats bisa ditingkatkan dengan berlatih. Kau Cukup Bekerja Keras Saja Untuk Meningkatkan Statsmu. Tenanglah Aku Akan Membantumu Juga."
Hah, Sungguh Aku Beruntung Punya Teman Seperti Vincent. Aku Harus Bekerja Keras Sehabis ini Agar aku Bisa Menjadi Top Ranker Seperti Idolaku "Castrophe Ignite" Yang tidak Lain adalah Leluhurku.
"Kau Benar Vincent. Aku Hanya Perlu Bekerja Keras Agar Statsku Naik. Oh Iya, Ngomong-Ngomong Bagaimana Statsmu?"
"Statsku Rata-Rata sih. Agility C, Strength B, Speed C, Durability C."
Stats Vincent Memang Rata-Rata. Tapi, Strengthnya Lumayan Juga. Mungkin dia Bisa Menjadi Tipe Fighter dengan Itu.
"Vincent, Apakah Kamu mau Jadi Ranker Juga?"
"Kenapa Kamu Bertanya Seperti itu?Tapi Sepertinya iya."
Mungkin Aku bisa Satu Party dengan Vincent nanti.
"Barengan yuk Daftarnya Kapan-Kapan. Aku Juga Pengen Jadi Ranker."
"Oke."
Setelah Pelajaran selesai, Akhirnya Waktu Istirahat Tiba.
Vincent yang Ingin Ke Kantin Sekolah Kemudian Mengajakku Sekalian Kesana. Lagi pula, Aku Juga ingin ke Kantin untuk Membeli Cemilan untuk dimakan. Kebetulan Aku tidak Membawa Bekal.
"Oee Raphael, Ayo ke Kantin."
"Oke Vin. Meluncurrrr."
Saat Di kantin, Kantin sangat ramai sekali sehingga agak susah untuk Membeli Sebuah Makanan dan Minuman. Karena Sistem Kantin Tidak Dibedakan Antara Kelas A-C. Sehingga Banyak anak-anak dari Kelas lain yang Pergi Kesini Juga.
Akhirnya Aku dan Vincent Memutuskan Berpisah Karena Kami Berbeda Tempat untuk Pembelian.
Aku Memutuskan untuk Membeli Sebuah Paket Makanan yang Berisi sebuah Ayam Goreng, Teh dan Sebuah French Fries yang dilengkapi dengan Saus Pedas.
"Bu, Beli Paket Ayam + Teh + French Fries 1."
"Siap."
Aku Menunggu Beberapa Menit Untuk Menunggu Paket Makananku Datang. Selang Beberapa Menit, Akhirnya Paket Makananku Datang. Karena Sistem Mengambil Makanan Disini adalah Bayar Melalui Sebuah Mesin Scan, Aku Segera Membayar Paket Makananku yg Seharga 100 Roux.
Setelah Membayar, Aku Bergegas untuk Mengambil Pesananku Di Tempat Pengambilan Pesanan.
"Bu, Saya ingin mengambil Pesanan Saya. Pesanan Paket Ayam Goreng + Teh + French Fries. Ini Bukti Pembayarannya." Aku Menunjukkan Bukti Pembayarannya di Smartphoneku.
"Sipp, Ini Pesananmu ya. Selamat menikmati." Sambil Tersenyum Melayani Pelanggan.
Aku mengambil Pesananku. Kemudian, Aku Bergegas Mencari Tempat Duduk untuk Makan. Dari Kejauhan, Aku Melihat Vincent Melambaikan Tangan ke Arahku Seperti Mengajak untuk Duduk Disebelahnya.
Vincent Terlihat Duduk Bersama Seorang Perempuan. Aku mencoba Mendekati Vincent.
"Kenapa Vincent?"
"Udah Kamu Duduk Disini Aja Untuk Makan. Lagi pula Tempat yang Lain Terlihat Penuh."
"Tapi...Apa Tidak Menganggu kah Vin?"
Aku Menjawab dengan Nada Seperti Tidak Enak.
"Udah gapapa. Santai aja."
Karena Vincent Berkata seperti itu, ya Mau tidak mau aku Duduk di Sebelahnya.
"Oh iya Raphael, Kenalin dia Dari kelas 11-B. Namanya Laurencia Vanessa."
Laurencia Kemudian Segera Memperkenalkan Diri.
"Halo, Aku Laurencia dari Keluarga Vanessa. Salam kenal." Sambil Tersenyum.
"Ah iya, Salam Kenal Juga. Namaku Raphael Ignite. Satu Kelas sama Vincent Kebetulan." Aku Memperkenalkan Diriku Kepada Laurencia.
Sambil Memakan Makanan. Kami Sedikit Mengobrol tentang Ranker.
"Raphael, Keluargamu itu ada yang jadi Salah Satu Top Ranker Saat Ini kan? Apakah dia Kakakmu? Si siapa sih itu Kalo ga salah Namanya Kaizo."
"Iya, Memangnya Kenapa?"
"Wahh, Kebetulan Aku Ngefans Dengannya. Bisakah Kapan-Kapan Kamu Kenalin Aku ke dia?" Dengan Nada Excited.
"Boleh-Boleh Aja. Tapi Sejujurnya aku Gak Akur Sama Kakakku yang itu sih. Tapi Bisa Ku usahakan."
"Oke, Kutunggu ya."
Aku Merasa Tidak Enak Jadinya Jika tidak Bisa Menepati Hal Itu. Lagi pula Aku yang Paling Kecil Di Keluarga Ignite.
"Oh iya Vin, Kudengar-dengar Kau Kemarin Bertemu dengan Marco ya?Si top 5 Ranker saat ini itu." Aku bertanya Pada Vincent tentang Bertemunya dia dengan Salah Satu Top Ranker.
"Iya Raphael. Kemarin Aku Bertemu dengannya Di Sebuah Cafe. Kebetulan aku lagi Mampir ke Cafe dekat Pusat Kota Holvenheim sih. Malah Aku Kaget Marco ada Di Cafe Itu Juga. Dia juga Sepertinya Bersama Managernya."
"Seperti Apa Dia Saat Disana?" Dengan Nada Penasaran Terhadapnya.
"Woah, Dia Tampak Berwibawa, Tampan dan Ramah. Dia aja Kemarin Sempat Menyapa Sejumlah Fans Dia yang Ada di Cafe itu. Aku mendapat Tanda Tangannya juga Hehehehhe."
Vincent Menceritakan Betapa Kerennya Marco.
"Sial!. Beruntung juga kamu Vin bisa Dapet Tanda Tangannya. Lain Kali Coba ah Minta Tanda Tangannya Juga." Laurencia Membalas Perkataan Vincent.
Setelah Mengobrol Lama, Terdengar Bunyi Bell Masuk Kelas.
"Tittttt...Saatnya Masuk ke Kelas(2x)."
Sontak Aku, Vincent dan Laurencia Bergegas untuk Masuk ke Kelas Masing-Masing.
"Ayok Kita Masuk ke Kelas.Udah Bell Tuh." Ujar Vincent.
"Ayok."
"Byee Vin, Raphael. Btw nanti Mau Pulang bareng gak?"
"Boleh Tuh Ren. Raphael gimana kamu? Mau Ikut Pulang Bareng juga kah?"
"Boleh, Lagipula Aku juga Gak Ada rencana Mampir ke suatu tempat."
"Oke, Nanti aku Tunggu di Depan Gerbang ya Pas Pulang. Jangan Lupa loh Kalian Berdua."
"Aman Ren. Aku sama Raphael nanti kesana."
"Oke."
Aku dan Vincent pun Bergegas Masuk ke Kelas.
Saat di Kelas.
Pelajaran Sekarang adalah Matematika. Pelajaran yang kurang kuminati dan Sangat Membosankan Bagiku. Guru Sedang Menerangkan Materi di Depan Kelas dengan Membosankan. Dia menjelaskan Materi Menggunakan Bahasa yang Sulit Dimengerti.
"Anak-Anak, Begini ya Penyelesaian dari Soal ²Log 3 \= a dan ³Log 5 \= B Maka ⁴Log 45 Yaitu."
[⁴Log 45 \= ²^²Log(9 • 5) \= ²^²Log 9 + ²^²Log 5 \= ²^²Log 3² + ½ • ²Log 5 \= 2/2 • ²Log 3 + ½ • ³Log 5/³Log 2 \= ²Log 3 + ½ • ³Log 5/1/²Log 3 \= a + ½ • b/1/a \= a + ½ab \= a/2(b + 2).Jadi ⁴Log 45 adalah a/2(b + 2).]
"Apakah Sudah Paham Anak-Anak?."
"Sudah Paham Pak."
"Ya, Karena Sudah Paham Semua. Maka Bapak akan Membuat Soal Ya."
Sesi Jawab soal Inilah yang aku Malaskan. Terkadang soal dengan Materi yang diberikan tadi beda.
"Nah Ini Ya Soalnya anak-anak."
[Nilai 3(²Log y) - ²Log y² + ²Log 1/y Adalah]
"Ayok Yang bisa Mengerjakan Soal Ini Silahkan Maju."
Seisi Kelas Terdiam Sejenak karena Mungkin Tidak Bisa Mengerjakannya. Selang Beberapa Detik, Adam Maju ke Depan Untuk mengerjakan soal tersebut di Papan Tulis. Adam Menulis Sangat Cepat yang Membuat Seisi Kelas tercengang.
"Sudah Selesai Pak."
[3 ²Log y - ²Log y² - ²Log 1/y \= 3 ²Log y - 2 ²Log y + ²Log 1 + ²Log y \= 3 ²Log y - 3 ²Log y + ²Log 1 \= ²Log 1 \= 0.Jawabannya Adalah 0]
"Wah, Hebat kamu Adam. Jawabanmu Benar Dari segi cara maupun Hasilnya. Nah anak-anak sekarang Beri Tepuk tangan Untuk Adam.
Seisi Kelas Bertepuk Tangan untuk Adam. Murid Terpintar Memang beda.
"Nah Silahkan Duduk ke Tempatmu Adam."
"Baik Pak."
Adam Berjalan Menuju Tempat Duduknya. Banyak Anak-Anak yang Mendambakan Adam. Banyak Perempuan yang Memang suka Sama Adams sih.
*****
6 jam kemudian
Bel Pulang Sekolah Berbunyi. Aku dan Vincent Bergegas Pulang dan Menuju Ke Gerbang. Saat Berjalan, Aku dan Vincent Sempat Berbincang Sebentar.
"Hey, Vin, Kau Kenal dengan Laurencia Dari mana?"
"Hmm, Kalo Diceritain sih Rada Susah dikit sih. tapi intinya aku kenal dengan dia saat Diluar Sekolah. Waktu itu Kebetulan Bertemu di Perpustakaan Pusat sih. Di Munsen.
Tadinya mau ngambil buku Sejarah Ranker sih. Tapi saat mengambil malah Pas-pas an Ama Dia. Mana Bukunya Cuman 1 Lagi. Makanya daripada Rebutan Dia ngasih Solusi buat Baca Bareng. Yaudah aku Iya in Aja. soalnya Lagi Kepengen Baca Buku Itu."
"Gak Ngajak Ke Perpustakaan. Cukup Tau Vin."
"Lah Aku udah Ngajak Tapi Kamunya Malah Tidur pas Disamper. Yaudah aku Sendiri aja Kesana."
"Kapan?"
"Waktu Itu Pas Hari Minggu."
Hmmm. Aku mencoba Mengingat-Mengingat.
"Tuan Muda, Ada Vincent nih Mengunjungi anda."
Aku sedang Mengantuk saat Itu. Akhirnya aku memutuskan Tidur.
"Bi, Bilang aja aku lagi tidur ya. Ngantuk banget soalnya."
"Baik Tuan Muda."
Hahaha, Ternyata saat Itu dia Mengajakku untuk Ke Perpustakaan
"Hehehehe. Ngantuk bgt soalnya Vin."
Vincent tampak memasang muka datar. Setelah Berbincang-bincang, Aku dan Vincent sampai di Gerbang Sekolah. Di gerbang, Laurencia sedang Menunggu sambil Bermain Smartphonenya. Sontak Vincent Memanggil Laurencia.
"Laurenciaaa."
Laurencia yang Mendengar, Segera Berjalan ke arah Kami sambil Melambaikan Tangan.
"Dari tadi ditungguin juga. Kenapa lama banget kalian berdua?"
"Maaf, Aku tadi Berbincang Ama Raphael di Perjalanan. Makanya aku dan Raphael Jalannya Lambat."
Laurencia Memasang Muka Kesal dan Tampak Sebel.
"Yaudah ayok Pulang bareng."
"Yukk."
Kami Bertiga Akhirnya pulang Bareng dengan Berjalan Kaki. Tapi saat Dalam Perjalanan, Aku Melihat Sebuah Retakan di Jalan.
"Hey Vin, Ren. Kalian lihat Retakan di Depan itu gak?"
"Retakan Apaan Raph?Ga ada apa-apa Juga di Depan."
"Iya Gak ada apa-apa."
Hah? Aku tampak kebingungan. Masa Mereka berdua tidak Bisa melihat Retakan itu. Entah Ini Feeling atau apa, Tapi Tampaknya ada yang tidak Beres pada Retakan itu.
Tak Lama Kemudian, Alarm Peringatan Berbunyi.
"PERINGATAN!! TELAH TERJADI DUNGEON BREAK DI DAERAH HOLVENHEIM. DIULANG, PERINGATAN!! TELAH TERJADI DUNGEON BREAK DI DAERAH HOLVENHEIM."
Tiba-Tiba Retakan yang Tadi Kulihat Terbuka Menjadi Sebuah Dungeon.
Visual Character Raphael Ignite :
Visual Character Novaria Arizen :
Saat Retakan Itu Menjadi Dungeon, Terdengar Suara Gemuruh dari Dalam Dungeon. Seperti Suara Gerombolan Pasukan yang Sedang Berjalan Bersama Beriring-iringan dan Guncangan yang Membuat Area Sekitar Nampak Chaos Karena Guncangan tersebut. Tampak Sebuah Monster Keluar Dari Sebuah Dungeon yang Ada di Depan. Orang-orang Yang ada di Sekitar Tampak Panik Melihat Monster.
Tak Kecuali diriku dan Teman-temanku. Kami Sigap Berlari Menuju Basement Pengungsian yang Letaknya Agak Jauh Dari Tempat ini. Orang-Orang Berlari secara Tidak Teratur dan berteriak Kencang yang Membuat Para Monster Langsung Memporak-porandakan Area di Sekitarnya. Aku Menyaksikan Peristiwa yang Amat Sadis di Sekitarku.
Banyak sekali Warga yang Terbunuh Dalam Peristiwa itu.
"AAA MONSTER!!TOLONG SELAMATKAN A-."
"TOLONGG AKU!!."
Ahh, Teriakan Ini Membuatku Takut Sekali. Sesaat Aku Menolehkan Pandanganku Ke Arah Vincent dan Laurencia. Mereka Dua Tampak Sangat Ketakutan. Kami Bertiga Lari Sebisa Mungkin untuk Menyelamatkan Diri.
{Andai saja Aku Kuat, Pasti Banyak Warga yang Masih bisa Terselamatkan. Andai Saja} Dalam Hatiku Sejenak Rasa Penyesalan.
Disaat Kami Bertiga Lari, Tiba-Tiba Seorang Monster Berada di Depan Kami.
"Hey, Kalian Mau Kabur Kemana?Tidak ada Jalan Lari Lagi Ahhahahahah." Tampak Monster Tersebut Memasang Ekspresi Gembira.
Karena Aku Melihat Vincent dan Laurencia Ketakutan. Entah apa yang Ada Dipikiranku, Aku Malah Maju ke hadapan Monster Tersebut dan Memasang Kuda-Kuda untuk Bertarung dengannya.
"Hey Vin, Ren. Kalian Kabur ke Arah Lain.Aku akan Menahan Monster ini. Sebisa Mungkin Larilah dan Panggil Bantuan Kesini!!" Dengan Memasang Ekspresi sedikit Ketakutan.
{ Seluruh Tubuhku Rasanya Bergetar saat Di hadapannya. Inikah yang Dinamakan Ketakutan?}
"Cepat Vin, Ren.Lari Sekencang mungkin dan Panggil Bantuan sekarang!" Aku Berteriak Dengan Kencang Tak Memedulikan Ketakutanku saat ini.
"Tapi, Raphael…" Mereka Berdua Tampak Ragu-Ragu Sepertinya.
"Sudahlah Tidak ada Tapi-Tapi. Cepat!!"
"Aaa, Baiklah Raphael. Aku Akan Memanggil Bantuan Secepat Mungkin."
Mereka Berdua Lari dengan Kencang ke Arah Pusat Bantuan.
"Ahahahahah, Anak Kecil Pemberani. Baiklah Karena Kau Rela Mengorbankan Dirimu untuk Kalian Berdua. Maka Mereka Berdua Boleh Kabur dari Sini. Aku Akan Melepaskan Kalian Berdua. Tapi, Anak Ini Adalah Mainanku Sekarang Hahahaha."
Monster Itu Tertawa Lepas dan Sangat Terhibur. Aku mencoba Melayangkan Sebuah Pukulan Ke Arahnya. Nahas, Pukulanku dihindari Olehnya.
"Lemah Sekali Pukulanmu. Apakau Tidak Memiliki Fisik yang Baik Anak Kecil?"
Badanku Tampak Bergetar karena Ketakutan. Keringatku Menetes tanpa Aturan. Pandanganku Terasa Sedikit buram Saat Pukulanku di Tangkap Olehnya.
"Hey, Janganlah Pingsan Secepat itu. Jadi Tidak Seru. Aku Akan Mengheal mu Sedikit agar Kamu Tetap Hidup."
Dia Menyembuhkan Mentalku. Aku Dijadikan Sebuah Mainan Untuknya. Sungguh Ironisnya Diriku ini Dihadapannya. Aku Terus Melakukan Sebuah Pukulan dan Tendangan ke Arahnya.
Beberapa Saat Kemudian, Aku Menggunakan Skill Manifestation Equipment ku Untuk Memunculkan Sebuah Pedang.
"Wow, Bilang dong dari tadi bahwa kau Punya Skill Seperti itu. Gini kan Seru Jadinya Main-Mainnya. Aku akan Sedikit Serius Saat Ini untuk Menghormatimu."
Aku Mengayunkan Serangan kepadanya Berkali-Kali Namun Selalu dihindari Olehnya. Beberapa Kali juga Aku mendapatkan Sebuah Serangan darinya. Itu Sungguh Menyakitkan.
{Sebisa Mungkin aku Harus Bertahan untuk Mengulurnya Sampai Para Ranker datang} dalam Hatiku Berkata Seperti itu
Namun, Seranganku Sangat Lemah dan Selalu dihindari Olehnya. Seperti Sia-Sia Melakukan Serangan seperti ini. Aku Segera Berpikir Sejenak Cara agar Seranganku ini Bisa Tembus Kepadanya.
Aku Terpikirkan Sebuah Ide untuk Menggunakan Manifestation untuk Mengeluarkan Sebuah Pistol. Entah ini Bisa atau tidak Untuk Mengeluarkan 2 Senjata Sekaligus saat ini. Aku Sudah Mengeluarkan Pedang. Mungkin aku Akan Bertaruh saat ini.
Aku Menyerang dengan Jarak Dekat untuk Memancing Monster tersebut. Melayangkan Ayunan Pedangku kepadanya dengan sekuat tenaga. Sampai Melihat sebuah Celah dari Monster aku langsung memakai skill Manifestasi ku.
"Manifestation Skill!" Sambil Berteriak
Pistol pun Muncul di genggaman tanganku.Aku segera menarik pelatuk pistol tersebut dan duarr. Peluru itu mengenai badan Monster tersebut.
"Kuakkk, BOCAH INI!!" Monster tersebut memasang ekspresi marah.
Akhirnya Seranganku bisa tembus padanya.itu bisa menimbulkan luka untuknya. Saat dia terluka, Aku langsung menyerang menggunakan dua senjata sekaligus kepadanya. Tangan Kanan ku memegang sebuah Pedang, Sedangkan Tangan Kiri ku memegang pistol.
Aku Menyerang dia secara bergantian menggunakan Pedang dan Pistol. Ternyata itu efektif kepadanya karena luka yang kuberikan tadi menghambat pergerakannya. Berkali-kali Dia menerima Luka dari Seranganku.
"HYAAAHHHHHH!!!"
Aku Mengayunkan Pedang ku dari Atas ke bawah dan Boom!! Serangan itu Berhasil Menggores tubuh monster tersebut hingga menimbulkan bekas luka yg besar. Darah monster itu mengalir tanpa henti akibat serangan itu.
"Aaa,Bocah SIALAN!!!!" Dia Merintih Kesakitan.
Monster itu langsung menyerang ku dengan membabi buta. Aku menghindari serangan dia berkali-kali walaupun sesekali menerima Luka. Aku terus menerus Menghindar serta Menyerang monster tersebut.
"Huh." Aku Merasa Kelelahan.
"Heh, Kau sudah kelelahan. Tampaknya akan mudah untukku menyerangmu Bocah Sialan. Aku akui kau Kuat."
Monster tersebut seperti tampak Sedikit kelelahan juga Kalau kulihat. Mungkin serangan Selanjutnya adalah Penentuan siapa yang akan Menang dalam Pertarungan ini. Aku melancangkan provokasi ku kepada dia agar dia tampak kesal.
"Heh, Aku kelelahan juga masih Bisa melawanmu Bodoh. Kau hanyalah Monster rendahan yang hanya sok kuat di depanku. Sebenarnya kau ketakutan kan setelah seranganku tadi??" Aku Melakukan Provokasi dengan Semaksimal mungkin Agar dia merasa Kesal.
Menurut Penelitian, Orang yang sedang kesal cenderung Bergerak tanpa Berpikir. Makanya aku ingin Memanfaatkan Situasi itu agar menguntungkan untukku.
"APAA!! DASAR BOCAH SIALAN TAK TAU DIUNTUNG. TERIMA SERANGANKU INI DAN MATILAH. HELL EXPLOSION!!!"
Tampak dia Mengeluarkan Skill Terkuatnya. Dibawahku Terasa Panas, aku segera Menghindar dari Tempatku Berdiri. Dan duarr, Ledakan dari Bawah yang Amat Besar Daya Ledaknya. Setelah Hal itu, Aku Berbalik Menyerangnya dan Berhasil Menusuk Jantung Monster tersebut.
"KUAKK,"
Tampak keluar Suara dari dalam Mulut Monster tersebut.
"Kauu, Kutunggu kau di Neraka. Aku akan Menghabisimu disana lain kali." Dengan nada pelan karena dia sekarat.
"Aku tidak akan mati sebelum menjadi Top Ranker bodoh. Usahamu akan sia-sia bila menungguku." Berbicara dengan Suara Kelelahan karena pertarungan tadi.
Tak lama kemudian, Monster tersebut pun terkapar dan mati. Akhirnya aku Berhasil Membunuhnya dalam Hatiku.
{Hah, kelar juga pertarungan ini. Sungguh melelahkan}
Pandanganku Terasa sedikit kabur. Aku melihat dari Arah atas ada sebuah helikopter yang datang. Tampak juga seseorang yang Melompat dari Helikopter. Jalan dari pusat pun sudah banyak bala bantuan yang datang.
Tampak ada seseorang yang Mendekatiku.
"Hey,Kau Baik-baik saja?"
Dengan badanku yang Lemas dan tak ada Tenaga lagi, Pandanganku mulai Kabur dan Tubuhku tidak kuat berdiri lagi. Akhirnya aku Jatuh terkapar di depannya.
"hey nak, CEPAT PANGGILKAN AMBULANS UNTUKNYA!!"
Suara itu Tampak kecil sekali. Pandanganku lama-lama Menjadi hitam dan Kesadaranku Mulai lemah. Aku akhirnya pingsan di tempat itu.
Beberapa hari kemudian...
Aku membuka Mataku, Penglihatanku terasa samar-samar dan kepalaku pusing. Aku bangun di sebuah kamar yang tak kuketahui.
{Dimana ini?} Dalam Hatiku
Aku melihat di sekitarku banyak sekali alat medis yang terpampang. Tak lama kemudian, Sebuah pintu terbuka. Aku melihat Kakak Perempuanku masuk dari pintu tersebut.
"Raphaelll." tampak ekspresi senangnya.
Dia segera memelukku dengan seerat tenaganya.
"Syukurlah Raphael akhirnya kau bangun. Kakak merasa sedih melihatku koma."
{Hah?Aku Koma? Kukira aku hanya Pingsan. Aku Koma berapa lama ya. Aku penasaran}
"Sudah berapa lama aku koma?" Aku bertanya kepada kakakku.
"Sudah hampir seminggu ini kau koma Raphael. Semua keluargamu khawatir kepadamu. Begitu juga denganku." Sambil terasa menangis sedikit.
"HAH!" Aku Terkaget.
Aku koma hampir seminggu?lama sekali. Kukira hanya sekitar 2 atau 3 harian. Aku teringat tentang Vincent dan Laurencia yang melarikan diri.
"Oiya Kak, Apakah Vincent dan Laurencia baik-baik saja?"
Aku menanyakan kabar tentang mereka berdua karena khawatir. Vincent adalah sahabat sejati yang kupunya. Sedangkan Laurencia itu teman baruku.
"Kalau Vincent sih baik-baik saja.Tapi, Kalau Laurencia aku tidak mengenalnya. Kalau yang kamu maksud si Perempuan yang sama Vincent dia juga baik-baik saja sih."
"Syukurlah, Hah." Aku merasa lega karena mereka berdua baik-baik saja.
"Oiya Raphael, Vincent memberikanmu ini kepadamu. Cobalah buka." Sambil memberikan sebuah bingkisan kepadaku.
Aku membuka bingkisan tersebut. Bingkisan tersebut berisi buah segar dan obat beserta sebuah surat.
[Halo Raphael. Semoga lekas sembuh ya. Maaf ya kalau waktu itu aku tidak bersamamu. Sungguh aku turut sedih saat melihat kondisi mu saat di rumah sakit. Aku akan sering menjengukmu tenang saja.
~ Dari Sahabatmu, Vincent. ]
Vincent, Kau memang sahabatku satu-satunya. Hatiku merasa senang saat membaca surat ini dan sedikit mengeluarkan air mata. Syukurlah aku juga selamat dari insiden itu sehingga Aku masih bisa Hidup saat ini. Aku akan Berlatih sekeras mungkin agar dapat Melindungi semua orang yang kusayangi.
Saat aku sedang Mengobrol dengan Kakakku, Ada seseorang yang datang ke ruanganku.
"Ah, Halo Raphael."
Rupanya Vincent yang datang kemari.
"Halo Juga Vin,"
Suasana Canggung ini…
"Mumpung Vincent disini, Kakak pergi keluar dulu ya. Vin, Ngobrol aja Ama Ignite ya."
Kakakku peka juga masalah seperti ini. Aku memang ingin berbicara empat mata dengan Vincent saat ini.
"Iya Kak Lily,"
Kakakku Segera pergi dari Ruanganku.
"Hey Vin, Apakah kau dan Lauren baik-baik saja waktu itu?"
"Ayolah Bung, Justru harusnya aku yang bertanya hal itu kepadamu. Lagipula kamu yang Membuatku dan Lauren selamat dari kejadian itu."
"Enggak Maksudku dalam Perjalanan mencari bantuan itu."
"Oh Tentang itu. Sejujurnya Raphael, Saat aku dan Lauren Berlari ada seorang Ranker yang kebetulan ada di Dekat situ. Aku dan Lauren meminta Pertolongan untukmu kepadanya. Habis itu dia Malah menyuruhku untuk Pergi ke Basement untuk Perlindungan dari Bahaya Dungeon Break. Alhasil aku tidak tau apa yang terjadi Setelah itu Karena Aku dan Lauren Pergi ke Basement."
"Kalau Begitu, Lauren dimana Sekarang?"
"Dia Pergi sekolah, Ini aku lagi enggak masuk sekolah untuk menjengukmu sih."
Sampai Sebegitunya Vincent demi Menjengukku, Rela untuk tidak Masuk Sekolah.
"Terimakasih Vin udah Jenguk."
"Sama-sama."
Kami Berbincang dengan asik setelah itu. Aku dan Vincent Mengobrol sampai puas dengan Ekspresi Senang dan Bahagia karena kami berdua selamat.
Beberapa Waktu Kemudian. Vincent akhirnya pamit untuk Pulang karena sudah sore. Kami berdua Mengobrol sampai tidak ingat Waktu.
"Raphael, Aku pamit Pulang dulu ya. Omong-omong Ignite, Kapan kamu bisa Pulang dari Rumah Sakit?."
"Entahlah Vin, Nanti coba ku tanya ke Dokternya kapan bisa Pulang."
"Oh Begitu, Yaudah Raphael aku Pulang dulu ya. Dah."
"Dah."
Aku dan Vincent Melambaikan Tangan Tanda Perpisahan. Setelah Vincent keluar dari Ruanganku, Dokter bersama Kakakku datang ke Ruanganku untuk Medical Check-up. Dokter mengecek seluruh tubuhku dari denyut nadi sampai bekas luka ku.
"Apakah kamu sudah merasa lebih baik Nak Raphael?"
Sejujurnya sih masih terasa pusing dikit, Tapi selain itu sih oke-oke aja gak ada yg bermasalah.
"Sudah Dok, Oh iya dok kapan saya bisa pulang ya?"
"Kalau kamu sudah merasa lebih baik, Hari ini pun sudah boleh pulang. Tapi untuk berjaga-jaga sebaiknya kamu pulang besok. Takutnya nanti malah ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi."
"Dari hasil cek tadi sih semua lukamu sudah sembuh, Sebelumnya saat kamu dilarikan ke sini tubuhmu penuh dengan luka dan darah mengalir. Sejujurnya aku mengira kamu sudah tidak bisa terselamatkan karena banyak kehilangan darah. Untungnya ada seseorang yang memberimu donor darah yang cocok dengan darahmu."
Hah? Orang lain mendonorkan darahnya padaku? Siapa itu?
"Kalau boleh tau siapa ya dok yang mendonorkan darahnya padaku?"
"...." Dokter melirik ke arah kakakku.
Kakakku Mengedipkan Satu matanya dengan Memasang simbol Peace di Tangannya.Ternyata Kakakku yang Mendonorkan darahnya. Aku harus berterimakasih sehabis ini. Setelah Medical check-up selesai, Dokter segera meninggalkan ruangan.
"Terimakasih kak, Berkat Kakak aku masih hidup." Aku memasang ekspresi Tersenyum.
"Sama-sama Raphael, oh iiya jangan lupa berterimakasih juga kepada Ibunda dan Ayahanda. Soalnya Ibunda dan Ayahanda terlihat panik saat mendengar info bahwa kau terluka dan harus menginap di Rumah Sakit Tagihan rumah sakitnya mereka berdua yang bayar dan juga mereka berdua sempat datang kesini saat kau masih tidak sadar."
"Oke kak."
Aku dan Kakakku merapihkan barang-barang yang mau dibawa Pulang. Soalnya aku lebih memilih pulang hari ini daripada besok.
Setelah merapihkan barang-barang, Aku Bergegas mandi terlebih dahulu sebelum pulang. Ruanganku ini termasuk ke dalam Class VIP dimana terdapat kamar mandi yang luas serta sebuah bathtub serta sebuah shower untuk Mandi.
Setelah selesai Membersihkan diri dan Memakai Pakaianku. Aku dan Kakakku Bergegas untuk Pulang ke Kediamanku.
Aku dan Kakakku pulang menggunakan mobil pribadi Keluarga kami yang sudah menunggu di depan Rumah Sakit. Supir Pribadi Keluargaku, "Arnold" dengan sigapnya membukakan pintu belakang mobil untuk kami Berdua.
"Silahkan Tuan Muda dan Nona." Sambil memberikan tanda penghormatan dengan membungkukkan sedikit badanya.
"Terimakasih Arnold."
Aku dan Kakakku masuk ke dalam Mobil. Arnold menyusul setelah aku dan Kakakku di dalam Mobil. Arnold segera mengendarai Mobil tersebut ke Kediamanku. Aku duduk di samping kaca Mobil agar bisa Melihat pemandangan kota.
Pemandangan Kota Stuttgarter lumayan indah, Banyak sekali gedung-gedung pencakar langit yang terbangun di sekitar kota, Banyak juga kawasan komersial yang Terbangun di sekitarnya untuk Menunjang kebutuhan. Melihat pejalan kaki yang berjalan di trotoar dengan segala macam style berpakaian yang istimewa membuat kota ini tampak Memiliki Keistimewaan tersendiri.
Disaat aku sedang melihat-lihat, Ada satu toko kue yang menarik perhatianku. Nama tokonya "Cakes with Smile". Aku segera memberitahu Arnold untuk berhenti sejenak di toko itu.
"Arnold bisakah kita berhenti sebentar di toko kue itu? Aku ingin membeli beberapa kue untuk dibawa pulang."
"Baik tuan Muda."
"Kakak juga mau beli deh, Mumpung mampir."
"Kakak yang Bayarin ya.hahaha." sedikit tertawa
"Hmm, Cium pipi kakak dulu kalo mau dibayarin." Sambil menunjuk ke arah Pipinya.
"Gak ah, Bayar sendiri aja aku."
"HUFT!." Memasang Ekspresi Ngambek.
Mobil ini pun berhenti di depan toko kue tersebut. Arnold pun Bergegas keluar dari mobilnya untuk Membukakan Pintu. Aku dan Kakakku keluar dari mobil tersebut untuk membeli kue di toko ini. Aku dan Kakakku masuk ke dalam Tokonya.
"Selamat Datang di Toko kami."
Sambutan yang datang dari toko tersebut. Tidak salah aku Mampir ke toko ini, Dari baunya saja sudah tercium harum. Bau yang harum ini pasti berasal dari kue-kue disini. Aku dan Kakakku memilih kue yang ingin dibeli.
Banyak sekali jenis kue di sini. Tidak hanya kue, Bahkan mereka menjual macam-macam cookies disini. Dari segi harga kue dan cookies ini tergolong murah. Untuk ukuran 1 piece chiffon cake dibandrol dengan harga 60 Roux. Sedangkan untuk cookies, Rata-rata harganya berada di sekitar 30-70 per cookiesnya.
Aku akhirnya memutuskan untuk membeli Chiffon cake utuh dengan harga 480 Roux. Dan macaron satu paket yang berisi 8 dengan harga 400 Roux. Aku segera pergi ke cashier untuk melakukan Pembayaran.
"Halo, ada yang bisa dibantu?"
"Aku ingin membeli Chiffon cake dengan ukuran utuh serta macaron satu paket ya. Untuk pembayaran bisa Melalui apa aja ya?"
"Pembayaran bisa melalui cash maupun digital kak, Untuk digital kami menyediakan platform PayAver dan AFI."
"Ohh, saya Bayar dengan PayAver ya."
"Baik Kak. Totalnya 967 Roux ya kak, sudah termasuk pajak."
Aku langsung melakukan scan barcode menggunakan Smartphoneku.
-Apakah anda yakin transfer 967 Roux ke Payment digital ini?
[Ya]. [Tidak]
Aku memencet tombol ya.
-Anda berhasil melakukan pembayaran.
Aku langsung menunjukkan Tanda bukti pembayaran kepada Kasir.
"Ini Pesanannya Kak, Terimakasih sudah membeli."
Aku segera mengambil Kantung yang berisi pesananku. Aku melihat kakakku masih sibuk memilih apa yang dia beli. Aku memutuskan untuk Langsung pergi ke mobil menunggu kakakku di mobil.
Selang beberapa Menit, Kakakku pun keluar dari toko tersebut. Arnold kembali membukakan pintu mobil, Aku dan Kakakku pun masuk ke dalam mobil untuk melanjutkan perjalanan ke Kediamanku di kawasan Solitude. Orang-orang mengenal kediamanku dengan nama "Ignite's Mansion".
Setelah beberapa Menit, Akhirnya kita sampai di kediamanku. Inilah Ignite's Mansion yang orang-orang tahu. Ignite's Mansion memiliki bangunan yang sangat luas dan megah. Mungkin bisa dibilang ini mirip seperti Istana kerajaan. Bangunannya terlihat mewah dan memiliki ornamen yang berkilau dan terbuat dari emas murni. Penjagaan di Mansion ini sangat ketat karena keluargaku memiliki sebuah bodyguard khusus untuk melindungi mansion ini.
Di mansion ini, Aku dan semua keluargaku tinggal. Arnold masih mengendarai mobil tersebut sampai ke depan pintu Mansion ini. Memang agak Luas bagian depan mansion keluargaku ini. Ditambah bagian depannya banyak sekali tumbuhan serta bunga yang mengelilingi yang tampak membuat Mansion ini terlihat sangat Elegan dan Indah.
Akhirnya sampai di depan pintu. Arnold bergegas untuk membukakan pintu. Aku dan Kakakku pun keluar dari mobil dan langsung masuk ke Kediamanku. Pintu yang terbuat dari kaca dan ukuran yang tampak besar membuat Pintu ini hanya bisa dibuka menggunakan Sistem Tersendiri. Kakak dan aku pun melakukan scan sidik jari di tempat yang sudah disediakan.
Untuk para pelayan dan pembantu di mansion ini, Mereka memiliki pintu tersendiri untuk memasuki Mansion. Karena pintu utama hanya khusus keluarga utama dan keluarga cabang Ignite saja. Setelah selesai Melakukan scan sidik jari, Pintu tersebut terbuka dengan pelan. Tampak di dalam sudah banyak sekali Pelayan(Maid) dan Butler yang menyambut.
"Selamat Datang tuan dan Nyonya."
Aku dan Kakakku berjalan diatas karpet merah yang tersedia di dalam Ruangan tamu. Ornamen dan dekorasi tampak indah mengelilingi sekitar ruangan, Chandelier yang menghiasi Cahaya ruangan tampak terkesan elegan. Dikelilingi lukisan para leluhur Keluarga Ignite yang terpampang jelas. Mansion ini terdiri dari 3 Lantai dan 24 kamar Tidur yang di dalamnya masing-masing terdapat Kamar mandi serta sebuah Ruangan Musik.
Dan juga ada beberapa fasilitas lain seperti Sebuah Ruangan untuk menonton film layar lebar, sebuah ruang belajar khusus serta sebuah perpustakaan khusus Keluarga Ignite. Di bagian belakang mansion terdapat sebuah Lapangan Bola serta basket dan juga sebuah kolam Renang yang sangat luas untuk Menunjang kebutuhan olahraga Para bagian keluarga Ignite.
Tak lupa Juga terdapat Garden khusus yang berisi bunga-bunga indah. Ada juga sebuah tempat duduk di tengah-tengah Garden tersebut. Dan tak Jauh dari mansion ini, ada juga Tempat Latihan khusus keluarga. Biasanya para keluarga berlatih fisik dan skillnya di Tempat Latihan khusus ini. Karena disana memiliki perlengkapan dan Fasilitas yang lengkap.
Disaat Sedang berjalan masuk, Kepala pelayan kami Sebastian datang mendekat kepada kami.
"Selamat Datang tuan Raphael dan Nyonya Lilyanne, kehadiran anda berdua sudah ditunggu oleh Tuan Zircon dan Nyonya Elizabeth. Mereka berdua menunggu di Ruangan mereka."
"Baik Sebastian, Terimakasih. Kami Berdua akan segera menuju ke sana."
Kami berdua bergegas pergi ke Ruang Kantor Ayahanda di Lantai 2.
Beberapa menit, aku dan Kakakku sampai di depan Ruangan Kantor Ayahanda. Kakakku mengetuk pintu 3x. Terdengar suara dari dalam Ruangan.
"Masuklah."
Kakakku Segera membuka pintu ruangan tersebut. Terdapat ayahanda yang sedang duduk di kursi kerjanya serta Ibunda yang duduk di sofa sambil meminum secangkir teh.
"Duduklah kalian berdua." Ayahanda dengan suara yang berat.
"Raphael duduk disamping ibu ya." Ibuku sambil menepuk di sebelahnya.
"Baik Ibunda."
Aku dan Kakakku pun duduk di sofa seperti yang Ayahanda perintahkan. Tak berselang lama, Ibunda memelukku dengan sangat erat.
"Syukurlah kamu Baik-baik saja Nak, ibu dan ayahmu sangat khawatir kepadamu. Apakah kamu masih merasa sakit? Kalo sakit kamu istirahat yang cukup ya nak."
Ibunda memang memiliki sifat Penyayang dan Terlalu Khawatir pada anak-anaknya.
"Raphael apa Kamu sudah baik-baik saja?"
"Sudah Baikan kok Ayahanda, makanya aku pulang hari ini."
"Syukurlah."
Oh iya aku teringat bahwa aku harus berterimakasih pada Ayahanda dan Ibunda karena telah membayar semua biaya perawatan.
"Ah iya aku Lupa, Terimakasih ya Ayahanda dan Ibunda telah Membayar biaya perawatan ku dan Sesekali Menengokku padahal kalian berdua selalu Sibuk."
"Sama-Sama Nak."
Ibunda Tampak senang Melihat aku Kembali, dia selalu ada di dekatku dan mengelus kepalaku dengan sangat lembut. Tak terkecuali ayahanda yang juga senang melihatku kembali. Aku suka keluarga ini. Keluarga yang terasa Harmonis sekali.
"Yaudah Nak, Kamu pergi istirahat sana. Kamu perlu istirahat yang cukup setelah keluar dari perawatan."
"Baik Ibunda."
Aku berjalan Menuju pintu untuk keluar dari Ruangan. Tak lupa juga aku mengatakan sepatah kata.
"Dah Ayahanda,Ibunda,Kak Lily." Sambil memberikan lambaian tangan sedikit.
"Dah Raphael "
Aku Membuka pintu kemudian Keluar dari Ruangan. Tak lupa untuk menutup pintunya Kembali. Aku berjalan menuju ke arah Kamar ku. Berjalan sambil melihat kondisi rumah setelah aku tidak pulang kesini selama hampir seminggu. Akhirnya aku sampai di Depan Kamarku. Aku Lekas masuk ke Kamar untuk beristirahat.
Tak ada banyak peralatan di Kamarku. Hanya Lemari untuk Pakaian,Meja belajar, Sebuah kasur besar yang ditutupi semacam tirai dan Televisi besar yang terpajang. Aku Mengganti Bajuku dengan sebuah Baju Tidur yang sudah disiapkan di lemari.Aku menuju ke kasurku untuk istirahat. Merebahkan Badan di Kasur yang empuk ini, sambil mencoba menutup mata untuk Tidur.
Di hadapanku ada sebuah Bayangan yang besar dengan ekspresi menyeramkan. Bayangan itu berbicara.
"Hey Bocah aku akan Menunggumu Hahahahaha."
Hah, Aku kaget dan Terbangun dari tidurku. Aku mengambil smartphone ku diatas meja. Aku mengecek Waktu saat ini.
"Masih Jam 5 pagi."
Jam Menunjukkan Pukul 05.00 AM. Aku terbangun dari kasurku dan Mencoba membuka Jendela. Suasana Masih Gelap karena matahari belum terbit sepenuhnya. Aku mulai memikirkan mimpi yang tadi kualami. Bayangannya tidak terlihat seperti Monster yang waktu itu kuhadapi. Dia lebih besar dan tampak memiliki sinar merah di matanya.
"Sudahlah tidak usah dipikirkan, Mending aku jogging diluar. Mumpung udara masih terasa segar."
Aku segera mengganti baju tidurku dengan baju Olahraga. Aku bergegas pergi dari ruanganku untuk berlari pagi. Aku melihat para pelayan sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku segera pergi ke lantai bawah menuju ke arah pintu keluar.
Di lantai bawah, Tampak kakak tertuaku Kaizo Ignite yang sedang menuju ke arah luar. Aku bertanya kepada Sebastian yang kebetulan ada di Lantai bawah.
"Hey Sebastian, Pagi-Pagi begini mau kemana Kak Kaizo? Apa kau Tau?"
"Tidak Tuan Muda Raphael. Tuan Kaizo tidak bilang apapun kepadaku."
Hmm, Aneh. Jarang melihatnya keluar pagi-pagi sekali. Apakah ada urusan mendadak yang harus diselesaikan Sekarang. Entahlah aku juga tidak mau memikirkan hal itu.
"Yaudah Sebastian. Aku Pergi keluar ya. Kabari ke Ayahanda dan Ibunda nanti kalau aku sedang berjogging di area Taman Solitude."
"Baik Tuan Muda."
Aku pergi keluar dan Menuju ke Taman. Aku Berlari kecil saat Menuju ke Taman Solitude. Udara pagi hari masih Segar dan Nyaman tampak di area Depan mansion ku juga Harumnya bunga Menyelimuti pagi indah ini. Aku segera Melapor kepada penjaga gerbang di depan untuk pergi ke Taman.
"Pak Bukakan Gerbangnya ya. Aku mau pergi ke Taman."
"Baik tuan Muda."
Gerbang pun Otomatis terbuka dan aku pergi keluar. Aku melihat ke arah samping terlihat Mobil Kak Kaizo yang menuju ke Arah Perkotaan. Aku melanjutkan Berlari kecil ke Taman Solitude. Di sepanjang perjalanan pohon-pohon melintang di samping Jalan yang membuat udara terasa Bersih dan Nyaman dihirup.
Sepanjang perjalanan ada Beberapa Mansion milik Keluarga lain yang berada di sekitar kawasan ini. Kebetulan ada Mansion Kediaman Keluarga Astroze di Kawasan ini. Aku niatnya ingin mengajak Vincent juga, Cuman kayaknya dia masih Tidur. Lagipula sekarang adalah Hari Minggu. Hari ini sekolah Libur.
Jarang sekali melihat Vincent terbangun pagi di hari Minggu. Biasanya dia tidur sampai Siang. Di kawasan ini,ada 5 Total Mansion Kediaman Keluarga Terpandang seperti Keluarga Astroze,Noble,Allsworth,Neville dan Keluargaku yaitu Ignite.
Kawasan Solitude adalah Kawasan Elite yang Isinya hanya Kediaman Keluarga Terpandang di Kota Stuttgarter. Ya walaupun ada juga kediaman Milik warga biasa yang tak Jauh dari Kawasan Solitude. Biasanya ramai sekali warga biasa yang pergi ke Taman Solitude. Karena Taman Solitude memiliki Fasilitas yang Lengkap. Mulai dari tempat bermain hingga Tempat melakukan Senam/Olahraga.
Aku berlari-lari di sekitar trotoar jalan, tampak keringat membasahi tubuh dan nafas yang tak teratur karena rasa Lelah. Tapi aku tetap berlari kecil untuk meningkatkan Daya Tahan Tubuhku. Tak terasa aku berlari sekitar 10 menit, Akhirnya sampai di taman. Tampak ramai juga warga yang sedang melakukan senam pagi dan ada juga yang berlari memutari Lapangan yang ada di Taman.
Karena aku sedikit kelelahan, Aku memutuskan untuk pergi duduk di bangku taman yang tersedia. Aku duduk sambil mengelap keringat yang ada di dahi ku menggunakan tangan. Tak lama berselang, ada seorang yang duduk di sampingku. Ternyata itu Putri keluarga Noble. Roselianne Noble.
"Oh, Hai Rose."
"Hai Juga Rapha."
Roselianne, Dia adalah teman masa kecilku bersamaan dengan Vincent. Sayangnya dia bersekolah di tempat yang berbeda.
"Olahraga Juga kah Rose?"
"Iya, Mumpung lagi hari Minggu dan juga hari ini Libur Sekolah. Jadi kusempatkan waktu sedikit untuk berolahraga di Taman. By the way, Tumben ngeliat kamu berolahraga Raph, biasanya jarang terlihat Kamu berolahraga di Taman."
"Yahh, Ada beberapa hal yang membuatku ingin berolahraga sih." Sambil mengelus kepala.
"Boleh Kutahu apa Hal yang membuatmu ingin berolahraga?"
"Boleh aja sih "
Aku mulai menceritakan Kejadian yang terjadi Sabtu Minggu Lalu kepada Roselianne. Tampak ekspresi Roselianne sedikit terkejut saat mendengar cerita tersebut. Seolah-olah dia juga merasakan hal yang apa kurasakan saat itu. Aku terus menceritakan hal tersebut sampai selesai.
"Jadi Begitulah Ceritanya. Sejak saat itu, Aku mulai ingin meningkatkan Tubuhku agar bisa melindungi saat kejadian Dungeon Break itu terulang."
"Turut prihatin juga Rapha. Aku baru tau kamu masuk ke Rumah Sakit. Vincent juga tidak mengabari hal itu. Padahal kita bertiga teman dari Masa Kecil."
"Mungkin Vincent tidak ingin merepotkan mu dan membuatmu khawatir tentangku."
"Hmm, Mungkin sih. Oh iya, Mumpung Lapangan tenis Disitu kosong Mau Main bareng? Udah lama gak main tenis melawanmu Raph."
"Boleh Rose, Ayok."
Kami beranjak dari Bangku taman dan Menuju ke Lapangan Tenis di Depan. Kami langsung mengambil Raket yang disediakan oleh pihak Taman di Lemari penyimpanan alat-alat. Aku juga mengambil Bola tenis yang berada di Loker sebelah tempat Raket.
Kami langsung bermain di Lapangan dengan Roselianne yang memulai Permainannya. Roselianne melakukan sebuah Serve dengan bagus, Namun serve itu tergolong mudah untuk ku balikkan. Aku langsung memukul bola yang menghampiriku ke arah Kanan. Roselianne pun berlari ke arah Kanan mengikuti arah bola.. Pukulanku juga dapat dibalikkan dengan mudah olehnya.
Roselianne mengincar ke arah Kanan yang termasuk ke dalam Daerah yang sulit dijangkau Olehku. Namun, Ternyata pukulannya terlalu kencang. Sehingga bola tersebut dianggap out. Skor saat Ini adalah 15-0 dengan aku yang memimpin pertandingan ini. Sekarang, Giliranku melakukan Serve. Aku melakukan Serve dengan pelan agar tidak Fault.
"TSS.."
Tampak suara yang keluar saat bola terkena Raket. Pukulanku terlalu lemah sehingga bola tidak menyebrang melewati Net. Point untuk Roselianne. Roselianne tampak senang saat mendapatkan Point tersebut. Ekspresinya terlihat sangat senang dan bahagia. Sekarang giliran Roselianne yang melakukan Serve. Seperti biasa, Serve Roselianne kuakui bagus. Tapi sama seperti sebelumnya, Serve itu mudah dibalikkan.
Tampak serangan dari kedua belah pihak yang sama-sama tidak memberikan lawan Point dengan mudah. Kami berdua tampak melakukan pertarungan sengit saat bermain. Tak segan-segan Roselianne kadang melakukan smash kencang ke arahku yang tidak bisa untuk ditepis olehku. Dan kebalikannya, kadang juga aku melakukan smash ke arahnya untuk mendapatkan Point.
Kami berdua tampak menikmati permainan ini dengan senang hati. Walaupun terlihat lelah, Kami berdua sangat bahagia saat bermain bersama. Terkadang saat permainan kami tertawa dan kesal dalam waktu bersamaan. Tapi hal itu wajar karena kami berdua sudah lama kenal, Bahkan dari kami balita.
Setelah selang 1 jam Lebih kami bermain, Akhirnya permainan ini berakhir dengan kemenangan ku. Skor 2-1 dari 3 set yang kami Mainkan. Kami berdua tampak lelah setelah bermain. Namun itu tidak terasa karena kami berdua melakukannya dengan senang hati.
"Hah…Tidak terasa ya Rapha kita sudah bermain hingga 1 jam lebih. Sungguh menyenangkan bermain bersamamu lagi. Jarang-jarang bisa menikmati momen ini. Apalagi sekolah kita sudah berbeda."
"Hahaha, Iya Rose. Menyenangkan juga melakukan olahraga di Pagi Hari. Untung kamu juga olahraga. Kalau enggak, Mungkin aku cuman akan berlari mengelilingi Lapangan."
"Aku mah tiap Minggu emang olahraga disini. Kamu tuh yang gapernah Olahraga."
"Hahaha ,Sudahlah, Cuaca sudah mulai panas. Aku akan Pulang ke Kediamanku."
"Yaudah Bareng Raph, Lagipula kita satu arah."
"Yaudah ayok."
Kami berdua pun Akhirnya pulang Bareng.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!