NovelToon NovelToon

The Reborn Heavenly Swordmaster.

Reinkarnasi

EPILOG

Dalam lamunannya dia menatap ke puluhan ribu mayat monster yang terbunuh oleh bilah pedang miliknya. Pasir di padang pasir itu memiliki warna merah kehitaman karena tercampur dengan darah monster dan darah dari rekan-rekan serta murid-muridnya.

Mavis Keyralight, salah satu Pendekar pedang yang telah diakui oleh dunia. Sebagai orang yang mendapatkan julukan; Heavenly Child Eternal Sword, dan pemimpin dari Clan Pedang Cahaya.

Ketika Kaisar iblis datang menginvasi bersama pasukannya, Dia adalah orang pertama yang berdiri tegak di medan perang bersama rekan-rekan dan murid-muridnya yang menggunakan pedang mereka untuk menghadapi pasukan Kaisar iblis.

Dia bertarung tanpa kenal lelah dan tidak lagi memiliki ketakutan akan kematian di dalam dirinya, dia hanya terus-menerus berlari tanpa henti dan menebas musuh-musuhnya yang telah merenggut nyawa dari rekan-rekan dan murid-muridnya.

Keberadaan Pendekar pedang itu, yang telah membunuh sebagian besar pasukan dan bawahannya, iblis besar yang sedang duduk di singgasana itu merasa Terganggu akan keberadaannya.

Dan disaat yang bersamaan, pasukan aliansi dari berbagai Clan di dunia akhirnya telah datang dengan para expert terkuat mereka.

Pasukan aliansi yang di pimpin langsung oleh Kaisar Surgawi tertinggi, dengan mudah membinasakan seluruh pasukan Kaisar iblis yang tersisa dan memenggal kepala dari Kaisar iblis.

Namun naasnya, sang pahlawan perang tidak terselamatkan setelah menerima kutukan dari Kaisar iblis. Dia menghembuskan nafas terakhirnya dengan tangannya yang masih menggenggam pedang miliknya.

Kemenangan ini bisa tercapai karena keberanian dan pengorbanan yang dilakukan oleh Clan Pedang Cahaya, semua orang yang berdiri disana tahu akan hal tersebut. Ketika semua pemimpin di dunia merasa bimbang, hanya pemimpin Clan Pedang Cahaya saja yang memimpin pasukan untuk menghadapi pasukan Kaisar iblis.

Karena itu untuk menghormati pengorbanan Clan Pedang Cahaya, Kaisar Surgawi memerintahkan seluruh negeri untuk membangun patung pahlawan dan meminta semua orang untuk secara turun-temurun menceritakan kisah kepahlawanan Clan Pedang Cahaya ke anak cucu mereka.

****

PROLOG

Chapter 1:

「Reinkarnasi」

Dengan kebingungan anak laki-laki yang memiliki rambut berwarna biru, dan pupil mata berwarna hitam gelap itu menatap ke cermin yang ada dikamar nya.

Disana dia bisa melihat pantulan wajah dan tubuhnya yang sangat terlihat asing, dia langsung tahu kalau itu bukan wajah dan tubuh miliknya.

Dalam periode waktu tersebut, dia merasakan sengatan yang sangat kuat di dalam kepalanya yang hampir membuatnya jatuh pingsan. Sebuah keajaiban karena dia masih bisa mempertahankan kesadarannya, walaupun sekarang ini dia hanya bisa tergeletak dilantai tanpa bisa menggerakkan indera dan otot-ototnya.

Sebuah ingatan yang itu bukan miliknya tiba-tiba saja muncul di dalam kepalanya, itu adalah ingatan dari pemilik tubuh ini, yang merupakan putra keluarga Blacksmith Axell yang memiliki sebuah tambang besi di kerajaan kecil Annalise.

Setelah memproses dan mencerna ingatan-ingatan yang muncul tersebut, tubuhnya juga sekarang telah bisa bergerak lebih bebas walaupun dia masih merasakan sakit kepala yang hebat.

Pada dasarnya, ingatan-ingatan tersebut adalah ingatan miliknya, dan tubuh kecil ini juga merupakan tubuh miliknya. Karena ketika dia bereinkarnasi, hanya karena dia merasa tidak nyaman harus kembali menjalani kehidupan bayi dengan ingatannya sebagai pria berumur 24 tahun. Dia menyegel segala ingatan yang berkaitan tentang kehidupannya yang pertama.

Sekarang setelah sepuluh tahun berlalu, segel tersebut sudah rusak, namun dia masih merasa ada beberapa ingatannya yang masih hilang. Akan tetapi setiap kali dia berusaha mengingat ingatan yang hilang tersebut, dia merasakan sakit kepala yang hebat seperti tertanam sebuah larangan diingatan tersebut.

Mungkin itu adalah ingatan tentang alasan mengapa dia bereinkarnasi, pikirnya.

Walaupun sebenarnya ada banyak hal yang ingin dia lakukan setelah mendapatkan kembali ingatan-ingatan nya yang tersegel. Namun apa daya, tubuhnya yang merupakan tubuh anak berumur 10 tahun itu, tidak bisa menahan sakit dan kelelahan yang dia terima dari dampak kerusakan segel ingatannya.

Karena itu, bahkan tanpa belum sempat menaikan seluruh tubuhnya ke kasur, dia sudah tertidur lelap karena kehilangan kesadarannya.

**

Keesokan harinya.

Tempat ini adalah Akademi kebangsawanan kerajaan Annalise, yang merupakan tempat dimana anak-anak dari keluarga bangsawan dan tersohor yang ada di Kerajaan Annalise mendapatkan kependidikan kebangsawanan.

Keluarga Axell merupakan keluarga Blacksmith yang sangat terkenal karena keterampilan menempa milik mereka.

Walaupun mereka bukanlah keluarga yang memiliki darah bangsawan, akan tetapi karena memiliki tambang besi dan bisa mengolahnya di wilayah mereka sendiri, kekayaan yang mereka punya setara dengan kekayaan yang dimiliki oleh seorang bangsawan besar.

Karena itu keluarga Axell mendapatkan dan memiliki kualifikasi untuk bisa memasukkan keturunan mereka kedalam akademi.

Callian Axell, anak kedua keluarga Axell yang dikenal sebagai anak yang sangat pendiam dan penurut, sengaja dikirimkan ke Akademi walaupun sebenarnya kepala keluarga Axell tidak menginginkan hal tersebut.

Namun dia yang lebih khawatir dengan kepribadian pendiam yang dimiliki oleh satu-satunya putranya tersebut, tetap memasukkan putranya kedalam akademi kebangsawanan untuk pertama kalinya, karena dia berharap putranya tersebut bisa sedikit berubah dan mendapatkan setidaknya satu teman ketika berada di akademi.

Namun kenyataannya, Callian yang sangat pendiam dan penurut malah menjadi sasaran pembullyan oleh anak-anak dikelasnya. Memikirkan hal-hal yang telah dia lalui di akademi ini, membuatnya menjadi sangat kesal walaupun itu bisa terjadi karena dirinya sendiri yang menyegel ingatan miliknya

Membuat dirinya tumbuh dan dikenal menjadi anak pendiam, yang terlihat seperti seseorang yang mengidap autisme.

Setelah dirinya merasa lebih tenang, dia langsung duduk bersila dan bermeditasi untuk menyerap energi alam kedalam tubuhnya menggunakan teknik miliknya. Karena tubuhnya yang masih belum stabil, dan dampak dari kerusakan segel ingatannya masih terasa jelas. Memaksa dirinya untuk berkultivasi ditengah-tengah keributan yang terjadi diluar.

Energi alam yang mencakup; Angin, Cahaya Matahari serta Bulan, Tumbuhan, Tanah, dan masih banyak lainnya, yang diserap oleh tubuhnya akan dikonversikan menjadi Qi untuk disimpan dan disalurkan ke seluruh bagian tubuhnya. Tubuhnya yang masih berumur 10 tahun dan tidak terlatih itu, memiliki masalah dengan lautan Qi miliknya atau juga yang disebut sebagai tempat penyimpanan Qi.

Setidaknya membutuhkan beberapa herbal tertinggi untuk memperluas tempat penyimpanan Qi tubuh ini.

Dirinya yang dulu, memiliki Qi yang seluas sebuah samudra. Dan bisa dengan mudah menghancurkan sebuah gunung dengan pedangnya. Namun sekarang hanya karena semalam dirinya tidak mengenakan selimut ketika tidur, dia merasa mual yang itu merupakan gejala dari masuk angin.

Suara bising dan keributan yang terjadi diluar, membuatnya penasaran dan menarik perhatiannya, karena itu dia membuka gorden dan jendela kamarnya untuk melihat keadaan diluar.

Ketika melihat anak-anak lain diluar sedang sedang menghias dan mendekorasi akademi, dia langsung teringat kalau ini adalah minggu terakhir dalam kependidikan kebangsawanannya di akademi.

"Aku masih belum memutuskan atau terpikirkan rencana apapun setelah pergi dari tempat ini. Namun setidaknya aku berniat menghajar mereka yang telah membully ku selama ini!."

Terdengar suara ketukan pintu ketika dia sedang termenung dalam lamunannya. Setelah dia bergegas membuka pintu, terlihat orang yang tadi mengetuk pintu adalah seorang perempuan paruh baya, menurut ingatannya perempuan paruh baya tersebut adalah penjaga dan pengurus asrama akademi.

"Nak, wajahmu terlihat sangat pucat, apa kau baik-baik saja. Bibi akan mengantarmu ke Pendeta jika kau merasa sakit." Raut wajahnya tulus mengkhawatirkan keadaannya. Dia adalah satu-satunya orang yang memperlakukannya dengan baik di akademi ini.

Aku adalah orang yang sangat pendendam. Namun jika ada yang memberikan ku sepotong roti, aku akan membalasnya dengan satu hektare pertanian gandum.

Callian hanya tersenyum ramah menanggapi perkataan perempuan paruh baya tersebut, yang dengan tulus mengkhawatirkan dirinya. Hal itu membuat perempuan paruh baya tersebut langsung tersentak terkejut, karena selama satu tahun ini baru pertamakali dia melihat Callian tersenyum kepadanya.

"Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit masuk angin Bi." Balas Callian.

"Apa benar begitu?. Jika kau merasa tidak enak badan tidak perlu sungkan-sungkan untuk mengatakannya kepada ku." Perempuan paruh baya itu kembali bertanya untuk memastikannya kembali.

Callian kembali tersenyum dan menegaskan bahwa dirinya baik-baik saja.

Walaupun masih merasa khawatir, namun melihat Callian yang banyak berbicara dan tersenyum membuatnya tidak memiliki pilihan lain selain mempercayai ucapannya tersebut.

Karena itu dia langsung memberitahukan alasan utamanya datang menemui Callian di kamar asramanya. Sepucuk surat dikeluarkan dari saku pakaiannya, dan langsung diberikan kepada Callian.

Di surat tersebut tertuliskan nama Viona Axell, yang berarti surat tersebut dikirim oleh kakak perempuannya.

"Ada surat yang dikirimkan langsung oleh seorang maid dari keluarga Axell untukmu." Setelah Callian menerima surat tersebut, dia bisa melihat suasana kamar Callian yang masih seperti biasa, kosong tanpa ada barang apapun selain barang-barang dasar.

Namun sorot mata dan aura milik Callian terlihat lebih hidup kali ini, sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan dirinya yang kemarin. Dia hanya bisa berpikir itu terjadi karena Callian merasa telah terbebas dengan kesengsaraan yang dialaminya semasa berada di akademi.

"Walaupun Festival kelulusan merupakan acara yang penting, karena akan dihadiri langsung oleh orang tua kalian, namun murid masih diperbolehkan untuk tidak mengikuti festival tersebut." Sambungnya mencoba memberikan bantuan dengan memberitahu informasi tersebut kepada Callian.

"Namun setidaknya cobalah untuk berkeliling, ada banyak hal yang menyenangkan diluar sana."

Callian langsung mengangguk mengerti sambil tersenyum.

"Baik Bi, setelah aku merasa lebih baik aku akan mencoba untuk berkeliling nanti."

Karena dia juga memang berniat untuk mencari anak-anak yang selama ini telah membully dirinya.

Meninggalkan Akademi

Chapter 2:

「 Meninggalkan Akademi 」

Kota Axell merupakan kota pedalaman yang berada dibagian selatan Annalise Kingdom. Selain Axell, masih ada enam kota lain yang berada dibagian selatan Annalise Kingdom. Salah satunya adalah Kota Purma yang merupakan kota kepemimpinan Count Purma.

Keluarga Axell yang memiliki tambang besi, sedari dulu telah membuat keluarga bangsawan Purma merasa sangat iri dengan kekayaan keluarga Axell. Akhir-akhir ini konflik dan permusuh kedua keluarga tersebut semakin memanas setelah keluarga Axell menemukan tambang besi baru, yang diklaim sebagai milik keluarga Purma karena tambang tersebut masuk kedalam teritorial wilayah Purma.

Akibat memanasnya konflik antar kedua keluarga terkuat di selatan ini, keluarga Purma menutup akses jalan menuju ibukota dengan tujuan untuk menekan Keluarga Axell yang selalu bergantung dengan bantuan dari ibukota. Itu adalah isi dari surat yang dikirimkan oleh kakak perempuannya, Viona Axell

Dan Viona hanya ingin meminta maaf kepada Callian karena dia yang seharusnya datang keibukota untuk menghadiri festival kelulusan Callian, tidak akan bisa datang ke ibukota untuk menghadiri festival tersebut. Viona juga meminta Callian untuk tinggal sementara waktu di ibukota selama konflik dengan keluarga Purma masih memanas.

Selebihnya isi surat ini, adalah surat permintaan dan permohonan maaf Viona kepadaku.

Dari surat tersebut, Callian bisa melihat seberapa besar rasa sayang Viona kepada Callian sebagai kakak perempuannya. Karena keluarganya sampai meminta Callian untuk tinggal sementara di ibukota, Callian sadar konflik yang terjadi lebih besar dari apa yang dibayangkannya.

Beruntung dia memiliki buku-buku yang berisikan tentang keluarga-keluarga berpengaruh dan keluarga bangsawan yang ada di Annalise Kingdom. Callian langsung mencari halaman yang menuliskan informasi tentang keluarga bangsawan Purma.

Setelah selesai membaca halaman tersebut, hanya satu yang dirasakan oleh Callian, yaitu rasa yang ingin menghancurkan keluarga Purma dengan kedua tangannya sendiri.

"Berani sekali Keluarga bangsawan lemah seperti mereka menggertak keluargaku!. Mereka pasti sudah bosan melihat langit!." Kata Callian dengan amarahnya yang meluap-luap.

Callian berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membantu keluarganya yang sedang dalam masalah. Namun dengan tubuhnya yang sekarang, walaupun dia memiliki kekuatan yang besar dan masih mengingat teknik-teknik tertinggi miliknya, tubuhnya saat ini tidak akan kuat menahan dampak dari kekuatan besar dan teknik miliknya.

Aku membutuhkan tangan dan kaki orang lain untuk aku gunakan sementara, sampai aku memiliki tubuh yang kuat.

**

Sampai hari larut malam, Callian hanya duduk bermeditasi untuk memperluas dan mengumpulkan lebih banyak Qi di dalam penyimpanan Qi miliknya.

Namun, lagi dan lagi tubuhnya yang merupakan tubuh anak berumur 10 tahun ini, menjadi faktor utama yang menghambat perkembangan kultivasinya. Perut kecilnya itu tidak kuasa untuk menahan rasa laparnya, membuat fokus dan meditasinya langsung tertanggu.

Callian memang tidak memiliki pilihan lain, selain memperluas lautan Qi miliknya dengan herbal-herbal tertinggi jika dia ingin secara cepat memperluas lautan Qi miliknya.

Teringat dengan perkataan bibi penjaga dan pengurus asrama akademi, Callian berniat untuk langsung pergi meninggalkan akademi. Karena itu dia langsung mengemasi barang-barangnya sebelum bergegas keluar untuk mencari makanan dan mencari herbal tertinggi.

Mungkin karena sudah larut malam, suasana akademi menjadi lebih sunyi dan hening jika dibandingkan ketika pagi.

Ketika hendak berjalan menuju gerbang, Callian tanpa sengaja melihat ada seorang anak perempuan yang sedang mencoba memanjat dinding akademi, namun dia tidak pernah berhasil dan selalu terjatuh karena barang bawaannya terlalu banyak.

Callian yang awalnya berniat menghiraukannya dan berniat kembali berjalan menuju gerbang, tanpa sengaja melakukan kontak mata dengannya, dan anak perempuan tersebut langsung memanggil Callian untuk datang ketempatnya dengan isyarat tangannya.

Callian yang tidak memiliki pilihan lain, hanya berjalan mendekat kearahnya dan mendengarkan apa yang dia minta dengan memanggil dirinya.

"Hey. Apakah kau juga berniat pergi dari akademi?." Tanya anak perempuan tersebut kepada Callian.

Ketika Callian menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Anak perempuan berambut pirang tersebut langsung memegang kedua tangan Callian dan menatapnya dengan meminta bantuan. Dalam hatinya dia hanya berniat untuk memperalat Callian dalam upaya pelariannya.

"Kalau begitu kita bisa bekerjasama!. Kau tahu kan, sangat sulit ketika memanjat dinding dengan barang bawaan yang kau bawa!." Ucapnya menjelaskan kepada Callian sebelum dia sadar kalau barang bawaan Callian sangatlah sedikit, jauh berbeda dengan dirinya.

Melihat hal itu, dia langsung mencari-cari alasan agar tetap bisa memperalat anak laki-laki yang ada dihadapannya itu untuk membantu pelariannya.

"I-itu walaupun barang mu lebih sedikit, bukannya lebih baik kita bekerjasama demi keselamatan kita?." Jelasnya dengan wajah yang mulai khawatir karena takut anak laki-laki yang ada dihadapannya itu menolaknya untuk bekerjasama dengan dirinya.

"Baiklah." Jawab Callian.

Dia bahkan terkejut mendengar jawaban yang diberikan oleh Callian kepadanya, karena itu bukanlah penolakan. Untuk memastikan bahwa dia tidak salah dengar, dia kembali bertanya kepada Callian.

"Maaf?. Apa kau tadi mengatakan sesuatu?."

"Bukannya kau mengajak bekerjasama?. Baiklah ayo bekerjasama, aku juga memang berniat pergi dari akademi." Kata Callian yang langsung membawa barang-barang bawaan anak perempuan tersebut.

Anak perempuan tersebut hanya bisa berpikir bahwa anak laki-laki yang ada didepannya ini adalah orang yang bodoh, atau dia sudah terjatuh karena kecantikan yang dia miliki karena bersedia membantu dirinya begitu saja.

Setelah dia berhasil memanjat dinding, karena tidak membawa barang-barang miliknya. Dia langsung meminta Callian untuk memberikan barang-barang miliknya. Namun menurut perhitungan Callian, tangan anak perempuan tersebut tidak akan bisa untuk menggapainya.

"Kenapa kau melamun?, cepatlah berikan barang-barang ku sebelum penjaga akademi menyadari kita!." Ucap anak perempuan tersebut merasa cemas.

Mendengar hal itu, Callian secara refleks langsung meloncat ke atas dinding yang itu sangat mengejutkan anak perempuan dan pengawas akademi yang memantau mereka berdua dari jauh.

"Apa akan jadi masalah kalau kita ketahuan pergi dari akademi?." Tanya Callian.

Anak perempuan berambut pirang yang masih terkejut karena melihat Callian bisa meloncati dinding setinggi itu, hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan oleh Callian.

Callian yang sadar ada orang yang sedari tadi sedang mengawasi mereka dari kejauhan, berpikir bahwa orang itu adalah penjaga akademi. Karena itu dia langsung menggenggam tangan anak perempuan tersebut, dan meloncat keluar dari akademi.

"Siapa anak itu?!. Tembok setinggi sepuluh meter yang bahkan orang dewasa saja sulit untuk meloncatinya, dapat dengan mudah dia loncati!." Ucap pengawas akademi.

Dia yang awalnya berniat menangkap mereka berdua setelah mereka berdua melempar barang bawaan mereka keluar, sekarang harus berisiap untuk menerima hukuman dari kepala akademi karena telah lalai dalam bertugas.

"Gajiku bulan ini pasti akan dipotong lagi…."

Setelah berhasil keluar dari akademi, perut Callian yang keroncongan, ketika dia mencium bau makanan dia langsung bergegas ke asal bau tersebut meninggalkan anak perempuan berambut pirang tersebut.

"Hey!. Tunggu sebentar, kau mau kemana?."

Melihat Callian yang tiba-tiba berlari, membuatnya kebingungan dan tanpa sadar dia mengikuti Callian dari belakang. Dia tidak menduga kalau anak laki-laki tersebut berlari karena mencium bau makanan, dia juga terlihat seperti belum makan selama beberapa hari dilihat dari cara dia menyatap makanannya.

"Ada apa? kenapa kau masih mengikutiku?." Tanya Callian bingung.

Mendengar ucapan tersebut, dia merasa sangat malu namun secara tegas dia langsung menolak fakta bahwa dirinya mengikuti Callian.

"Siapa yang mengikutimu? kenapa juga aku harus mengikutimu!. A-aku… Oh ya, aku juga berniat membeli daging ini!." Katanya menjelaskan kepada Callian setelah mendapatkan alasan yang masuk akal.

Callian mengangguk mengerti. Namun ketika anak perempuan tersebut meminta dua tusuk sate Ogre kepada sang penjual, dia mendapatkan masalah karena tidak mampu membayar atas dua tusuk sate yang dia pesan itu.

"Sepuluh Peril untuk dua sate." Kata penjual.

Anak perempuan tersebut berusaha sekeras mungkin untuk mencari koin Peril di saku dan barang-barang bawaannya, namun hasilnya tetap sama, dia tidak memiliki satupun koin Peril di sakunya, dia hanya memiliki satu kantung penuh berisikan koin platinum.

"Apa kau meninggalkan uang mu?. Ambil saja uangku dulu, jika kau merasa berhutang, lain kali ketika kita bertemu lagi kau bisa membayarnya." Kata Callian sambil memberikan koin Peril sebelum pada akhirnya pergi meninggalkan anak perempuan tersebut.

Pendekar Pedang satu tangan bangsa Plahm

Chapter 3:

「 Pendekar Pedang satu tangan bangsa Plahm 」

Tempat tujuannya kali ini adalah sebuah tempat yang bernamakan penginapan Dutchy. Disana sudah ada pelayan yang dikirimkan oleh kakaknya yang bertugas untuk menemani dan mengurus segala kebutuhan Callian selama tinggal di ibukota.

Namun ditengah-tengah perjalanan pencariannya tersebut, dia melihat ada sebuah pertarungan yang terjadi dijalanan kota antara seorang perempuan bertopeng dengan para prajurit penjaga kota. Perempuan yang sebagian wajahnya tertutup oleh topeng kepala rubah itu, bertarung hanya dengan tangan kirinya saja.

Namun dia tetap bisa dengan mudah mengalahkan para prajurit penjaga walaupun hanya dengan satu tangan.

Penampilan perempuan bortepeng tersebut, mengingatkan dirinya kepada salah satu rekannya yang juga hanya memiliki satu tangan.

Secara diam-diam tanpa diketahui perempuan bertopeng tersebut, Callian mengikutinya keluar dari kota sambil membawa seorang perempuan berambut putih yang dia culik dari para prajurit penjaga kota.

Merasa sudah terlalu jauh dari kota, Callian dengan sengaja menunjukan aura keberadaannya.

Respon dari perempuan bertopeng tersebut sangatlah tidak diduga-duga oleh Callian, karena dia langsung melemparkan puluhan jarum beracun kearahnya tepat ketika dia menunjukan aura keberadaannya. Namun dengan mudah Callian bisa menghindari jarum-jarum tersebut dan menangkisnya dengan ranting pohon yang sempat dia ambil.

"Siapa kau?!." Tanya perempuan bortepeng rubah itu menjadi sangat waspada dan terkejut karena hawa keberadaan seseorang yang tadi dia rasakan ternyata itu adalah hawa keberadaan seorang anak kecil.

Namun dia dengan sadar dan instingnya juga mengatakan anak kecil yang ada didepannya itu, jauh lebih berbahaya dari kelihatannya.

"Keluarkan pedang itu jika kau tidak ingin terluka." Kata Callian yang ingin melihat kemampuan berpedang perempuan tersebut dengan sedikit ancaman.

Karena perempuan bertopeng rubah tersebut tidak menanggapi perkataan Callian, Callian sedikit mengalirkan Qi miliknya ke ranting kayu yang sedang dia pegang, dan langsung menebaskannya kearah perempuan tersebut.

Beruntung dengan sigap perempuan tersebut bisa menghindari gelombang serangan Qi yang mengincar lehernya itu, terlihat pohon-pohon yang ada dibelakangnya mendapatkan kerusakan yang lumayan parah akibat gelombang Qi tersebut. Dan dapat dipastikan kalau dia akan kehilangan kepalanya jika tidak berhasil menghindari serangan itu.

"Wyzer?!. Siapa kau sebenarnya!?!, tunjukkanlah wajah aslimu!." Bentak perempuan itu merasa terancam dan mengira anak kecil yang ada didepannya itu bukan seorang anak, melainkan seorang Swordmaster yang sedang menyamar.

Dan sekarang dia juga langsung mengeluarkan pedang miliknya karena merasa sangat terancam. Ketika Callian melesat dan menyerangnya dengan membabi buta, Callian langsung menyadari perempuan tersebut memiliki beberapa kekurangan dan masalah yang dia miliki.

Walaupun dia hanya memiliki satu tangan, mungkin karena dia telah berlatih secara terus menerus, dia dapat dengan mudah menjaga keseimbangannya dalam menyerang ataupun bertahan. Namun dia tidak bisa menjaga keseimbangannya tersebut dalam waktu yang lama, dan Callian merasakan di tubuh perempuan itu ada racun dingin yang sangat kuat.

Karena tubuh kecilnya sudah dalam batas, membuatnya tidak lagi bisa menahan kekuatan yang dia keluarkan, Callian mengakhiri pertarungan tersebut dan langsung mengutarakan niat dia yang sebenarnya.

"Apa kau ingin menjadi lebih kuat?. Jika kau bersumpah setia dan bersedia mengikutiku, aku berjanji akan membuatmu menjadi jauh lebih kuat. Serta racun dingin yang ada di tubuhmu, aku akan mengobatinya." Kata Callian yang telah mundur sepuluh langkah dari perempuan bertopeng tersebut.

Mendengar hal itu, perempuan itu menjadi jauh lebih terkejut karena orang yang ada didepannya tahu tentang racun dingin yang ada ditubuhnya, dan dia juga merasa ada yang janggal dari ajakan tersebut. Karena bagaimanapun dia hanyalah seseorang yang cacat, yang tidak berguna karena tidak memiliki tangan kanan.

Orang yang ada didepannya itu, yang sudah berada di tingkatan Swordsmanship tertinggi, merupakan orang yang sangat ingin diikuti oleh orang-orang jenius dan berbakat dalam Swordsmanship. Namun secara tegas dia malah menyatakan bahwa dia menginginkan orang cacat tanpa tangan kanan seperti dirinya.

Karena itu dia yakin ada sesuatu alasan tertentu dibalik ajakannya tersebut.

"Mengapa aku harus mengikutimu?." Tanya perempuan tersebut. Dia belum memutuskannya, karena dia ingin mencari lebih dalam niatan orang tersebut.

Dengan santainya Callian mengatakan.

"Aku membutuhkan seseorang untuk mengurus hal-hal yang tidak bisa aku urus secara langsung. Dan karena aku memiliki sebuah teknik yang cocok dengan kondisi dirimu." Callian langsung berterus-terang dengan niatan dirinya.

Itu adalah jawaban yang lebih bisa dia terima, walaupun itu bukan jawaban yang dia harapkan. Sudah sewajarnya orang cacat tanpa tangan kanan seperti dirinya hanya digunakan sebagai bidak, itulah yang dipikirkan oleh perempuan bertopeng tersebut.

"Jika kau bersedia bersumpah dan berjanji akan dua hal, aku akan bersumpah setia dan bersedia mengorbankan nyawaku jika itu diperlukan." Kata perempuan tersebut.

Walaupun dia tidak dalam posisi untuk bernegosiasi dengan Callian, Callian setuju dan langsung memintanya untuk mengutarakan hal yang dia minta dari dirinya.

"Baiklah. Kalau begitu apa yang kau inginkan?." Tanya Callian.

"Jika kau bersedia dan berjanji untuk membuat sebuah tempat tinggal yang aman dan nyaman untuk bangsaku, dan memperlakukan mereka dengan baik. Aku berjanji akan mengikuti dirimu dan rela untuk mengorbankan nyawaku." Jelas perempuan tersebut dengan tegas.

Perkataannya itu seakan-akan menegaskan bahwa dirinya berbeda dengan Callian, ketika dia melepas topengnya, pupil matanya yang berwarna merah terlihat menyala terang karena kegelapan malam.

Dilihat darimanapun, Callian tidak melihat ada hal yang aneh dan berbeda dari dirinya dengan manusia pada umumnya, selain rambutnya yang berwarna sangat putih, yang sama seperti dengan rambut yang dimiliki oleh perempuan yang dia culik dari prajurit penjaga kota.

"Itu adalah hal yang mudah. Dengan nyawaku, aku bersumpah akan membangun tempat tinggal yang nyaman dan aman untuk bangsa mu." Kata Callian dengan tegas.

Setelah mendengar hal itu, perempuan tersebut juga langsung bertekuk lutut tepat dihadapan Callian dan mengatakan sumpahnya kepada Callian.

"Aku Unmei Plahm. Bersumpah setia dan akan terus mengikutimu jika kau masih memegang sumpah dan janjimu kepada kami, bangsa Plahm." Ucapnya dengan tegas.

***

Bangsa Plahm.

Pada dasarnya mereka adalah bangsa yang masih memiliki darah yang sama dengan manusia. Namun mereka memiliki beberapa perbedaan yang sangat signifikan dengan manusia pada umumnya.

Umur mereka jauh lebih panjang dibandingkan manusia pada umumnya, dan ada beberapa dari mereka yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan hewan ataupun monster. Karena hal ini mereka disebut sebagai sekutu dan perwujudan iblis, diskriminasi dan penindasan yang mereka dapatkan jauh lebih parah jika dibandingkan dengan diskriminasi dan penindasan yang dialami oleh bangsa Demihuman.

Sangat mudah untuk mengetahui orang yang bukan dan orang yang berasal dari bangsa Plahm. Karena bangsa Plahm sangat identik dengan rambut mereka yang sangat berwarna putih, dan mereka memiliki pupil mata yang berwarna merah, yang akan menyala jika berada dikegelapan.

Karena itu mereka selalu hidup bersembunyi dan mengasingkan diri mereka jauh dari peradaban agar mendapatkan kedamaian. Terutama di Annalise Kingdom yang secara peraturan tidak mempermasalahkan perbudakan dan diskriminasi terhadap bangsa Plahm, Annalise Kingdom juga merupakan salah satu kerajaan yang dengan tegas menolak keberadaan bangsa Plahm.

Callian berjanji dan menyetujui kedua hal yang diminta itu tanpa mengetahui tentang fakta-fakta tersebut. Berpikir bahwa itu bukanlah sesuatu yang sulit untuk dirinya.

**

Setelah Callian melihat secara langsung cara orang-orang di dunia ini berlatih dan cara mereka berkultivasi, terdapat perbedaan yang sangat besar dengan teknik dan metode kultivasi yang ada di dunianya.

Orang-orang di dunia ini memperkuat tubuh mereka dengan menyerap Energi spiritual dan mengkonversikannya menjadi Qi murni, mereka juga menyimpan Qi tersebut ditempat penyimpan yang mereka buat di dalam jantung mereka bukan di merdian mereka.

Bahkan istilah yang mereka gunakan untuk menyebut; Energi alam, Qi, dan Energi spiritual, juga berbeda dengan dunia asalnya.

Callian baru mengetahui hal tersebut, karena bertanya secara langsung kepada Unmei, dan selama di akademi dia hanya mempelajari tentang tata krama kebangsawanan.

"Untuk sekarang berhentilah berlatih dengan metode itu, aku akan memberikanmu metode latihan yang lebih efisien. Mendekatlah!." Kata Callian.

Tidak semua orang bisa menyerap energi alam, dan teknik kultivasi yang berkaitan dengan energi alam juga sangatlah berharga dan hanya orang-orang tertentu saja yang memilikinya.

Cara orang-orang di dunia ini menggunakan spiritual energi, tidaklah efisien karena mereka tidak mengalirkannya ke seluruh tubuh mereka dan hanya menyimpannya dalam tempat yang disebut Circle yang ada dijantung mereka.

Setelah mendekat dan menjulurkan tangannya, karena berpikir metode yang akan diberikan itu berupa sebuah buku. Membuatnya merasa sangat bingung, karena Callian tidak kunjung memberikan buku tersebut. Dia malah menyentuh kening miliknya dengan jari telunjuk yang mungil.

"Ini adalah metode dan teknik kultivasi yang jauh berbeda dengan metode yang kau gunakan sebelumnya, dan teknik pedang yang akan kau latih itu disebut sebagai Teknik Pedang keabadian satu tangan. Kau harus mengingat hal tersebut dan mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh." Kata Callian, sebelum mentransfer metode kultivasi dan teknik pedang tersebut.

Tiba-tiba saja ada begitu banyak informasi dan gambaran kasar yang masuk kedalam kepalanya, saking banyaknya informasi tersebut dia membutuhkan beberapa waktu untuk mengolah dan memperoses data-data informasi tersebut.

Proses tersebut membuatnya terlihat seperti patung karena dia tidak bergerak sedikitpun dan bahkan tidak berkedip.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!