Prolog.
Sudah enam bulan semenjak semua orang terjebak di tempat ini dan selama itu tidak ada yang mampu menaklukkan lantai di atas 50.
Aku duduk di pinggiran pulau melayang sembari menatap pemandangan langit yang dihiasi pulau-pulau lainnya.
Semuanya terlihat seperti dunia yang indah yang membentang di cakrawala namun sejujurnya tempat ini adalah lantai 10 dari menara Kristalia yang baru aku kunjungi, saat bos di tempat menara ini dikalahkan maka tempat ini akan ditandai sebagai tempat aman untuk para player dan di saat itu secara otomatis gerbang perpindahan akan muncul dan tersambung dengan lantai pertama Orca.
Seharusnya pemberitahuan tersebut akan selalu ditampilkan di menu setiap pemain, aku membuka jendela dan melihatnya.
Adapun tulisannya seperti ini.
Selamat, lantai 50 telah ditaklukkan dan akan segera ditandai sebagai tempat bagi player untuk berpindah tempat, dalam waktu satu menit semua orang bisa mengaksesnya.
Suara gadis memanggilku dari belakang.
"Di sini sudah selesai, mari kembali."
Dan aku mengiyakan.
Beberapa bulan sebelumnya aku hanya seorang pria pada umumnya dan sekarang aku harus lebih kuat untuk bisa keluar dari tempat ini.
****
Pagi yang sama seiring aku ingat, aku terbangun di tempat tidurku seperti biasanya, hari ini merupakan hari spesial dimana aku akan pergi ke toko game. Itu tertera di kalender saat aku mengganti pakaianku dengan celana panjang dan kemeja serta t-shirt di baliknya.
Di zaman sekarang konsep game biasanya mulai ditinggalkan dan semua orang telah menggantinya dengan VR yang 100 kali lipat lebih menyenangkan untuk dimainkan, dengan alat bernama Full Drive orang-orang akan bisa memainkannya seolah mereka benar-benar hidup di dalamnya. Beberapa orang sudah sejak lama memainkannya sementara aku baru sekarang akan membelinya.
Tepat saat aku keluar rumah seorang gadis dengan rambut coklat panjang telah menungguku, dia tetanggaku sekaligus teman kecilku Karina. Karina sendiri lebih ke arah manis dibandingkan cantik, jika kamu berfikir bahwa akan ada romansa diantara kami hal itu tidak mungkin. Dia masih kelas 3 SMP lebih muda dariku satu tahun hingga bisa aku akui aku hanya memandangnya sebagai adik perempuan saja.
Terlepas dari penampilannya yang aneh yang selalu mengenakan gaun gothic serta penutup mata di siang bolong, dia orang yang benar-benar baik.
"Fufu akhirnya kau pergi untuk mengambil kekuatan demi mengalahkan raja iblis, aku sudah menunggumu sejak lama mari bergabunglah denganku... oi, jangan abaikan aku."
Dia agak Chuninbyo mungkin karena tidak ada teman dia selalu menggangguku, yah.. bukan berarti aku juga punya teman, aku juga penyendiri dan penyendiri selalu menarik penyendiri lainnya.
"Tunggu aku senior."
Entah sejak kapan dia juga memanggilku begitu, aku ingat aku selalu menjemputnya di taman bermain saat dia menangis di sana, mengingatnya membuatku agak simpati untuknya.
Kami akhirnya sampai di toko pilihanku, Karina juga ikut untuk membantu dan merekomendasikan sebuah game bernama Another World, dunia ini adalah dunia fantasi dengan pedang dan sihir, agak sedikit unik karena di dalammya hanya ada dua job yaitu Mage dan Sword Master. Jika memilih Mage maka kamu akan ahli dalam sihir akan tetapi kamu tidak akan bisa mengunakan senjata begitu juga sebaliknya, untuk Sword Master sendiri menggunakan seni pedang yang dikombinasikan dengan skill.
Melihat bagaimana Karina menjelaskan dengan baik, aku kagum dengannya, sebagai veteran serta Beta test untuk game ini aku banyak belajar darinya saat mengantri membelinya.
Setelah cukup lama, aku kembali ke rumah, Karina akan membimbingku dalam permainan jadi aku merasa lega untuk itu.
Tidak seperti di novel SAO yang menggunakan Never Gear menyerupai helm tertutup, Full Drive hanya menggunakan kacamata nirkabel meskipun untuk cara kerjanya memang sama, alat ini memutuskan tranmisi gelombang otak dari luar.
Setelah memakainya visual akan ditampilkan seolah kamu tidur di dalamnya, meski di dalam game kamu bergerak sedemikian rupa itu tidak mempengaruhi tubuh di dunia nyata.
Aku sekali lagi membaca panduan dari gamenya.
Setiap player wajib menggunakan nama asli dan juga menyertakan identitas seperti kartu pelajar atau kartu penduduk agar tidak ada pemalsuan. Karakter avatar akan di acak jadi tidak bisa memilih sesuai yang diinginkan.
Peraturan aneh akan tapi mungkin ini agar semua orang bisa menikmati dunia game sebagai dunia kedua mereka.
Aku mengenakan Full Drive lalu berbaring di tempat tidur saat aku mulai login ke akun Another World untuk pertama kalinya.
Pemandangan kamarku mulai berubah seolah terjatuh dari langit aku bisa merasakan hembusan menerpa wajahku. Tidak, aku benar-benar jatuh dari ketinggian hingga berteriak keras.
"Aaaaaah."
Sebelum aku menghantam tanah aku dihentikan di udara seolah melayang hingga mendarat di permukaannya.
Aku melihat sekitar dengan mata tertegun bagaimana dunia ini begitu sangat mirip dengan dunia luar.
"Jadi ini Another World."
Ada beberapa orang yang memiliki nasib sama dan berteriak sama. Apakah GM game ini suka hiburan untuk menyiksa player pemula. Tak lama kemudian jendela menu muncul di depanku. Ada tulisan penyambutan yang kemudian player harus memilih jobnya lebih dulu.
Aku memilih Sword Master dan itu memunculkan statusku yang lain khususnya bar HP dan MP yang hanya 100 poin.
Sangat awal.
Pertama aku ingin memeriksa wajahku dan jelas wajahku tidak terlalu berbeda dengan aslinya, rambutku di cat biru dengan sedikit acak-acakan. Tubuhku agak sedikit tinggi dari semula 170 menjadi 175, dibandingkan memiliki wajah pejuang aku malah terlihat seperti wajah seorang gadis. Singkatnya aku terlihat lemah.
Untuk sekarang aku harus menemui Karina dulu untuk memulai petualangan ini, kota awal di namakan sebagai kota Orca, kotanya sendiri terlihat seperti di abad pertengahan dengan tembok besar mengelilinginya, dikatakan luas satu lantai mencapai 50 hektar persegi, sebuah map yang luas yang bisa dijelajahi oleh siapapun. Semua NPC di game terlihat nyata dan mereka ditandai dengan nama bertuliskan hijau dan untuk pemain putih, tentu saja nama itu hanya terlihat jika pemain ingin melihatnya, saat mereka tidak ingin maka nama di atas semua orang itu akan menghilang.
Di kerumunan banyak orang aku mencari avatar milik Karina, dikatakan bahwa avatarnya adalah seorang elf dengan rambut perak, bertubuh kecil, mengenakan gaun gothic serta membawa dua pedang di belakang punggungnya. Untukku sendiri aku memilih ras manusia.
Ngomong-ngomong pedang aku hanya memiliki pedang kecil terbuat dari kayu. Aku rasa GM game ini sangat suka membuat seseorang kesulitan.
Setelah melihat-lihat aku menemukannya sedang duduk di atas pembatas jalan. Aku mendekatinya dan melihat namanya Karina.
"Akhirnya aku menemukanmu Karina."
"Siapa kau?"
"Aku Yuto."
"Hmm.. aku perlu menkonfirmasi bahwa kamu Yuto yang asli."
"Beberapa minggu yang lalu kamu menonton film dewasa di kamarku dan aku memarahimu untuk itu dan juga."
Karina yang telah menyadari tentangku langsung berseluncur berlutut memberi hormat dengan gaya terbaiknya.
"Tolong jangan katakan lagi, aku mengakui kamu adalah senior, tolong minta ampun rasanya inti kehidupanku telah tersedot keluar."
Aku mendesah pelan melihatnya.
Karina membawaku ke sebuah tanah lapang di pinggiran kota, di tempat ini hidup banyak slime yang mudah untuk dikalahkan. Aku bisa melihat bar dari mereka termasuk level yang berada di pinggir mereka.
[Slime lv1]
Aku mengayunkan pedang kayu ke arah salah satunya hingga tubuh slime itu hancur kemudian menjadi semacam pecahan kaca sebelum menguap ke udara dan menghilang.
Pada dasarnya mereka hanyalah kumpulan data dan nantinya data tersebut akan kembali dimunculkan seperti respawn pada pemain.
Exp diperoleh membuatku bisa melihat bahwa aku naik satu level dari level pertama.
Karina menantapku dengan tatapan berlebih.
"Dasar pembunuh, kau benar-benar tega membunuh slime yang imut barusan."
"Bukannya kau sendiri yang menyarankan bertarung di tempat ini."
"Aku tidak mengira kau akan melakukannya."
Orang ini.
Mengabaikan keluhan yang diutarakan oleh Karina, aku kembali melawan Slime, sekarang aku menggunakan skill tebasan menyamping yang bahkan bisa aku gunakan tanpa harus menggunakan skill, perbedaan dari skill dan tubuh sendiri hanyalah pada Damage yang dihasilkannya yang membuat skill menjadi dua kali lipat dari seharusnya.
Semakin sering membunuh slime Exp yang aku peroleh semakin kecil bahkan setelah matahari sore aku bisa menemukan diriku tidak mendapatkannya lagi.
Itu berhenti di level 5 dan Karina yang duduk di batu tampak melihat ke arahku kagum.
"Ini pertama kalinya aku melihat seseorang telah menghabiskan waktu sepanjang hari hanya untuk naik level dengan mengalahkan slime, Yuto kamu sesuatu tentunya."
Karina mengacungkan jempolnya dan entah kenapa dia terdengar seperti mengejekku. Ia berpose aneh dengan gerakan tangannya. Bahkan di tempat ini tingkahnya seperti ini.
"Aku tiba-tiba merasa kekuatan maha kuat darimu, kau memang pantas menjadi pembantuku."
"Siapa yang kamu anggap pembantu?"
Aku menarik pipinya hingga dia berteriak "Awawa," sebelum sesuatu yang tidak terduga muncul di depan kami, itu adalah empat layar raksasa yang diperuntukkan agar bisa dilihat siapapun.
Aku bertanya ke arah Karina namun sebagai Beta test, ini pertama kalinya dia juga mengetahuinya. Layar yang hanya menampilkan warna putih kini telah diisi oleh sosok gadis berambut putih sebahu dengan warna mata ungu serta mengenakan gaun putih berenda, dia memiliki wajah cantik dengan hidung mancung serta bibir tipis yang mempesona. Akan tetapi dibalik keindahan tersebut aku merasakan perasaan tidak enak saat dia mulai berbicara.
"Kurasa semua orang sudah bisa melihat ini, bagus, bagus."
Dia berdeham sekali untuk mengambil waktu sejenak sebelum meregangkan tangannya dengan sebuah teriakan bersemangat.
"Selamat datang di dunia yang aku buat ini, namaku Iselta, aku seorang dewi."
Saat dia mengatakan dewi kemungkinan itu merujuk pada GM yang mengelola dunia ini, Karina juga berfikiran sama akan tetapi hal itu ditepis oleh orang yang mengakui dirinya dewi tersebut.
"Kalian berfikir bahwa aku GM bukan, sayangnya tidak... ini benar-benar dunia nyata yang aku buat menyerupai game, aku sudah membuat penyesuaian sekarang, apa kalian tidak percaya? Cobalah memakan sesuatu maka kalian akan mengerti."
"Mungkin ini sebuah even tertentu, tapi mari kita coba."
Aku mengangguk atas usulan Karina, dari yang aku tahu kita bisa membeli beberapa makanan di kota untuk mengisi bar HP kita selain menggunakan potion, tempat ini adalah game jadi kami tidak benar-benar tahu rasanya bahkan aromanya juga.
Karina mengeluarkan dua buah apel dari menu penyimpanannya, aku menerima satu lalu menggigitnya bersama dirinya dan lalu terdiam setelahnya.
"Mustahil, aku bisa merasakannya, Yuto?"
"Tidak salah lagi."
Aku maupun Karina mengalihkan pandangan ke sosok dewi yang tersenyum tipis.
"Untuk sentuhan akhir cobalah untuk mengecek apa kalian bisa keluar dari game ini atau tidak?"
Pernyataan tersebut yang tidak ingin aku dengar, ada kemungkinan game ini berubah menjadi game kematian atau sebagainya.
Kami melakukan apa yang dikatakannya dan akhirnya menyadari dimana seharusnya ada tombol Log Out sekarang tidak ada lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!