NovelToon NovelToon

Pengantin Tuan EL (Sang Pewaris)

Wasiat

Hai readers setia author. Author sapa kalian dulu, sebelum melanjutkan baca novel ini. Dalam kisah ini, ada dua tokoh utama yang nggak author masukin yaitu Erhan dan Nisa. Karena cucu mereka sudah dewasa, otomatis usia mereka 3x lipat dari usia cucu-cucu mereka donk. Jadi.... begitulah.

So, jangan di bully ya othor nya. Kalau kalian rindu sama mereka, kalian bisa baca lagi 2 kisah sebelumnya.

Happy Reading

Semua orang sedang berkumpul di Mansion keluarga Khan. Mereka masih berduka atas meninggalnya pemimpin beserta ratu di keluarga ini siapa lagi kalau bukan Erhan dan Nisa. Mereka telah pergi untuk selamanya setelah mengalami koma pasca operasi setelah mengalami kecelakaan mobil. Sungguh cinta sejati itu ada, dan mereka melihatnya saat memakamkan kedua sejoli yang meninggal diwaktu yang bersamaan. Mereka mengikrarkan janji sehidup semati, dan saat dikebumikanpun mereka berada dalam liang yang sama.

Kini, setelah satu minggu kepergian sang pemimpin yang sangat dicintai dan disegani oleh semua keluarga, mereka berkumpul di ruang keluarga. Karena dua orang pengacara sudah datang untuk menyampaikan pesan wasiat dari sang pemimpin untuk disampaikan kepada seluruh anggota keluarga Khan yang hadir tanpa terkecuali. Mulai dari anak menantu dan cucu, semua sudah berkumpul.

"Jadi, maksud kedatangan saya kemari adalah untuk menyampaikan pesan wasiat yang diberikan kepada seorang pewaris utama yang sudah di tunjuk oleh Almarhum Tuan Erhan yaitu tuan Ryan Elvano Khan. "

Semua orang mengalihkan pandangan kepada pria tampan berperawakan tinggi dengan jambang tipis yang menghiasi rahangnya yang kokoh. Dia adalah saudara tertua dari tiga besaudara kandung. Dan cucu tertua dari kedelapan cucu Erhan.

Elvan langsung berdiri dan berjalan mendekati Pengacara.

"Tuan Elvan, ada sebuah wasiat yang harus anda penuhi untuk menjadi seorang pewaris utama dikeluarga ini setelah ayah anda tentunya. " ujar pengacara itu.

"Saya siap mendengarkan, Pak Pengacara. "

"Tuan Erhan menuliskan, Ryan Elvano Khan akan menjadi seorang pewaris menggantikan anakku Veedat Murad Khan apabila dia telah menikah dengan seorang wanita berkebangsaan Indonesia sama seperti neneknya sebelum usianya mencapai 25 tahun. Namun jika Ryan Elvano Khan tidak memenuhi syarat tersebut sebelum berusia tepat 25 tahun maka, Siapapun cucuku dia berhak merebut kekuasaan Sang pewaris. " Pengacara itu menjeda kalimat nya.

"Ada sedikit tambahan di bagian bawahnya. Carilah wanita yang lemah lembut, tegas dan berakhlak mulia seperti istriku Anisa Humaira yang akan membimbingmu untuk menjadikan seorang pemimpin yang sesungguhnya. "

"Begitulah isi surat wasiat dari Tuan Erhan yang harus saya sampaikan, Berhubung tahun depan Tuan El akan mencapai usia 25 tahun. " ujar pengacara keluarga itu.

Semua orang menganga tak percaya mendengar sebuah wasiat yang hanya ditujukan untuk Elvan. Karena surat wasiat itu sangat aneh. Dia harus menikah dengan wanita Indo? seperti neneknya Nisa dan Alima.

Elvan langsung merebut surat wasiat itu yang ditulis tangan oleh sang kakek, dan membacanya perlahan. Elvan sangat mengenal tulisan tangan itu, karena selama ini dia lah yang selalu bersama kakeknya. Dan diajarkan untuk menjadi seorang pemimpin pun oleh sang kakek. Dan kini saat dia akan naik ke puncak pimpinan, Elvan harus memenuhi syarat untuk duduk di kursi pimpinan itu, yaitu menikahi wanita Indonesia.

Murad yang juga tak percaya, berjalan mendekati anaknya dan membaca surat wasiat itu. Dan benar, semuanya benar.

Elvan dan Murad saling berpandangan lalu menghela nafasnya bersama hingga bahu mereka turun. Pengacara lalu mengambil surat wasiat itu dan menyimpan nya ke dalam tas.

"Waktu anda satu tahun Tuan El untuk menemukan wanita yang sesuai surat wasiat ini. Dan untuk semua para cucu kalian baru akan mendapatkan pembagian harta waris, saat Tuan El sudah memenuhi syarat untuk menjadi seorang pewaris. Jika ada yang ingin kalian tanyakan silahkan. " ujar pengacara itu memandang semua anggota keluarga Khan.

Hening.

Tak ada satupun dari mereka semua yang angkat bicara. Pandangan mereka menatap iba kepada Elvan yang harus memenuhi syarat itu.

"Jika tidak ada yang ingin kalian tanyakan kepada saya, Saya undur diri, permisi. "

Setelah kepergian pengacara itu, Murad lalu membawa anaknya yang terlihat shock itu untuk duduk bersama dengan anggota keluarga lainnya. Faza sang mommy langsung memberikan minuman kepada Anaknya agar dia tenang.

"Mom, Dad apa yang harus aku lakukan? Wanita Indo? bahkan aku tidak pernah datang ke negara itu, walau aku memiliki keturunan Indonesia. " kata Elvano sambil memijit pelipisnya yang tampak pusing.

"Tenanglah nak. Disana kan ada pamanmu, Alan. kita bisa meminta bantuan beliau. Sekalian saat kau ke sana kau bisa mengunjungi makam kakek dan nenek buyutmu dan menyambangi kakek Arkan. " Ujar Murad yang mengingat sanak saudara mereka yang berada di Indo karena mereka masih sering melakukan komunikasi

Bahkan kemarin saat Nisa dan Erhan meninggal. Mereka semua menangis karena tidak dapat menghadiri pemakaman orang yang mereka cintai.

"Lalu apa aku harus menikah dengan wanita disana? sedangkan wanita disini tak kalah cantiknya, Dad. Aku hanya tinggal menunjukkan jariku, mereka sudah pasti akan memberikan tubuh mereka padaku. " Kata Elvan tak Terima.

"Itu karena mereka mengenalmu. Mengenal seorang Ryan Elvano Khan yang digadang-gadang sebagai pewaris utama keluarga kita." kata Murad dengan wajah dinginnya.

"Benar, nak. Apa kalian pernah dengar kisah cinta kakek nenek kalian yang dipertemukan melalui perjodohan online? " Faza kini menimpali.

Mereka semua mengangguk, karena mereka selalu mendengarkan kisah itu dari kakek dan nenek mereka, bahkan orang tua merekapun sering menceritakan kisah cinta kakek dan nenek mereka.

"Kenapa kakek mu, sampai mendaftarkan diri ke perjodohan online dan menyamar sebagai pegawai sipil. Sedangkan disini tak kalah banyak wanita cantik yang mau tidur dengannya secara suka rela. "

"Karena kakek tidak mau dengan wanita murahan." Ryder yang menjawab.

"Karena kakek ingin mencari seorang wanita yang tidak mengenalnya, dan tidak memandang harta. Kakek ingin mencari wanita yang tulus kepadanya." Riana ikut menimpali.

"Ya, jawaban kalian berdua benar. Kakek kalian mencari wanita yang tulus mencintai dirinya apa adanya tanpa mengetahui kalau dia adalah seorang pewaris keluarga ini. " ujar Murad.

"Dan akhirnya Mommy dan Daddy di pertemukan di situs perjodohan online. Oh, so sweet banget kisah mereka. " Kini giliran Zoya yang berbicara.

Mereka semua mengangguk setuju dengan apa yang mereka dengar. Cinta yang sangat manis, Dan akan mereka kenang selamanya.

"Jadi, El. Apa sekarang kau paham dengan maksud kami menceritakan kembali kisah kakek dan nenekmu. " tanya Murad yang melihat anaknya hanya terdiam.

Sepertinya Elvan sedang memikirkan sesuatu. Dia hanya terdiam. Telinganya mendengar ocehan semua orang. Namun otaknya sedang memikirkan sesuatu.

"Cinta sejati akan menemukan jalannya sendiri. Walau jutaan kilometer harus kau tempuh. Jika tidak disini, mungkin jodohmu ada di bumi bagian lain. " kini Si paman bijak Rayyan ikut menimpali, karena dia juga merasa kasihan dengan apa yang harus dilakukan keponakannya itu.

"Kak, kau harus berhasil mendapatkan wanita indonesia itu. Jika tidak, Aku sungguh malas jika harus bersaing berebut kekuasaan. Karena aku lebih suka bebas, tanpa harus terkekang pekerjaan yang membosankan. " Bahkan kini si kecil Nathan ikut nimbrung dalam pembicaraan serius itu.

"Iya , malas bener jika harus bersaing. Memangnya kita gila kekuasaan apa. " gerutu Ryder.

"Aku lebih suka berada di belakangmu seperti daddy Rayyan yang selalu berada dibelakang daddy Murad untuk membantu. Bukan berada dibarisan depan untuk menyelesaikan masalah. " kata Ryder lagi.

"Eh, bocah kau menyindirku ya." Rayyan langsung memiting kepala, Ryder si pembuat masalah yang sekaligus anak angkatnya itu.

Semua orang tertawa melihat kekonyolan Ryder dan Rayyan yang tak pernah akur jika bertemu. Tapi sesungguhnya mereka berdua saling menyayangi. Ketegangan sesaat itu berubah dengan canda tawa saat Ryder bersikap konyol.

Elvan tersenyum melihat kebahagiaan keluaraga ini. Dan kini dia harus membagi kebahagiaan dirinya dengan orang lain yang kelak akan dijadikan istrinya. Ah, istri bahkan Elvan belum pernah memikirkannya sebelum surat wasiat itu dibacakan tadi.

"Baiklah, aku akan terbang ke Indonesia. Rafa bersiaplah, kau yang akan ikut denganku. "

Terbang Ke Indo

"Baiklah, aku akan terbang ke Indonesia. Rafa bersiaplah, kau yang akan ikut denganku. "

Semua orang memandang tak percaya kearah Elvan. Keadaan yang tadinya riuh, kini berubah sunyi lagi. Mereka seolah mencerna apa yang dikatakan Elvan barusan.

"Seriously? " tanya Daddy Murad kepada anaknya itu.

"Iya dad. Aku serius. Dan aku akan mengajak Rafa untuk menemaniku. " kata Elvan penuh keyakinan.

"Kenapa harus Rafa kak, kenapa tidak aku saja. Aku kan adikmu. Adik kandungmu. " protes Ryder.

Elvan menghembuskan nafasnya sebelum dia menjawab pertanyaan sang adik. Dia tau kalau dia akan mendapatkan protes dari sang adik. Tapi bagaimana lagi. Pergi dengan Rafa lebih aman daripada pergi dengan Ryder.

"Maaf Ray, bukannya aku tidak mau mengajakmu. Tapi kamu disini punya tugas menjaga keluarga ini, menjaga keempat gadis kecil kita dan juga Nathan agar dia tidak berbuat aneh-aneh. Dan kau juga masih harus banyak belajar di perusahaan untuk bisa berdiri dibelakang ku kelak dan membantuku seperti katamu tadi. " jelas Elvan kenapa tidak mau mengajak Ryder.

Ryder mengerucutkan bibirnya saat mendengar alasan kakaknya yang tidak mau mengajaknya ke Indonesia. Sedangkan Semua orang mengerti dengan alasan Elvan, Rafa adalah pria yang lebih tenang dibandingkan dengan Ryder yang suka bikin rusuh. Apalagi misi kali ini adalah mencari wanita sesuai kriteria sang kakek. Jika yang menemaninya adalah Ryder, kemungkinna besar dia akan mengacau. Jadi sebaiknya dia tetap disini dan menjaga keluarga selama kepergiannya.

Rafa si manusia es yang berwajah datar dan dingin sama seperti papanya itu hanya mengangguk patuh, mengikuti permintaam sang kakak tertua.

"Jadi, kapan kau akan ke Indonesia? " tanya Murad .

"Mungkin dua hari lagi, dad. Karena aku harus menyelesaikan pekerjaanku disini terlebih dulu. "

"Ya, sudah kalau begitu. Besok daddy akan menghubungi paman Arkan dan Alan disana, kalau kau akan datang. Serta mengatakan tujuanmu datang ke Indonesia. Mungkin saja mereka memiliki pandangan wanita sesuai kriteria kakekmu. " ujar Murad.

Elvan mengangguk setuju dengan rencana daddynya. Lagi pula selama ini dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun, hanya ada beberapa wanita pengganggu saja yang mengaku-ngaku sebagai kekasihnya. Tapi Elvan selalu mengabaikan mereka dan tak pernah peduli.

Setelah mendapat wasiat itu dia sebenarnya sedikit ketar ketir. Tentang bagaimana nanti bersikap di depan wanita dan... Ah, ini semakin membuat Elvan pusing.

"Mom, Dad, Pa, ma. Aku kekamar dulu ya. Aku harus menghubungi asistenku. " pamit Elvan kepada semuanya.

Mereka semua tau kegelisahan hati Elvan, tapi mereka bersikap santai. Kini saatnya Murad menghubungi keluarganya di Indonesia dan menceritakan keadaan yang dialami Elvan saat ini. Semoga saja mereka bisa membantu.

Semua orang akhirnya membubarkan diri. Saat ini mereka sudah tidak tinggal di mansion yang sama. Zoya dan Ezra beserta anak-anaknya tinggal di rumah orang tua Ezra yang berada di samping mansion. Sedangkan Rayyan dan Zahra membeli rumah mewah tepat di depan Mansion. Jadi walaupun mereka sudah tidak serumah, tapi masih dalam jangkauan mata. Anak-anak mereka juga lebih betah tinggal atau menginap di mansion daripada menginap dirumah mereka sendiri. Mansion utama tetap ramai walau mereka tidak tinggal satu rumah.

"Kak, apa El akan baik-baik saja? " tanya Faza kepada suaminya yang sejak tadi merasa gelisah.

"Dia akan baik-baik saja, sayang. Dia adalah seorang pria, apalagi sebentar lagi dia akan memiliki tanggung jawab besar untuk memimpin perusahaan. Jika dia lemah karena masalah wanita, maka dia tidak akan bisa menjadi pribadi yang kuat. " ujar Murad menenangkan istrinya.

"Aku tahu maksud daddy meminta Elvan mencari wanita di Indonesia seperti mommy. Karena kau tahu sendiri, wanita disini sudah tau siapa Elvan, jadi mereka mendekati Elvan pasti karena sebuah alasan bukan karena sebuah ketulusan. Jika Elvan memilih wanita seperti itu untuk dijadikan istri, maka perusahaan akan segera bangkrut. Karena apa? Karena wanita adalah pondasi rumah tangga. Jika pondasinya kuat, maka rumah itu akan tetap berdiri kokoh namun jika pondasi itu rusak atau bobrok maka tak akan lama rumah itu akan ambruk. Apa kau mengerti sekarang? " Murad menjelaskan alasan dibalik wasiat itu.

Sebenarnya Murad tidak terkejut dengan isi dari wasiat itu. Karena beberapa kali daddy Erhan selalu membahas masalah ini dengannya. Kenapa harus mencari wanita dari Indonesia. Karena orang-orang disana masih menjaga adat dan adab ketimuran mereka meski dimanapun mereka berada. Meskipun mereka juga menghormati adat kita disini. Seperti mommy dan mama Alima mereka.

"Baiklah kak, aku mengerti sekarang. Orang tua kita memang tidak pernah salah mendidik kita selama ini. " ujar Faza yang setuju dengan ucapan suaminya.

☀☀☀☀☀☀☀☀

Dua hari berlalu, akhirnya semua persiapan Elvan dan Rafasya di Turki sudah selesai. Urusan kantornya akan dialihkan kepada sang daddy dan Rayder yangvakan di bantu asistennya . Sekarang mereka berdua akan mulai melakukan misi mencari jodoh untuk sang pewaris.

Murad sudan menghubungi Paman Arkan dan sepupunya Alan untuk menjaga Elvan dan Rafa selama berada di Indonesia. Murad juga sudah menceritakan perihal sebuah amanat yang diberikan Erhan kepada Elvan. Dan meminta mereka berdua untuk mengenalkan Elvan dengan seorang wanita yang baik seperti Nisa. Dan Arkan menyanggupi itu.

Murad dan Faza mengantarkan anak dan keponakan mereka ke bandara. Elvan tidak mau naik pesawat pribadinya dan lebih memilih naik pesawat biasa dengan kelas bisnis bersama sepupunya. Mereka akan bersikap seperti rakyat jelata dan menyembunyikan identitas mereka selama disana seperti yang dilakukan oleh kakeknya untuk menemukan jodohnya.

Setelah menempuh perjalanan selama 12 jam di udara, pesawat mereka akhirnya mendarat dengan selamat di bandara Internasional Soetta Jakarta. Dua pria tampan dengan pakaian casual dan kacamata serta masker yang menempel dihidung mereka itu keluar dengan gagahnya, dan menyeret sebuah koper ditangannya.

Mereka sudah ditunggu dua pria, seorang paruh baya dan seorang lagi pria yang seumuran dengan mereka berdua dengan memegang kertas bertuliskan Elvan dan Rafa. Melihat itu Elvan dan Rafa langsung mendekati kedua pria itu dan menyapanya.

"Uncle Alan. " sapa Elvan.

"Elvan."

Mereka berdua saling berpelukan bergantian karena ini adalah kali pertama mereka saling bertemu selain berkomunikasi lewat udara.

"Akhirnya keponakanku menginjakkan kakinya juga di Indonesia. Syukurlah. Semoga setelah ini saudara kalian lainnya juga akan menginjakkan kaki mereka di negara ini. " Seloroh Alan.

"Iya uncle. Semoga saudaraku yang lainnya memiliki kesempatan untuk kemari seperti aku. " Elvan membalas selorahan pamannya itu.

"Kenalkan ini Ali anakku, dia juga sepupumu sama seperti Rafasya dan Nathan. " Alan mengenalkan anaknya yang bernama Ali kepada kedua keponakan jauhnya.

Setelah mereka saling berkenalan, akhirnya mereka segera pergi dari bandara dan menuju ke rumah Arkan kakek mereka yang juga kakak dari Nisa nenek mereka. Karena semua orang sedang berkumpul di rumah Arkan untuk menyambut kedatangan saudara jauh mereka.

"Selamat datang di negara kami, dan semoga kalian betah tinggal disini sampai Elvan menemukan tulang rusuknya. "

Perjodohan Bayi

Elvan dan Rafa sudah sampai di kediaman kakek mereka, yaitu kakek Arkan dan Alina nenek mereka. Ada juga Gita istri Alan yang sudah menunggu kedatangan saudara yang datang dari jauh. Dan dua wanita lagi yang tidak dikenali oleh Elvan dan Rafa.

"Perkenalkan, El, Raf. Ini Shafa istriku dan ini Najwa adikku. " Ali memperkenalkan orang yang tidak dikenal oleh Elvan dan Rafa.

Namun saat mereka mengulurkan tangan, kedua wanita itu tidak menyambutnya tetapi hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

"Maaf." ujar Elvan yang mengerti kalau mereka pasti tidak mau disentuh oleh seseorang yang bukan mahram.

"Tidak apa-apa. Ayo silahkan duduk. " kata Ali.

Mereka duduk dan berbincang hangat saat ini. Beruntungnya nenek mereka Nisa selalu mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak dan cucunya. Jadi di saat seperti ini, ilmu mereka bermanfaat.

"Istri dan adikku keluaran pesantren, El. Jadi, mereka menjaga diri mereka dengan menaati hukum islam yang berlaku. Tidak seperti kita. Tapi sejak menikah, alhamdulillah pengaruh baik dari istriku menular kepadaku. " cerita Ali kepada sepupunya itu

El dan Rafa mengerti sekarang. Ternyata mereka adalah wanita-wanita yang tidak mudah disentuh. Sama seperti nenek mereka.

"Jadi, apakah ini maksud kakek. Aku harus mencari sosok wanita yang masih murni. Seperti nenek Nisa dulu " batin Elvan.

"Wa, sini atuh. Jangan keluar masuk aja. Aa' mau tanya sesuatu sama kamu. Apa ada di pesantren mu sosok wanita yang belum pernah terlihat oleh siapapun? " tanya Ali kepada adiknya.

"Maksud Aa'? "

"Di pesantrenmu apa ada sosok wanita muslimah yang sholehah. " Ali mengulang pertanyaannya lebih singkat, agar adiknya mengerti.

Semua orang yang mendengarkan perbincangan kakak beradik iti hanya menggelengkan kepala.

Elvan sendiri tidak menyangka kalau Ali akan bergerak cepat mencarikan wanita sholehah untuknya. Dia hanya tersenyum kecut, padahal dia kan baru datang dan belum beristirahat sama sekali.

Dilihatnya Najwa masih berfikir keras dan mengingat-ingat apakah ada sosok seperti itu di pesantrennya. Setelah lama berfikir...

"Aha, ada A'. Namanya kak Aida Fatimah, dia adalah putri dari Kyai Amir pemilik pesantren. Orangnya... aku nggak tau A' soalnya dia pakai cadar. Tapi kalau ngaji, beuh suaranya merduuuuu banget. Terus dia juga seorang hafidzah. Kalau habis maghrib dia selalu mengajarkan ngaji kepada anak-anak kecil yang masih belajar ngaji. Orangnya sabaaaarrrr banget,nggak pernah marah meskipun muridnya bandel."

Entah mengapa saat Elvan mendengarkan penggambaran sosok Aida Fatimah hatinya merasa bergetar, darahnya seakan bergejolak. Dan jantungnya seperti dipompa begitu cepat.

"Tapi apa kamu nggak pernah lihat wajahnya, dek." tanya Ali penasaran.

"Enggak, A'. Kak Aida itu benar-benar menutup tubuhnya dengan sempurna. Hanya jari-jari tangan dan matanya saja yang terlihat. " kata Najwa.

"Memangnya kenapa sih. " tanya Najwa penasaran.

"Najwa, kamu bisa antar aku ke tempatnya Aida? " cetus Elvan tiba-tiba tanpa memikirkan apa yang dia katakan.

Semua orang melongo mendengar permintaan Elvan. Pasalnya mereka sendiri belum tahu soal Aida.

Sedangkan Alan terkekeh mendengar permintaan keponakannya itu. Sepertinya Elvan tertarik pada sosok Aida setelah mendengar cerita dari Najwa.

"Bersabarlah, El. Hari ini kamu dan Rafa Istirahat dulu. Kalian baru sampai. Besok, aku akan mengantarkan kamu ke pesantren Kyai Amir. Jangan terburu-buru. " ujar Alan sambil terkekeh.

"Alan benar, sebaiknya kita makan dulu. Lalu kalian berdua segera beristirahat." kata Kakek Arkan yang sejak tadi hanya menyimak pembicaraan anak dan cucunya.

Mereka akhirnya makan malam bersama dengan tenang. Diselingi obrolan ringan diantara mereka. Sejak tadi Rafa mencuru-curi pandang kepada sosok Najwa. Entahlah, kenapa tiba-tiba dia tertarik pada sosok wanita itu. Padahal sebelumnya, dia adalah sosok yang anti wanita.

"Raf, kamu tau nggak. Tadi waktu Najwa cerita tentang sosok Aida, tubuhku langsung bergetar. Kamu tau nggak apa artinya itu. " tanya Elvan kepada pria es itu.

Dan sepertinya Elvan salah bertanya, karena Rafa hanya menggedikkan bahunya acuh.

"Ah, sial kenapa aku lupa kalau yang aku ajak bicara adalah gunung es. Kau mana bisa merasakan yang beginian, karena hidupmu hanya kau habiskan untuk membaca buku dan dokumen. " gerutu Elvan.

"Lalu kenapa kau mengajakku, tidak mengajak Ryder saja. " Si gunung es itupun mulai bicara.

"Sebaiknya aku mengajak manusia es dari pada mengajak manusia pembawa masalah. " kata Elvan lalu dia membaringkan tubunya.

Di luar kamar, Arkan dan Alan serta Ali sedang berbicara serius tentang Elvan dan Aida. Mereka tidak menyangka kalau Elvan akan terpancing dengan ucapan Najwa tentang sosok Aida.

"Bagimana, yah. Apa kita harus memberitahu Kyai Amir tentang kedatangan Elvan? " tanya Alan kepada ayahnya.

"Sepertinya memang kita harus memberi tahu Kyai Amir. Jika dia tidak diberitahu, aku takut pak Kyai akan shock. Namun jika sudah diberitahu Kyai Amir pasti akan bersiap menyambut kedatangan Elvan. " ucap Arkan.

"Baiklah, kalau begitu Aku akan menghubungi Kyai Amir kalau cucu dari penyuntik dana pondok pesantren nya sudah datang. Untuk menjemput jodohnya. " kata Alan sambil terkekeh.

"Maksudnya? " tanya Ali yang tidak mengerti pembicaraan kedua orang tua di hadapannya.

Alan menceritakan kepada Ali apa yang sebenarnya terjadi. Tentang hubungan keluarga mereka yang di Turki dengan pondok pesantren milik Kyai Amir itu.

Flashback

Dulu 20 tahun yang lalu, Erhan dan Nisa pernah berkunjung ke Indonesia. Dan berjalan-jalan di sekitar pesantren dengan berjalan kaki. Kala itu pesantren belum ada, tapi mereka melihat sebuah rumah sederhana dengan sebuah bangunan yang terbuat dari bambu, namun banyak anak-anak ngaji di dalamnya.

Erhan dan Nisa mendekat dan melihat-lihat disekitanya. Ustadz Amir mendekati kedua sejoli yang sedang melihat-lihat muridnya yang sedang mengaji. Dan bertanya kepada mereka.

"Apa ada yang bisa saya bantu?"

Nisa dan Erhan saling berpandangan dan tersenyum kepada ustadz Amir. Mereka akhirnya berbicara kesana kemari, ustadz Amir mengatakan kalau dia ingin memiliki sebuah pesantren agar bisa membagi ilmunya dan Ilmunya bisa bermanfaat di dunia dan di akhirat dan bisa jadi amal jariyah kelak.

Erhan tersenyum, dan dia pun menawarkan sebuah kesepakatan kepada ustadz Amir. Seorang anak bayi baru lahir yang berada dipangkuan Nisa inilah yang akan menjadi penentunya.

"Saya akan membuatkan pesantren untuk anda Ustadz. Bahkan saya akan menggelontorkan dana ke pesantren itu tiap bulannya, jika anda mau. Tapi dengan satu syarat. " ucap Erhan dengan mantap.

"Maksud anda? Syarat? "

"Iya, satu syarat. Aku meminta seorang putri mu yang masih bayi ini untuk menjadi cucu menantuku kelak. Aku ingin kau menjaga dan merawatnya dengan baik. Menjadikannya sebuah berlian yang tak tersentuh. Jadikan Dia seorang wanita yang lemah lembut tapi juga berkarakter kuat. Kelak 20 tahun lagi dia akan di jemput oleh cucuku. Dan akan menjadi cucu menantuku. "

Ustadz Amir dan istrinya saling berpandangan mereka benar-benar tidak menyangka kalau pria di hadapannya memberikan penawaran yang aneh kepadanya. Apa mungkin? sebuah pesantren? itukan membutuhkan biaya yang banyak.

"Bagaimana ustadz. Jadi kedatangan saya kemari ingin melamar anak anda itu, dengan sebuah pesantren sebagai seserahan. Saya bukan penipu atau pembohong. Jika anda tidak percaya, anda bisa datang ke rumah pak Ibnu. Untuk mengetahui kebenarannya."

Setelah beberapa hari ustadz Amir mencari tahu tentang Erhan melalui pak Ibnu, akhirnya ustadz Amir menyetujui rencana perjodohan putri bungsunya dengan cucu Erhan yang bernama Elvan. Perjodohan itu hanya diketahui Pak Ibnu, Arkan dan Alan sedangkan keluarga di Turki tidak tahu sama sekali.

Nisa memberikan sebuah kalung bertahtakan cincin berlian kepada bayi kecil itu dan mengalungkan keleher si bayi.

"Ini adalah pengikat anakmu, kalau dia sudah menjadi calon menantu kami kelak. Jika dia sudah dewasa gunakan cincin itu dijarinya,atau menunggu cucu kami yang menyematkannya di jarinya nanti" kata Nisa sambil tersenyum melihat wajah cantik bayi yang berada dalam gendongan ibunya.

Sejak saat itu, ustadz Amir dan istrinya menjaga Aida Fatimah dengan ketat, bahkan dalam berpakaian. Dia menggunakan pakaian tertutup, agar tidak ada seorangpun yang bisa melihat kecantikannya selain suaminya kelak. Aida sendiri sudah tahu, kalau dia sudah bertunangan dengan seorang pria sejak dia bayi dari kedua orangtuanya. Dan memberikan pesantren ini sebagai seserahan untuknya dan keluarga.

Sejak tahu hal Itu Aida semakin menjaga dirinya, dari semua orang. Dia hanya akan menyerahkan dirinya nanti untuk suaminya yang sudah membantu keuangan keluarganya selama ini. Aida diajarkan untuk tidak menjadi kacang yang lupa akan kulitnya.

Flashback Off

Di rumah Kyai Amir.

Kyai Amir yang sedang bersantai tiba-tiba mendapat telpon dari Alan. Beliau langsung mengangkat panggilan dan menyapanya.

"Hallo, Assalamu'alaikum. Ada apa nak Alan? " sapa Kyai Amir.

"Wa'alaikum salam. Maaf mengganggu, Kyai. Cuma mau mengabarkan, besok saya dan Ali akan datang ke pesantren mengantarkan seseorang. "

"Oh, ya silahkan saja, Nak Alan. Memangnya siapa yang akan kemari? " tanya Kyai Amir penasaran.

"Calon suami Aida dari Turki sudah datang Kyai. "

Deg.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!