Catatan Akhir Sekolah eh ... Catatan Author.
Jadi begini... The Blairs ini berisikan lima cerita dari keturunan Edward dan Stephen Blair yang tinggal di New York. Mereka adalah Duncan dan Scarlett, putra dan putri Bayu O'Grady dan Ajeng Pratiwi. Aslan dan Diana, putra dan putri Omar Zidane dan Nadya Blair. Terakhir Indiana, putra Nelson Blair dan Marisol Braga.
Duncan memilih menjadi seorang peneliti dan bekerja di Jang Corp, perusahan milik Omanya Jang Geun-moon. Scarlett memilih mengambil profesi dokter dan mengambil spesialis bedah. Aslan, Diana dan Indiana memilih meneruskan tradisi keturunan Stephen Blair, menjadi pengacara Blair and Blair advocate mengingat sepupu mereka tidak ada yang tidak mereog dan seringkali membuat pusing para pengacara Blair jadi mereka seperti penjaga mereka.
Novel ini akan ada lima cerita dengan kekacauan masing - masing. Dan ini adalah Burberry nya ...
Duncan Blair O'Grady adalah seorang peneliti macam ayahnya, Bayu O'Grady. Di kantor Jang Corp, Duncan bertemu dengan seorang gadis bernama Serena Kirrin yang ternyata adalah agen MI6 yang menyamar untuk menangkap mata-mata Inggris pengkhianat yang kabur ke Amerika dan diduga masuk ke dalam perusahaan milik keluarga Duncan. Ketika Duncan mengetahui identitas asli Serena, keduanya berjibaku menangkap si mata-mata yang super licin itu.
***
Scarlett Blair O'Grady tanpa sengaja menabrak James 'Jack' O'Connor usai pulang dari jaga rumah sakit akibat mengantuk. Jack yang merupakan pilot pesawat tempur angkatan udara, merasa bahwa calon dokter itu harus bertanggungjawab dan Scarlett menyanggupinya. Dua orang yang sama-sama keras kepala itu, tidak pernah akur. Namun saat Jack hilang saat melakukan misi rahasia, Scarlett meminta keluarga nya untuk membantu mencari pria menyebalkan itu.
***
Aslan Blair Zidane adalah seorang pengacara muda yang sedang naik daun, harus bekerja sama dengan Adeeva Aamir, teman kuliahnya di Harvard Law School, yang menjadi pengacara AJ Corp Dubai untuk memecahkan kasus penggelapan. Aslan sangat sebal dengan gadis cantik yang super ngeyel namun cerdas karena seringkali dirinya kalah debat dengan Dev, panggilan Adeeva. Namun ciuman tidak sengaja keduanya, membuat mereka merasakan bahwa something happened between them.
***
Diana Blair Zidane adalah gambaran ibunya, Nadya Blair ... Receh, seenaknya dan sebodo amat kalau sudah keluar Membagongkannya. Saat menghadiri acara di Dubai, Diana meninju Rauf Khalid karena tanpa sengaja melihat asetnya.
Rauf yang merupakan keponakan Kalila Al Jordan dari pihak suaminya, Alexander Khalid, terpesona dengan gadis receh itu. Namun Diana menganggap ipar Nemu itu hanya emosi sesaat tapi bagaimana jika Rauf serius dengannya?
***
Karolina Jameson menikah dengan pria dicintainya tapi saat malam pertama, pria itu main tangan ke wajahnya. Malam itu juga, Karolina pergi meninggalkan suaminya.
Di perjalanan, Karolina ditolong oleh Indiana Blair yang baru saja keluar dari kantornya. Karolina meminta tolong pada Indy untuk membuatnya bercerai dari suaminya meskipun baru sehari menikah. Tanpa sadar, selama proses itu, Indy dan Karolina saling tertarik.
Note.
Karolina tidak ada hubungannya dengan agen Tony Jameson. Hanya sama nama belakang.
***
Ini baru pengenalan tokoh dan Burberry nya. Kapan cerita selanjutnya... Akan dilanjutkan secepatnya. Semoga kalian tidak bosan dengan keluarga Pratomo.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Duncan manyun di garasi rumah keluarga O'Grady. Semenjak Ajeng melahirkan Scarlett, Bayu memilih membeli sebuah rumah di Manhattan dan penthouse mereka sewakan karena Ajeng tidak mengijinkan untuk dijual.
Kini Duncan pun manyun harus mencuci lima mobil koleksi ayahnya gara-gara dia dan keempat saudaranya mendapatkan hukuman dari kampusnya, Harvard University. Scarlett pun mendapatkan hukuman yang sama, membersihkan kamar mandi dan dapur.
Jika kalian berpikir menjadi anak keluarga Sultan akan dimanja, kalian salah besar. Tidak ada yang namanya easy way ! Jika kami berkelahi di sekolah, kampus ... Dan kalian berpikir kami bebas.. Wrong ! Kami tetap mendapatkan hukuman yang sering di luar Nurul !
Selama ini hukuman yang sudah didapat aku dan Scarlett selain cuci mobil, bersih-bersih rumah... Membersihkan mansion Blair. Aku permah membersihkan kolam dengan sikat gigi, Scarlett mencuci semua seprai ... Jadi ada reward dari bapak Bayu dan Ibu Ajeng kalau kami nakal.
Tidak ada pembelaan dan soal telinga kami dijewer... Sudah khatam ! Beruntung telinga kami buatan Allah, coba kalau buatan panci ... Udah penyok dan paling parah, putus man.
"Mas Duncaaannn !" panggil adiknya Scarlett yang berbeda usia dua tahun darinya. "Dipanggil mama ! Makan dulu !"
"Yaaaa !" Duncan menyelesaikan melap mobil Range Rover Bayu dan kemudian meninggalkan di halaman agar kering terkena matahari musim semi.
Rumah keluarga O'Grady termasuk sederhana dibandingkan dengan Mansion Blair yang berada di Staten Island. Bayu dan Ajeng memilih rumah ini karena lingkungannya damai dan tenang meskipun tiap pagi Bayu harus menempuh perjalanan sampai setengah jam ke gedung PRC tapi bagi pasangan suami istri itu, rumah dengan halaman luas itu worth it.
Duncan mencuci tangan sebelum masuk ke dalam rumah. Mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek, pria berusia 20 tahun yang memiliki tubuh dan perawakan mirip sang ayah termasuk mata birunya, masuk ke rumah bernuansa abu-abu.
"Makan D. Sudah selesai mencuci mobil papamu?" tanya Ajeng sambil meletakkan semangkuk sup iga kesukaan suami dan anak-anaknya.
"Sudah mamaku sayang" jawab Duncan sambil mencium pipi Ajeng dan mengelap keringat di lehernya di baju ibunya.
"Iiiissshhh D ! Jorok ! Mandi sana ! Niru siapa sih !" Ajeng berteriak heboh karena bajunya basah terkena keringat putra sulungnya.
"Mas Arsya... Kan pangeran satu itu terkenal ganteng tapi jorok sesuai ajaran Oom Trio kampret..." jawab Duncan cuek.
"Jangan kamu tiru pangeran ganteng tapi jorok itu ! Mama tidak pernah ngajari kamu jorok !" omel Ajeng yang gemas dengan keponakannya yang pangeran Belgia. "Sudah jadi bapak kok masih saja sok jorok sih Arsya itu !"
Duncan hanya nyengir. "Mandi aaaahhh..." Pria jangkung bermata biru itu pun ngeloyor menuju kamarnya.
"Mandi sana !" Ajeng harus beristighfar banyak-banyak menghadapi putranya yang super menggemaskan dan menjengkelkan. Definisi mas Bayu mix Opa Edward dan Opa Abimanyu deh !
***
Bayu, Ajeng, Duncan dan Scarlett kini duduk makan siang bersama. Hari ini adalah hari terakhir mereka berdua diskors dari Harvard University bersama dengan ketiga sepupunya, Aslan dan Diana Blair Zidane serta Indiana 'Indy' Blair.
Kelima bersaudara yang kuliah di kampus bergengsi yang sama itu tapi beda fakultas, memang mendapatkan skors akibat Duncan menghajar dosennya yang membuat teman kuliahnya keguguran akibat obat yang ditaruh di minuman. Teman Duncan bernama Susan, memang berhubungan dengan salah satu dosen hingga hamil. Susan tidak meminta pertanggungjawaban karena dia merasa mampu mengasuh calon anaknya tapi dosen itu malah membunuh darah dagingnya sendiri. ( Baca My 100th Secretary episode The Blairs - Bonchap ).
Akibat acara main hakim sendiri, semua Blair bersaudara pun kena meskipun mereka memisahkan Duncan dari acara baku hantam. Duncan sendiri kuliah di tingkat akhir jurusan kimia dan matematika fakultas science Harvard. Adiknya, Scarlett, kuliah di fakultas kedokteran. Tiga Blair lainnya, Aslan dan adiknya Diana serta Indiana, sepupu kandungnya, kuliah di Harvard Law School seperti orang tuanya.
"Besok kalian kembali ke Harvard kan?" ucap Bayu.
"Iya pa..." jawab Duncan dan Scarlett bersamaan.
"Jangan bikin perkara lagi D. Papa capek bolak balik ketemu kepala sekolah, dekan sampai rektor !" omel Bayu.
"Macam papa nggak pernah saja..." gumam Duncan yang langsung mendapatkan tatapan tajam Bayu. "Mau minta ditambah hukumannya? Semua fasilitas papa tarik?"
"Eh jangan-jangan... Merana aku pa... Nggak bisa jajan... Mana adikku satu ini pelitnya minta ampun !" Duncan melirik judes ke Scarlett yang memasang wajah lempeng.
"Nggak pelit, nggak kaya !" balas Scarlett.
"Sama kakak sendiri tahu nggak O'Hara!"
"Lha salah sendiri elu panasan, Dodol !"
"Kalian mau mama suruh bersihin genteng?" ancam Ajeng melihat keributan kedua anaknya. "Mumpung matahari bersinar terik !"
Duncan dan Scarlett langsung menunduk. "Nggak Ma..."
"Haddeeehhh... Ubanku tambah banyak deh!" gerutu Ajeng kesal.
"Lha Mama kan memang sudah wayahe ubanan..." celetuk Duncan.
"Fix ! Bersihkan kamar mandi kamu habis makan !" ucap Ajeng judes.
"Whaaaatttt?" seru Duncan memelas. "Kemarin kan habis dibersihkan ..." Scarlett cekikikan melihat wajah memelas kakaknya.
"Kapok !"
***
Kediaman Keluarga Zidane
"Jangan bikin ulah ! Jangan berantem ! Jangan nyolong..." nasehat Nadya Blair ke kedua anaknya.
"Nyolong apa?" balas Aslan yang memiliki wajah perpaduan antara ayahnya Omar Zidane dan ibunya Nadya Blair, sedangkan Diana sangat mirip dengan Nadya sampai ke acara recehnya.
"Kamu kan hobi nyolong roti di Starbucks tempat kamu kerja part time ! Jangan mentang-mentang mommymu ini pengacara dan Daddymu chief FBI jadi kamu seenaknya saja anak singa ! Belum tahu ya kalau emak singa ini Ngamuk !" pelotot Nadya yang mendapatkan laporan dari manajer Starbucks.
"Aku itu nyolong tapi aku bayar menjelang tutupan. Lagipula itu roti kan tidak bakalan di display besoknya. Jadi aku ambil, aku bayar dan aku bagi-bagi ke homeless..." jawab Aslan. "Diana tahu juga tuh !"
Diana yang sedang asyik nonton Netflix, menoleh ketika namanya disebut oleh kakaknya. "Apaan ? Mas Aslan nyolong ? Memang ! Dia kan sok jadi Robin Hood padahal nggak mirip sama sekali sama Kevin Costner !"
Aslan mendelik dan melempar bantal ke adik perempuannya. "Mommmmyyyy ! Mas Singa jelek nakaaaaallll !" adu Diana. "Rambutku kan berantakan iniiiii !"
Nadya memegang pelipisnya karena pusing mendengar keributan Aslan dan Diana macam mereka masih kecil saja.
"Aslan ! Cuci piring ! Diana ! Bersihkan dapur !" perintah Nadya galak. Hari ini dia sampai tidak ke kantor karena hendak memberikan tausiyah ke kedua anaknya tapi tampaknya percuma saja...
"Moooommm !" protes kedua anaknya.
"Pilih itu atau mommy kirim ke Quantico !" Bentak Nadya kesal.
Aslan dan Diana pun berdiri lalu berjalan menuju dapur untuk melakukan perintah ibunya.
***
Kantor Pengacara Blair and Blair Manhattan New York
Indiana manyun saat dirinya harus membereskan semua arsip kasus - kasus dari kantor pengacara ayahnya, Nelson Blair, terutama dari jaman Opanya, Travis Blair. Si bungsu dari The Blairs itu memegang kedua matanya yang pedas melihat layar monitor.
Selama dua Minggu mendapatkan hukuman skorsing gara-gara ikutan memisahkan Duncan yang berkelahi, Indiana yang biasa dipanggil Indy, diseret ayahnya untuk bagian arsip.
Bagi Indy, pekerjaan pengarsipan itu paling menyebalkan tapi juga menyenangkan karena bisa tahu berbagai macam kasus yang ditangani dari jaman Opa buyutnya Stephen Blair hingga ayahnya, Nelson.
"Aaaahhh besok lagi aku nggak mau ikutan gegeran sama keempat orang panasan itu ! Sepet nih mataaaaa !" teriak Indy dari ruang kerja Nadya yang kosong. "Nasib, nasib lahir di keluarga bodo amat hajar dulu mikir belakangan !"
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Kelima anggota keluarga Blair tiba di rumah yang mereka tempati selama kuliah hampir bersamaan. Duncan datang terlebih dahulu bersama Scarlett dengan mobil BMW SUV nya lalu lima belas menit kemudian Aslan dan Diana datang dengan mobil Mercedez SUV dan terakhir Indiana datang dengan mobil mini Cooper nya.
"Kalian dapat tausiyah?" tanya Duncan ke adik-adiknya. Meskipun usia Duncan dan Aslan hanya berbeda beberapa bulan, tapi tetap saja pria bermata biru itu mengangkat dirinya sebagai kakak tertua.
"Tausyiah dan hukuman. Seriously D ! Besok lagi kalau elu gelut, gue kagak mau ikutan !" sungut Aslan yang harus bagian cuci piring dan ngepel rumah. Meskipun jaman semakin canggih, tapi Nadya tetap sadis menghukum kedua anaknya. Ngepel dengan kain pel model jadul, yang harus berjongkok - jongkok.
"Hei, sesuai dengan motto kan? No rusuh no life..." cengir Duncan.
"Shut up !" balas Indiana sambil masuk ke dalam rumah. "Mataku pedas mantengin kasus bokap, tahu nggak !"
"Setidaknya kan kamu cuma urus arsip, Indy" balas Diana.
"Tapi kamu kan di rumah ! Bisa nonton Netflix, tidur siang ... Aku apa kabar, Di !" omel Indy. "Pokoknya besok kalau aku sudah jadi pengacara, kagak mau belain Duncan Blair ! Bikin pusing !"
***
Lima Tahun Kemudian, Jang Corp Factory Poughkeepsie New York
Duncan melepaskan kacamata anti radiasinya setelah hampir sepagi ini menatap layar monitor untuk membuat formula senjata spionase yang terbaru. Duncan bukannya tidak tahu bahwa dulu saat dia masih junior high school, kakaknya terlibat gegeran di Turin dan Brazil. ( Baca Mafia dan Yakuza Brothers ). Bahkan sampai Omanya, Jang Geun-moon, maju ke Senat dan melawan CIA.
Duncan mengakui bahwa keluarganya sangat - sangat berani apalagi jika mereka tidak berbuat salah, maka semuanya akan mereka lawan. Tak heran prinsip itu dipegang oleh semua keturunannya.
Pria berusia 25 tahun itu pun berdiri dari tempat duduknya lalu merenggangkan punggungnya dan melakukan gerakan ke kiri dan kanan untuk melemaskan pinggangnya. Setelahnya Duncan keluar dari ruang kerjanya dan mengunci pintunya. Seperti ayahnya, Duncan sangat suka membuat dan meneliti sesuatu.
Di usianya ke 15, Duncan bahkan mematenkan peluru tembus pandang yang berisikan obat bius dosis tinggi. Bahkan pria itu berkolaborasi dengan adik sepupunya yang super mereog, Raihanun Park, yang hobi membuat formula macam-macam.
Duncan, Raihanun dan sepupunya yang lain, Ararya Rao, suka membuat macam-macam penelitian. Jika Raihanun memilih kuliah di teknik sipil, Ararya adalah dokter yang lebih suka bekerja sebagai peneliti obat terutama obat tradisional herbal. Tak heran jika dia memilih terbang ke Shanghai mengambil pendidikan Farmakologi dan toksikologi di Fudan University karena paling lengkap.
Duncan pun berjalan menuju cafetaria perusahaan milik Jang Geun-moon dan sekarang dipegang oleh Giordano Smith, putranya. Meskipun Gio adalah Oomnya Duncan, tapi pria itu tetap profesional. Jika Duncan berbuat kesalahan, tidak segan Oomnya itu menegur. Bagi Duncan, hal itu bukan masalah karena Gio berhak melakukannya dan hal itu memacu Duncan untuk tidak berbuat kesalahan lagi.
Pria bermata biru seperti ayah dan opa buyutnya tiba di cafetaria dan segera memilih menu makan siang. Usai membayar dengan kartu perusahaan, Duncan pun duduk di tempat yang masih kosong apalagi jam makan siang pasti penuhnya.
Duncan menikmati makan siangnya ketika melihat seorang gadis membawa nampan celingukan mencari tempat duduk. Biasanya Duncan bodo amat dengan orang yang bingung cari meja kosong tapi entah kenapa hari ini dia baru melihat gadis berambut coklat dengan dicepol tinggi.
"Hei ! You ! Bun hair !" panggil Duncan membuat gadis itu menoleh ke Duncan. "Sit here !"
Gadis itu berjalan menghampiri Duncan dan duduk di hadapannya. "Thank you. Aku sudah lapar tapi meja semua penuh..." ucap gadis itu dengan suara merdu beraksen Inggris.
"British?" tanya Duncan cuek.
"Yes. Aku dari London. Namaku Serena Kirrin. Baru seminggu kerja disini. Siapa namamu?" tanya gadis cantik itu.
"Duncan O'Grady" jawab Duncan.
"Brit?"
"Mix... A lot" jawab Duncan sambil minum es tehnya.
"Really? Apa saja?" tanya Serena sambil menyesap kopinya.
"Brit, scotish, Irish, Javanese, American."
Mata biru Serena terbelalak yang membuat Duncan merasa geli melihat wajah gadis itu lucu dan menggemaskan. "Semua kamu borong? Maksud aku yang dari Great Britain. Kurang Welsh !" gelak Serena.
"Mau gimana lagi?" Duncan mengedikkan bahunya.
"Kamu Irish decent?" tanya Serena.
"Yup" jawab Duncan.
"Mar sin, is féidir leat Gaeilge a labhairt ( Jadi, kamu bisa bicara Irish Gaelic )?" tanya Serena dengan wajah usil.
"An bhfuil tú ag tástáil orm ( kamu ngetes aku )?" balas Duncan membuat Serena tertawa.
"Ternyata pindah pekerjaan disini tidak membuat aku homesick kalau ada teman yang bisa Irish Gaelic..." ucap Serena senang.
"Kamu Irish decent juga?" Duncan menatap Serena bingung.
"Memang nama belakang Kirrin darimana, O'Grady?" gelak Serena. "I'm an Irish decent tapi lama di London."
"Well, aku kan tidak hapal" jawab Duncan sambil manyun.
"Apa karena rambutku tidak Brunette karena rata-rata Irish pasti rambutnya Brunette ( coklat )?" Serena memakan ikannya. "This is so good."
"Probably. Aku dan adikku sama-sama Brunette" jawab Duncan. "Eh tapi Oma ku juga blonde ... Karena Oma buyut ku blonde tapi opa buyut masuk Brunette. Kalau papaku memang Brunette. Tunggu Kirrin, kita membahas apa sih?"
Serena tergelak. "Ya ampun O'Grady... Kamu pasti terlalu keras bekerja jadi otakmu kacau."
"Perhaps. Kamu di divisi apa?" tanya Duncan.
"HRD. Sejujurnya aku bosan di London dan iseng melamar kemari via LinkedIn dan dipanggil wawancara. Eh langsung di hire dan sekarang aku masih mencari apartemen yang cocok" jawab Serena.
"Cari studio atau dua bedroom?" Duncan menatap gadis yang tampak santai itu.
"Kalau bisa dua bedroom. Apa kamu ada pandangan di Poughkeepsie ini? Sebab awalnya aku kira akan bekerja di New York tapi ternyata ini jauh dari New York."
"Satu setengah jam kalau naik mobil dan hampir tiga jam naik kereta. Aku juga sama dengan mu. Anak Manhattan New York yang menyasar disini... Dan tidak jelek amat karena lebih tenang daripada Tembok Beton."
"Wah, kita sama-sama dari kota padat ke kota yang lebih tenang" senyum Serena.
"Bagaimana besok Minggu aku temani mencari apartemen? Mumpung aku tidak pulang ke Manhattan karena kedua orang tuaku sedang ke Dubai" tawar Duncan.
"Serius?" Mata biru Serena tampak berbinar. "Alhamdulillah, ada temannya mencari apartemen sebab tinggal di hotel boros."
Duncan tertegun. "Alhamdulillah?"
"Yes, I'm a Muslim. Apakah kamu tahu, Islam adalah agama ketiga terbesar di Irlandia setelah katolik dan protestan?" jawab Serena.
Duncan tersenyum. "Assalamualaikum Serena Kirrin..."
Serena semakin sumringah. "Wa'alaikum salam Duncan O'Grady."
Duncan Blair O'Grady
Introducing Serena Kirrin
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!