NovelToon NovelToon

Pernikahan Dengan MR Aroggant

Bab 1

"Shasha, cepat bersihkan, Tuan Aidan akan segera datang."Tintah Amel teman 1 kerjaan Shasha.

"Iya, iya." Balas Quinsha yang dengan cepat mengelap meja dan merapikan barang barang itu dengan rapi.

"Sudah belum?." Tanya Amel yang sudah menunggu di luar pintu, Quinsha pun mengiyakan dan lekas akan meninggalkan ruangan itu, namun baru saja akan melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu, kaki Quinsha terhenti ketika ia mengingat kalau ia melupakan ponsel nya yang ia letakan di atas meja. Sementara Amel sudah berjalan lebih dulu mengira Quinsha ada di belakangnya.

Quinsha pun menoleh dan benar saja, ia melihat ponsel nya masih terletak di atas meja. Dengan segera ia bergegas masuk kembali untuk mengambil ponsel nya tanpa menghiraukan peringatan Amel kalau Tuan Aidan yang sudah akan sampai di ruangan itu.

Benar saja, saat Quinsha mendapatkan ponsel nya dan tersenyum, Ia membalikan tubuh nya untuk pergi, namun terkejut saat ia tidak sengaja menabrak Aidan yang sedang berdiri di belakang nya.

Senyum Quinsha yang tadi mekar saat mendapatkan ponsel nya pun memudar menjadi rasa khawatir dan takut. Ia melihat tuan Aidan dan Asisten nya Ken menatap diri nya. Dengan segera ia menundukkan kepala nya, Ucapan kata maaf pun dengan mudah keluar dari mulut nya, meski ia tidak merasa berbuat salah.

"Ma-maaf Tuan."Ucap Quinsha tanpa berani mengangkat wajah nya.

"Untuk apa kau disini?." Pertanyaan itu tajam, Quinsha tak berani mengangkat wajah nya, ia sudah bisa membayangkan bagaimana sorotan Mata Tajam Aidan pada nya.

"Saya baru saja membersihkan ruangan anda Tuan."Balas Quinsha gugup, rasanya kaki dan tangan nya panas dingin.

"Apa kau tidak baca peraturan kalau aku tidak mau melihat orang menjijikan seperti mu ada di ruangan ku."Ucap Aidan.

Yah, Aidan sangat terkenal tidak menyukai orang miskin seperti diri nya. Namun orang seperti Quinsha hanya bisa menunduk tanpa berani membuka suara untuk melawan. meski ingin rasanya ia bertanya "memang ada apa dengan orang miskin seperti diri nya, bukan kah kami juga manusia seperti dirimu."Namun pertanyaan itu hanya bisa ia telan di dalam hati nya.

Bagi Quinsha cacian dan hinaan seperti itu sudah biasa ia terima, bahkan di keluarga nya sendiri pun ia masih menerima hinaan setiap hari nya.

Aidan mengunakan tangan nya menyapu bagian dimana Quinsha tanpa sengaja menabrak nya, seperti sedang menyapu kotoran yang sangat kotor hingga harus segera ia bersihkan. lagi lagi Quinsha hanya bisa menelan rasa sakit hati nya dalam dalam. Apa dia sekotor itu hingga diperlakukan seperti itu.

"Untuk apa kau masih diam disini. Cepat Keluar!." bentak Aidan membuat Quinsha sangat terkejut dan lekas meninggalkan ruangan itu dengan tergesa gesa.

Quinsha yang di marahi oleh Tuan Aidan pun menjadi perbincangan di kantor. Karena pagi pagi Quinsha sudah membuat Aidan marah.

Pagi itu juga Quinsha merasa sangat tidak bersemangat melakukan pekerjaan apa pun.

"Udah kali mulut nya. bete gitu. Kamu kan da Tahu Kalau Tuan Aidan tidak suka kalau kita masih di ruangan nya saat kita datang."Ucap Amel.

"Memang nya apa salah kita Mel, sampai kita semenjijikan itu bagi dia, sampai dia tidak mau melihat kita orang miskin di ruangan nya."Ucap Quinsha.

"Bukan nya sudah biasa ya kita di gitukan orang kaya, Orang kaya kan memang seenaknya sama kita, jadi sudah tidak heran kan."Balas Amel.

"Kenapa ya Mel, Nasib kita gak adil banget, kenapa harus ada perbedaan orang kaya dan Miskin di dunia ini."Ucap Quinsha yang merasa kehidupan nya sangat miris menjadi orang kaya, Ingin ia menyalahkan Tuhan Karena memposisikan diri nya menjadi orang yang tidak berdaya dan hanya bisa di tindas.

"Yah, kalau orang di dunia ini kaya semua, lalu siapa yang bersihkan meja berdebu, buat kopi."Ucap Amel sembari membuat kopi untuk para Staf.

Mendengar ucapan Amel Quinsha pun tertawa. Amel pun tersenyum saat ia melihat Sahabat nya itu tertawa.

"Nah, gitu baru bisa semangat kerja, Selama sebulan kau bekerja disini, kamu belum pernah mengantarkan kopi untuk para Staf kan, sekarang giliran mu, biar nanti kalau aku tidak bekerja kau bisa melakukan nya." Ujar Amel. Quinsha pun mengangguk dengan semangat, mengiyakan untuk melakukan tugas baru untuk nya.

Quinsha memang baru bekerja sebulan di perusahaan ini sebagai Office girl, namun ia baru sekedar melakukan pekerjaan bersih bersih, Quinsha pun dengan senang hati melakukan tugas baru yang di berikan Amel pada nya.

"Semua ini aku antar?." Tanya Quinsha.

"Iya, kecuali yang ini milik Tuan Aidan aku yang akan mengantar nya."Ucap Amel.

Quinsha sendiri tahu Amel memang di tugaskan oleh Asisten Tuan Aidan untuk membuat Kopi susu setiap hari untuk atasan nya itu dan Rasa pun tidak boleh berubah harus seperti takaran seperti biasa.

Quinsha pun mulai mengantarkan kopi di ikuti oleh Amel. Dengan hati hati Quinsha belajar.

"Ini Ruangan Tuan Jesen sepupu Tuan Aidan."Ucap Amel sembari mengetuk pintu.

Kedua nya pun masuk setelah mengetuk pintu.

"Pagi pak Jesen."

"Pagi."Balas laki laki itu dengan ramah.

Quinsha yang melihat laki laki itu pun sempat terpesona, laki laki itu memang memiliki wajah yang sangat tampan, bahkan lebih tampan dari Aidan yang memang terkenal sebagai bos yang tampan, namun juga terkenal Arogan.

Berbeda dengan sambutan Aidan pada diri nya, Sosok Jesen sangat lah lembut dan ramah, ia tersenyum melihat Quinsha saat wanita itu menaruh kopi di atas meja nya.

"Siapa Nama mu?."

"Quinsha Tuan."

"Boleh kita berkenalan?." tanya Jesen penuh pesona. dengan ragu Quinsha mengangguk pelan dan menyambut tangan Jesen yang lebih dulu ia ulurkan pada diri nya.

"Jesen."

"Quinsha."

"Nama yang indah."

"Makasih Tuan."

Amel yang berdiri di depan meja pun hanya diam melihat bagaimana Jesen yang tebar pesona pada Quinsha.

"Amel."

"Iya Tuan."

"Aku ingin dia yang membuat teh ku setiap hari. Mulai besok."Ucap Jesen.

"Baik Tuan."

"Saya permisi dulu Tuan."Ucap Quinsha. Jesen pun mengangguk sembari tersenyum melihat wanita itu pergi meninggalkan ruangan nya.

Jesen merasa sangat jarang menemukan wanita office Girl yang cantik dan manis seperti Quinsha. Meski pun tanpa riasan namun Quinsha masih terlihat cantik.

Jesen tersenyum, menyandarkan tubuh nya saat mengingat Quinsha.

"Hati hati dengan Tuan Jesen. Dia itu terkenal Playboy, pacarnya banyak dimana mana."Ucap Amel mengingatkan sahabat nya. karena melihat Jesen seperti nya akan mengincar sahabat nya itu.

Bab 2

"Hati hati dengan Tuan Jesen. Dia itu terkenal Playboy, pacarnya banyak dimana mana."Ucap Amel mengingatkan sahabat nya. karena melihat Jesen seperti nya akan mengincar sahabat nya itu.

"Memang nya dia mau pada orang orang macam kita?." Tanya Quinsha. Karena jika itu sepupu Aidan, harus nya mereka memiliki karakter yang sama, tidak menyukai wanita miskin seperti diri nya.

"Aku pun tidak tahu, tapi yang ku tahu, Semua kekasih Tuan Jesen itu cantik cantik dan penampilan elegant. Tidak seperti kita. "tutur nya.

"Bagaimana kau tahu?."

"Ya, kekasih nya sering datang dan wanita nya selalu Gonta ganti setiap Minggu nya."Ucap Amel. Quinsha pun mengangguk mengerti.

•••

Saat Quinsha sedang bekerja membersihkan sampah yang berserakan di lantai, ia di kejutkan Jesen yang datang menghampiri nya.

"Hi Quinsha" Sapa Jesen.

"Panggil saja Shasha Tuan."

Mengetahui seperti apa sifat Jesen dan tujuan laki laki itu, Quinsha tak begitu menghiraukan nya, hanya membalas nya layak nya bawahan dan atasan.

"Baiklah, tapi nama kamu terlalu indah untuk di ubah."

"Terima kasih Tuan."

"Kamu belum pulang?." Tanya Jesen.

"Sebentar lagi Tuan, ada yang bisa saya bantu Tuan?." Tanya Quinsha yang merasa risih, namun ia mencoba untuk biasa saja.

Kamu pulang dengan..." Belum selesai Jesen menyelesaikan kalimat nya, tiba Tiba Aidan datang menghampiri nya.

"Apa selera mu sudah berubah sekarang, kau tidak mengincar wanita highclass lagi?." Ucap Aidan.

"Kau belum pulang Aidan?."

"Baru akan pulang."

"Kalau begitu, ayo kita keluar bersama."Ajak Jesen. Aidan pun jalan mengiyakan dengan anggukan kecil.

"Quinsha, aku pulang dulu ya, kamu hati hati pulang nya."Ucap Jesen dengan lembut.

"Baik Tuan."Balas Quinsha tanpa berani mengangkat kepala nya saat ia tahu ada Aidan bersama dengan mereka.

Aidan menatap tajam Quinsha yang tertunduk. Ia seperti melihat sampah yang menjijikan saat ia melihat Quinsha.

"Kau mendekati nya?." Tanya Aidan saat kedua nya masuk ke dalam lif di ikuti Ken.

"Memang nya kenapa, dia cantik dan manis. yang terpenting bukan milik orang lain."Ucap Jesen tersenyum percaya diri.

"Kau masih saja membenci orang seperti mereka, Nanti kau jatuh hati pada nya kau baru rasakan."Ucap Jesen.

"Diam lah."

Jesen pun hanya bisa diam ketika nada tegas dari sang kakak sepupu nya itu keluar.

Saat baru saja melangkah keluar dari kantor. Sebuah mobil berhenti di hadapan Ketiga laki laki itu. turun seorang wanita cantik dan seksi menghampiri Aidan.

"Sayang."

"Untuk apa kamu kesini?."

"Aku ingin mengajakmu makan malam, Aku kangen sama kamu Aidan."Ucap Joana.

Joana adalah kekasih Aidan, kedua nya sudah berencana untuk menikah dalam waktu dekat, Bahkan kedua nya sudah mempersiapkan semua nya.

"Aku sedang tidak ingin keluar, makan di rumah saja."Ucap Aidan.

"Tapi sayang.."

Aidan tak mempedulikan ucapan Joana dan masuk ke dalam mobil, Joana yang sangat lebih ingin makan di luar pun hanya bisa menelan keinginan nya bulat bulat, karena ia sendiri takut pada Aidan. Ia tahu laki laki itu tidak suka mengatakan kalimat yang sama dua kali dan Joana tidak berani membuat Aidan marah.

Joana pun masuk ke dalam mobil ikut dengan Aidan menuju ke rumah keluarga Aidan.

Sementara Jesen dengan mobil yang lain pun meninggalkan perusahaan itu.

•••

Quinsha yang lelah bekerja turun dari bis dan berjalan kaki pulang sampai ke rumah, karena bus nya hanya sampai di halte.

Saat sampai di rumah, ia mendengar pertengkaran Paman dan Bibi nya yang sudah seperti makanan hari hari untuk nya.

"Aku pulang."Ucap Quinsha sejenak menghentikan pertengkaran kedua orang itu.

"Kamu kenapa sekarang sering pulang malam terus?." Tanya Bibi Sonia.

"Lembur Bi."

"Lembur terus. Kerja cuman jadi tukang bersih bersih saja sok lembur, seperti kerja kantor saja."Ucap Bibi Sonia.

Bibi Sonia yang suasana hati nya sedang tidak baik baik saja pun meluapkan kekesalan nya pada Quinsha yang baru saja pulang bekerja.

"Sudah di bilang jangan bekerja, masih saja mau bekerja. Kerja bikin malu keluarga saja, bukan nya bikin bangga."Ucap Bibi Sonia.

"Biarkan saja dia bekerja, bukan urusan kamu."Balas Paman Jons yang membela nya.

Sejak kecil Quinsha tinggal bersama Paman dan Bibi nya, Setelah sang nenek yang dulu mengangkat nya dari panti asuhan meninggal dunia. Dunia Quinsha sangat hancur saat orang yang menyayangi nya tiada. Setiap hari Quinsha membantu pekerjaan rumah layaknya seorang pembantu, ia harus menyelesaikan pekerjaan nya sebelum berangkat sekolah dan hal ini masih berlanjut hingga ia beranjak dewasa.

Namun Quinsha merasa bersyukur meski ia di perlakukan layak nya pembantu, namun ia masih di berikan hidup yang layak dan tidak dikembalikan ke panti asuhan yang ia rasa sangat tidak nyaman untuk nya, ia pun di sekolahkan walau hanya sampai SMA. Ia tidak pernah mendapatkan perlakukan fisik kasar dari paman atau bibi nya, hanya saja hina setiap hari Quinsha dengar.

Quinsha merasa ia hidup di kelilingi oleh orang orang yang hanya bisa menghina diri nya. Sungguh miris hidup nya.

Seperti hal nya sekarang, Bibi nya menghina nya tapi ada Paman Jons yang selalu melindungi nya, Paman Jons sangat sayang pada nya, namun Ia tidak bisa menunjukkan nya di saat ada Bibi Sonia di antara mereka, karena Bibi Sonia akan marah dan membuat kedua nya jadi bertengkar.

Entah apa yang menjadi sumber pertengkaran kedua nya, namun hari ini, Quinsha mendengar kalau Bibi Sonia menunduh Paman Jons berselingkuh diluar sana.

Meski ia tidak percaya Paman Jons melakukan hal itu, namun mungkin saja Paman Jons melakukan nya untuk mendapatkan kenyamanan di luar sana. terlebih Bibi Sonia yang galak dan suka marah marah, membuat suasana di rumah menjadi tidak nyaman.

Tak ingin mendengar pertengkaran mereka, Quinsha pun masuk ke dalam kamar nya dan membersihkan diri nya. Ia tidak mau ikut campur urusan paman dan bibi nya, karena Ia pernah di larang dan akan di usir jika berani ikut campur.

Quinsha mengambil earphone dan memasangnya di telinga nya, hanya suara musik yang dapat menenangkan telinga nya dari kebisingan.

Kedua mata nya menatap kelangit langit kamar dan membayangkan wajah nenek nya yang tidak pernah ia lupakan sama sekali dalam ingatan nya.

"Nek, Quinsha lelah."Air mata tanpa sadar mengalir membasahi pipi wanita itu. Hingga mata nya tepenjam dan lelah nya pun mengantarnya untuk tidur.

•••

Hallo para pembaca setia, terima kasih sudah mampir membaca karya baru aku, Bantu tinggalkan like ya teman teman setelah membaca. Terima kasih :)

Bab 3

Keesokan hari nya.

Seperti biasa Quinsha bersiap untuk berangkat ke kantor. Ia pun lebih dulu menyelesaikan pekerjaan nya di rumah sebelum ia meninggalkan nya untuk berangkat bekerja. Karena ia sendiri tahu sang bibi tidak akan membiarkan nya berangkat bekerja di saat keadaan rumah belum selesai ia kerjaan.

Quinsha setiap hari harus bangun subuh subuh agar ia dapat menyelesaikan pekerjaan lebih dulu, Bibi nya sengaja tidak memanggil pembantu karena Bagi mereka Quinsha adalah pembantu mereka.

Bagi Quinsha ini bukan hal yang berat karena ia sudah terbiasa bekerja sejak ia masih kecil. selain pekerjaan rumah, Quinsha pun mengurus adik sepupu nya yang masih bersekolah SMP, seorang laki laki remaja.

Meski Bibi Sonia tidak begitu menyukai Quinsha, tapi Quinsha dekat dengan Farel menganggap nya seperti adik kandung nya sendiri, begitu hal nya dengan Farel yang sangat menyayangi Quinsha.

"Kak, Berangkat bareng ya."Ucap Farel pada Quinsha.

Quinsha melihat ke arah Bibi Sonia yang kedua mata nya sudah membulat, mengancam Quinsha untuk tidak mengiyakan. Farel selalu ingin Berangkat bersama Quinsha untuk 1 mobil dengan ibu nya, tapi Quinsha selalu menolak dengan berbagai alasan. Farel tahu Ibu nya adalah alasan dan ketakutan bagi Sang kakak.

"Kakak akan naik bis, tidak enak dengan Amel, dia menunggu kakak di halte."Ucap Quinsha.

"Ya sudah, nanti kita antar kak Shasha ke Halte ya Ma."Ucap Farel.

"Hm."Balas Bibi Sonia. Ia sangat menyayangi farel hingga ia tidak dapat menolak keinginan putra nya. Itu sebab nya ia menginginkan Quinsha yang menolak.

Quinsha pun ikut mobil bibi Sonia sampai di halte. "Mana kak Amel?." Tanya Farel saat ia melihat di halte tidak ada Amel.

"Mungkin belum sampai, Bibi aku turun dulu ya."Ucap Quinsha namun di cuekin oleh Bibi Sonia, Quinsha pun lekas turun dari mobil melambaikan tangan pada Farel, belum sempat kembali berucap, Bibi Sonia sudah lebih dulu menjalankan mobil nya meninggalkan Quinsha.

Quinsha hanya menghela nafas dan duduk menunggu bus datang, sebuah mobil sport merah berhenti tepat di depan halte itu, Membuat semua mata tertuju pada mobil yang berhenti, semua orang terkagum dengan mobil mewah itu dan penasaran siapa pemilik mobil mewah itu. sama hal nya dengan Quinsha, namun rasa penasaran Quinsha lebih ke arah kenapa mobil mewah berhenti di depan halte, siapa orang yang ingin di jemput.

Namun saat melihat siapa yang turun dari mobil itu membuat Quinsha terkejut ternyata yang turun adalah Jesen Milton.

Quinsha menelan Saliva nya ketika Jesen berjalan menghampiri nya. "Pagi cantik."Ucap Jesen dengan senyuman penuh pesona.

Quinsha bingung melihat kiri kanan dan melihat kebelakang, memastikan kalau orang yang di ajak bicara oleh Jesen Milton adalah dirinya.

"Aku?."

"Tentu saja kamu, siapa lagi." Sahut Jesen dengan tertawa.

Semua mata tertuju pada kedua orang itu, pesona Jesen tidak dapat di pungkiri menarik tatapan para wanita di sekeliling nya.

"Mau apa?." Tanya Quinsha bingung.

"Mengajak mu berangkat bersama."Balas Jesen.

"Tidak mau, Kamu pergi saja sendiri."Tolak Quinsha.

Jesen tersenyum mengerutkan kening nya, Baginya Quinsha adalah wanita yang unik, karena ia wanita pertama yang menolak saat di ajak 1 mobil dengan nya.

Pit pit

Suara Bus yang mengantri belakang mob Jesen membunyikan klakson nya karena bus mau berhenti di depan halte.

"Bawalah mobil mu pergi, bus itu sudah datang."Ucap Quinsha.

"Dan kau?."

"Aku akan naik Bus saja."Balas Quinsha segera berdiri dari duduk nya.

Melihat ia tidak akan berhasil mengajak Quinsha untuk berangkat bersama nya dan juga desakan orang orang karena tidak sabar untuk naik bus, Jesen pun memilih untuk pergi dengan mobil nya.

Saat ia telah duduk di mobil, ia masih melihat Quinsha yang berdiri di halte. "Kamu cukup menantang ku Quinsha." Batin Jesen.

Pit

Suara Klakson bus mengangetkan Jesen. Membuat Laki laki itu agak kesal.

"Sial, tidak sabaran sekali."Gerutu nya lalu menjalankan mobil nya.

Quinsha ada perasaan senang, namun ia juga tidak enak pada Jesen. entah apa yang akan di lakukan Jesen pada nya di kantor karena pasti penolakan nya sudah membuat nya kesal.

Saat sampai di kantor. Quinsha yang baru saja menaruh barang nya di loker di hampiri Amel.

"Shasha, seperti nya Kamu akan menjadi incaran Tuan Jesen."Ucap Amel.

"Benarkah? Kenapa kamu bilang begitu?." Balas Quinsha sembari menutup loker nya.

"Pagi pagi Tuan Jesen sudah ada di kantor dan dia minta kamu yang membersihkan ruangan nya dan membuatkan teh untuk nya."Ucap Amel.

Quinsha menghela nafas berat, ia tahu ini akan terjadi.

Namun Baginya hal itu bukan hal yang mengejutkan diri nya, karena ia sendiri sudah tahu akan hal itu, bahkan pagi pagi saja Jesen sudah menganggu nya, namun Quinsha tidak mau ambil pusing.

Memang nya hanya Tuan Aidan saja yang bisa alergi pada Orang miskin, Dirinya pun bisa juga alergi pada orang kaya, begitu lah isi hati Quinsha ingin berkata.

Saat Quinsha berjalan memasuki ruangan Jesen, tanpa sengaja kaki nya menendang sesuatu yang membuat ia melihat sebuah pulpen jatuh ke lantai.

Quinsha pun segera mengambil nya dan melihat sebuah pulpen yang sangat beda desain nya dari yang biasa di pakai oleh Quinsha untuk menulis, Quinsha terpesona dengan sebuah pulpen.

"Nona, kenapa pulpen Tuan Aidan ada pada anda?." Tanya Sekertaris Ken yang membuat Quinsha terkejut dan menoleh, entah sejak kapan kedua laki laki dingin di depan ada, ia bahkan tidak menyadari kedatangan nya.

"Mereka seperti hantu saja yang datang tiba tiba."Batin Quinsha.

"Saya menemukan nya disini."Ucap Quinsha dengan kepala tertunduk seperti biasa, entah kenapa ia seperti tidak memiliki ke beranian untuk melihat wajah Bos yang menyebalkan itu.

"Ini Tuan, saya tidak tahu ini milik anda." Quinsha memberikan pulpen itu pada Aidan.

Laki laki itu mengambil pulpen itu dan mengamati nya, seolah sedang mengamati sesuatu di pulpen itu. Namun beberapa saat kemudian. Aidan membuat pulpen itu ke dalam tong sampah yang membuat Quinsha terkejut begitu hal nya dengan Ken.

"Jangan pernah Berani menyentuh barang barang yang biasa aku pakai, Karena aku tidak mau orang miskin seperti mu menyentuh nya."ucapan pedas itu kembali masuk ke telinga Quinsha. Quinsha sebenarnya sangat marah, namun lagi lagi ia hanya bisa memendam di dalam hati nya tanpa berani melawan.

"Baik Tuan." Bahkan dengan mudah kata mengiyakan itu keluar dari mulut Quinsha, karena ia menyadari ketidak berdayaan nya. Aidan lalu berjalan melewati Quinsha sembari menepuk kedua tangan nya, seolah membersihkan debu yang baru saja ia sentuh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!