NovelToon NovelToon

Fei Yin

Ch. 1 - Yin & Yang

Ratusan ribu mayat bergelimpangan seolah-olah semua jasad tersebut adalah kerikil yang bertebaran di jalanan. Darah terciprat dimana-mana, seolah darah adalah sungai-sungai. Panah-panah tertancap seolah-olah mereka adalah rerumputan.

Itu merupakan kalimat yang cocok untuk menggambarkan kondisi Pertempuran Yin Yang ini. Sebuah pertempuran antara pengikut aliran hitam dan pengikut aliran putih, dimana konflik yang tak akan terpisahkan selama ribuan tahun lamanya.

Di tengah-tengah daratan penuh mayat itu, berdiri dua orang pria yang saling berhadapan. Salah satunya merupakan seorang pria berambut putih dengan mata biru secerah langit.

Di hadapannya berdiri sosok pria berambut hitam legam dengan mata merah menyala yang kejam.

Pria berambut putih menggigit bibirnya kemudian menggenggam erat pedangnya, “Semuanya masih dapat kembali seperti semula.. Dengan pengaruhku, kau dapat hidup normal seperti manusia biasa.. Asal kau berj-”

Perkataannya dihentikan saat pria berambut hitam berdecak pelan, “Kau terlalu naif.. Tidak ada jalan kembali untukku. Kalian telah menghabisi 90% pengikutku. Sisanya hanya menunggu waktu untuk mati!” sahutnya dengan dingin.

Pria berambut putih menghela nafas panjang. Ia mengangkat pedang dengan bilah keemasan yang memancarkan aura agung pada yang melihatnya, “Baiklah..”

“Sebelum kita mengakhiri ini semua, bisakah aku mengetahui kenapa kau melakukan semua ini?”

Mendapatkan pertanyaan itu, pria berambut hitam menunjukkan ekspresi yang rumit tapi tidak lama sebelum ia berekspresi dingin kembali, “Kenapa kau peduli?”

“Karena kita adalah saudara kembar!” pria berambut putih berteriak keras, membuat pria berambut hitam membuka tutup mulutnya tanpa mengatakan apapun.

“Lucu sekali.. Kau masih menganggapku sebagai kembaran mu?” ia terdengar menertawakan ucapan saudaranya itu, tapi jauh di lubuk hatinya ia merasa sedikit kehangatan dan berharap ucapan itu benar adanya.

“Tak ada yang dapat memutuskan hubungan darah kita, bahkan dewa sekalipun. Kau adalah saudaraku.. Yin-gege.. Kau adalah Fei Yin.”

Fei Yin membisu, ‘Yin-gege? Sudah lama sekali semenjak aku mendengar orang lain memanggilku seperti itu.’

Satu-satunya orang yang pernah memanggil Fei Yin demikian adalah adik kembarnya yang sekarang berdiri dihadapannya -- Fei Yang.

Fei Yin menggeleng berulang kali dan kembali menunjukkan ekspresi dinginnya, “Tidak.. Kehidupan ku sudah ditentukan semenjak aku menginjakkan kaki ke dunia persilatan. Begitu juga denganmu. Walau kita adalah saudara kembar dan dewa tak dapat memisahkan hubungan darah kita, tapi mereka dapat menentukan takdir kita layaknya..”

Fei Yin tak melanjutkan ucapannya karena melihat Fei Yang yang mengusap air matanya, “Maaf.. Aku teringat momen 100 tahun yang lalu..” Fei Yang tampak emosional sejenak, tapi ia tak mempertahankan mimik wajah tersebut.

Sambil menghela nafas, Fei Yin menarik tombak hitam keperakan yang tertancap dengan gagah di tanah. Begitu tangannya menyentuh gagang tombak itu, api berwarna merah darah yang diselimuti oleh aura hitam terpancar dari seluruh tubuh tombak.

Fei Yang menahan nafasnya saat melihat tekanan mengerikan yang dikeluarkan dari tombak itu, dan ia tahu bahwa itu masih sebagian kecil dari kekuatannya yang baru dilepaskan.

Pria berambut putih itu menggenggam erat gagang pedangnya, perlahan cahaya kebiruan disertai percikan petir berwarna putih mulai menyelimuti bilah pedangnya.

Rambut panjang Fei Yang berkibar dengan sangat elegan. Dia tampak seperti seorang pahlawan yang akan melawan dewa sekalipun untuk membela kebenaran, sementara itu Fei Yin dengan aura mencekamnya tampak seperti seorang dewa yang ingin menghancurkan dunia.

“Ayo kita akhiri ini.. Yin-gege..” ucap Fei Yang dengan nada kecil. Ada penyesalan di dalam hatinya saat melihat puncak dari kehidupannya adalah melawan saudara kembarnya sendiri.

“Ayo, Yang'er..”

Tubuh Fei Yin dan Fei Yang menghilang dari pandangan kemudian mereka berdua muncul kembali dengan jarak seratus meter antara satu sama lain.

Fei Yin menghela nafas panjang. Ia tahu nyawanya akan hilang pada pertarungan ini. Walau tingkat beladirinya satu tahap di atas adiknya, faktanya Fei Yin tidak memiliki banyak teknik yang membantunya dalam pertarungan dan bisa membalikkan keadaan.

Berbeda dengan Fei Yang, sudah terdengar sepak terjangnya di dunia persilatan. Ia menunjukkan banyak teknik-teknik hebat dan juga dukungan dari berbagai pihak sehingga kemampuannya bisa meningkat dengan pesat.

Fei Yin hanya tersenyum kecut, ia merasa sedikit menyesal tidak berlatih teknik-teknik aliran hitam. Sebenarnya keputusan Fei Yin sudah benar karena banyak efek samping mengerikan dari teknik-teknik itu, di sisi lain akan butuh nyawa yang tidak sedikit untuk meningkatkan kemampuan teknik-teknik yang dimaksud.

Selama berkelana sebagai seorang pesilat aliran hitam, Fei Yin tidak melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh aliran hitam seperti membunuh orang tak bersalah demi meningkatkan kemampuan mereka atau hanya untuk bersenang-senang.

Ia masih memiliki rasa kemanusiaan dan enggan untuk melakukan itu demi mengejar puncak dunia persilatan atau kepuasan tersendiri. Jika saja Fei Yin melatih dirinya dengan cara yang sama, maka sudah dari dulu ia menguasai dunia persilatan.

“Tak ada waktu untuk menyesal sekarang. Dengan akar roh yang sudah satu tingkat sebelum mencapai tingkat tertinggi.. Penguasaan terhadap tombak terbaik dengan teknik yang hebat dan hawa sejati yang telah ku asah selama seratus tahun.. Seharusnya itu sudah cukup...”

Fei Yin terus meyakinkan dirinya untuk bisa bertarung dengan kemampuan penuh melawan adik kembarnya. Sambil terus mengalirkan qi dalam jumlah besar ke tombaknya, Fei Yin perlahan-lahan mengambil ancang-ancang untuk melesat ke depan.

Di bawah langit yang mendung, dua orang pria yang ditakdirkan untuk menjalani kehidupan yang berbeda harus berhadapan satu sama lain, menampilkan apa yang telah mereka peroleh selama menjalani takdir tersebut.

Keduanya meninggalkan perasaan ragu mereka karena ini adalah pertarungan yang mereka yakini sebagai pertarungan terakhir. Keduanya tak peduli lagi apa yang sedang mereka bela. Kebenaran? Kebatilan? Tidak, keduanya bertarung untuk satu sama lain. Untuk mengikat kembali persaudaraan mereka yang telah diputuskan sementara oleh takdir.

Sambil memejamkan matanya Fei Yin tersenyum lebar kemudian melesat dengan kecepatan penuhnya, di sisi berlawanan Fei Yang melakukan hal yang sama di waktu yang hampir bersamaan.

Hanya dalam satu tarikan nafas, Fei Yin dan Fei Yang sudah berada di hadapan masing-masing sambil melancarkan serangan mereka yang mengandung qi yang dahsyat.

Dalam satu pertukaran serangan itu, gelombang kejut menyebar sejauh belasan mil, menyebabkan gempa kecil dan juga retakan besar pada tanah.

Jasad-jasad pada radius tersebut hancur lebur, sebagian besar terbakar oleh api semerah darah dan sebagian lainnya terpotong-potong oleh energi pedang yang begitu tajam.

...\=\=\=1 Minggu Kemudian\=\=\=...

Tanpa mereka sadari, sepekan telah terlewati. Pertarungan mereka begitu hebat hingga menghancurkan dataran di sekitar mereka. Tempat yang tadinya merupakan ladang yang dipenuhi jasad, sekarang berubah menjadi tempat yang tak dapat dikenali lagi bentuknya.

Fei Yin berdiri dengan energinya yang tersisa, menggunakan setengah tombaknya yang patah sebagai topangan sementara setengahnya lagi digenggam dengan erat olehnya.

Kondisi Fei Yang tampak jauh lebih buruk, ia kehilangan satu tangannya dan tidak mampu mempertahankan kakinya agar bisa berdiri, “Kenapa kau tidak menggunakan teknik terkuatmu?”

Selama satu minggu bertarung, Fei Yin tidak sekalipun mendapat serangan yang fatal karena saudara kembarnya itu menahan dirinya untuk tidak menggunakan teknik paling kuat miliknya, sehingga hasilnya Fei Yin lebih unggul.

Fei Yang hanya tersenyum tipis, “Kekuatan itu memberi beban yang besar padaku.. Jika aku menggunakannya maka aku..” ia berhenti karena harus memuntahkan seteguk darah.

Fei Yin mendengus dingin, “Kau sudah menguasai teknik itu dengan sangat baik.. Aku tahu dampak dari teknik itu tidak sebesar seperti yang akan kau katakan."

Fei Yin kemudian menyambungkan kembali tombaknya dengan paksa. Ia menggunakan qi miliknya agar tombak itu bisa memperbaiki diri. Melihat tindakan kakak kembarnya, Fei Yang menarik nafas dalam.

Fei Yang tahu apa yang sedang Fei Yin pikirkan, jadi dengan menggunakan lebih banyak qi agar tubuhnya membaik, Fei Yang perlahan berdiri dan mengalirkan qi yang begitu besar pada pedangnya.

“Heh.. Padahal kau juga tidak menggunakan teknik terkuatmu..” ucap Fei Yang sambil terkekeh.

Fei Yin tersenyum tipis. Fei Yin tidak menyangka bahwa pertarungan keduanya berimbang, bahkan ia yang mendominasi. Padahal ia sudah merasa akan kesulitan untuk mendominasi pertarungan ini dengan banyaknya keahlian yang dimiliki oleh Fei Yang di samping praktik adiknya yang lebih rendah, hal itu membuat Fei Yin tidak ingin menggunakan jurus terkuatnya.

Aura merah kehitaman memancar dari tubuh Fei Yin, sementara itu Fei Yang diselimuti oleh aura biru keputihan. Perlahan-lahan aura keduanya membentuk sosok makhluk buas. Aura Fei Yin berubah menjadi kepala seekor naga, dan aura Fei Yang membentuk kepala seekor harimau.

“Iblis Pencakar Dunia-!”

“Pedang Pelahap Bintang-!”

Keduanya meneriakkan teknik masing-masing, sambil mendorong tubuh mereka dengan tenaga yang tersisa karena qi mereka sudah dialihkan hampir seluruhnya untuk serangan tersebut.

Fei Yin melebarkan matanya saat merasakan serangan Fei Yang menekan serangannya, bahkan perlahan-lahan serangannya dilahap oleh serangan Fei Yang.

‘Kau memang jenius seribu tahun.. Dengan qi yang lebih sedikit dariku, kau masih mampu menandingi seranganku yang memiliki qi lebih banyak.’ batin Fei Yin.

Ia hanya tersenyum tak berdaya saat perlahan serangannya menghilang sementara itu serangan Fei Yang menjadi lebih kuat, “Sudah sampai disini saja..”

Iblis Pencakar Dunia Fei Yin tidak dapat menahan Pedang Pelahap Bintang milik Fei Yang. Serangannya benar-benar menghilang sementara serangan Fei Yang terus menuju padanya.

Fei Yin mengangkat tombaknya untuk menahan serbuan energi qi dan pedang yang dahsyat itu, ia tidak berharap banyak, setidaknya ia ingin menyisakan satu atau dua nafas untuk melihat adiknya baik-baik saja setelah pertarungan selesai.

Serangan Fei Yang tak mampu ditahan lagi oleh tombaknya, membuat serangan itu melewatinya dan memberi luka dalam yang begitu fatal. Belasan luka tebasan bersarang di tubuh Fei Yin. Darah bermuncratan dan ia langsung kehilangan tenaganya untuk berdiri.

Untungnya Fei Yin masih menyimpan sedikit qi untuk mempertahankan hidupnya selama beberapa detik sehingga ia tidak tewas seketika. Dengan tenaga yang tersisa, Fei Yin menatap adiknya yang sedang berlutut dengan lukanya yang begitu parah.

"Apa.." Fei Yin tidak mengerti darimana asal luka-luka itu, padahal sebelumnya ia melihat luka di tubuh Fei Yang sudah menghilang karena di sembuhkan oleh qi.

"Yin-gege.." terdengar suara lemah dari Fei Yang, membuat Fei Yin menatap adiknya yang tertunduk itu.

"Maaf.. Aku.." Fei Yang terbatuk darah sebelum ambruk ke tanah.

"Yang'er.." Fei Yin menjulurkan tangannya pada Fei Yang yang tergeletak dua puluh meter darinya.

Nafasnya sendiri mulai melemah. Qi yang tersimpan dalam tubuhnya tidak banyak, sehingga Fei Yin sudah sangat dekat dengan ajalnya. Ia merangkak dengan tenaga yang tersisa dan sebuah dorongan aneh.

"..Aku.. Ingin memperbaiki semuanya.." itulah kata-kata terakhir yang berhasil ia ucapkan sebelum menghembuskan napas untuk terakhir kalinya.

Fei Yin pun meninggal sambil menggenggam erat tangan adiknya, mengakhiri era perang yang telah terjadi selama lebih dari setengah abad itu.

Ch. 2 - Kerinduan

Fei Yin menatap langit biru cukup lama, setelah beberapa menit ia mulai mengerutkan dahinya. Beberapa menit kembali berlalu dan ia tidak mengetahui apa yang sedang terjadi saat itu. Fei Yin mengira akan terjadi sesuatu tapi sesuatu itu tak kunjung datang.

“Apa yang sebenarnya terjadi?!” Fei Yin berteriak sendiri, tak tampak lagi sosok dinginnya karena ia berpikir tak perlu lagi menjadi seperti itu karena ia sudah mati.

Fei Yin menarik nafas dalam-dalam dan menghembusnya kembali. Udara segar masuk ke paru-parunya sehingga ia merasa bertenaga. Setelah beberapa tarikan nafas Fei Yin mencoba untuk menggerakkan tubuhnya.

Di luar dugaan, tubuhnya dapat bergerak leluasa tanpa rasa sakit seperti yang ia bayangkan, “Berarti aku sudah mati..?”Fei Yin memandangi sekitarnya yang terlihat asing sekaligus familiar baginya.

“Apakah ini alam kematian?” Fei Yin terduduk cukup lama sambil memandangi padang rumput di depannya. Saat sedang menikmati suasana yang begitu tenang, Fei Yin dapat melihat siluet sesuatu yang berjarak sangat jauh darinya.

Fei Yin yakin siluet yang ia lihat adalah sebuah kota, maka dari itu ia memutuskan untuk bergerak ke sana.

“Yin-gege!” seorang bocah melompat keluar dari salah satu semak-semak sambil berteriak kencang, berharap bisa mengejutkan Fei Yin.

Fei Yin mengerutkan dahinya, ia tidak terlihat terkejut melainkan kebingungan, “Kau.. Fei Yang? Kenapa kau menjadi anak-anak? Dan..”

Nafas Fei Yin tertahan begitu ia menyadari dirinya juga memiliki postur layaknya anak-anak. Sementara itu alis Fei Yang naik turun karena ucapan Fei Yin yang terdengar tak masuk akal.

“Apa yang Yin-gege katakan?” dengan wajah yang begitu polos, Fei Yang memiringkan kepalanya, menerka-nerka maksud ucapan Fei Yin.

“Tak usah bersandiwara lagi.. Kita berada di alam kematian sekarang? Jadi kita kembali ke wujud anak-anak di sini..” Fei Yin terus mengucapkan sesuatu yang sangat tidak masuk akal bagi Fei Yang.

“Yin-gege.. Alam kematian apa? Kita berada di luar kota.. Ayo kita kembali, nanti ibu marah-marah jika mengetahui kita main terlalu jauh.” Fei Yang menarik lengan baju Fei Yin.

Kini giliran Fei Yin yang kebingungan, “Tunggu.. Ibu?”

Fei Yang perlahan menolehkan wajahnya pada Fei Yin. Ia baru menyadari bahwa Fei Yin mengeluarkan hawa yang mencekam, ditambah dengan ekspresi dingin yang tak pernah ia lihat di wajah Fei Yin, membuat Fei Yang segera menjauh dari Fei Yin.

Saudara kembar tersebut saling menunjukkan ekspresi rumit, ‘Apakah aku kembali ke masa lalu?’ pandangan Fei Yin kembali jatuh pada adiknya.

Sementara itu Fei Yang yang di tatap oleh kakaknya mundur beberapa langkah lagi, “Ka-kau bukan Yin-gege!” ucapnya dengan terbata-bata.

Fei Yin menghela nafas panjang. Dugaannya benar, saat ini ia berada di masa kecilnya sekitar seratus tahun sebelum pertarungannya dengan Fei Yang.

Setelah menenangkan dirinya sendiri, Fei Yin tersenyum hangat pada Fei Yang, membuat rasa takut di hati adiknya terangkat. Sebagai seorang bocah polos, Fei Yang tidak akan berpikir banyak tentang sikap Fei Yin yang aneh sebelumnya, nyatanya kakaknya berdiri di depannya dengan senyuman hangatnya yang khas.

Maka dari itu, Fei Yang kembali menempel pada kakaknya dan mengajaknya untuk segera pulang.

"Ya, ayo kita pulang.." Fei Yin menjawab sambil tersenyum tipis. Sudah sangat lama ia tidak merasakan perasaan ini, sebuah kehangatan. Melihat senyuman dan tawa dari Fei Yang membuat seluruh beban di kehidupannya yang sebelumnya menghilang.

Hal tersebut membuat Fei Yin tanpa sadar bertekad untuk menjaga adiknya, tidak akan membiarkan sesuatu yang berbahaya mendekatinya walau ironinya dia sendiri yang membunuh Fei Yang di kehidupan pertamanya.

...\=\=\=...

Fei Yin dan Fei Yang sama-sama berasal dari sebuah klan yaitu klan Fei. Klan yang menduduki kota bernama Fengshui. Klan Fei berperan sebagai pelindung di kota Fengshui sehingga keberadaan klan tersebut sangat penting untuk kota Fengshui.

Fei Tian, merupakan patriark klan Fei saat ini. Seorang praktisi beladiri dengan tingkatan yang tinggi. Di kota Fengshui bisa dikatakan dia memiliki kemampuan tertinggi. Fei Yin dan Fei Yang merupakan putra dari pria tersebut, namun keduanya sangat jarang bertemu dengannya sehingga ibu merekalah yang mengurus segala keperluan dari kedua putranya.

“Kami pulang..” Fei Yin tampak antusias saat memasuki sebuah bangunan yang memberinya perasaan nostalgia yang begitu kental.

Rumah ini merupakan tempat yang sangat ingin ia kunjungi selama hampir 100 tahun, “Kursinya.. Meja..” Fei Yin menatap seluruh perabotan dalam bangunan itu sambil menahan air matanya.

“Yin-gege, Yang'er akan mandi duluan!” Fei Yang tidak sanggup menunggu kakaknya yang terdiam karena rasa nostalgia sehingga ia meninggalkannya sendiri di ruang tamu itu, menyisakan Fei Yin yang berlarut-larut dalam emosinya.

“Yin'er? Kenapa kau termenung? Cepat pergi mandi..” sebuah suara lembut memecah lamunan Fei Yin.

Bocah berjiwa tua itu mengalihkan pandangannya dan menemukan sosok wanita berusia 20an awal yang sedang tersenyum lembut padanya.

Senyuman itu sedikit memudar, diganti dengan kerutan di wajahnya, “Kenapa matamu berkaca-kaca?” ia bertanya dengan khawatir sambil mendatangi putra sulungnya itu.

“I-i-ibu..” Fei Yin tak bisa menahan air matanya lebih jauh saat melihat wanita itu mendekatinya.

Ia langsung bersimpuh, membuat sang wanita tersentak kaget dan buru-buru membuatnya berdiri dengan paksa, “Apa yang terjadi padamu Yin'er?”

Fei Yin tidak mampu menjawab pertanyaan itu, ia merasa senang, sedih, dan malu. Perasaan yang cukup campur aduk tapi yang jelas Fei Yin menikmati perasaan itu karena sudah sangat lama semenjak terakhir dirinya merasakan perasaan tersebut.

“Yin'er.. Kenapa kau begini? Apa yang terjadi? Coba ceritakan?” ia menarik Fei Yin ke dalam pelukannya kemudian mengelus rambut pria tua berusia 113 tahun di raga seorang bocah 8 tahun itu dengan lembut.

Fei Yin tidak menjawab pertanyaan ibunya. Dia menikmati belaian lembut dari tangan wanita itu. Sebagai informasi, Fei Yin tidak pernah sekalipun di belai oleh wanita, bahkan memegang tangan wanita pun dia tidak pernah sehingga usapan penuh kasih dari ibunya seperti sebuah anugerah dari surga untuknya.

“Kau tidak ingin menceritakannya pada ibu?” wanita itu menghentikan usapannya setelah beberapa menit.

Fei Yin yang sudah merasa cukup melepas rindu pada ibunya meregangkan pelukannya, “Yin'er hanya merindukan ibu.. Itu saja.”

Wanita bernama Chu Weilan itu tersenyum lembut, “Dasar.. Kita bertemu setiap hari. Dan ini baru pertama kalinya kau bersikap seperti itu... Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah matahari terbit dari barat?” Chu Weilan mencubit hidung putranya tersebut untuk pertama kalinya karena geram.

“Aw..” Fei Yin mengusap hidungnya yang memerah. Matanya sedikit melebar karena merasakan ibunya menggunakan qi saat mencubitnya dan ia ingin protes, tapi Fei Yin mengurungkan niatnya.

“Mandi sana, setelah itu makan dan istirahat. Jika Yang'er mengajakmu menangkap jangkrik, jangan temani dia dan suruh ia tidur.. Anak itu.. Sudah berapa banyak koleksi jangkriknya?”

Fei Yin menggaruk kepalanya, seingatnya Fei Yang punya ratusan toples jangkrik beragam jenis dan ukuran yang disimpan olehnya. Sebuah hobi yang menarik, tapi ada alasan tersendiri kenapa Fei Yang melakukan itu.

Berbeda dengan Fei Yin yang dikatakan berbakat, Fei Yang dikenal sebagai seorang anak dengan bakat di bawah para kaum di bawah rata-rata. Berarti jika ada rata-rata, maka ada dibawah rata-rata, dan Fei Yang termasuk dibawah para dibawah rata-rata.

Dantian Fei Yang begitu buruk. Kecepatan pengumpulan qi nya hampir dua kali lebih lambat dan tiga kali lebih sulit daripada kebanyakan orang. Sementara itu Fei Yin memiliki nasib yang bagus karena dia dapat mengumpulkan qi lebih cepat 40% dari orang rata-rata.

Sebenarnya dantian Fei Yang tidak buruk, melainkan sebuah berkah yang sangat bagus. Qi yang dihasilkan dari dantian Fei Yang lebih murni enam hingga tujuh kali lipat daripada kebanyakan pesilat, membuatnya bisa mengimbangi kekuatan pesilat lain yang satu atau dua tingkat di atasnya.

Memang pada tahap awal pelatihan Fei Yang tidak terlalu menonjol, tapi saat berada di tahap pertengahan, barulah tampak seberapa bagus kualitas qi pada Fei Yang.

“Dulu Fei Yang mencapai Pengakaran Roh setelah berumur 12 tahun.. Sementara aku sebentar lagi akan mencapai Pengakaran Roh.” setelah bermeditasi untuk melihat kondisi tubuhnya, Fei Yin sudah mengetahui dengan jelas perkembangannya saat ini.

“Di kehidupan pertama ku, aku terlalu terburu-buru dalam meningkatkan kekuatan ku tanpa peduli pondasi yang belum sempurna.. Sekarang masih ada banyak waktu, aku bisa menyempurnakan pondasi tubuhku terlebih dahulu..”

Pada tahap awal seseorang dalam dunia persilatan, mereka diharuskan membangun 4 pondasi kekuatan terlebih dahulu. Empat pondasi ini dinamakan sebagai Penempaan Tubuh.

Penempaan tubuh terbagi menjadi 4 jenis pelatihan, yaitu Pembersihan Sumsum, Pemadatan Tulang, Pemurnian Darah, dan Perubahan Otot. Syarat untuk menyelesaikan Penempaan Tubuh yaitu setidaknya seorang pesilat harus menyelesaikan 50% dari 3 pondasi mereka kecuali Pembersihan Sumsum yang hanya perlu 40% untuk memenuhi kualifikasi naik ke tingkat selanjutnya.

Dengan begitu maka tubuh sudah cukup kuat untuk menampung akar roh walau kemampuan akar roh tersebut menjadi terbatas. Proses Penempaan Tubuh tak bisa dilakukan setelah pengakaran roh, jadi seorang pesilat diharapkan menyempurnakan 4 pondasinya sebaik mungkin.

Masalahnya, semakin tinggi persentase kesempurnaan pondasi mereka, semakin sulit untuk meningkatkan nya dan juga sumberdaya yang diperlukan akan semakin mahal dan langka, sehingga pesilat dari sebuah sekte paling terkenal sekalipun meninggalkan pondasi mereka di 80% dan 70% untuk Pembersihan Sumsum.

“Seharusnya dalam waktu 3 tahun, aku sudah bisa menyempurnakan 4 pondasi ku..” batin Fei Yin dengan percaya diri.

Dengan pengetahuannya ia mengetahui beberapa metode untuk menyempurnakan 4 pondasi kekuatannya walau dulu pondasinya tidaklah sempurna.

Ch. 3 - Dantian & Lan Meilian

Pondasi Fei Yin saat ini masing-masing berada di sekitar 30% kecuali Pembersihan Sumsum yang berada dibawah 25%. Memang dalam satu tahun dia dapat mencapai persentase yang dibutuhkan agar bisa naik ke Pengakaran Roh, tapi Fei Yin berencana untuk menyempurnakan 4 pondasinya.

Malam itu sambil bermeditasi, Fei Yin berpikir keras, mencari cara mendapatkan sumberdaya untuk melatih tubuhnya. Dia sadar walaupun ia memiliki status sebagai anak Patriark Klan Fei, ia tidak bisa bergantung pada statusnya selamanya.

“Yin-gege..” dari samping kasurnya Fei Yang berbisik.

Fei Yin membuka sebelah matanya dan menatap adiknya yang berbaring menghadap padanya, “Temani aku mencari jangkrik..”

Fei Yin terdiam sejenak mendengar permintaan adiknya, setelah itu ia berdiri sambil tersenyum lebar padanya, “Ayo..” Fei Yang buru-buru bangun dan menahan teriakan senangnya sambil melompat-lompat.

Keesokan harinya sebelum matahari terbit sepenuhnya, Fei Yin sudah berjalan-jalan di daerah perumahan klannya. Dia merasakan nostalgia yang begitu hebat saat melihat anggota-anggota klan yang menyapanya satu persatu.

Setelah puas berkeliling selama satu jam, Fei Yin memutuskan untuk duduk bersila di bawah sebuah pohon di dekat lapangan pelatihan klan yang sedang sepi. Memang hari itu adalah hari libur sehingga pelatihan anggota klan juga diliburkan.

Fei Yin berencana untuk meningkatkan kapasitas qi nya terlebih dahulu agar proses Penempaan Tubuhnya dapat berjalan dengan lancar dan tidak terlalu menghabiskan waktu.

Dengan teknik pernafasan terbaik dari kehidupan sebelumnya Fei Yin mulai mengumpulkan qi ke dalam dantiannya. Jumlah qi yang dapat ia akumulasi sekarang begitu terbatas, begitu juga dengan kecepatan pengumpulannya.

“Melihat dari bentuknya saat ini.. Dantian ku baru mengalami dua kali perombakan.” gumam Fei Yin setelah berhasil memenuhi dantiannya dengan qi.

Perombakan sendiri adalah sebuah proses untuk memperbesar kapasitas qi yang dapat di tampung oleh dantian. Semakin banyak perombakan yang dilakukan, maka semakin besar pula qi yang dapat ditampung oleh dantian.

Di samping itu, terlalu banyak merombak dantian adalah hal yang tidak baik. Fei Yin sekarang yakin ia dapat merombak dantiannya sebanyak lima kali, jika lebih dari itu maka dantiannya akan mengalami kerusakan.

Fei Yin melanjutkan pengumpulan qi hingga qi yang berlebihan mulai keluar dari dantiannya. Setelah mengalami itu, Fei Yin buru-buru memperkuat dantiannya dengan semua qi yang ditampungnya.

Selanjutnya terdengar suara teredam dari tubuh Fei Yin diiringi dengan senyuman tipis yang merekah di wajahnya. Fei Yin melanjutkan meditasi nya untuk mengumpulkan sedikit qi karena ia sudah kehabisan qi setelah merombak dantiannya.

Proses perombakan dantian saat itu menghabiskan waktu 5 jam, “Akan butuh waktu 2 minggu meditasi jika aku ingin memenuhi dantian dan melakukan perombakan lagi..”

Tentunya Fei Yin tidak ingin menghabiskan begitu banyak waktu hanya dengan bermeditasi agar bisa merombak dantiannya, “Hai..” seorang gadis seumuran dengan Fei Yin menyapanya, menyadarkan bocah berjiwa tua itu.

“Oh..? Halo..?” Fei Yin menyapa balik namun ia tidak dapat mengingat siapa gadis di depannya ini.

Gadis itu tampak mendengus kesal, “Jangan bilang kau sudah lupa padaku?!”

Fei Yin menggaruk kepalanya sambil mengingat-ingat wajah gadis itu di dalam pikirannya, ‘Ah.. Dia salah satu istri Fei Yang..’

Yang berada di hadapan Fei Yin saat ini adalah Lan Meilian, seorang gadis yang dulunya terikat perjodohan dengan Fei Yin tapi malah menjadi istri dari Fei Yang.

Fei Yin hanya tersenyum masam jika mengingat hal itu. Dulu dia sama sekali tidak peduli dengan Meilian, walau gadis itu setengah mati berusaha melakukan apapun dan peduli padanya.

Sekarangpun Fei Yin tidak berencana untuk menarik hati Meilian karena dirinya akan merasa aneh. Bagaimanapun juga sudah melekat di pikiran Fei Yin gadis tersebut adalah istri dari adiknya. Dia tidak akan bisa memikirkan akan menghabiskan malam bersama istri Fei Yang.

“Kenapa Mei?”

Meilian hanya mendengus kesal dan duduk di samping Fei Yin. Ternyata ia membawa sebuah keranjang dari rotan yang berisi lauk pauk dan nasi, “Aku membawa makan siang.. Tadi aku ke rumahmu tapi kau tidak ada. Jadi bibi Wei meminta ku untuk mencarimu sekaligus membawakan mu makan siang.”

Fei Yin merasakan haru dan juga perasaan hangat di dadanya, “Ibu..” memang tak ada sosok lain yang lebih peduli padanya kecuali ibunya dalam dua kehidupan yang telah ia jalani.

“Ayo kita makan bersama..” Fei Yin mengambil satu mangkok keramik dan mengisi nasi ke dalamnya kemudian memberikannya pada Meilian.

“Aku sudah makan..” jawab Meilian ketus sambil menolak mangkok itu. Namun perutnya berbunyi tiba-tiba.

Fei Yin terkekeh geli dan kembali menyodorkan mangkok itu padanya, “Ayo.” sambil menggigit bibirnya karena menahan malu, Meilian menerima mangkok tersebut dan mengambil lauk secukupnya.

“Ngomong-ngomong kenapa kau mencariku?” setelah menelan suapan pertamanya Fei Yin membuka pembicaraan.

“Ini permintaan ayahku.. Dia ingin mengatakan sesuatu yang penting padamu.”

Fei Yin mengerutkan dahinya, “Kenapa beliau tidak menghubungi Patriark? Patriark bisa marah jika ada keputusan yang terjadi di luar pengetahuannya.”

Lan Meilian mengangkat bahunya, “Seharusnya begitu.. Tapi bukannya Patriark Fei sedang melakukan latihan tertutup semenjak sebulan yang lalu?”

Fei Yin terdiam, “Benarkah...?” dirinya menampilkan senyuman canggung.

Ayah dari saudara kembar Yin & Yang sangat jarang berperan langsung dalam kehidupan mereka berdua maka dari itu sulit untuk mengetahui apa yang sedang pria tersebut lakukan walaupun ia adalah putranya sendiri.

Fei Tian terlalu sibuk dalam mengurus klan dan juga meningkatkan kemampuannya sendiri, sehingga segala urusan anak-anaknya termasuk pelatihan beladiri dan teknik bertarung diurus oleh Chu Weilan.

Pada kehidupan pertamanya Fei Yin begitu membenci sikap Fei Tian yang seperti ini, namun setelah kebenaran terungkap ia merasa menyesal tidak bisa membantu ayahnya dalam menghadapi masalah klan sebagai seorang putra.

‘Aku tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi..’

“Kenapa kau terdiam?”

“Tidak ada.. Ayo kita lanjut makan..”

Setelah sepuluh menit Lan Meilian meletakkan mangkoknya yang masih tersisa sedikit nasi. Fei Yin sendiri masih mengisi mangkoknya karena ia merasa begitu lapar saat itu.

‘Yin..’ Meilian menatap wajah anak laki-laki yang sedang makan dengan lahap itu cukup lama.

Tak ada yang bisa membantah bahwa ia memiliki perasaan pada Fei Yin, bahkan saat ia menjadi istri Fei Yang pada kehidupan yang lalu Meilian masih berharap Fei Yin yang menjadi pasangannya.

“Ayo kita pergi sekarang..” Fei Yin yang sudah kenyang meletakkan mangkoknya ke dalam keranjang dan mengusap mulutnya.

“Ya..” Meilian mengangguk pelan.

...\=\=\=...

Meilian menuntun Fei Yin ke sebuah bangunan mewah berlantai dua dengan nama ‘Rumah Harta Giok’.

Rumah Harta Giok adalah asosiasi perdagangan yang menjual sumberdaya untuk para pesilat. Pengaruh Rumah Harta Giok sendiri sangat besar, bahkan sebuah kekaisaran tidak akan mau mencari masalah dengan mereka.

Dengan pengaruh yang demikian besar, Rumah Harta Giok juga telah membangun cabang-cabangnya di seluruh penjuru benua, menjadikannya kelompok paling berpengaruh sekaligus terkaya.

Rumah Harta Giok juga merupakan salah satu kelompok yang menopang sumberdaya Fei Yang di kehidupan sebelumnya. Fei Yin yakin adiknya memiliki kontribusi yang besar pada asosiasi tersebut, atau bisa jadi karena hubungannya dengan Lan Meilian.

Tiba-tiba muncul keinginan untuk memanfaatkan Meilian agar ia bisa mendapatkan sumberdaya dengan mudah di dalam benak Fei Yin. Namun ia mengurungkan keinginannya tersebut. Fei Yin kurang yakin ia bisa mendapatkan banyak bantuan dari Rumah Harta Giok lewat Meilian, lagipula dia ingin berkembang dengan usahanya sendiri.

Begitu keduanya menginjakkan beberapa langkah di dalam Rumah Harta Giok, seorang pelayan wanita menghampiri mereka dan menyapa keduanya dengan hangat.

“Ayo Nona Muda Lan dan Tuan Muda Fei, Tuan Lan sudah menunggu.” pelayan itu membimbing keduanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!