I Know You Can See Us
Villa Di Tengah Hutan
Auzilen
Tahun Baru Mau Kemana??
Jeren
Ah Anying Cupu Lo Semua
Afraga
Emang Lo Mau Ngapain?
Jeren
Mau Ke Rumah Hantu Kek
Mareza
WKWKWKW ANJIR NGAKAK
Afraga
Lo Sendiri Aja Deh Wkwkwk
Vincent
Terserah Sih Ikut Aja
Afraga
Kerumah Sih Raja Aja
Raja
Nanti Tapi Jangan Pada Nakal Ya
Raja
Tar Digaplok Sama Kakak Gw
Auzilen
Ayolah Liburan Dulu Kita
Vincent
Tidur Aja Lah Capekk
Mareza
Kevilla Punya Kakek Gw Aja Gimana? Mau ?
Vincent
Lah Lo Punya Villa Bang??
Mareza
Kakek Gw Yang Punya
Afraga
Bayar Kagak Villa Nya??
Afraga
Kalo Bayar Skip Males
Mareza
Kalo Pada Mau Ntar Gw Bilang Dulu Ke Bapak Gw
Mareza
Sip Dah Ntar Gw Tanya Bapak Duluu👉
Hildan
Suka Nih Yang Beginii
---------------------------------------------------
Auzilen
Anjing Belom Juga Gw Bilang
Afraga
Tau Gw Lo Mau Ngomong Apa
Auzilen
Bawak Sahabat Deket Rumah Yaa
Afraga
Males Gw Sama Sahabat Lo Itu
Auzilen
Sahabat Gw Cuman 1
Afraga
Sahabat Lo 1,Temen Lo Banyak!
Afraga
Sekali Kali Kita Liburan Bareng Tanpa Ngajak Nyamuk Bisa Ga Sih?
Afraga
Rame Banget Kayak Mau Study Tour
Afraga
Mending Sini Main Ketaman Ada Vincent Sama Jeren Disini
Auzilen
Gamau Ah Nanti Temen Aku Marah
Afraga
Yaudah Kita Mau Jalan"
---------------------------------------------------
Mareza
Bisa Nih Kata Bapak Gw
Mareza
Langsung Kesana Aja Kuncinya Ada Di Gujang
Raja
Beneran Ini? Wkwkw Anjayy
Afraga
Ish Apasih Temen Gw Duluan Itu
Jeren
Ribut Mulu Lo Berdua
Jeren
Yaudah Kapan Nih Kita Mau Pergi?
Vincent
Ya Besok Sih Harusnya,Kan Tahun Barunya Lusa
Raja
Bawa Mobil Berapa Nih?
Afraga
Cukup Kan Bertujuh?
Afraga
Jangan Lah Lo Udah Nyiapin Villa
Mareza
Pakek Yang Fortuner Aja Vin Biar Enak Nanjak Keatas Nya Nanti
Mareza
Digunung Soalnya Tuh Villa
Auzilen
Fortuner Nya Putih Vin?
Hildan
Anjay Jadi Juga Nih Liburan
Afraga
Buruan Weh Keburu Siang Macet
Hildan
Sabar Gw Sama Raja Udah Deket Rumah Jeren
Hildan
Grab Nya Lama Njing
Hildan
Ooiya Ren Kan Lo Sahabatan Banget Nih Sama Afraga
Hildan
Kenapa Ga Sama Afraga Aja?
Jeren
Katanya Gamau Jemput
Vincent
WOILAH AMA TEMEN SENDIRI
----------------------------------------------------
"Kiri Kanan Ku Lihat Saja Banyak Pohon Cemara" Ucap Auzilen
"Emang Itu Pohon Cemara?" Tanya Vincent
"Bodo Gw Ngasal" Nada Tinggi Auzilen
"Baru Ngeh Daritadi Lancar Jaya Eh Sekarang Macet,Anj" Ucap Raja
"Eh Sumpah Macet Apaansih" Ucap Afraga
"Eh Gila Ada Tabrakan Woi,Mobilnya Sampe Remuk Gitu Gimana Penumpangnya?" Ucap Hildan Tiba Tiba
"Dipikir Pikir Ini Liburan Pertama Kita Nggak Sih?" Ucap Raja Kepada Mereka,Mobil Melaju Lambat,Mereka Terjebak Macet Sejak Tadi.
"Lah Waktu Itu Kan Ke Bali?" Ucap Jeren Sambil Memakan Ciki Yang Ada Dipangkuannya.
"Kapan Anjir Ke Bali? Ngayal Lo" Raja Melempar Kan Permen Kopiko Kemuka Jeren Yang Tertawa Tawa...
"Iya Anjir Pertama Kali,Bakal Seru Ini" Timpal Mareza Yang Kini Sedang Mengemudi,Disampingnya Hildan Yang Sibuk Memotret Jalanan Dan Membuka Jendela Mobil....
"Ini Villa Nya Ditengah Hutan Banget Ya Bang??" Tanya Auzilen Pada Marez Saat Ia Sadar Jika Mereka Sudah Masuk Begitu Jauh Kedalam Pegunungan....
"Harusnya Sih Bentar Lagi Sampe,Patokan Yang Gw Inget Itu Masjid Deket Gapura,Nanti Ada Gapura Lurus Aja Sampe Ada Gerbang Nah Tuh Nyampe.
"Macet Banget,Ada Apaansih?" Tanya Vincent Sembari Melongok Kedepan "Ini Orang Orang Rame Banget Pada Mau Kemana Sih?" Lanjutnya Penasaran
"Iya Diatas Gunung Ini Ada Pantai"
Auzilen Tertawa Sambil Memukul Bahu Vincent "Percaya Aja Lo,Kaga Lah,Diatas Ada Tempat Pa-
Ucapan Auzilen Terhenti Saat Vincent Memekik,Mereka Semua Langsung Mendekatkan Wajah Kejendela,Mereka Semua Bisa Melihat Sebuah Mobil Putih Terbalik Disisi Jalan,Mobil Itu Bahkan Tidak Berbentuk...
"Anjir Gw Merinding" Celetuk Hildan Pelan...
"Eh Anjir,Itu Mayatnya?" Auzilen Yang DiSamping Jendela Langsung Membuka Jendela,Mereka Semua Bisa Melihat Jejeran Korban Tabrakan Itu Yang Tergeletak Dijalan,Tubuh Tanpa Nyawa Itu Ditutupi Oleh Daun Besar Seadanya,Hanya Kaki Kaki Pucat Yang Mereka Lihat....
"Eh Demi Apapun Gw Merinding!!"
"Auzilen Tutup Jendelanya!!"
Auzilen Kembali Menutup Jendelanya Saat Hildan Memerintah,Lalu Mobil Mereka Bisa Kembali Berjalan Sebab Kemacetan Berada Dipusat Kecelakaan Tadi
"Feeling Gw Doang Kan Ini?Lo Semua Pada Ngerasa Gak Aneh Kan?" Tanya Auzilen Kepada Seluruh Temannya
"Nggak Udahlah, Bismillah Sampe Tujuan" Jeren Melirik Auzilen Dari Kaca Samping Dasboard
"Kalo Abis Liat Orang Tabrakan Kadang Suka Jadi Gaenak Rasa"Katanya Lagi
Mareza
Gw Cari Gujang Dulu
Mareza
Ditelpon Beliau Ga Ngangkat
Mareza
Gw Di Pos Satpam Yang Deket Gerbang Tadi
Mareza
Kalo Mau Ikut Buruan Turun Kita Ke Pos 2 Dulu
Hildan
Yaudah Lah Gw Sama Bang Marez Aja
Hildan turun dari mobil dan berjalan sendirian, menyusul Marez yang tadi sudah turun lebih dulu. Kini di mobil tersisa lima orang. Afraga merenggangkan tubuhnya dan membuka jendela. "Eh udaranya sejuk banget! Adem pisan." Kata Afragan saat ia menghirup udara pegunungan yang segar. Dadanya terasa ringan dan dingin.
"Mau magrib, mana sih Hildan sama bang Marez, lama," keluh Jeren dari depan kemudi. "Sosoan magrib, lu solat aja kaga," "Solat gue! Tapi magrib doang, makanya kalo kaga solat magrib berasa murtad gue," "Goblok!" Vincent memukul dari belakang kursi dibagian belakang kepala Jeren pelan.
"Gue mau keluar ah," Afraga membuka pintu, kemudian berdiri di sisi mobil sembari melihat- lihat sekitar. Langit mulai menggelap dengan siluet oranye, suara jangkrik dan burung tercampur dengan suara keheningan hutan. Mata Raga berpendar ke sekitar, lalu jatuh pada sebuah villa besar yang cukup megah di balik gerbang tinggi. "Gede banget ni villa, tapi agak horor juga." Bisiknya pada diri sendiri.
Raga tersentak karena tiba-tiba sebuah batu kerikil melayang ke kepalanya, mengenai dahinya membuat Raga langsung menoleh ke samping. "Siapa anjir yang lempar?"
Arah dari lemparan batu itu adalah sebuah semak belukar, dengan pohon-pohon tinggi menjulang yang begitu kokoh. Tidak ada siapapun di sana, namun Raga bisa merasakan sesuatu seolah menatapnya. Semak-semak itu bergoyang, entah karena angin atau karena ada mahluk di sana, suara keheningan malam semakin membuat Raga merinding dan mata Raga seolah terpaku, tak bisa menoleh ke arah lain selain semak itu.
"Ra!" Seseorang memecahkan lamunan Raga, Raga tersentak dibuatnya. "Anjir Hildan! Ngagetin aja!" Raga menemukan Hildan dan Marez yang berjalan ke arahnya saat ia berbalik, jantungnya masih berdegup kencang karena terkejut.
"Jangan ngelamun njir mau magrib!" Kata Marez memperingati, lalu ia menunjukan kunci di tangannya, "Ayo masuk, gue buka gerbangnya dulu biar mobilnya bisa masuk."
Raga mengangguk, ia kembali membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, namun sebelum ia benar-benar masuk, Raga kembali melihat ke arah semak-semak itu.
"Bangsat!" Ucap Raga dalam hatinya, sebab ia melihat sebuah tangan melambai ke arahnya.
---------------------------------------------------
Mareza
Disini Ada 5 Kamar...
Raja
Gw Mau Tidur Sama Bang Marez
Auzilen
Gw Sama Vincent Deh
Hildan
Gw Sendiri Boleh Nggak?
Mareza
Gw Sama Raja Berarti
Raja
Lah Lo Gamau Sendiri Bang?
Mareza
Ga Deh Gw Bareng Lo Aja
Afraga
Gw Kamar Yang Diatas Ya Sama Jeren
Mareza
Yaudah Atur Sesuka Lo Pada
Afraga
Mata Lo Gopud Ditengah Hutan
Vincent
Bahan Makanan Yang Tadi Mobil Udah Diturunin Belom?
"Je lu mau mandi nggak?" Tanya Afraga pada Jeren yang kini merebahkan diri di atas kasur, ia melepas hoodienya, menyisakan kaos putih polos dan celana training.
"Duluan Ra, masih pegel gue, udah mana laper lagi, asem," Raga tertawa kecil, lalu menuju kamar mandi di dalam kamar, "Yaudah gue mandi duluan ya!" "Yo!"
Setelahnya Raga masuk ke kamar mandi, ini di pegunungan, wajar jika hawa di sini terasa begitu dingin dan lembab, bahkanRaga bisa melihat cermin di depannya kini begitu berembun dan buram.
"Dingin banget, cuci Muka aja deh gue, males mandi."
Raga membuka kaosnya, lalu meletakkannya di atas gantungan dan mulai membasuh wajahnya di westafel, sesekali Helo melap Badannya dengan tangan, jorok, tapi siapa peduli, airnya benar-benar dingin.
"Asli ini burem banget kacanya," Raga meraih bajunya, lalu menggosok kaca agar ia bisa bercermin di sana, namun embun itu tak hilang, seolah menempel permanen di sana.
"Afragaa!"
Raga mendengar Suara Jeren memanggilnya dan ketukan pintu yang keras, ia kembali meletakkan bajunya dan meninggalkan cermin yang sedari tadi ia gosok. "Apa?"
Raga menatap pintu, tidak ada jawaban dari sana. "Apa Je? Lo kebelet?" Tanya Raga Lagi.
Hening, di balik pintu sana tidak ada jawaban dari Jeren. Jadi Raga memilih untuk bergerak menuju pintu dan membukanya. "Apaan Jeren lo-" ucapan Raga terhenti, tidak ada siapapun di sana. Bahkan kasur yang tadi ditiduri oleh Jeren masih rapi seolah tidak ada yang pernah mendudukinya.
Raga merinding, namun otaknya masih waras, Raga berjalan pelan ke arah pintu keluar kamar sembari tangannya merogon ponselnya di saku, ia membaca pesan di grup chat mereka.
"Jeren lagi ambil makanan sama Raja .... Ucapnya setelah membaca pesan pada grup mereka. "Jadi yang tadi sama gw itu siapa?"
Auzilen
Raga Turun Yok Makan
Mareza
Ini Udah Jadi Makanannya
Afraga
Jeren Tadi Lo Naik Kekamar?
Raja
Dari Awal Masuk Sama Gw Dia
Afraga
Oh Oke Gw Turun Nih
"Wkwkwkw Bodoh Amat Deh,Kagak Takut Gw"
Bayangan??
---------------------------------------------------
Jeren
Weh Anjir Ini Bekas Bekas Nya Tolong Diberesin Duluu
Jeren
Pada Kabur Aja Lo Setan
Jeren
Bacot Anjir Buruan Beresin Dulu
Mareza
Pada Tidur Deh,Capek Abis Perjalanan Jauh
Mareza
Masih Kerasa Capeknya
Auzilen
Nah Betul Itu Betul
Jeren
Yaudah Lah Serah Lo Pada
Afraga
Gokil Sih,Keren Juga Kesampaian Nginep Begini
Afraga
Jadi Ga Pengen Pulang
"Lo Pernah Ga Sih Berfikir Malem Ga Berakhir?"
"Perasaan Jam Segini Terus"
Afraga melirik Jeren yang sudah tertidur lelap sejak tadi, anak itu tepar sehabis bertahun baru ria di halaman belakang tadi. Ia sama sekali tidak bisa tertidur, matanya seolah segar dan terus terbuka meskipun Raga merasa lelah dan ingin tidur.
"Sumpah ini sinyal kenapa anjir?" Raga merutuki ponselnya, pesan yang ia kirim sejak tadi sore pada Temannya sama sekali tidak masuk, masih ceklis satu. Raga terheran, kenapa ia bisa mengirim pesan di grup atau pada Jeren? Apa mungkin ponsel Temannya yang tidak aktif? Kemana Temannya jika begitu? Raga jadi khawatir.
"Gak tau dah, puyeng gue." Raga meraih guling dan memeluknya, kemudian memiringkan tubuhnya ke pinggir dan menatap Jeren. "Kok lu pules banget tidurnya, Je? Gw malah gak bisa tidur." Ucap Raga pelan. Omong-omong ia jadi teringat kejadian tadi, bagaimana bisa ia bersama Jeren padahal Jeren tadi bersama Raja?
Tubuh Raga meremang dengan tiba-tiba, merinding lagi saat memikirkannya. "Gak tau gak tau, tidur." Kemudian Raga memejamkan mata dan berusaha untuk tidur.
Afraga
Lo Semua Udah Pada Tidur?
Afraga
Vin Sini Kekamar Gw
--------------------------------------------------
Pernahkan kau merasa jika malam terasa begitu panjang? Seolah mentari pagi tidak akan kau lihat lagi, seolah detik jam akan terhenti di angka tiga.
Itu yang Hildan rasakan. Manik kelamnya jatuh pada jam di dinding yang menunjukkan angka tiga, jarum jam itu bergerak, berputar dan menimbulkan suata detak di keheningan, namun malam seolah tak kunjung usai, Hildan menantikan mentari yang tak kunjung datang.
Hildan bergerak gelisah di atas kasurnya, sesekali mengubah posisi agar ia merasa nyaman, namun rasa gelisah itu terus menempel di dirinya, hingga akhirnya Raga memilih untuk duduk di atas ranjang.
“Aduh haus!” Hildan mengeluh, ia tatap gelas kosong yang isinya sudah tandas di nakas, rasanya seolah sudah begitu lama dari terakhir kali Hildan meneguk air itu, padahal jika dipikir itu hanya beberapa menit yang lalu, namun terasa seperti begitu jauh.
Hildan turun dari kasur, kakinya menapak di lantai dingin yang membekukan dan berjalan menunju pintu sembari membawa gelasnya.
Suara pintu yang Hildan buka memecah keheningan, laki-laki itu menyusuri lorong villa yang sepi dan gelap, lalu menemukan tangga dan ia menuruninya.
Hening, suara keheningan terkadang membuat Hildan takut, sebab dalam keheningan ia seolah bisa mendengar semuanya.
Di anak tangga terakhir, Hildan berhenti, matanya menerawang seisi villa besar ini, beberapa lampu dimatikan, hingga hanya kegelapan yang bisa Hildan Lihat. Hildan menggeleng tak acuh, kemudian ia bergegas menuju dapur untuk mengambil segelas air.
Lampu dapur Hildan nyalakan, lalu Hildan menuju dispenser dan mulai mengisi gelasnya yang kosong, dari balik pantry dapur Hildan bisa melihat ruang televisi yang sedikit berantakan karena ulahnya tadi dengan teman-temannya yang lain.
Gelas sudah penuh, terisi air segar dan Hildan Meminum nya seteguk, setelah itu Hildan kembali berjalan ke arah tangga untuk naik ke kamarnya.
“Pada musim ke empat ini, para pemain dari berbagai negara mulai berkumpul di-“
Langkah Hildan terhenti tepat di anak tangga pertama, suara itu berasal dari belakang punggungnya, televisi di ruang tengah tiba-tiba menyala
Tubuh Hildan kaku, mengapa? Mengapa televisi itu bisa menyala? Siapa yang menyalakannya? Bukankah tidak ada siapapun di sana?
“R-raja?” Panggil Hildan parau. “Helo?”
Hildan menoleh ke belakang dengan gerakan lambat, televisi itu benar-benar menyala dan menampilkan sebuah acara pertandingan bola. “Raja?” Panggil Hildan pada keheningan.
Biasanya, acara pertandingan bola seperti ini adalah kesukaan Raja, apa mungkin anak itu belum tertidur dan sedang menonton televisi? Hildan tidak tahu, tapi satu hal yang bisa ia lihat dari gelapnya ruang televisi itu adalah, tidak ada siapapun di sana.
Hildan melangkah pelan menuju televisi, ia cengkram kuat-kuat gelas di tangannya. “Raja?” panggilnya lagi.
Ia sampai di depan televisi, terlalu gelap di sana, hanya ada sinar dari televisi yang membantu, Hildan kesusahan mencari remote untuk mematikan televisi itu, jadi Hildan bersimpuh di depan televisi, mencari tombol untuk mematikan secara manual.
Televisi mati total, menampilkan layar besar yang gelap dan satu hal yang membuat tubuh Hildan lemas adalah sebuah siluet yang ada di layar televisi itu, Hildan bisa melihat dari bayangan tv, seseorang duduk tepat di sofa yang ada di belakangnya. Hildan tidak bisa bergerak karena tubuhnya kaku. Jelas, sangat jelas ada sosok yang duduk di sofa.
“R-raja?”
“B-bang Marez?”
Hildan berbisik lirih, tenggorokkannya sakit dan seolah ia tak sanggup untuk berteriak.
Mata Hildan membola saat bayangan itu bergerak, berdiri dari duduknya dan tiba-tiba berlari cepat ke arah Hildan yang masih terpaku di depan televisi. Hildan menggeleng panik, bayangan yang ia lihat dari pantulan layar televisi itu semakin mendekat ke arahnya.
“AAAAAA!” Hildan menutup matanya dan menjerit, bayangan itu menghantam layar televisi di depannya dan entah apa yang terjadi berikutnya, Hildan tidak tahu sebab ia menutup matanya.
“H-haah … Hah ….” Deru napas Hildan begitu cepat, ia masih memejamkan matanya dan tidak berani membuka matanya.
Hildan tersentak, seseorang menepuk bahunya dan Hildan langsung menoleh ke belakang sembari membuka matanya.
Saat melihat Afraga yang berdiri di depannya, Hildan menghela napas lega dan langsung berdiri.
Lalu Hildan tersentak, dan saat ia melihat sekitar, betapa terkejutnya ia saat mengetahui jika dirinya berada di taman belakang villa.
“Lo ngapain di taman belakang subuh-subuh gini, Hildan?!”
“Lo ngapain di sini Hil?” Tanya Afraga lagi.
Hildan menggeleng tak percaya, bagaiman bisa … tiba-tiba ia berada di sini?
Jeren
Gw Denger Suara Teriakan
Hildan
Lo Harus Denger Cerita Gw
Hildan
Demi Tuhan Ini Aneh Banget
Afraga
Aneh Banget Dia,Masa Nongkrong Dihalaman Belakang
Hildan
TIBA TIBA GW DIBELAKANG
Hildan
Gw Tadi Haus,Terus Ambil Minum Didapur
Hildan
Pas Gw Mau Balik Tiba Tiba Tv-nya Nyala
Hildan
Jadi Gw Matiin Dong?
Hildan
Pas Tv Mati Gw Liat Ada Yang Duduk Di Sofa
Hildan
Gw Liat Dari Pantulan Tv Kan
Hildan
Lo Harus Percaya Sama Gw
Hildan
Pas Bayangan itu Ngejer Gw Dan Gw Merem,Tiba Tiba Gw Dibelakang
Hildan
FIX VILLA INI ANGKER!
Vincent
Yang Lain Udah Pada Tidur
Afraga
Tidur Aja Hil Lo Kecapean
Vincent
Udah Jam 4 Weh Tidur Buruan
Afraga
Lo Pada Udah Pada Bangun?
Vincent
Et Dah Ini Dingin Banget
Vincent
Lo Pada Kedinginan Ga Sih?
Afraga
Iya Dingin Banget Anjir
Auzilen
Udah Mana Gabisa Tidur Gw Semalem
Afraga
Sama Apaan Anjir,Orang Lo Tidurnya Pules Banget
Mareza
Eh Semalem Hildan Kenapa?
Hildan
Gw Ga Sleep Walking
Hildan
Gw Jelas Jelas Sadar
Hildan
Lo Scroll Deh Baca Yang Semalem Gw Chat
Hildan
Gw Mohon Percaya Sama Gw
Hildan
Dan Gw Ga Sleep Walking
Auzilen
Lo Capek Mungkin Hil?
Auzilen
Soalnya Semalem Gw Juga Gabisa Tidur Tapi Capek Banget,Jadi Mimpi Yang Ga Karuan
Raja
Udahlah Jangan Terlalu Dipikiran Hil
Hildan
Ayo Pulang,Partynya Udah Belom?
Afraga
Dih Elah Masa Balik Hill?
Mareza
WTF Baru Juga Sehari?
Hildan
Pliss Lah Ayo Balik
Vincent
Baru Sehari Anjir Ra
Vincent
Masa Sekarang Balik Apa Banget?
Auzilen
Sekarang Santai" Dulu Lah Badan Gw Masih Pegel" Nih
Mareza
Iya Anjir Mana Gw Yang Nyetir
Hildan
Yaudah Balik Nanti Gw Yang Nyetir
Afraga
Hil Lo Terlalu Paranoid
Mareza
Chill,Disini Kita Refreshing Dulu
Mareza
Mungkin Semalem Lo Ngantuk Atau Ngelindur
Mareza
Tenang Aja Oke? Villa Ini Ga Angker
Auzilen
Santai Aja Hil Amann👍👍
Vincent
Ketaman Yok Foto Foto?
Afraga
Duluan Aja Gw Nyusul
"Kok Sepi Banget Deh Orang Orang Pada Kemana?"
Ucap Raja
Afraga
Santai Aja,Nikmati Liburannya
Afraga
Pikirin Apa? Masalah Lo Sleep Walking Semalam?
Hildan
Gw Ga Sleep Walking Ra
Hildan
Anjir Kenapa Kaga Ada Yang Percaya Sih!
Afraga
Ya Terus Gimana Hil?
Afraga
Lo Beneran Mau Balik?
Afraga
Hildan Kalem Napa Sih
Hildan
Hil Feeling Gw Gaenak Sumpah
Afraga
Besok Aja Gimana? Besok Aja Kita Balik
Afraga
Sehari Lagi Kita Nginep,Kasian Yang Lain Kalo Balik Hari Ini
Afraga
Lo Istirahat Sana,Mabok Naik Gunung Kali
--------------------------------------------------
Villa itu terletak di tengah hutan lebat yang sunyi, suara jangkrik dan aungan binatang hutan terdengar dari kejauhan. Siapapun yang menatap pemandangan sekitar mungkin akan merasa jika Villa ini begitu asri dan mendamaikan, tapi coba kau lihat lebih jauh lagi, maka tempat ini benar-benar terasa menyeramkan.
Ada satu sosok yang berdiri di teras belakang Villa, sosok itu berperawakan tinggi dan tampan, wajah datarnya begitu tegas. Itu adalah Jeren.
Jeren menyalakan puntung rokoknya dengan pemantik, asap rokok mulai berpendar di udara, baunya bercampur dengan bau melati dan busuknya bangkai, lalu Jeren berdiri di pinggir kolam renang, menatap air tenang di depannya dalam diam.
Ini pukul 1 siang. tapi langit terlihat mendung dan sedikit gelap, tak ada matahari sejak pagi, suasana dingin semakin menusuk namun Jeren sama sekali tidak merasa kedinginan
Rokok di jarinya Jeren jatuhkan, lalu ia injak dengan kakinya agar mati. Setelahnya Jeren masuk ke dalam Villa.
Teman-temannya yang lain berada di kamarnya masing-masing, setelah sarapan pagi bersama dan berfoto ria di depan Villa kini mereka memilih untuk diam di kamar, cuaca sangat mendukung untuk bercumbu dengan kasur.
Udara dingin begitu menusuk saat kaki Jeren menuju ke dapur, suasana sepi Villa terasa begitu mencekam dan sunyi, namun kesunyian itu tidak bisa membuat langkah kaki Jeren terdengar, sebab ia melayang, kakinya tidak menapak di atas lantai yang dingin.
Jeren menuju sebuah pintu kecil di pojok dapur, ia buka pintu itu dengan pelan, lalu seringai lebarnya muncul, begitu lebar hingga mulutnya hampir robek
“LEPASIN KITA BANGSAT! LO IBLIS JAHAT! LEPASIN KITA!”
“LEPASIN TEMEN-TEMEN KITA! JANGAN LUKAIN MEREKA! LO UDAH MATI! LO HARUSNYA MATI!”
Senyum Jeren semakin lebar, wajah tampannya berubah menyeramkan dan begitu mengerikan. Hilang sudah wajah tampan nan bersihnya, tergantikan dengan wajah hitam yang penuh dengan luka-luka yang berbau busuk.
Wujud Jeren berubah sepenuhnya, membuat mereka yang berada di ruangan itu merinding ketakutan.
“Kalian yang sudah mati.” Balas sosok itu-Jeren- dengan suara menggema.
Lalu pintu kembali tertutup rapat, dan mereka yang berada di sana berusaha menggedor pintu sekeras mungkin.
“RAGA! HELO! KELUAR DARI SINI!”
Afraga tersentak kaget, ia mendengar seseorang memanggil namanya.
Tubuh Raga meremang tanpa alasan, mata Ragaa jatuh pada jendela kaca besar yang ada di sisi kamar, angin berhembus lembut menerbanglan tirai putihnya. Kain putih itu menari-nari indah, Hildan bisa merasakan aura mencekam dari sini.
Raga memilih untuk turun dari kasurnya, kemudian berjalan pelan menuju pintu
Ia begitu terkejut saat ia membuka pintu ada Marez berdiri di sana, menatapnya datar dengan tatapan kosong.
“Bang?” Panggil Raga pelan.
“Lo lagi apa, Ra?” Marez berucap datar. Wajahnya benar-benar tak berekspresi dan tatapannya lurus ke depan.
“G-gak lagi ngapa-ngapain, kenapa bang?”
Marez hanya menggeleng setelahnya. Kemudian Marez berlalu dari hadapan Raga, berjalan menuju tangga dan menghilang di sana. Raga merasa semakin tidak nyaman, ia sadar ada yang salah dengan tempat ini.
---------------------------------------------------
Afraga
Suara Anak Kecil Nangis?
Afraga
Bilang Sama Gw Kalo Bukan Cuman Gw Yang Denger Suara Itu
Afraga
Suara Anak Kecil Kan?
Raja
Katanya Juga Gaada Villa Lain Selain Villa Ini
Raja
Terus Siapa Anjir Ra?
Afraga
Lagian Ini Masih Siang Kan
Afraga
Mana Ada Setan Siang"
Afraga
Lo Tetep Dibelakang Gw
Raja
Suaranya Dari Deket Kolam Renang Ga Sih?
Afraga
Iya, Mangkanya Ayo Cek
"Auzilen Ngapain Anjir Dikolam Renang Sendirian??"
"Dan Dia Nangis Tapi Suara Tangisannya Anak Kecil? WTF?"
Afraga
Lo Nangis Dikolam Renang
Afraga
Gw Sama Raja Liat Lo
Auzilen
Gw Ada Masalah Dirumah
Afraga
Tapi Kenapa Tangisan Lo Kayak Tangisan Anak Kecil?
Raja
Maksudnya Ya,Gaada Anak Kecil Disini
Auzilen
Suara Gw Biasa Aja Kok?
Jeren
Ayolah Jangan Bahas Tangisan
Auzilen
Tadi Cuman Mau Ngeluarin Emosi Aja
Auzilen
Ayo Lanjut Liburan Aja,Kayaknya Dari Kemaren Kita Belom Eksplore Villa Ini
Hildan
Bener Banget Kita Belom Eksplore Nih Villa
Hildan
Kalian Masih Pada Capek? Kalo Ga Ayo Keluar
Hildan
Katanya Ada Air Terjun Deket Sini
Mareza
Masuk Kehutan Sedikit
Mareza
Ada Air Terjun,Mau Kesana?
Lantas Siapa?
"Ngeri Ngeri Sedep Jalannya" Ucap Hildan
"Jangan Main Hp Mulu Ntar Lo Ketinggalan"
Balas Afraga
"WAHH GOKIL KEREN BANGET" Ucap Raja
"Ga Ah Gw Liatin Aja Dari Sini" Balas Raja
"Sumpah Adem Banget"
Ucap Afraga
--------------------------
The **** Apa Yang Barusan Gw Liat?
Semua Lagi Pada Main Air,Gw Duduk Dipinggir Sungai Sambil Main Batu..Tiba Tiba Ada Suara Manggil Gw Dan Pas Gw Nengok Ada Kepala Dibelakang Pohon..DEMI TUHAN GW GATAU ITU MANUSIA ATAU SETAN
Gw Yakin Disini Cuman Kita Ber-Tujuh....Gaada Siapa Siapa Lagi Terus Tadi Siapa Yang Nongol?
Raja
Woi Bang Hildan Lo Lagi Main Hp,Jawab Anjir
Raja
Denger Ga Sih Gw Manggil Manggil Kalian?!
Afraga
Tapi Gw Masih Mau Disini
Jeren
Udah Jam 5 Ra,Balik Aja
Raja
Gw Udah Merinding Disini
Mareza
Jangan Ngomongin Itu Mulu Elah!
Vincent
Tau Hantu Hantuan Mulu Dari Kemaren
Vincent
Padahal Gaada Apa Apa
Raja
Ya Emang Gaada Apa Apa
Raja
Gw Cuman Merinding...
Auzilen
GW NEMU ANAK ANJINGG
Matahari sudah hampir tak terlihat ketika mereka berujuh akhirnya berjalan menyusuri hutan untuk bisa kembali ke villa. Hildan, Auzilen, juga Raja berjalan di depan sembari diikuti seekor anjing liar yang terlihat penurut. Lalu di belakangnya ada Jeren, Marez dan juga Vincent. mereka berjalan sembari sesekali memotret pemandangan hutan yang sudah mulai gelap.
Sedangkan di belakang,Afraga berjalan sendirian, dia mengutak-atik ponselnya, sejak kemarin pesannya untuk sang Temannya belum juga tebalas, bahkan berkali-kali Raga mencoba mengubungi nomor orang tuanya pun, tidak ada jawaban dari sana.
Raga menoleh ke belakang saat ia mendengar suara Raja memanggilnya. Tunggu, bukannya Raja ada di depan bersama yang lain? Raga terdiam, ia mengamati hutan yang sudah cukup gelap itu, tidak ada siapapun di sana, jadi Raga membalikkan dirinya dan memilih untuk kembali berjalan ke depan.
Langkah kaki Afraga kembali terhenti, suara itu terdengar begitu jauh namun terasa sangat dekat, Raga merinding saat merasa angin sejuk menerpa kulitnya.
Lagi, suara itu terdengar begitu jauh dan kecil. Raga bergeming, lalu ia memejamkan matanya dan mencoba meresapi dirinya.
"Raga! Gue tau lo denger suara kita! Lo bisa denger kita kan?" Suara itu menggema di telinganya.
"Pergi dari sini! Lo harus pergi dari sini Ra! Pergi dari villa itu!" Suara itu begitu putus asa, terdengar semakin kecil dan Helo harus menajamkan telinganya agar ia bisa kembali mendengar bisikan itu. "Pergi Raga!"
Raga tersentak ketika mendengar suara Marez tepat di depannya, dan saat Raga membuka matanya, ia bukannya mendapati Marez namun betapa terkejutnya Helo saat ia justru melihat sebuah kakek-kakek tua dengan wajah penuh luka bakar dan darah.
Afraga mundur ke belakang dengan perlahan. "Ra, lo kenapa?" Tanya sosok itu. "M-marez?" Tanya Raga serak. "Iya ini gue Marez, lo kenapa berhenti jalan Hel? Ayo balik, udah mau gelap." Kakek tua itu mendekatinya, dan Raga berusaha tenang. "Ayo balik ke villa."
Raga mengangguk patah-patah, ia sadar, beberapa di antara temannya ini, bukanlah mereka yang sesungguhnya.
"Demi Tuhan Gw Harus Apa" Batin Raga
Afraga
Besok Kita Pulang Kan?
Hildan
Akhirnya Pulang Juga
Hildan
Udah Gasabar Gw Balik Kerumah
Vincent
Akhirnya Gw Bisa Pulang
Vincent
Setelah Sekian Lama
Raja
Apasih Lama Baru Juga 2 Hari
Afraga
Beneran Pulang Kan?
Auzilen
Ya Masa Ke Akherat Sih Ra?
Jeren
Pada Tidur Cepet Gih,Besok Pagi Kita Pulang Nya
Auzilen
Oke Siap Gw Juga Capek
Auzilen
Bang Hildan,Nitip Anjing Nya Dikamar Lo Boleh Ga?
Auzilen
Ini Sih Vincent Rese Banget Masa Anjing Gw Gaboleh Masuk
Auzilen
Kan Kasian Kalo Diluar Tidurnya
Hildan
Sini Biar Gw Ada Temennya
Auzilen
Oke Nanti Gw Kesitu
Afraga
Beneran Pulang Kan?
-------------------------------------------------
Hildan Yang Sedang Berbaring Sedikit Mendudukkan Dirinya Ketika Pintu Kamarnya Tiba Tiba Terbuka Sendiri,Namun Tidak Ada Orang Disana...
"Ohhh...Aaa Anjing Nya Auzilen"
Hildan Tersenyum Sendiri,Kemudian Dia Kembali Merebahkan Dirinya.Tubuhnya Terasa Begitu Lelah,Mungkin Efek Berenang Tadi.Ia Juga Sempat Memanjat Tebing Pendek Mungkin Lelahnya Tambah Terasa..
"Oy!" Hildan Terlentang,Menata Langit Kamarnya Dan Mengulurkan Tangan Kebawah,Hildan Bisa Merasakan Bulu Bulu Yang Sedikit Kasar Menyentuh Kulitnya "Ini Anjing Liar Gapernah Mandi Apa Ya? Kasar Banget Bulunya" Ucap Hildan Sembari Mengelus" Bulu Tersebut
"Wehh Anjir Dijilat" Hildan Terkikih Geli Ketika Anjing Itu Mulai Mengendus Dan Menjilati Jari Jarinya,Dan Dia Membiarkan Si Binatang Melakukan Hal Itu
"Kasian Banget Anjing Lucu Begini Dihutan Sendirian,Untung Lo Ketemu Kita Jadi Bisa Dibawak Pulang"Ucap Hildan Yang Masih Menatap Langit Dan Menjulurkan Tangan Kebawah
"Lo Suka Banget Jilatin Tangan Ya? Lucu Banget Nih Anjing Sa-
"Bang Hildan!! Nitip Sih Doggy Ya"
Pintu Kembali Terbuka,Menunjukkan Auzilen Yang Mengendong Seekor Anjing Didadanya.
Hildan Membeku Ditempat nya,Rasa Basah Dan Jilatannya Berhenti Ketika Auzilen Kini Berada Disisi Kasurnya.Dengan Kaku Hildan Menarik Tangannya Dan Melihat Lendir Itu
"L-Lo Baru Masuk? Anjingnya Dari Tadi Sama Lo?"
Auzilen Mengganguk "Iya Bang Soalnya Vincent Risih Katanya Najis Dia Kan Sholat"
Lalu Siapa Yang Dari Tadi Dia Usap" Dan Menjilati Jarinya?
Maka Itu,Jangan Pernah Ulurkan Tangan Kalian Kebawah Kasur Saat Tertidur,Bisa Saja Penghuni Kolong Kasurmu Merangkak Dan Menjilati Jarimu!
Afraga
Jadi Pulang Kan Hari Ini?
Hildan
Gw Udah Gatahan Disini
Hildan
Jadi Pokoknya Hari Ini Kita Pulang
Auzilen
Iyee Buset Dah Wkwkw
Auzilen
Ayo Pada Siap Siap
Jeren
Siapa Yang Nyetir Btw?
Mareza
Ntar Kalo Yang Lain Kesesat
Vincent
Pada Turun Deh Kebawah
"Gw Tebak Pasti Hari Ini Gajadi Pulang Karna Mobilnya Tiba Tiba Mati,Kalo Ga Potong Jari Gw" Ucap Afraga Dalam Hati
"Kita Gabisa Pulang,Gw Tau Ini Rencana Marez"
Jeren
Akinya Abis Atau Gimana?
Jeren
Bensin Nya Masih Banyak Anjir
Afraga
Jadi Kita Gabisa Pulang?
Raja
Semua Juga Mau Pulang Hil Tapi Gimana Mobilnya Gamau Nyala
Mareza
Sabar Gw Sama Hilda Cek Lagi Mobilnya
Mareza
Tapi Kalo Gabisa Nyala Terpaksa Kita Nginep Lagi Disini
Hildan
Ah Anjir Gw Gatahan Disini
Jeren
Gak Usah Berlebihan Hildan! Gaada Apa Apa Disini
Vincent
Udah Sih Jangan Ribut
Vincent
Benerin Dulu Mobilnya
Vincent
Wajar Sih Soalnya Kan Kemaren Kita Naik Gunung Siapa Tau Tuh Mobil Bengek
Vincent
Santai lah Lagian Ini Rumah,Villa! Bukan Tinggal Dihutan
Auzilen
Tau Anjir Hildan Parnoan
"Gw Harus Cari Tau Temen Temen Gw Yang Beneran Manusia Sama Yang Makhluk Lain" Batin Afraga
"Tapi Caranya Gimana? Gw Gabisa Liat Mereka Kecuali Mata Batin Gw Kebuka Kayak Dulu"
Yang Pasti.Bang Marez Bukan Marez Yang Asli,Dan Vincent Sama Auzilen Udah Keliatan Aneh,Bahasa Mereka Seolah Maksa Kita Buat Tinggal Disini,Terakhir Jeren Sama Raja? Gw Belom Liat Keanehan Mereka
---------------------------------------------------
Afraga
Lo Tadi Pagi Sholat Subuh?
Jeren
Lo Pikir Gw Islam KTP Doang?
Jeren
Ya Bener Anjir,Napa Sih?
---------------------------------------------------
Afraga
Gw Ditaman Belakang Ja
Raja
Gpp Sih,Ini Yang Lain Didepan
Raja
Mobilnya Ini Masih Gabisa Nyala
Raja
Tapi Bang Marez Bilang Dia Mau Ke Gujang(?) Eh Siapa Sih Namanya
Raja
Katanya Mau Minta Tolong Sama Beliau Buat Cek Mobil
Afraga
Beliau Rumahnya Di Mana Sih?
Afraga
Gw Galiat Rumah Siapapun Disini?
Raja
Iya Ya Gaada Rumah Siapapun Disini
Raja
Depan Gudang Utama Yang Pintu Masuk Itu
Afraga
Marez Mau Jalan Kesana?
Raja
Iya Sama Auzilen Katanya
Gw Yakin Banget Kalo Auzilen Juga Bukan Manusia
Raga berjalan di belakang Marez dan Auzilen, mereka berdua tampak seperti manusia biasa, tak ada yang salah dari mereka. Tapi Raga tau bisa saja Auzilen juga sama seperti Marez. Raga berpikir, bagaimana caranya agar ia bisa tahu mana saja temannya dan mana yang bukan, ia butuh teman untuk pergi dari tempat ini, karena feeling Raga mengatakan jika mereka mungkin memang tak akan bisa kembali jika Raga tak bertindak.
"Ra? Jalannya lama amat, buruan elah!”
Auzilen menoleh ke belakang dan menatap Afraga. Raga yang ditatap oleh Marez dan Auzilen dengan lekat sedikit takut. "I-iya, gapapa sans aja, lu pada duluan aja
gue lagi nikmatin udara."
Setelah berujar seperti itu Marez dan Auzilen kembali berjalan sedangkan Raga semakin melambatkan langkahnya, membuat jarak mereka semakin jauh.
Raga berpikir keras. "Ayo anjir ayo mikir! Gimana caranya biar gue tau Auzilen manusia atau bukan!" Bisiknya pada diri sendiri.
Tubuh Auzilen dan Marez semakin jauh di depan, dan sekelebat ide tiba-tiba melintas di otak Raga.
Jantung Afraga sedikit berdebar saat ia memutuskan untuk melakukan ini, Raga berbalik, lalu ia merundukan tubuhnya ke bawah sembari membuka kakinya lebar-lebar. Kata orang-orang jika kita melihat ke belakang dengan posisi menunduk dan menaruh kepala di antara kaki, kita bisa melihat tuyul. Raga tahu ini ide konyol, tapi siapa tau Auzilen memang berwujud tuyul, kan? Jantung raga semakin berdebar, lalu ia memejamkan mata dan memposisikan kepalanya di antara kedua kaki, melihat ke belakang dengan posisi terbalik.
Raga menutup mulutnya agar ia tak teriak, karena saat Raga membuka matanya, tubuh Auzilen benar-benar berubah menjadi seperti anak kecil, tingginya hanya selutut Marez dengan tubuh gosong seolah terbakar, tidak ada lagi tubuh Auzilen di sana, Marez berjalan dengan seorang mahluk halus bernama tuyul.
WTFF JADI BENER KAN MAREZ SAMA AUZILEN SETAN ANJINGG😭😭
Gw Mau Nangis Sumpah,Ini Gw Manusia Sendiri Atau Gimana?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!