NovelToon NovelToon

Putri Kecil Tuan Mario

Bab. 1 Surat Pengambil Alihan

Raisa tidak dapat merelakan ketika sebuah keputusan hendak mengambil alih tanah dan gedung yang kini ditempatinya untuk mendidik anak-anak PAUD, hendak diambil alih oleh sebuah perusahaan developer.

Setelah semua aset ayahnya disita karena hutang dan dinyatakan pailit dan terlibat kasus penggelapan uang perusahaan, yang membawa ayahnya ikut terjerat dan mendekam di balik jeruji besi, sehingga ia terpaksa tinggal di kota terpencil ini.

"Aku akan menghadapi mereka". Tegas suara Raisa setelah membaca surat pengambil alihan tanah oleh Developer, pemenang proyek pembuatan wahana olahraga air, Arung Jeram di sungai yang terletak di belakang Sekolah Alam yang dibangun Raisa dengan tetesan keringatnya sendiri.

"Mbak Raisa tidak takut? Cecar Sinta kuatir. Sinta gadis yang 3 tahun lebih muda dari Raisa, dia lulus SMA 2 tahun lalu. Saat pertama bertemu dengan Raisa. Gadis itu bekerja dari rumah ke rumah mengambil laundry. Raisa lalu mengajaknya bergabung di PAUD Rintisan nya.

Raisa saat ini sementara mengambil kuliah online semester 8, karena kesibukannya itu Raisa membutuhkan orang untuk menjadi asistennya. Karena tahu keinginan Sinta yang besar untuk kuliah itulah, Raisa mengajak Sinta membantunya di PAUD dan Raisa berjanji akan turut membantu biaya kuliah Sinta nanti.

Sinta menjadi guru termuda di PAUD milik Raisa, dibanding bu guru Mia di kelompok A dan bu Sasya yang memegang kelompok B, dilanjut dengan penitipan anak hingga sore oleh mereka berempat secara bergilir. Raisa sendiri yang menjabat Kepala Sekolah dengan dibantu Sinta.

Meski sebagai Kepala Sekolah, di jam belajar anak, Raisa maupun Sinta akan ikut masuk di kelas sebagai pembawa materi belajar. Hanya di saat penting, yang berhubungan dengan administrasi sekolah Raisa dan Sinta akan disibukkan di kantor.

Seperti hari ini, Raisa dan Sinta sedang di kantor untuk urusan administrasi kelas untuk keperluan supervisi ketika seorang petugas dari kantor Developer tiba dan menyampaikan surat tersebut.

"Aku tidak takut,... Kita punya surat-surat ijin pendirian Sekolah Alam ini disini. Selain itu, Sertifikat tanah ini jelas atas nama papa, yang sudah diwariskan kepadaku, Sertifikat nya sudah atas namaku dan berkas-berkas keperluan pendirian PAUD semuanya sudah disahkan pihak terkait, mereka tidak bisa seenaknya". Raisa geram

"Aku akan menentang mereka". Tekad Raisa bulat.

" Sin... Kurasa kita perlu mengadakan rapat dengan orang tua murid, tolong kamu persiapkan undangannya, coba cek jadwal kita pekan depan. Pertemuan ini darurat. Kita harus mencari dukungan dari orang tua". Raisa memutuskan.

"Baik Mbak..." Jawab Sinta segera ia mengambil agendanya.

"Kita bisa rapat, pekan ini. Mbak Raisa tidak ada kegiatan penting pekan ini, supervisi masih 2 minggu lagi, sementara persiapan kita sudah lebih dari 50 %, begitu juga kegiatan anak-anak, tidak akan terganggu, jika besok kita share dan bagikan undangan rapat, lusa sudah bisa rapat, orang tua juga tidak ada acara penting menurut ku, mengingat ibu-ibu yang suka posting kegiatan mereka di grup ortu atau posting status, nampaknya pekan ini semua dalam kondisi santai. Kita bisa manfaatkan momen ini". Sinta memberi saran yang langsung disetujui Raisa.

"Good job, Sin, kamu emang gercep segera melihat peluang". Puji Raisa.

" Kan Mbak Raisa, yang menyusun jadwal ini, saya hanya mencocokkan dengan situasi orang tua saat ini". Sinta tersenyum

"Oke kalau begitu, Sin. Segera bagikan, kita harus cepat bergerak sebelum pihak Developer mendatangkan mobil besar, buldoser untuk meratakan wilayah ini, banyak yang harus kita selamat kan". Raisa tiba-tiba tercenung menatap keluar jendela.

Dipandanginya bagian belakang Sekolah dari balik jendela besar ruangannya. Dari sini bisa terlihat rimbunnya pohon-pohon besar serta jalanan menurun yang cukup landai ke bawah.

Di bawah sana mengalir deras sungai dengan kondisi batu-batu besarnya yang menurut para ahlinya sangat cocok dijadikan arena Arung Jeram.

Raisa juga melihat potensi alam ini. Raisa, sebenarnya tidak keberatan dengan proyek tersebut, bahkan akan turut mendukung, mengingat itu bisa menjadi sumber pariwisata daerah, karena daerah ini kaya dengan destinasi alam yang menjanjikan dan masih perlu dikelola.

Lebih jauh kesana kearah hilir terdapat air terjun yang luar biasa indahnya, hingga Raisa pun kadang berfikir, kondisinya mirip dengan air terjun yang sering dilihatnya di youtube.

Untuk mencapai destinasi alam ini, saat ini jalan terdekat adalah di samping sekolah miliknya. Raisa sudah dapat mencerna ini, Wahana Arung Jeram ini butuh tempat untuk nantinya orang-orang yang datang, bisa meletakkan perlengkapan mereka, untuk tempat istirahat juga tempat kendaraan di parkir.

Rencana itu tentu perlu lahan yang cukup luas. Tanah miliknya ini termasuk lahan yang paling cocok untuk memenuhi sarana tersebut selain tanah-tanah lain disekitar area penurunan.

Namun Raisa cukup punya alasan untuk keberatan, pasalnya, para orang tua yang pergi bertani dan berkebun di pagi hari, di sawah mereka di seberang sungai yang menyeberangi jembatan gantung.

Awalnya mereka selalu mengajak anak-anaknya yang masih bocah di pagi-pagi buta ikut ke sawah karena tidak ada yang menjaga di rumah.

Kehadiran PAUD yang berbentuk sekolah alam tersebut langsung jadi satu solusi menarik bagi mereka. Karena mereka bisa menitipkan putra putri mereka sambil bersekolah dan sepulang bertani dan berkebun sudah bisa mereka jemput pada sore hari di jam 04.00 atau jam 05.00.

Raisa sendiri tinggal di samping sekolah, dibangunan yang terpisah. Sebuah bangunan kecil, cukup untuk Raisa berdua dengan Darren, adiknya.

Pertama kali tiba disini. Fikirannya nelangsa dan sedikit kacau. Tiba-tiba harus tinggal di tempat terpencil memang cukup mengerikan. Namun ia maupun Darren, adik laki-laki nya, tidak punya pilihan lain. Hanya tanah di kota kecil ini yang tersisa.

Dengan modal uang 100 juta yang masih tersisa di Rekening nya, yang pernah diberikan papanya sebagai jajan namun rajin ditabungnya, termasuk uang bulanan dari mama dulu.

Raisa takut simpanan itu habis begitu saja jika mereka mengontrak di kota. Tiba-tiba terlintas untuk tinggal disini. Disini sangat subur. Mereka bisa menanam sayuran yang bisa dipanen cepat untuk keperluan makan sehari- hari.

Raisa segera membangun rumah sederhana dengan mempekerjakan tukang yang cukup murah. Bangunan sederhana sekali, separuh tembok, separuh dinding triplek, namun tidak pengap dan panas karena jendelanya yang dibuat lebar-lebar berdinding kawat besi.

Idenya membuat PAUD muncul mengingat kuliahnya di jurusan kependidikan. Selain itu Raisa banyak tahu potensi sekolah PAUD ini lewat pelatihan yang pernah diikuti sebelumnya.

Dengan mengantongi sertifikat pelatihan dan keberaniannya mengambil resiko ditambah sedikit modal untuk membeli bahan keperluan sekolah PAUD yang sederhana, jadilah PAUD tersebut didirikannya.

Bab. 2 Mencoba Memahami Darren

Terbangun dengan kondisi sedikit berantakan. Memikirkan semua masalah yang Menderanya sedikit mengguncang kekuatannya.

Baru saja dirinya sedikit tenang sudah melewati masa kesibukan mendirikan PAUD pasca papanya di penjara dan ibunya yang keras kepala, lalu dirinya terpaksa tinggal di kota ini bersama Darren, kini muncul masalah baru dengan datangnya developer yang memiliki rencana lain dengan proyek besar yang sudah mengantongi ijin.

Namun bukan Raisa, jika terus larut dalam kesedihan, meski ibunya menjadi wanita yang begitu menyebalkan karena tidak bisa menerima kenyataan dan memilih tetap di kota, enggan meninggalkan dunia gemerlapnya.

Raisa kini harus memikirkan dirinya dan juga Daren, adiknya. Pemuda tanggung yang tumbuh jadi sosok menyebalkan dan tidak percaya diri sehingga Raisa harus turun tangan membantu sang adik termasuk menemui bos tempat adiknya bekerja, karena hendak memecat adiknya.

Raisa mesti menyampaikan jika Darren adalah pemuda yang rajin, tidak seharusnya, kesalahan fahaman lantas hendak memecat adiknya.

"Jadi apa rencanamu hari ini kak? " Darren memelototi kakaknya yang hari ini keluar kamar dengan rok lebar bunga-bunga dengan blazer peach.

Tidak biasanya Raisa terlambat keluar kamar, sedari tadi celotehan anak usia 5 tahun terdengar diluar sana.

Biasanya pagi-pagi kakaknya yang sesungguhnya sangat disayanginya itu sudah diluar rumah, membuka sekolah PAUD nya, menyapu ruang kelas, hingga halamannya, menyiram tanaman bunganya yang rimbun dan aneka warna, baru kemudian masuk, membuat sarapan untuk mereka berdua lalu mandi.

Biasanya saat mereka sarapan, guru-guru PAUD sudah kedengaran suaranya diluar, siap untuk menyambut murid PAUD yang datang.

Raisa menuang segelas teh ke gelas bergambar princess miliknya dan gelas bergambar spiderman milik Darren.

"Aku tidak minum teh sekarang, kopi saja". Darren menolak gelas yang disodorkan, Raisa membola.

" Loh? Sejak kapan kamu minum kopi hmhh..? " Raisa sedikit kaget mendengar penolakan Darren.

"Kak.. Aku sudah hampir tamat SMA, apa kak Raisa masih mau mengatur minuman ku? ". Darren mencoba membela diri.

" Betul sih, kamu sudah mau tamat sekolah sekarang, sudah besar, sudah jadi cowok ganteng, sudah bisa mengurus diri ". Raisa mencoba memahami adiknya meski ada sedikit sindiran.

" Ck... ". Darren memalingkan muka,

" Tidak usah terlalu memuji ku, jadi kak Raisa akan menemui bos ku? ". Darren mengubah topik.

" Tentu saja, kakak tidak bisa melihat mu, merundung begitu, baru 3 hari tidak kerja, rumah sudah seperti kapal pecah, semua dibanting, ayam lewat saja disalahkan ".

" Jangan mengejekku kak ". Darren melotot

" Tidak adikku sayang, kak Raisa tahu, kau tidak terima dipecat tanpa kejelasan, kakak juga tidak Terima, karena itu kakak akan menemui bos mu itu, enak saja main pecat".

Raisa sesungguhnya tahu Darren bukan pemuda tidak bertanggung jawab. Adiknya itu termasuk pemuda yang rajin.

Pergi sekolah Pagi-pagi, itu jelas, karena Raisa selalu menuntun dan memastikan adiknya belajar dengan baik.

Pulang sekolah, Darren langsung pulang untuk makan dan ganti baju proyeknya. Proyek pembangunan gedung puskesmas yang baru, yang lebih megah dibanding dulu dan kabarnya peralatannya lebih modern dan sesuai standar proses.

Darren begitu gembira mendapatkan pekerjaan, meski hanya sebagai tukang bangunan pada proyek pembangunan puskesmas.

Itupun hanya buruh lepas karena Darren baru datang sepulang sekolah. Sudah hampir 2 bulan masa kerjanya ketika tiba-tiba saja ia pulang dengan muka lusuh dan mengamuki apa saja yang dilaluinya.

Katanya, ia dipecat karena memecahkan selembar kaca untuk jendela ditambah sudah seminggu sering terlambat.

Menurut Raisa seharusnya Darren diberi peringatan dulu, dilakukan pemotongan gaji untuk mengganti kaca yang pecah, atau pemotongan upah sesuai berapa kali keterlambatan nya, bukannya langsung main pecat begitu. Itu namanya tidak punya toleransi dan rasa pengertian.

Meski memihak adiknya, Raisa juga merasa perlu menyelidiki, kenapa Darren belakangan sering melakukan kesalahan dan sering terlambat, sementara Darren pulang sekolah dan pergi ke lokasi proyek tepat waktu.

Kemungkinan Darren singgah di suatu tempat sehingga terlambat ke lokasi. Ada kegiatan apa sebelum Darren ke proyek.

Darren cenderung dingin pada Raisa belakangan ini. Darren memilih ikut dengan Raisa dan bukan mengikuti mami mereka karena Darren juga sangat peduli pada papinya.

Darren memang sangat dekat dengan papinya. Saking percayanya pada papi sebagai sosok pahlawan nya. Darren sudah mampu berpendapat sendiri, bahwa papinya pasti dijebak sehingga ikut terseret kasus perdata.

Meskipun hakim membuktikan keterlibatan papinya Darren tetap yakin papinya tidak bersalah.

Raisa sungguh menyayangi adiknya ini dan bertekad membuat hidup nya tidak kekurangan sesuatu pun juga. Itulah salah satu yang tetap membuat Raisa bersemangat dan optimis menjalani hari-hatinya yang sesungguhnya terasa perih dan suram sejak keputusan pengambil alihan semua aset mereka oleh pengadilan yang memenangkan Dewan Komisaris yang menuntut papinya.

Namun sejak kejadian itu, Darren yang tadinya pemuda ceria dan suka bersenang-senang.

Bergaul dengan sesama anak-anak di kalangan atas, kini jadi lebih pendiam dan jarang bercerita pada Raisa. Apalagi suasana kampung, baru baginya.

Karena Darren pemuda ganteng dan punya postur tubuh tinggi atletis seperti pemain basket, sehingga anak-anak kampung banyak menyukai nya. mengajaknya bergabung dalam kegiatan desa.

Namun belakangan Darren lebih tertarik untuk nongkrong bersama pemuda di pos sambil bermain gitar atau balapan di jalan desa yang berdebu.

Kekhawatiran Raisa sedikit berkurang ketika adiknya itu mau bekerja dengan alasan ingin mencari pengalaman daripada hanya duduk nongkrong.

Sayang, tidak berlangsung lama karena kini Darren kembali berubah, menjadi tanda tanya bagi Raisa. Namun disimpan nya dulu. Urusannya sekarang adalah dengan mandor tempat Darren bekerja.

Bab. 3 Bukan Mandor Yang Dicari

Bukan salah Raisa jika ia cantik dan seksi. Tapi sungguh terlalu jika mata itu tetap memandanginya tanpa kesopanan, memandanginya dari puncak kepala hingga ujung kaki.

Lelaki inikah yang menurut adiknya, adalah pimpinan tempatnya bekerja. Seingat Raisa, Darren tidak pernah menyebut bola mata biru, dan muka mirip bule, meskipun tidak seratus persen sebagai salah satu ciri khas orang yang menjadi mandornya.

Raisa buru-buru memalingkan muka ketika menyadari pandangan mata pria itu terus tertuju padanya.

Raisa tidak ingin merasa tersanjung karena dipandangi sedemikian penuh minat atau apa itu disebut kagum?

"Ck... ". Raisa mengeluh dalam hati. Sudah sering dirinya dipuji cantik, sejak masih hidup dalam kemewahan, dalam gelimang harta.

Sejak SMA, ke salon kecantikan dan perawatan bukan hal yang jauh darinya. Semua itu sudah dilakoninya. Kulitnya terawat, wajahnya putih mulus, apalagi Raisa memang dianugrahi wajah yang cantik rupawan dari mamanya yang kelahiran Amerika latin, alhasil Raisa memiliki wajah latin dengan tubuh mirip gitar spanyol begitu pendapat orang. Untuk seusianya ketika itu.

Raisa termasuk memiliki tubuh jauh lebih menarik baik di mata teman laki-laki maupun perempuan. Meskipun Raisa lebih senang kalau teman-temannya mengakui kepintaran nya dibanding tubuh moleknya.

Dan sekarang, meskipun tidak lagi melakukan perawatan tubuh dan pada wajahnya dengan rutin ke salon, Raisa tetap gadis cantik sejak lahirnya.

Pun kondisi tubuh dan wajahnya tidak banyak berubah, karena sebagai gadis yang cerdas dan pintar dalam banyak hal, tentu urusan merawat diri bukan hal yang sulit untuknya.

Baginya, keterbatasan ekonomi tidak mesti menjadikan seorang wanita tidak memiliki daya untuk merawat diri nya. Segala potensi sumber daya alam dapat dimanfaatkan dan itu salah satu kelebihan Raisa.

Mungkin itu pula yang membuat nya tidak putus asa ketika tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan harus hidup pas-pasan. Lagipula dia tidak benar-benar kehilangan seluruh harapan nya, buktinya Raisa memiliki simpanan dan sepetak tanah.

Segera saja otak cerdasnya bekerja. Sayangnya laki-laki memang selalu kelihatan bodoh bila bertemu pemandangan begini.

Dan karena Raisa datang akibat rasa prihatin pada adiknya. Raisa sedikitpun tidak mengindahkan tatapan memuja untuknya.

Darren baru saja bekerja dan tiba-tiba saja seorang mandor tempatnya bekerja, hendak memecat adiknya karena satu kesalahan yang menurut Raisa bisa dimaafkan. Raisa sudah siap dengan pembelaannya pada Darren.

Seseorang yang ditemuinya bukanlah seorang mandor, melainkan seorang pria tampan yang duduk dengan arogan.

Yang menatapnya penuh minat dengan mata birunya yang sangat menggoda dan memancarkan gairah yang nyata. Sesungguhnya Raisa sedikit bergidik ngeri ditatap demikian, namun Raisa tidak akan mudah goyah.

" Anda akan terus memandang dengan tatapan aneh begitu atau mempersilahkan saya duduk, tuan.... ". Raisa berucap tanpa menyembunyikan suasana hatinya. Orang didepannya tampak semaunya, jadi untuk apa dia memasang sikap sopan.

" Mario... " Seolah tahu maksud kalimat menggantung itu. Pria itu menjawab rasa ingin tahu Raisa.

"Baik, tuan Mario, mohon maaf sebelumnya tuan, saya tidak yakin apakah anda, mandor yang dimaksud oleh Darren, adik saya, tapi seseorang diluar menunjukkan saya ruangan ini". Raisa tidak ingin merasa bersalah karena menemui orang yang berbeda.

" Lalu apa maksud anda kemari, nona". Mario melakukan hal serupa.

" Raisa... ".

" Nona Raisa.... Ada apa dengan adik anda,... Darren? ". Mario menatap bola mata Raisa.

Raisa mengabaikan sikap dan cara pandang pak Mario kepadanya. Ia sedikit tahu tipe pria seperti ini. Merasa bisa menaklukkan hati wanita dengan ketampanan dan kekuasaan yang ada padanya.

Di masa jaya papinya, ia banyak melihat rekan bisnis papinya yang memiliki karakter begini, meski tidak seluruhnya, terdapat juga bos-bos kaya yang tampan dan tetap setia pada wanitanya serta memiliki wibawa, contohnya papinya, yang selalu setia mencintai maminya seorang meskipun dikelilingi banyak wanita-wanita cantik.

" Begini, tuan.... ". Segera Raisa bercerita, termasuk sikap Mandor yang dianggapnya tidak bijaksana. Raisa yakin, pria ini memiliki kuasa disini, hingga Raisa merasa tepat untuk bercerita, agar pria ini tahu kondisi dibawahnya.

Mario masih memandang Raisa dengan takjub, pada kemampuan gadis ini mengeluarkan keluh kesahnya tanpa rasa sungkan sama sekali.

Akhirnya....

" Begini.... Nona Raisa, karena saya bukan Mandor yang anda cari dan saya cukup prihatin dengan masalah adik anda, namun terus terang, ini bukan hak saya untuk memutuskan, tapi karena saya sudah mendengar nya, dan Mandor yang Anda maksud adalah teman baik saya,

Ah... pria ini, coba menutupi status dirinya. Tidak masalah. Bathin Raisa.

Pak Dimas sekarang sedang tidak di tempat dan saya pun sekarang hendak pergi tapi saya bersedia menyampaikan keluhan anda ini. Saran saya, nona Raisa, silahkan datang besok untuk bertemu langsung pak Dimas, mandor yang nona Raisa cari". Mario memberi jalan keluar.

Mario melihat kegigihan wanita ini membela adiknya. Namun perlu untuk mendengar alasan dari pak Dimas, selaku mandor.

Pak Mario adalah atasan yang baru datang meninjau proyek ini. Ia tidak boleh serta merta ikut campur. Dimas merupakan penduduk asli disini. Ia tahu betul potensi-potensi yang dimiliki para buruh disini.

Justru yang dilihatnya di depan matanya sekarang, wanita cantik ini, tidak seperti penduduk asli, wanita ini lebih mirip wanita-wanita di majalah asing dari bentuk wajahnya,

Kemungkinan adiknya pun memiliki wajah yang sama. Ia justru berfikir, bagaimana seseorang seperti mereka mau bekerja kasar? dan kenapa mereka ada di tempat ini, menjadi penduduk disini. Apa mereka pendatang? Mario menjadi tertarik untuk mengetahui kisah wanita ini dan juga adiknya.

Raisa yang melihat pandangan yang menatapnya, seolah sedang menyelidik, memilih segera menyudahi pertemuan ini dan ia memilih mengikuti saran pria tersebut, karena yakin pria yang dicarinya memang bukan pria dihadapan nya saat ini.

Segera, setelah mencoba membantu Darren keluar dari keresahan nya. Raisa memilih segera menuju lokasi kantor cabang, dimana developer yang hendak menganggu area sekolah nya, berkantor.

Itu adalah prioritas utamanya saat ini. Ia harus mempertahankan sesuatu yang sudah dibangunnya dengan susah payah. Tidak akan dibiarkannya orang lain dengan seenaknya merusak semua upayanya sekalipun harus melawan kekuatan besar Raisa tidak takut.

Raisa memiliki semua dokumen kelengkapan sebagai bukti kepemilikan yang sah atas tanah dimana Sekolahnya saat ini beroperasi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!