NovelToon NovelToon

Duda Perawan

Bertemu teman lama

Di bulan ramadan yang bahagia dan istimewa bagi semua umat muslim, kurang lebih 2 minggu berjalan.

Biasanya aku gak pernah di suruh untuk belanja, tapi waktu itu semuanya sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Tia....Tia!" teriak Mamah dari dapur.

"Ya, mah. ada apa?" jawab ku.

"Tia kamu lagi apa? Bisa belanjain kebutuhan rumah gak?" kata Mamah.

Awalnya aku menolak karna malas, tapi karna semua orang sibuk jadi, ya aku yang belanja. Lalu Mamah memberi aku daftar belanjaan dan sejumlah uang untuk keperluan yang akan dibeli.

Dan akhirnya akupun berangkat dengan sepedah motor milik Bapak, tak butuh waktu lama aku sampai di pasar.

Aku pun segera membeli semua kebutuhan yang sudah tertulis di kertas tadi yang Mamah kasih, sesudah semua belanjaan lengkap dan selesai aku pun bergegas pulang, tiba-tiba di tengah perjalanan ada yang memanggil ku.

"Tia ....Tia...Tia.....Tia!" panggil seseorang, aku pun menoleh.

Suara seseorang yang memanggil ku dengan sangat kencang, dan membuat ku kaget juga bingung, lalu aku pun menepi ke pinggir jalan, coba apa yang aku lihat, wooow rasanya seperti mimpi dan tak percaya.

"Kamu mau kemana? Aku kira siapa, kemana ajah selama ini gak pernah terlihat batang hidung kamu?" tanya ku.

"Hehe" jawabnya.

"Aku sekarang tinggal di kampunga ayah ku," kata Padli.

"Sudah 2 tahun kita gak ketemu lumayan lama juga ya," kata Kak Yaya.

"Iya emang kenapa? Tapi gak ada perubahannya toh masih kaya gitu-gitu ajah haha," kata ku bercanda.

Dia adalah Padli dan Kak Yaya, mereka berdua teman ku waktu SMP, kita berteman cukup dekat waktu sekolah SMP dulu. Kita kadang berkumpul bareng jika sedang istirahat kalo kebetulan sedang barengan istirahat karna berbeda kelas.

Setelah agak lama aku Padli dan Kak Yaya bercerita. Kami bertukar nomor henpon dan beranjak menaiki motor dan berlalu masing-masing berjalan ke arah yang berbeda, aku pulang kerumah sedangkan Padli dan Kak Yaya mereka entah pergi kemana.

Sampai juga akhirnya ke rumah. Huaaahh, luamayan cape juga, haus pula mana waktu buka masih agak lama, hemmhh karna baru waktu menjelang ashar.

"Assalamualaikum," tak lupa mengucapkan salam saat masuk kerumah.

"Waalaikumsalam, sini mana belanjaannya Mama mau masak sekarang gak ada yang tertinggalkan? Ya udah kamu bantu Mamah ya potong-potong sayuran," suruh Mamah.

"Okee Mah," sahut ku.

Tak butuh waktu lama masakan pun sudah jadi sebelum adzan tiba. Aku pun kembali ke kamar dan memeriksa henpon ku, tapi gak ada siapapun yang menelpon atau pun mengrim pesan. Aku pun memain kan henpon ku dan membuka aplikasi game lalu aku bermain game sambil menunggu adzan tiba karna hanya tinggal 10 menit lagi.

"Tia..Tia!" Mamah memanggil ku lagi.

"Ya, apa lagi Maaaah?" jawab ku.

"Kamu tu, ya! Bukannya tadarus malah main henpon,"

"Tanggung Mah, bentar lagi juga adzan hehe," celetuk ku.

Tak lama adzan berkumandang kami sekeluarga pun berkumpul bersama untuk berbuka. Aku, mamah, bapak dan ke 3 adik ku semua sibuk dengan makanan masing-masing dan saling berebut makanan.

"Mah, aku mau itu,punya Kak Bilal," ucap Kafi

Kahfi, meronta-ronta ingin mengambil cemilan Bilal, dengan gaya bicaranya yang kurang jelas tapi lucu. Kahfi adik bontot ku yang baru berusia 1,6 tahun itu merengek.

"Enggak! enak ajah ambil sendiri," kata Bilal.

Bilal gak mau ngalah sehingga Kahfi menangis denga kencang dan membuat suasana berbuka menjadi lebih ramai karna tangisan Kahfi.

Hemmh_begitu lah ulah kakak beradik setiap hari tiada henti, sehingga membuat rumah tak pernah sepi, berbeda dengan adik ke 2 ku yang cewe namanya Rara. dia memiliki kelainan fisik, emmh dia tak bisa mendengar dan tak bisa bicara, kalo bahasa Dokter kalo gak salah di sebut tuna wisma atau tuna wicara, gak tau lah pokoknya seperti itu.

Oh iya! semenjak aku bertemu lagi dengan teman lama ku, kita sering bertemu lagi bahkan Padli dan Kak Yaya main bersama ke rumah ku, setelah pertemuan waktu di jalan.

"Assalamualaikum," Padli dan Kak Yaya mengucap salam berbarengan.

"Waalaikumsalam," silah kan masuk," kata Mamah.

Walaou baru pertama kali mereka main ke rumah ku, tapi sepertinya mamah sudah tau kalo Padli dan kak yaya teman ku. Karna aku sering bercerita tentang mereka.

Aku yang tak tau kedatngan mereka merasa sangat aneh dan bingung, tumben mereka ke rumah, "gumam ku dalam hati.

Mamah memanggilku karna aku sedang di kamar beres-beres.

"Tia...Tia! ini ada teman kamu," sambil berjalan menghampiri ku.

"Siapa mah?"

"Kamu samperin ajah sanah,"

Aku pun berjalan ke ruang tamu.

"Eeh ternyata kalian, tumben main ke sini ada apa?" tanya ku basa-basi.

"Gak papa kita cuma kebtulan lewat, jadi mampir aja ke sini sekalian," kata Padli.

"Kita mau main ke alun-alun kota tapi masih terlalu siang, jadi ke sini aja dulu," timpal Kak Yaya.

"Oohh gitu ya, eh omong-ngomong pada puasa gak nih, maaf kalo gak di suguhin. Aku lagi puasa soalnya," cerocos ku bercanda.

"Aku sih puasa, gak tau tu kalo si Yaya," ejek Padli.

"Yee....aku juga puasa keles," sahut Kak Yaya.

"Ya udah buka bareng di sini aja sekalian yah," ucap ku menawarkan sekaligus mengajak.

"Nggak usah makasih kita mau jalan-jalan doang terus pulang," jawab Padli.

"Ya udin kalo gitu,"

"Udah yu kita berangkat sekarang, udah sore ni," ajak Kak Yaya ke si Padli.

"Ya udah yu," jawab Padli.

"Kita pergi ya, mau jelong-jelong dulu sambil ngebuburit," pamit Kak Yaya.

"Kamu mau ikut gak Tia?" Tanya Padli.

"Enggak usah, makasih,"

"Ya udah yu, assalamualaikum," pamit mereka ber 2 bersamaan.

Mereka pun berlalu tanpa jejak.

Silaturahmi

Bebarapa minggu berlalu dan tiba lah hari raya idul fitri, semua orang saling bersilaturahmi dari kerabat dekat hingga jauh dan yang dari kota semua pulang kerumah orang tuanya yang masih punya orang tua.

2 minggu beralau setelah hari raya idul fitri. Padli dan Kak Yaya bermain ke rumah, untuk bermaaf- maafan sekaligus silaturahmi.

"Assalamualaikum"....

"Waalaikumsalam," eh Padli dan Kak Yaya rupanya" masuk-masuk.

"Iya gak usah, Gak lama kok," sahut Kak Yaya.

"Gak papa lah gak lama juga masuk aja dulu, baru juga datang," ucap ku.

Padli pun ikut menimpali dengan celotehannya.

"Emang mau di kasih apa kalo kerumah dulu, mau di suguhin yang enak-enak ya, atau mau di bungkusin sisa kemaren lebaran hehe," sambil nyengir gak jelas.

"Yaa enggak juga sih, biar santuy dan rilek aja gitu ngomongnya, kalo di luar kan gak enak banyak orang lewat," mengajak mereka masuk ke rumah

Yang memang jalan dan rumah ku itu sangat nempel, karna masuk gang.

"Ya udah kita masuk aja dulu deh kalo gitu" kata Kak Yaya dan Padli," serentak.

"Dari tadi kek," kata ku sambil mengerlingkan mata ke sembarang arah.

"Eh iya kamu sekolah di mana sekarang?" tanya ku sama Padli.

"Aku sekarang sekolah di kampung Bapak ku," jawab Padli.

"Kalo Kak Yaya?" tanya ku.

"Ah Kakak sih lagi nyari kerjaan ajah biar cepet punya duit, buat bikin usaha he he," sahutnya sembari nyengir kuda.

"Oooh_emang gak mau di terusin buat kuliah gitu," kata ku.

"Lah mending langsung cari duit ajah terus kawin," sahut Padli menimpali, yang sedari tadi memainkan henponnya.

"Uh dasar! orang yang di tanya siapa yang jawab siapa,"

"Kamu ajah yang kawin duluan sanah, aku sih pengen ngabisin masa muda dulu," kata Kak Yaya.

Kak Yaya memang sudah lulus sekolah SMK, karna kita beda 1 kelas darinya.

"Emmh, ngomong-ngomong kita makan yu," ajak ku, sambil berlalu kedapur untuk membawa makanan.

"Eh gak usah-gak usah." sahut mereka ber 2 berbarengan, kita mau pulang sekarang kok.

"Ah, gak papa lah sekali-kali gitu makan dulu di sini," sahut ku basa basi.

"Gak usah makasih kita mau pulang kok, Padli juga mau pergi ke rumah Ayahnya," kata Kak Yaya.

"Emm, ya udah de kalo gitu, kan sebentar lagi masuk sekolah 4 hari lagi, nanggung amat," ucap ku.

"Iya gak lama juga kok di sana cuma mau silaturahmi ajah, karna kemaren belum sempat kesana sama keluarga dan lagi pula aku kan udah sekolah di sanah juga sekarang," jelas Padli.

"Eh iya lupa! hi_hi, hati-hati di jalan ya, semoga selamat sampai tujuan," ucap ku mendoakan.

"Iya kita pulang ya, assalamualaikum," pamit mereka berdua.

"Waalaikumsalam"

Lalu Padli pun memarkirkan motornya dengan di ikuti Kak Yaya yang ikut naik ke motornya, karna mereka berboncengan, Kak Yaya di bonceng sama Padli kemudian mereka pun berlalu.

Aku melihat mereka sampai tak terlihat lagi punggungnya.

"Tia....Tia!"

Tiba-tiba Nenek memanggil ku, dari rumahnya. Karna rumah Nenek dan Mamah saling berdampingan.

"Iya, Nek. ada apa?"

"Temen-temen kamu udah pulang?" tanya Nenek.

"Iya udah, emang kenapa ?"

"Gak papa, Nenek mau ngajak kamu ke rumah Tante Eti sekarang, agar nanti pulangnya gak ke sorean, kalo ke sorean gak ada angkutan umum nanti," jelas Nenek.

"Oh_ya udah ayo," Sahut ku.

Sambil berlalu ke rumah untuk berganti baju dan memberi tau Mamah yang sedari tadi di kamar sedang menyusui Kahfi sepertinya ketiduran.

"Mah_Mamaah," teriak ku smbil masuk ke kamar mamah.

"Ih, kamu! ngagetin ajah," kata Mamah sambil terperanjat dari tidurnya dan menghela napas panjang.

"Hehee_ kirain gak tidur," jawab ku cengengesan.

"Kamu tu, gak ada sopan-sopannya ya, sama orang tua," gerutu Mamah sambil melotot ke arah ku.

"Ya maaf Mah," ucap ku.

sembari senyum maniss hihi, supaya mamah gak marah lagi.

"Emang ada apaan sih kok teriak-teriak begitu, kaya ada kebakaran ajah," Sahut Mamah sambil melangkah ke luar dari kamar.

"Itu mah kata Nenek kita ke rumah Tante Eti sekarang katanya, biar nanti pulangnya gak kesorean," jelas ku.

"Ooh_ kok Nenek gak bilang sama mamah dari kemaren atau dari tadi gitu, ngedadak banget. mamah gak bisa ikut kayanya, itu si Kahfi juga baru tidur kasian kalo di bawa lagi tidur begitu nanti kebangun lagi, kamu ajah deh sama yang lain mamah gak bisa," Jelas Mamah panjang lebar.

"Heemmh_ iya deh aku bilangin nanti sama Nenek kalo Mamah gak bisa ikut."

Tante Eti itu anak tiri nya nenek, dari pernikahannya yang ke 2x nya dan katanya sih masih sodara juga sama suaminya yang sekarang tapi beliau sudah almarhum, jadi kita kesana juga sekalian sambil ke makamnya mantan suami nenek yang sebelum meninggal sudah cerai, ceritanya panjang kalo di ceritain, pokoknya ya begitu lah.

*

*

Kami sekeluarga besar pun segera berangkat ke rumah Tante Eti yang tak bisa di sebutkan satu persatu anggota kelurga ku karna terlalu banyak. Kami menggunakan angkutan umum. Yang di bagi menjadi 2 bagian. Aku nenek dan adik-adik ku berangkat duluan dan yang lain masih menunggu angkutan umum berikutnya.

Yaaa maklum lah kami bukan dari keluarga kaya raya dan terpandang dari segi ekonomi, jabatan, perusahaan, bahkan kekuasaan, kami hanya memiliki bisnis kecil-kecilan yang cukup lumayan untuk menyambung-nyambung hidup kami dengan saling membantu.

Jadi kami hanya bisa menggunakan kendaraan umum saat kami sekeluraga bepergian.

Berbeda dengan cerita orang lain yang memiliki banyak harta kekayaan yang melimpah bahkan hingga kekuasaan, tapi keluarga besar kami selalu di penuhi kebahagiaan dan kebersamaan, walapun dengan keadaan sederhana.

Singkat cerita kami sampai di rumah Tante Eti dan di sambut dengan hangat, walaou sodara tiri tapi hubungan kami tetap baik dan terjaga.

Yaa walaoupun dulu kata nenek sangat lah menyedihkan dan menyakitkan jika terbayang di masa lalu tapi yang lalu ya biar lah berlalu. Yang penting sekarang kita sudah saling memaafkan, walou kadang masa lalu yang buruk itu terbayang.

Di rumah Tante Eti kami selalu asyik berbincang dan bercanda dengan kelurga.

Tiba-tiba suara mengagetkan semua orang hingga semua terdiam.

Brak,...bruk,..,brak brak,.,.

Ada apa itu? lalu semua orang bertanya dan Tante Eti sedikit berlalri ke luar ke depan rumah

"Astagfirulloh_ kirain ada apa, lagi ngapain Bilal?" tanya Tante Eti.

Itu aku mau jambu yang itu kata Bilal adik ku yang ke 1, sambil nunjuk ke atas pohon jambu dan sodara-sodara ku yang lainnya juga ikut saling menimpali, aku mau.

Aku mau...Aku juga mau.

Aku_aku,,,,

Semua sepupu ku ramai ingin memetik buah jambu itu yang lumayan cukup banyak dan terlihat sudah setengah matang.

Uwa pun memanjati pohon jambu itu. Tak butuh waktu lama setelah uwa turun, semua jambu tersebut ludes habis tak tersisa.

Tante Eti pun hanya melongo tak habis pikir sambil tertawa terbahak melihat tingkah mereka yang begitu antusias saling berebut dengan jambu yang lumayan banyak itu habis seketika.ha..ha..ha..

2 jam sudah di rumah Tante Eti, kami pun berpamitan untuk pulang, kami pun bersalaman, makasih ya Tante Eti. "kata anak-anak bergantian.

"Iya Ti maksih ya, jangan kapok kalo kami kesini lagi ya," kata Nenek.

"Iya gak papa. malah seneng bisa bertemu sperti ini, langka kita bisa seperti ini, gak tau kapan lagi kita bakalan sperti ini lagi," kata Tante Eti.

"Ya sudah kami permisi pulang ya. Sekali lagi makasih," kata nenek.

"iya Uwa sama-sama," jawab Tante Eti.

Tante Eti memang dari dulu bilang nya Uwa sama nenek, walopun pernah menjadi Ibu sambungnya.

Dan akhirnya kami pun pulang kerumah masing-masing dan beristirahat, karna hari sudah mulai gelap dan bersiap untuk menjalankan sholat magrib.

Bersambung.....

Motor Bapak hilang

Entah kenapa hari ini rasanya sangat malas ngapa-ngapain mengerjakan pekerjaan rumahpun sedikit di paksakan, begitu juga dengan Mamah

tak seperti biasanya kita merasa malas seperti sekarang.

"Mah, aku males banget hari ini gak tau kenapa?" kata ku, yang sambil duduk menghitung wajit ketan, karna kami sekeluarga besar mengolah makanan dari ketan. Kami membuat produksi opak, wajit dan rengginang.

"Sama Mamah juga males. Kok bisa barengan ya,"

"Gak tau la Mah," sahut ku.

Tengah hari tiba menjelang duhur henpon ku berdering.

Dreeet dreettt...triring ririring

Dengan nada suara yang kencang. Karna sengaja aku memasang volume tinggi supaya saat henpon tidak di pegang bisa terdengar jelas, dari kejauhan.

Lalu aku mengambilnya, ternyata Bapak yang menelpon.

"Hallow, assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam" jawab Bapak.

"Ada apa Pak? enggak Bapak mau bicara sama mamah,"

"Ooh iya Pak,"aku pun langsung beranjak pergi dari rumah ke rumah nenek. Karna mamah sedang di rumah nenek, kami selalu berkumpul setiap hari di rumah nenek.

"Mah....Mah! ini Bapak mau bicara," lalu memberikan henpon itu ke Mamah.

"Halo Pak, ada apa ?"

Bapak pun tidak langsung menjawab, karna entah kenapa dan ada apa, tak seperti biasanya seperti itu.

"Pak_ pak, ada apa?" mamah kembali menegurnya.

"I_ini Mah," kata Bapak dengan suara terbata-bata.

"Bpak tadi pinjamin motor sama tetangga," kata bapak di sebrang sana.

"Iya_terus kenapa Pak?" dengan suara telpon yang di lodspiker.

"Iya jadi gini Mah ceritanya, tadi pagi tetangga yang biasa kesini yang suka pinjem motor bapak datang lagi, pinjem motor lagi,"

Sebut saja namanya Kardun, karna aku lupa siapa namanya.

"Katanya mau anter istrinya kerumah sakit, tapi belum pulang-pulang, masa udah 4 jam gak balik-balik," kata bapak.

Dengan perasaan heran dan tak karuan. Karna tidak seperti biasanya Kardun seperti ini.

"Terus bapak udah telpon orang nya, apa bapak udah cek ke kontrakannya juga," tanya Mamah.

Kami sekeluarga hanya mendengar tanpa memperhatikan dengan seksama atau menimpali, karna kami sedang membicarakan hal lain, keluarga besar ku ada Bibi, Uwa istri Uwa juga anak-anaknya termasuk nenek.

"Udah di telpon tapi gak di angkat-angkat kadang sibuk, kadang gak aktif juga, udah di cari ke kontrakannya juga gak ada," kata bapak khawatir

"Astagfirulloh pak. Bapak kok bisa seceroboh itu sih pak," kata mamah, dengan nada tinggi syok dan terkejut, entah apa yang mamah pikirkan dan mamah rasakan.

"Pirasat mamah gak enak pak, pantesan mamah hari ini persaan males banget mau ngapa-ngpain," jelas mamah.

Semua heboh saling bertanya tanpa jeda dan saling menimpali bahkan saling berebut suara, saat mendengar Mamah terlihat kaget dengan nada suara yang tersentak. Aku juga bingung harus bagai mana menceritakan perkataan satu persatu dari 4 orang tua dan 2 orang anak itu, heemh, karana keluarag ku yang memang banyak.

Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar dan pemikiran yang tak karuan dan tak bisa di ungkapkan, meski kesal aku tak mengungkapkan kekesalan ku. Karna takut salah dan menjadi fitnah.

Lalu bapak menutup telpon, berniat ingin mencari info lebih lanjut tentang si Kardun.

"Ya sudah Mah! bapak tutup dulu telponnya, nanti bapak kasih kabar lagi,"

"Iya Pak, semoga baik-baik sajah," Panggilan pun terputus.

"Dasar bodoh, gak peka dan so baik, terlalu baik," umpat Mamah menggerutui.

Karna kesal, esmosi eh emosi maksudnya, gak tenang semua campur aduk menjadi satu.

"Sabar Mah"! kata ku dan Bilal

"Iya mungkin si Kardun memang lagi sibuk ngurusin istrinya yang sakit, mungkin masih di rumah sakit," kata nenek yang mencoba menenangkan.

"Halah masa iya ke rumah sakit kok lama banget, biasanya juga paling 1 jam. Kalo antri gak lama-lama banget," jawab mamah dengan ketus.

Sedangkan bapak di sana sibuk mencari keberadaan si Kardun. Bapak pergi ke rumah sakit terdekat di sana dengan teman tetangganya di sana, tak butuh waktu lama bapak dan temannya sampai di rumah sakit. Karna jaraknya memang dekat hanya butuh waktu 15 menit, bapak segera masuk ke rumah sakit. Menanyakan keberadaan si Kardun pada Suster yang berjaga di bagian pendaftaran.

"Maaf Sus, mau tanya! apa ada pasyen yang bernama Mariah dan suaminya Kardun?" tanya bapa ke suster itu.

"Maaf Pak tidak ada," jawab Suster.

"Bapak siapa?" tanya Suster berbalik nanya.

"Saya teman dari Pak Kardun, katanya Bu Mariah istrinya sakit, saya pikir dia membawanya kesini,"

"Ooh_mohon maaf pak di sini tidak ada pasyen yang bernama Mariah," jawab Suster.

"Oh! kalo begitu terimakasih Sus," bapak pun berlalu meninggalkan rumahsakit.

Persaan bapak mulai berkecamuk dalam dada dan terhuyung lemas di depan gerbang rumah sakit. Masya Alloh, Ya Alloh semoga aku cepat menemukan Kardun. Gerutu bapak pelan, dengan di iringi langkah yang gontay menuju parkiran dimana teman bapak yang tadi mengantar masih di sanah sambil memain kan henponnya

"Giman ketemu gak?" tanya teman bapak

Bapak menggelangkan kepala. Dia gak ada di sini. kata bapak. Aku gak tau, antara hawatir dan rasa takut menyelimuti. Aku hawatir kalo terjadi apa-apa dengan Kardun dan istrinya, tapi aku juga takut kalou-kalou dia ternyata kabur.

"Ah entah lah aku juga tidak tau." Sambil menatap gusar dan menghembuskan nafas kasar, karna menahan amarah.

"Ya sudah kita pulang sajah dulu siapa tau si Kardun mungkin sudah ada di kontrakan," ucap Bapak

Berharap semoga apa yang bapak duga tidak benar, kalo Kardun kabur.

"Ya sudah ayo kita sekarang pulang ke kontrakan," ajak teman bapak

Tiba di kontrakan ternyata si Kardun tidak ada, berkali kali bapak telpon saat di jalan juga henponnya tidak aktif

"Ya Alloh Duuuun Duun. Kamu di mana dan kemana," rutuk bapak kesal

Tak berhenti di situ. Bapak pun menanyakan ke setiap tetangga kontrakan yang dekat dengan kontrakan Kardun, tapi tetap sajah hasilnya nihil.

Kemudian bapak pergi berjalan kaki sambil bertanya ke setiap orang di sana siapa tau ada yang melihatnya dan tau kemana arahnya.

Beberapa meter berjalan bapak bertanya pada laki-laki yang sama seumuran bapak di sebrang jalan dekat kontrakan si Kardun.

"Maaf Pak mau tanya?" kata bapak

"Iya boleh" jawab si laki-laki itu

"Apa bapak melihat orang ini?" sambil menunjukan henpon yang terdapat poto si Kardun. Beruntung bapa waktu itu pernah memfotonya saat mereka ngopi bersama.

"Ooo__itu dia tadi pergi bawa barang banyak sama cewe, tapi gak tau kemana, saya hanya liat sekilas," jawab laki-laki itu.

Saat itu juga hati bapak sangat kecewa, teramat sangat-sangat dan tak bisa mengatakan apa-apa dengan hati yang gemuruh penuh amarah.

"Terimaksih pak infonya, sangat membantu," jawab bapak dengan lesu.

Dari sana tak ada lagi yang di harapkan, meski memang bisa mengadu ke polisi, namun itu bukan hal yang mudah dan geratis. Pasti butuh biyaya banyak. Bapa tak menyangka jika selama ini Kardun telah menipunya.

Dia mendekati aku selama ini hanya herpura-pura, sudah lama aku mengenalnya. Dia tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh dan aaargh....sialan, kenapa Kardun kenapa?

Aku yang bodoh,aku yang begitu sajah mudah percaya dengan orang lain, dasar payah. "Bapak merutuki dan memaki-maki dirinya sendiri," frustasi, dasar bangsat, anj**g kamu Kardun

1 hari berlalu, bapak belum berani mengatakannya pada mamah. Karna bapak tau bagai mana sifat dan sikap mamah jika sedang marah. Tak ada yang berani melawannya.

Ke esokan harinya, bapak menelpon dan mengatakan yang sebenarnya terjadi.

Benar sajah, dugaan mamah ternyat gak salah, karna firasat istri tidak pernah salah.

Dreet...dreeet

Kali ini mamah yang langsung menjawab

"Halo pak gimana? Ketemu motornya."

Tanpa basa basi mamah langsung menanyakan hal itu.

Bapa menghirup nafas panjang dan membuangnya dengan kasar. Sebelum menjawab mamah. "Untuk menguatkan mental."

"I_i_ya Mah!" jawab Bapak dengan suara tercekat dan terbata

"Sial Mah! gak ketemu, jangankan motornya, orangnya sajah sudah tidak ada," ungkap bapak

"Aaapa?"_ dengan suara keras dan nada yang tinggi sambil melotot dan syok, lalu makian demi makian pun keluar dari mulut Mamah.

Aku dan adik-adik ku yang mendengar sontak terkejut dengan pembicaraan mamah. Lalu kami pun langsung nimrung mengikuti pembicaraan Bapak dan Mamah.

Dan benar sajah apa yang di takuti bapak terjadi juga, huuaaaaahhh aku yang baru satu kata sajah mamah sudah memelototi aku. Aku pun terdiam tak ikut campur, begitu pula dengan adik ku.

Hemmmhhh, berhari-hari bahkan sampai berminggu minggu. Ahirnya kita mengikhlaskannya, bukan ikhlas sih tapi menerima takdir dan kenyataan.

Karna tidak ada lagi harapan apapun, motor sudah di bawa kabur, harapan hancur lebur, biarlah semua terkubur

Karna nasi sudah menjadi bubur.

Mau di apakan lagi jika sudah seperti itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!